Tuesday, December 14, 2010

Fan Fiction.. Little Surprise For Uri Dolphin.. One Shoot.. DBSK

Saengil chukkae hamnida.

Saengil chukkae hamnida.

Sarang haneun uri Dolphin.

Saengil chukkae hamnida.



Hehe.

Telat satu hari.

Maklum author lagi sok sibuk.

Ya Allah kuatkan hambamu.

Ah tapi yang penting FF ini jadi.





To: Junpa



Selamat ulang tahun oppa.

Maaf cuma bisa kasih ini.

Telat lagi.

Tapi aku benar-benar ga niat oppa. Hoho.

Love you.*digaplok bebe*





Udah ah semoga kalian suka sama FF ini.

Muah.

READ

COMMENT

LIKE

aku tunggu.

Gomawo yeorobun.





Tittle : Little Surprise For Uri Dolphin



Author : Anka 'bubu'



Lenght : One Shoot



Cast : DBSK





Cekidot.





................................



"Chunnie-ah.", Jaejoong menusuk-nusuk lengan Yoochun yang sedang serius membaca artikel-artikel tentang JYJ dan DBSK (HoMin) di layar laptop berukuran 14" miliknya. Yoochun menaikan alisnya dan menoleh ke arah Jaejoong.



"Waeyo hyung?", ketus Yoochun karena merasa diganggu kesenangannya. Jaejoong malah tersenyum lebar.



"Galak sekali kau ini, memangnya sedang apa sih?", ketus balik Jaejoong. Herannya Yoochun malah balik terkekeh kecil.



"Ini lihat. Artikel yang mengatakan sulitnya kita bertemu dengan Yunho hyung dan Changmin. Aku ingin tertawa membacanya.", jelas Yoochun sambil memperlihatkan layar laptopnya pada Jaejoong. Jaejoong mengerenyitkan keningnya.



"Apanya yang lucu?", tanya Jaejoong, tidak mengerti.



"Aish, paboya. Aku jadi mengingat bagaimana kita yang sembunyi-sembunyi kalau ingin bertemu. Dan aku ingin tertawa tahu.", kesal Yoochun memukul kepala Jaejoong keras.



"Yaa, kau berani padaku.", galak Jaejoong menyipitkan matanya. Yoochun tersenyum lebar.



"Aku hanya bergurau hyung. Damai. Jangan marah.", takut Yoochun. Jaejoong terkekeh gelì, adiknya lucu. Tapi apa memang begitu menyeramkan jika ia sedang marah? Itu yang ada dalam pikirannya.



"Ah tapi kan tidak sesulit yang orang-orang kira. Hanya saja kesibukan kita sekarang ini jadi membuat kita sangat sulit bertemu mereka.", eluh Jaejoong yang melupakan kekesalannya. Yoochun mengangguk-anggukan kepalanya seperti anak kecil yang mengerti akan penjelasan ayahnya berbicara.



"Hyung. Hyung mau apa menggangguku?", tanya Yoochun yang mengerti ada udang dibalik bakwan*enak* seorang Jaejoong yang tiba-tiba saja mengganggu ketenangannya. Jaejoöng tersenyum lebar, ia baru ingat niatan awal mengapa ìa mendatangi Yoochun.



"Besok kita jalan-jalan ya. Aku bosan di rumah terus. Bagaimana?", ajak Jaejoong tersenyum lebar. Yoochun mengangguk cepat, sepertinya ia sangat senang dengan ide seperti itu.



"Aku juga baru saja mau mengajak hyung dan si dolphin pergi besok.", kata Yoochun senang. Jaejoong tersenyum. Kebetulan yang baik. Dan ia tak kalah senangnya, karena akan jalan-jalan lagi merasakan bebas selama liburan mereka. Bukankah itu menakjubkan?



"Tapi si dolphin sedang murung dari kemarin. Kita berdua saja. Lagipula lusa, dia ulangtahun. Aku mau kita membuat rencana yang bagus untuknya. Kalau ada dia akan sulit. Bagaimana?", ucap Jaejoong dengan wajah penuh pertimbangan. Dia serius untuk ini. Dua niat luar biasa dalam sebuah kalimat 'jalan-jalan'. Jadwal JYJ memang masih kosong, karena mereka diliburkan selama lima belas hari. Karena itu mereka cepat bosan, apalagi Jaejoong yang tidak bisa diam. Dan semakin mengesalkan, disaat mereka libur malah Yunho dan Changmin yang sangat sibuk.



"Hyung pintar.", kata Yoochun senang. Jaejoong memainkan alisnya naik-turun. Tidak usah dipuji pria paling tampan sedunia ini memang paling pintar.*kata aku*



"Ehem. Ehem. Kim Jaejoong.", saut Jaejoong dengan wajah penuh percaya diri dan keangkuhan. Yoochun memutar bola matanya, menyesal mengatakan itu pada 'kakak' tertuanya ini. Telinganya menjadi panas sendiri. Ia menghembuskan nafasnya, daripada lebih banyak lagi salah bicara.





.....



Yoochun menghampiri Junsu yang berada di dalam kamar tidurnya. “Su kau kenapa sih. Melamun terus?”, tanya Yoochun yang akhirnya mulai merasa tidak nyaman akan tingkah Junsu akhir-akhir ini, yang selalu diam, sama sekali tidak ada keriangan disana seperti tingkah Junsu biasanya. Junsu memajukan bibirnya, sangat tidak penting pertanyaan Yoochun yang seharusnya sudah sangat tahu ada apa dengannya sebenarnya.



“Yunho hyung dan Changmin. Kapan kita bisa bertemu mereka. Huh.”, eluh Junsu yang sedikit bernada ketus. Yoochun mengangkat bahunya.



“Mereka sedang sibuk tahu.”, beritahu Yoochun. Junsu menghela nafasnya, perasaannya kecewa teramat besar.



“Aku tahu hyung, mereka sibuk. Memangnya aku bodoh. Tapi karena itu aku jadi merindukan mereka.”, kesal Junsu menggembungkan pipinya. “Tapi kenapa saat kita tidak sibuk, mereka malah teramat sibuk.”, dumel Junsu bukan main. Tapi itu malah membuat Yoochun terkekeh keras. Adiknya seperti anak kecil sekarang ini.



“Kau seperti anak kecil saja Su.”, ledek Yoochun. Junsu memicingkan matanya. Yoochun malah tersenyum lebar, tidak bersalah. “Hehe. Oh ya Su, aku dan Jae hyung mau keluar. Kau mau ikut kami tidak?”, tanya Yoochun yang sebenarnya hanya untuk berbasa-basi. Jauh di lubuk hatinya, ia berharap tidak ada jawaban ‘iya’ dari Junsu. Ingin merancang kejutan untuk Junsu, tapi orang yang akan diberi kejutan malah ada disana, kan akan tidak seru nantinya. *udah tau malah ngajak* Junsu menggeleng, ia sedang sangat malas ditambah Yoochun yang terus meledeknya.



“Pergi saja. Aku tidak mau ikut. Aku inginnya bertemu mereka tahu hyung. Huh. Sudah sana pergi.”, tolak Junsu diiringi pengusiran.



“Dasar Dolphin.”, ledek Yoochun lagi dan kemudian terkekeh keras karena saking senangnya berhasil mengganggu Junsu. Tapi tiba-tiba, ia langsung berlari keluar sebelum bantal lumba-lumba milik Junsu dilempar ke arahnya.



Ada yang tidak biasa, kalian tahu. Sifat Junsu benar-benar seperti anak kecil yang manja akhir-akhir ini. Apa karena sindrom ulang tahun esok hari? Entahlah.





……



-Junsu Pov-



Aku kesal pada Yoochun hyung. Dia selalu saja menggangguku, meledekku, sampai aku kesal. Sama saja seperti Changmin. Magnae itu bahkan sering membuatku menangis dulu. Tapi sayangnya itu dulu, sekarang Changmin tidak ada setiap saat bersama kami, dan membuat si playboy itu yang menggantikan posisi si iblis Changmin. Tapi kalau dulu, aku tidak terlalu khawatir, karena ada Yunho hyung yang akan membelaku jika Changmin sudah benar-benar keterlaluan. Kalau sekarang? Hello… Apakah aku akan mengandalkan Jaejoong hyung? Yang ada dia malah bersekongkol dengan Yoochun hyung. Bahkan dia lebih jahat dibandingkan dua orang itu. Huweee. Yunho hyung tolong aku…



Hehe. Tapi bukan berarti aku tidak menyayangi mereka. Hei aku benar-benar menyayangi mereka dari lubuk hatiku terdalam. Mereka adalah keluarga keduaku selain keluargaku yang sebenarnya. Aku tidak peduli dengan keadaan kami sekarang ini yang terpisah -bukan kehendak kami, tapi keharusan sementara ini-. Tapi tahukah, kalau sebenarnya kami masih bersama dalam satu. Walau mereka (SME) berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan kami, akan terasa nihil. Kau tahu. Karena kami adalah Dong Bang Shin Ki, lima dewa dari timur. Siapa yang bisa menandingi kekuatan lima orang dewa*aku sengaja pake orang, karena mereka tetaplah manusia,tapi seperti dewa. Benarkan?* yang hebat seperti kami? Hehe. Terdengar begitu angkuh ya? Aku hanya mengutip dari perkataan seorang CASSIOPEIA (anka).



‘Lima orang itu. Mereka hanyalah manusia biasa. Tapi tampak cahayanya seperti dewa-dewa. Mereka bukanlah Tuhan yang sempurna. Bahkan mereka bukanlah dewa sebenarnya. Tapi tak dipungkiri, julukan dewa memang melekat dalam lima tubuh yang di mataku mendekati sebuah kesempurnaan seorang manusia biasa’



Aish apakah benar kami seperti itu? Rasanya membuatku sedikit besar kepala. Haha. Aku hanya bergurau. Terimakasih untuk Cassiopeia yang telah mendukung kami sejauh ini. Tunggu kami, kami akan kembali untuk kalian semua. Dan sebelum pada saatnya ALWAYS KEEP THE FAITH. Ne?



Tapi untuk sekarang ini perpisahan kami benar-benar menjadi masalah untukku. Aku rindu kebersamaan kami berlima. Hampir lima belas hari tanpa pekerjaan, dan tidak pernah sekalipun kami bertemu dalam dua bulan ini. Membuatku semakin merindukan mereka. Ditambah besok adalah ulang tahunku. Rasanya akan terasa sangat datar tanpa kehadiran dua orang lainnya. Aku ingin besok dapat merayakan bersama mereka. Tidak perlu yang lain saat ini. Aku hanya ingin itu. Bisakah?





…….



-Yoochun POV-



"Hyung kita mau kemana sih?", tanyaku yang kini sedang menyetir tak tentu arah, lebih tepatnya hanya berputar-putar menjelajahi kota Seoul. Jelas saja, karena daritadi Jaejoong hyung hanya sibuk narsis dengan blackberry onix whitenya, handphone pemberian sukarela dari Yunho hyung. Entah kenapa aku berpikir enak sekali menjadi Jaejoong hyung. Kalian tahu, hyung tertua kami di DBSK itu sering sekali mendapatkan harta benda dari Yunho hyung, sang uri leader. Membuatku iri saja. Pokoknya kalau aku bertemu dengan Yunho hyung aku ingin minta blackberry juga, bahkan yang paling mahal, kalau perlu mobil baru. Hahaha.



"Ke cafe biasa. Tidak usah banyak tanya lagi. Menggangguku saja.", katanya galak sekali. Aku tahu setelah ini, ia akan mengupload fotonya di twitter dan dalam hitungan detik foto itu sudah penuh dengan comment dari pemuja-pemujanya. Dasar tetua yang galak, aneh, narsis dan gila.*huwee.suamiku diledekin*



Karena takut, dimarahi lagì oleh pria galak itu, aku langsung saja melajukan mobilku ke cafe yang Jaejoong hyung maksud tanpa bertanya lagi padanya. Akhirnya sampai juga di cafe yang biasa aku dan empat orang lainnya datangi jika sedang hang out. Tentu saja cafe ini benar-benar ekslusif, jadi kami tidak perlu takut terhadap serbuan para penggemar kami. Keamanan yang sangat terjamin.



"Ayo Chunnie-ah. Lelet sekali.", gerutu Jaejoong hyung yang sangat tidak sabaran. Akupun segera turun dan berlari menyusul Jaejoong hyung ke dalam.



Omona! Ya Tuhan! Aku tidak salah lihat kan? Ada dua orang yang sudah dua bulan ini tidak pernah bertemu, tentu saja, karena kami sibuk dengan kegiatan kami masing-masing.



"Hyung!", Changmin melambaikan tangannya kepada kami. Magnae kami semakin bertambah tinggi saja, padahal baru dua bulan tidak bertemu. Aku jadi terlihat tambah kecil jika berdiri di sampingnya seperti sekarang ini.



"Kok ada kalian sih disini?", heranku yang benar merasa bingung. Aku menatap Jaejoong hyung, Yunho hyung dan Changmin bergantian. Tapi aku hanya melihat Yunho hyung tersenyum geli tanpa mendapat jawaban sedikitpun.



"Aku rindu padamu Minnie-ah.", ucap Jaejoong hyung yang langsung memeluk Changmin dan mengabaikan pertanyaanku. Curang! Aku juga mau memeluk Changmin. Memangnya dia saja yang rindu pada magnae kami. Yasudah aku dorong saja Jaejoong hyung dan berganti memeluk Changmin erat.



"Aish Park Yoochun.", aku dengar Jaejoong hyung mendumel. Memangnya aku pikirkan. Yunho hyung malah tertawa dan mengacak rambut Jaejoong hyung. Memangnya ada yang lucu ya?



"Apa tidak ada yang rindu padaku?", sindir Yunho hyung dengan wajah memelasnya yang dibuat-buat. Aku baru sadar, aku dan Jaejoong hyung hanya berebut memeluk Changmin. Jaejoong hyung tersenyum lebar.



"Aish uri leader begitu saja iri.", gurang Jaejoong hyung yang kemudian memeluk sang leader. "Bogoshippo Yunnie-ah.", lanjutnya berbisik pelan. Yunho hyung tersenyum. Aku dan Changminpun ikut memeluk mereka. Aku rindu saat seperti ini, bahkan saat ini saja masih belum lengkap, tanpa si dolphin.





....





-Author POV-





Yunho dan Changmin memang sengaja datang untuk bertemu Jaejoong dan Yoochun, tentu saja karena disuruh oleh Jaejoong. Padahal sebenarnya mereka benar-benar sangat sibuk saat ini. Bahkan pada awalnya, mereka sudah bersikeras mengatakan tidak dapat datang, hanya saja seorang Jaejoöng tidak akan pernah membiarkan orang lain menolak keinginannya. Dan pada akhirnya mereka memaksakan diri untuk benar-benar datang sekarang ini. Lagipula Jaejoong bilang, ini semua untuk menyusun rencana perayaan ulang tahun Junsu bersama-sama.



"Ah baiklah Joonggie-ah, untuk nanti apapun akan aku paksakan untuk datang. Ne. Pasti.", ikrar Yunho. Bukankah itu adalah hari spesial untuk mereka, tentu bukan untuk ia lewatkan. Jaejoong tersenyum senang mendengarnya.



"Aku juga. Aku rindu Dolphin si pantat bebek itu.", kata Changmin dengan seringaian licik. Jaejoong dan Yoochun malah terkekeh. Dalam bayangannya, Junsu akan habis ditangan iblis (Changmin) tersebut.



"Aku tahu yang ada di otak kalian. Aku peringatkan jangan mengganggunya sangat berlebihan. Kalian tahu kan!", kecam Yunho memicingkan matanya tajam. Jaejoong, Yoochun dan Changmin saling berpandangan, lalu beralih tersenyum pada sang leader.



"Tidak janji ya leader.", kompak ketiganya bersamaan dan terkekeh geli akan tingkah mereka sendiri. Yunho membuang nafasnya berat dan menggeleng pasrah untuk ketiganya.





....



Junsu sedang melamun menatap jam dinding, yang jarumnya tidak berhenti berputar. Dua menit lagi akan menjadi waktunya menginjak umur dua puluh empat tahun. Dan itu menyamai umur ketiga hyungnya. Ia tampak tidak senang dari raut wajahnya. Entah karena takut wajah imutnya akan berubah menjadi wajah pria tua, karena umurnya semakin bertambah? Atau karena ulang tahunnya yang berjalan hanya dengan dua hyungnya? Tanpa dua orang lagi?



Teng. Teng.

Suara jam besar di ruang tengah berdentang dan itu menandakkan sudah jam dua belas malam.



Teret. Peet. Teet. Preet.

Suara terompet terdengar setelah jam dinding itu berhenti. Dan semakin keras di telinga Junsu. Karena sumber suara sudah memasuki kamarnya. Ia tersenyum melihat kedua hyungnya yang terlihat tampak seperti anak kecil yang sibuk meniup terompet.



"Hyung berisik.", teriak Junsu yang menutup kupingnya. Jaejoong dan Yoochun membuang terompetnya dan memeluk Junsu. Bukan! Lebih tepatnya menubruk dan menindih Junsu yang terdorong jatuh ke atas tempat tidurnya.



"Saengil Chukkae uri dolphinnie.", ucap Jaejoong sambil mencubit pipi Junsu.



"Ne. Dolphinku si pantat bebek. Selamat ulang tahun. Dasar gendut sudah tua sekarang. Haha.", ujar Yoochun sambil meledek Junsu. Junsu meronta dengan wajah yang merah karena tidak bisa nafas akibat Jaejoong dan Yoochun yang menindihnya.



"Yaa hyung berat.", teriak Junsu susah payah. Keduanya baru sadar dan langsun menyingkir dari tubuh Junsu. Junsu menghirup nafas bebasnya.



"Kalian ini mau membunuhku di hari ulang tahunku.", omel Junsu yang kesal bukan main.



"Ya tidaklah Su-ie. Kami malah akan mendoakan semoga kau panjang umur.", gurau Yoochun menaik-turunkan alisnya. Jaejoongpun menggangguk, mengamini perkataan Yoochun. Junsu tersenyum, memang benar itu adanya. Dan tadi hanyalah reaksi bahagia kedua hyungnya.



"Gomawo hyungdeul. Masih mengingat ulang tahunku ternyata.", gurau Junsu. Jaejoong memicingkan mata, ia tidak suka Junsu berkata seperti itu. Seperti seorang Junsu bukanlah sosok penting bagi mereka. Junsu tersenyum lebar, ia tahu Jaejoong marah padanya.



"Aku bergurau hyung. Tadi hanya untuk menggoda kalian.", ucap Junsu yang menyesali pertanyaannya. Yoochun memeluk Junsu dan menggoyangkan tubuh mereka. Lupakan! Jangan dibahas lagi. Itu yang diinginkan Yoochun.



"Pokoknya saengil chukkae. Wish you all the best dolphin. Aku senang.", ucap Yoochun dengan riang. Junsu menggangguk-anggukan kepalanya.



"Amien. Hehe. Gomawo hyung.", balas Junsu tak kalah senang. Jaejoong tersenyum dan menarik tangan Junsu keluar kamar. Dan didudukkan di kursi meja makan yang terdapat kue tart diatasnya. Huh. Kepingan coklat yang menghiasi kue terlihat sangat menggiurkan.



"Ini kue tart untukmu. Kau tahu, selama kau melamun terus di kamar aku membuatkan ini untukmu.", ucap Jaejoong dengan bangga. Junsu menatap tidak percaya ke arah Jaejoong. Benarkah? Kenapa kue ini terlihat sempurna dan sepertinya enak.



"Yang benar? Bukannya hyung beli dengan Yoochun hyung tadi?", tanya Junsu menuduh. Jaejoong menggembungkan pipinya. Sudah susah payah membuat kue ini. Tapi Junsu malah seperti meragukannya.



Took.

Jaejoong menjitak kepala Junsu.



"Ini buatanku tahu.", kesal Jaejoong. Yoochun terkekeh kecil. Ia tahu benar, bagaimana sulitnya Jaejoong saat membuat kue itu, tapi yang ada Junsu malah meragukannya. Dan itu tampak benar lucu.



"Hei dolphin. Percaya saja sebelum kau habis dibunuhnya.", bisik Yoochun di telinga Junsu. Junsu bergidik ngeri membayangkannya.



"Ah ne aku percaya hyung. Hehe.", cepat-cepat Junsu memasang wajah imutnya. Jaejoong akhirnya tersenyum senang. Ia menepuk kepala Junsu.



"Bagus. Dan sekarang saatnya make a wish dan tiup lilin.", kata Jaejoong sambil menyalakan api pada sumbu lilin di atas kue tart. Junsu mengangguk, memejamkan matanya, dan menyatukan kedua tangannya di depan dadanya.



"Ya Tuhan, terimakasih untuk hidupku yang sampai pada hari ini. Bersyukur teramat sangat, Kau hadirkan aku di antara mereka dengan apa adanya aku. Ya Tuhan, pintaku untuk malam ini aku ingin bertemu mereka. Bolehkah? Ya Tuhan, aku pinta jagalah dan kasihi mereka yang aku sayang dan menyayangiku. Ya Tuhan, iringi langkahku untuk semua yang terbaik di jalanMu. Amien.", Junsu membuka matanya sesaat selesai berdoa dan langsung meniup lilin di hadapannya. Dan riuh sura tepuk tangan. Hei! Ini terlalu ramai hanya untuk tepukan tiga pasang tangan. Junsu mendongakan kepalanya dan menoleh ke belakang.



"Satu doa terkabul.", ucap pria tinggi tegap dengan raut wajah tegas yang berdiri bersandar pada sebuah pintu kamar.



"Yunho hyung.", Junsu langsung berhambur memeluk Yunho.



"Kau bilang sibuk padaku.", Junsu merengek seperti anak kecil. Yunho terkekeh.



"Kejutan kecil untuk uri dolphin yang sedang berulang tahun.", ucap Yunho santai. Junsu tersenyum.



"Gomawo ada disini.", senang Junsu. Yunho mengangguk.



"Saengil chukkae Su-ie.", Yunho memeluk adiknya erat. Bahagia bercampur kerinduan dua bulan ini. Mereka terbiasa berlima setiap saat, tapi hampir satu tahun ini, terasa sulit.



"Hyung. Changminnie mana?", tanya Junsu, karena hanya Yunho yang muncul.



"Hei dolphin.", panggil suara di belakangnya. Junsu kenal suara itu. Ia berbalik badan. Dan.



Plook.

Potongan kue sedikit besar dilempar ke wajahnya.



"Shim Changmin.", teriak Junsu yang wajahnya jadi belepotan cream dari kue tart itu.



-Junsu POV-





Baru saja bertemu, si magnae ini sudah memulai masalah denganku. Huh. Aku sebal sekali.



"Kau tampak tampan sekali dolphin. Hahaha.", ledek Changmin tertawa puas. Hiuh. Wajahku lengket sekali. Aku beranjak ke meja makan untuk mengambil sisa kue tart. Tapi lebih dahulu direbut Jaejoong hyung.



"Jangan harap. Membuat kue ini tidak mudah. Tak akan aku biarkan ini dibuang sia-sia.", cerewet Jaejoong hyung menjauhkan kue tart itu dariku. Aku mendengus dan menghentakkan kakiku.



"Ah Dolphin kau cepat sekali marah. Hari ini kan ulang tahunmu.", rajuk Changmin mendekatiku. Ia membersihkan wajahku dengan tissue basah.



"Saengil chukkae hyung.", ucapnya di tengah membersihkan wajahku. Aku tersenyum.



"Gomawo.", balasku. Ia menyeringai. Aku tahu wajah ini.



Plook.

Ah. Shit! Badanku bau telur yang Changmin pecahkan keras di atas kepalaku.



Byuuur.

Yoochun hyung menaburiku dengan tepung terigu dari atas kepala.



Kyaaa.

Apalagi ini? Huweee. Mentega cair diguyur oleh Jaejoong hyung ke tubuhku. Mereka jahat.



"Kalian apa-apaan? Huah.", murkaku memandang wajah mereka satu-persatu. Mereka malah terkekeh senang.



"Sepertinya adonannya harus diberi air.", ucap Changmin menyeringai padaku. Sepertinya aku dalam bahaya. Benar saja, baru saja aku mau lari. Tubuhku sudah diangkat oleh Changmin, Yoochun hyung dan Jaejoong hyung. Aku meronta, ingin di lepaskan. Tapi nihil, mengapa mereka kuat sekali.



"Yunho hyung. Tolong.", teriakku meminta bantuan.



"Yaa kalian lepaskan dolphin.", suruh Yunho hyung galak.



"Tidak bisa hyung. Mumpung ia sedang ulang tahun.", ngeyel Yoochun hyung yang kemudian tertawa kerar. Aku mengumpat tak jelas dalam hati.



Byuurr.

Benarkan? Aku dilempar ke kolam renang yang sangat dingin. Ini tengah malam. Aku menatap empat orang itu bergantian. Entah aku sebal pada semuanya tanpa terkecuali.



"Saengil Chukkae dolphin. Saranghaeyo.", teriak mereka berempat bersamaan dan membentuk tanda hati dengan kedua tangan mereka.



Hah. Aku tersenyum. Aku tidak bisa marah pada mereka. Bahkan aku malah merasa, ini bukti sayang mereka padaku.



'Ya Tuhan terimakasih untuk segalanya.', teriak batinku pada Tuhan pemilik semua yang ada pada dunia ini.



Aku tersenyum kepada mereka. "Na do saranghaeyo.", balasku. Mereka berbalik tersenyum padaku. Yang harus kalian tahu.



Akan ada dimana senyum kami bersama untuk kalian. Jika Tuhan mengijinkan, aku berani berjanji pada kalian.



Percayakah padaku?





Selamat ulang tahun Kim Junsu. Hehe.





.....







The End.







Entah mengapa aku merasa tidak ada kesedihan sedikitpun di ulang tahun Junsu.*tidak seperti waktu ultah 4 member yang lain*



Dan aku benar-benar yakin, selama ini, atas nama DBSK tidak pernah ada kata terbagi, terpecah, ataupun terpisah.

Memang, raga mereka terpisah menjadi dua bagian.

Tapi yang sangat aku yakini, jiwa mereka tetap selalu bersama.

Itu yang aku rasain dan aku terka akhir-akhir ini.

Aneh, tapi emang itu kenyataannya.

Jadi buat apa kita bersedih?

Merindukan bukan untuk menjadi sebuah patokan kita bersedih.

Jadi tersenyumlah mulai detik ini dalam sebuah penantian akan kembalinya keutuhan sebuah kebanggan kita.

Teriakan dalam hatimu nama itu.



'Dong Bang Shin Ki'







Ps: gomawo udah mau membaca FF ini.

Hahaha.

Mungkin banyak kurangnya.

Karena itu minta commentnya.

Untuk segala sesuatunya yang kalian rasakan di FF ini

Monday, November 8, 2010

???.. YunJae..

Cast; Yunho x Jaejoong

...............


Bruuukkk
Dua orang namja saling bertubrukan di koridor sekolah.

"Awwww.", ringis salah satu namja yang berparas cantik.

"Kalau jalan pakai mata.", sinis namja lain yang benar-benar tampan.

"Dimana-mana jalan pakai kaki, bukan mata. Lagipula, kau yang menabrakku. Kenapa kau yang marah-marah.", kesal namja cantik itu, lalu berlalu dengan mulut yang komat-kamit.

"Sial.", namja tampan itu menendang tempat sampah di depannya.

......................

"Pagi anak-anak, hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan masuk.", kata Leeteuk songsaengnim. Tak lama muncul seorang namja cantik yang tersenyum pada setiap manusia di kelas. Dan 31 pasang mata, baik yeoja atau namja semua tidak melepas pandang dari paras tampan nan cantiknya.

"Itu kan namja menyebalkan yang tadi bertabrakan. Anak baru ternyata.", pikir Yunho dalam hati. Lalu mengalihkan pandangannya, karena tidak peduli.

"Baik Kim Jaejoong, kau bisa duduk disamping Jung Yunho.", suruh songsaengnim menunjuk meja Yunho.

"Aish, kenapa harus duduk dengan namja galak ini.", eluh Jaejoong yang kemudian berjalan ke arah tempat duduknya.

"Naneun, Kim Jaejoong imnida.", Jaejoong memperkenalkan diri pada Yunho.

"Terus? Apa peduliku?", ketus Yunho.

"Orang gila.", ejek Jaejoong dalam hati.

..................

-Jaejoong POV-

Baru tiga minggu duduk dengannya, tapi aku sudah jadi gila. Galak sekali.

"Heh. Kau orangnya memang galak ya?", tegurku sambil menusuk-nusuk bahunya.

"Aduh berisik, iya aku mau galak bukan urusanmu.", ketusnya. Aduh benar-benar namja aneh.

"Jaejoong~yah, apa kau mau jadi pacarku?", tanya Yoochun padaku yang tiba-tiba muncul seperti hantu.

"Jagiya. Kelakuanmu mulai lagi kan? Aku minta putus.", teriak Junsu yang memang pacarnya. Mana mau aku jadi korban namja playboy itu.

"Aish, Yoochun-ssi. Urusi pacarmu sana. Sudah punya pacar, masih menggangguku.", kataku sambil menunjuk Junsu yang merengut. Aku lihat Yoochun menggaruk-garuk kepalanya dan berlari memeluk Junsu.

"Aish, jagiya. Jangan putuskan aku. Aku kan tidak bisa, jika tanpamu.", rajuk Yoochun bergombal.

"Tapi jangan genit lagi.", manja Junsu.

"Oke jagiya.", Yoochunpun mengecup pipi Junsu. Aku tertawa keras sekali.

"Puaskah tertawamu? Sudah merasa jadi primadona disini. Mentang-mentang semua namja dan yeoja di sekolah ini memintamu jadi pacar mereka.", sindirnya ketus padaku. Apa salahnya, memang aku primadona. Kenapa dia sibuk sekali mengurusiku.

"Kau ini kenapa sih, semua bukan urusanmu.", kesalku padanya. Tiba-tiba ia menarikku dan mencium bibirku. Apa yang dia lakukan? Ah, ini ciuman pertamaku yang diambil oleh namja yang menyebalkan.

"Mulai sekarang jadi urusanku.", katanya sesaat setelah melepas ciumannya.

Plaaakkk
Aku langsung menamparnya.

"Kau kira, aku namja gampangan yang bisa kau cium seenaknya. Memangnya kau siapa.", marahku. Tapi yang lebih menyebalkan, ia malah tertawa kecil dengan gaya memuakkan.

........................

Semenjak ciuman itu. Dia semakin galak, dan tingkahnya aneh. Setiap ada yang mendekatiku. Dia akan jadi seseorang yang super duper ketus dan bermulut tajam.

"Bukan gampangan. Tapi senang jika diganggu. Namja macam apa ya?", sindirnya sambil mengetuk-ngetuk mejanya. Saat Siwon menghampiri meja kami dan memintaku jadi pacarnya.

Aku geram. "Kau kenapa selalu saja. Maksudmu apa? Bicara seperti itu padaku.", bentakku. Siwon pergi, saat Yunho memberi isyarat untuk pergi.

"Memangnya aku bicara padamu? Aku kan hanya bicara sendiri. Mungkin kau saja yang merasa.", katanya berbalas memuakkan.

"Kau. Tapi maksudnya kau menyindirku. Kalau kau suka padaku bilang saja. Kau cemburu kan? Hah.", bentakku.


-Yunho POV-

"Kalau iya kau mau apa?", sautku tak kalah keras. Ia sepertinya benar-benar kesal padaku. Aku memang tidak peduli padanya, walaupun dia memang cantik. Tapi setelah semua orang mendekatinya, aku jadi kesal sendiri. Bukan iri, tapi karena lama-lama aku menyukainya.

"Aku? Kau tanya. Aku mau ini.", Ia menarik wajahku dan diciumlah bibirku. Ini bukan hanya kecupan tapi lumatan.

"Kau puas? Seharusnya bilang dari dulu. Tidak usah berlagak kasar padaku.", katanya dengan sinar mata yang menyorot padaku. Aku masih tidak bisa berkata apa-apa. Ini terlalu mendadak, dan membuat jantungku berhenti.

"Kalau kau menyukaiku katakan, sebelum kau menyesal.", katanya sambil mengedipkan mata lalu pergi. Dia menantangku. Belum tau siapa Jung Yunho.

......................

Pagi-pagi aku sudah menunggunya di depan gerbang, saat baru melihat batang hidungnya. Aku langsung menarik lengannya dan membanting tubuhnya ke tembok dan memenjaranya dengan kedua tanganku.

"Kau mau apa sih?", geramnya.

"Kau menantangku kan? Aku menyukaimu namja cantik. Apa mau jadi pacarku?", kataku dengan wajahku yang sangat dekat padanya. Aku lihat dia tersenyum dan memasang wajah menggoda. Aku tau ini jawabannya.

"Sekarang kau milikku. Kau menggodaku untuk menciummu. Jadi jangan harap aku akan melepaskan dengan cepat.", kataku lalu mencium dan melumat kasar bibirnya. Aku dapatkan balasan darinya.

"Aish, mereka berciuman di muka umum apa sudah gila.", ledek murid-murid yang lewat. Namun, apa peduliku. Sekarang aku dapatkan apa yang aku mau. Ternyata dia liar juga, kini darah keluar dari bibirku. Namja cantik ini kini milikku. Akupun meraih pinggangnya dan kurangkul erat.




The End

???.. OnKey..

Cast; Onew x Key

......................


-Key POV-

Aku kesal pada hyung, selalu saja tidak bisa menepati janji. Aku menunggunya dari dua jam yang lalu. Tapi apa yang terjadi, dia dengan enaknya bilang.

"Jagiya, maaf. Aku ada urusan, jadi tidak bisa datang.", katanya beralasan saat menelepon tadi. Kenapa tidak bilang daritadi. Onew hyung kenapa selalu membuatku kesal. Ini keseribu kalinya, ia membatalkan janji dan membuatku menunggu.

"Key.", tiba-tiba Jonghyun hyung muncul dan menyapaku.

"Hyung.", kejutku padanya.


-Author POV-

Jonghyun duduk disamping Key. Ia tidak sengaja melihat Key sendirian di tepi sungai Han. Iapun menghampiri.

"Kenapa cemberut?", tanya Jonghyun.

"Onew hyung. Dia menyebalkan. Aku menunggunya dari jaman manusia purba. Tapi seenaknya dia membatalkan.", cerita Key dengan emosi membara.

"Sudah jangan dipikirkan. Dia ada urusan pastinya, jadi terpaksa membatalkan. Kau jangan marah padanya.", bijak Jonghyun. Ia menarik kepala Key lalu ditaruh di bahunya. Karena ia tau, Key sebentar lagi menangis karena kesal.

Seseorang menarik tubuh Key.
"Mentang-mentang aku membatalkan janji. Kau bisa bermesraan dengan pria lain.", bentak orang itu tak lain Onew. Semua bunga, coklat yang ia bawa jatuh ke tanah. Ia hanya berpura-pura membatalkan janji sengaja agar Key kesal. Karena hari ini, hari spesial. Dua tahun mereka berpacaran.

"JAGIYA.", kejut Key.

"Ternyata kau bersama dia. Kau selingkuh selama ini. Aku benci padamu.", geram Onew. Lalu pergi.

"Hyung, tunggu. Bukan seperti itu. Biar aku jelaskan.", Jonghyun mencoba mengejar Onew.

"Aku sudah liat, tidak ada yang harus di jelaskan. Kau bisa ambil dia sepuasmu. Mulai detik ini dia bukan siapa-siapaku.", teriak Onew diambang pintu mobilnya. Ia memicingkan matanya pada Key. Mendengar itu Key menangis. Ia bukan pria cengeng, dia malah teramat tegar. Tapi entah, setiap berhubungan dengan Onew dia benar-benar seperti pria yang lemah. Setelah melihat lekat-lekat Key, Onew masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dalam keadaan marah.

........................

Key sudah berulang kali mencoba menelepon, mengirim pesan pada Onew untuk menjelaskan semuanya. Namun, nomor ponselnya tidak aktif. Pesannyapun selalu pending. Ia sudah diambang kesedihannya. Ia terlalu mencintai Onew. Tidak akan pernah terlintas di benaknya untuk mendua dari Onew.*sok iye* Tidak ada keinginan sekarang ini untuk menjalani hidupnya dengan warna-warni dunia. Hanya warna hitam yang ia ambil sebagai pengiringnya.*haha*

Ia memutuskan untuk datang ke rumah Onew. Jalan satu-satunya untuk bertemu dan menjelaskan semuanya.

Ting. Tong.
Key menekan bel rumah Onew, seorang ajjhuma membukakan pintu. Ia pelayan disini.

"Tuan Key. Kau mau mencari tuan muda Onew. Dia ada di kamar. Silahkan masuk.", ramah ajjhuma tersebut. Key tersenyum, walau ragu dia tetap melangkahkan kakinya.

Saat hendak keluar kamar Onew melihat Key, dengan masih dalam amarahnya. Ia segera masuk kembali ke dalam kamarnya.

Key ragu saat sudah di depan pintu kamar Onew. Haruskah ia mengetuk pintu atau langsung masuk. Ia tidak pernah melihat Onew semarah waktu itu. Akhirnya, ia memutuskan langsung masuk.

Cekleekk.
Key membuka pintu.

"HYUUNG.", kaget Key. Air matanya langsung mengalir melihat pemandangan di hadapannya. Hatinya makin teriris sembilu. Melihat orang yang dicintainya kini sedang berciuman dengan seorang wanita.

"Oh Key! Ada apa?", saut Onew santai.

"Ti i dak hyung. Ta di i nya, aku hanya ingin menyelesaikan pertengkaran kita. Tapi sepertinya aku mengganggu.", kata Key lirih dan terisak. Ia benar-benar tidak bisa menahan tangisnya.

"Kau tidak mengganggu. Kau mau bicara apa?", kata Onew dengan memuakan sambil terus memeluk wanita itu dari belakang. Seperti sengaja ia pamerkan.

"Tidak hyung, sepertinya memang semua sudah selesai. Maaf mengganggu, aku permisi.", pamit Key. Ia berlari keluar kamar Onew. Ia sudah tidak sanggup melihat lebih lama lagi.

Setelah Key pergi. Onew langsung melepas pelukannya. "Mianhae nonna, kau jadi harus menciumku. Aku akan jelaskan pada Jun Ki hyung nanti.", kata Onew pada wanita yang tak lain adalah kekasih kakaknya, Lee Jun Ki. Onew memintanya bersedia untuk ia cium, agar Key melihatnya dan berpura-pura seakan kekasihnya.*neh cewek enak bener* Awalnya ia tidak mau, namun karena Onew terus memohon. Iapun setuju, asal Onew hanya mencium dagunya.*oh ciuman dagu*

"Sudahlah. Tapi kau jahat sekali padanya.", tegur wanita itu pada Onew.

"Iya aku tau, tapi ia juga jahat padaku. Sudahlah nonna. Itu pantas buatnya.", jawab Onew. Walaupun sebenarnya itu bukan dalam hatinya.

Ia berdiri di tepi jendela kamarnya dan memandang keluar. Dengan jelas ia bisa mendapati Key sedang menangis bersandar di tembok gerbang rumahnya. Ia sakit melihat itu semua. Namun rasa cemburunya, menutupi rasa perihnya.*haha*

......................

Sudah lima hari Key menjadi gila. Ia terus menangis. Makanpun ia tidak mau. Ia hanya mengurung dirinya di dalam kamarnya. Benar-benar menyedihkan melihat keadaannya.

"Key, kau tidak bisa seperti ini terus-terusan.", tegur Jonghyun yang lelah melihat Key seperti ini. Key hanya diam, ia malah menarik selimutnya dan menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.

"Key, kau harus makan. Nanti kau sakit.", suruh Jonghyun.

Lama, Jonghyun tidak mendengar suara atau isak tangis Key. Ia khawatir dan menyibakan selimutnya Key.

"Ya tuhan Key.", kaget Jonghyun.

Ia mendapati Key, pucat dan tidak sadarkan diri. Badannya panas, dengan cepat ia membopong Key ke mobilnya dan ia bawa ke rumah sakit.

........................

"Aish, ini sudah keterlaluan.", geram Jonghyun. Saat melihat Key masih tidak sadarkan diri terbaring di tempat tidur pasien. Ia keluar kamar dan pergi ke sebuah tempat.

Jonghyun mendatangi tempat tongkrongan mereka, yang mereka sebut SHINee World. Onew, Jonghyun, Key, Minho, dan Taemin adalah teman satu genk. Genk yang bernama SHINee.

"Hyung.", Jonghyun menggebrak pintu tongkrongan.

"Berani tampakan wajahmu. Setelah mengambil kekasihku.", sindir Onew sambil tersenyum sinis. Minho dan Taemin yang tidak mengerti apa-apa heran sendiri.

"Hyung, kau tidak tau semuanya. Itu hanya salah paham. Tidak ada yang berselingkuh.", marah Jonghyun tidak suka dituduh.

"Oh, hanya salah paham. Melihat dengan mata kepalaku pria jalang itu berselingkuh denganmu. Jadi salah paham.", kata-kata Onew dengan suara meninggi.

"Yaa, hyung jaga mulutmu.", Jonghyun menarik kerah baju Onew dan membantingnya ke tembok. "Kau tau yang kau sebut pria jalang itu sedang berada di rumah sakit tidak sadarkan diri karena ulah kau.", marah Jonghyun. Matanya menyorot tajam pada Onew.

"Memang apa peduliku.", saut Onew memuakkan.

Buuuukkk
Pukulan didaratkan pada wajah Onew.

"Kau keterlaluan. Jangan salahkan aku jika kau menyesal menyia-nyiakan pria yang begitu mencintaimu." geram Jonghyun. Melihat keadaan yang makin panas. Minho menarik tubuh Jonghyun dan Taemin melindungi tubuh Onew.

"Cukup hyung.", lerai Minho. Ia membawa jauh Jonghyun dari Onew.

Onew sebenarnya gentar mendengar perkataan Jonghyun. Namun ia terlalu keras kepala. Ia memegang ujung bibirnya dan tersenyum dingin.

Dengan emosi tinggi, Jonghyun meninggalkan tongkrongan.

..........................

Dihadapan teman-temannya, Onew seakan tidak peduli pada Key. Padahal jauh di dalam hatinya, ia begitu khawatir. Ditambah, ia tau Key tetap tidak mau memakan apapun. Wajah Key semakin memucat.

Sekarang ini, ia hanya dapat melihat Key dari kaca pintu ruang rawat Key seperti biasa. Setiap hari, pada malam hari Onew selalu datang ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapapun. Dan tiap hari pula, dia mengintip dari luar. Tidak kuat melihat Key seperti itu.

"Hyung, makanlah.", rajuk Minho pada Key. 2MinJong sedang menjenguk Key. Dan sedaritadi semua merajuk Key untuk makan. Namun, Key tetap menggelengkan kepalanya.

"Kau sama sekali belum makan Key, kau tidak bisa mengandalkan infus saja.*ini bukan jonghyun,knp bijak bgt*", kata Jonghyun. Key terus diam. Wajahnya semakin memucat.

"Ayo hyung.", Taemin menyodorkan sesendok pada mulut Key.

"Aku bilang tidak mau.", bentak Key. Ia menepis suapan Taemin hingga sendok dan isinya berantakan dilantai.

Onew yang melihatnya tak tahan lagi, ia masuk ke dalam kamar rawat.
"Key kau harus makan. Kalau tidak aku marah.", suruh Onew dengan terisak. Semua mata mengarah pada Onew.

"Hyung.", kejut 2MinJongKey serempak.

Onew mengambil piring di tangan Taemin dan mengambil sendok cadangan.
"Buka mulutmu.", bentak Onew. Key membuka mulutnya dengan tetesan air mata yang mengalir sempurna di pipinya. Onew menyuapi Key. Jonghyun memberikan isyarat pada 2Min untuk membiarkan OnKey berdua. Mereka bertigapun keluar ruangan.

"Pria bodoh. Kenapa kau tidak makan. Kau jadi sakit kan.", kesal Onew. Iapun mengalirkan air matanya.

"Hyung. Aku tidak berselingkuh. Tidak pernah berniat menduakanmu. Aku bersumpah. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak berselingkuh. Aku berani mati, agar kau percaya padaku. Aku tidak berselingkuh. Percayalah padaku. Waktu itu, Jonghyun hyung hanya menghiburku. Hyung. Maafkan aku. Aku janji tidak akan dekat-dekat dengan siapapun lagi. Iya aku janji. Jika kau mau memaafkanku.", Key bicara panjang lebar. Ia mengatakan itu seperti orang gila.

"Aish, hentikan. Aku tidak peduli dengan semua itu. Aku akan memaafkanmu. Asal kau janji akan sembuh secepatnya. Sekarang makan lagi.", Onew memasang wajah menyesalnya. Keypun dengan cepat menghabiskan setiap suapan Onew. Hatinya senang.

Setelah lama mereka berdiam, Onew naik ke tempat tidur. Ia tidur disamping Key dan memeluknya.
"Maafkan aku, aku tau kau tidak melakukan apapun. Aku percaya padamu. Maafkan aku, yang dirumahku. Itu hal bodoh untuk membalasmu. Mau memaafkanku jagiya?", kata Onew. Ia mengeratkan pelukannya.

"Jagiya?", sangsi Key. Onew mengangguk.

"Iya jagiya, memangnya tidak boleh. Apa memang kau tidak mau menerimaku lagi.", gurau Onew dengan bibir dimajukan imut.

"Memang tidak mau.", gurau Key.

"Sebeginikah kau menghukumku, karena kesalahanku.", eluh Onew. Ia memasang wajah sedihnya.

"Tidak mau, kalau kau belum menciumku.", goda Key. Ia tersenyum innocent pada Onew.

"Masih sakit saja genit.", ledek Onew. Iapun mencium bibir Key dengan penuh cinta. Mereka melupakan yang akhir-akhir ini membelenggu perasaan mereka. Yang mereka tau. Ini hal yang membahagiakan.

"Aku mencintaimu. Sekarang tidurlah. Aku akan memelukmu.", suruh Onew ia mengecup kening Key. Dan memeluk erat Key sebagai penghantar tidur mereka.

.............................

I love you more than anything.

Far from you more painful than i have to kill myself slowly.

If i make you hurt againt.

Is there a kind of punishment for me?

Tearing myself alone is not enough.

I love you whatever happens.

Please, forgive me.

I love you forever and ever.

.............................



The End

???.. HanChul..

Cast; Hangeng x heechul

...................

Seorang pria cantik dalam hadangan preman-preman kelas teri mengelilingi pria cantik itu. Tak jauh dari sana, ada seorang pemuda berpenampilan urakan dengan lolipop dalam mulutnya seperti seorang bad boy melihat kejadian itu.

"Aish, kalian berani sekali ya mengganggu.", kata pemuda itu santai sambil mengeluar masukkan lolipop di mulutnya.*kaya bebe di vacation*

"Mau jadi pahlawan kesiangan?", ledek salah satu preman. Dengan cepat pemuda itu masuk ke dalam kerumunan dan mengamankan pria cantik itu.

"Tenang saja kau akan aman jika ada aku.", kata pemuda itu sambil mengedipkan matanya. Pemuda itu menghajar preman-preman satu persatu. Pria cantik itu hanya tersenyum mengejek.

'Kau pikir aku tidak bisa melawan mereka.', pikir pria cantik itu dalam hati. Ia dengan cepat membantu pemuda itu menghajar semua preman hanya satu kali pukulan pada setiap masing-masingnya. Membuat mereka terkapar seperti ikan-ikan di pasar ikan. Ia menepuk-nepuk kedua tangannya, saat menyelesaikan semuanya.

"Tanpamu, aku juga akan aman.", kata pria cantik itu tersenyum dan mengedipkan matanya pada pemuda yang terkaget-kaget melihat pria cantik itu tanpa kesulitan menghabisi semua. Pria cantik itu mendekati sang pemuda.

"Tapi walau begitu. Terimakasih ya.", pria cantik itu meraih tengkuk pemuda dan mengecup bibir sang pemuda itu dengan lembut. Lalu pergi meninggalkan pemuda yang terdiam terpaku.

Setelah sadar. "Aish, mengapa aku tidak tanya namanya. Babo.", maki pemuda itu sambil memukul jidatnya.

........................


-Hangeng POV-

Pria itu, dua hari ini aku tidak bisa menghentikan pikiranku darinya. Sebuah senyum kecilku menghias, ketika mengingat bibir ini dikecup olehnya. Sudahlah, hari ini ada misi alias mencopet. Aku sebenarnya bukan orang miskin, tapi mencopet dan berlaku seperti badboy adalah kesenangan. Walaupun pada akhirnya hasil copetanku bukan aku yang merasakan.*ky robin hood*

Di hadapanku ada mangsa empuk. Sepertinya ibu itu kaya. Aku mendekatinya, ya dengan tangan cepatku kini dompetnya sudah ada padaku. Dengan santai aku berjalan. Aman terkendali.

Seseorang menepuk bahuku. Aish, pria cantik waktu itu.

"Kembalikan dompetnya.", katanya sambil tersenyum padaku.

"Dompet apa?", aku tidak mengerti. Iya mendekat padaku. Teramat dekat. Tatapannya selalu seperti ingin mencengkramku. Tangannya masuk ke dalam T-shirtku. Dia meraba perutku. Ini menyenangkan.

"Dompet ini.", katanya. Mengacungkan dompet yang aku selipkan di celanaku dan perutku. Sial, dia tau semuanya. Aku jadi malu sekali di hadapannya.

"Itu ya.", aku bingung.

"Jangan jadi pencuri, itu tidak bagus. Aku akan kembalikan ini.", katanya. Lalu pergi. Aish, namanya.

"Hey, namamu siapa?", teriakku. Dia menghentikan langkahnya.

"Heechul. Kim Heechul.", katanya. Nama yang unik. Aku mendekatinya.

"Bisa kita bertemu lagi?", tanyaku.

"Pasti. Setiap hari aku memang mengawasimu. Agar tidak mencopet lagi. Aku tidak suka.", katanya. Maksudnya apa mengawasiku? Entahlah. "Jadilah pria baik.", bisiknya di telingaku. Udaranya berhembus hangat. Lalu ia mengecup pipiku. Dan beranjak pergi. Namun aku tarik tubuhnya dan aku peluk pinggangnya.

"Apa mau jadi kekasihku?", tanyaku. Aku sudah dibuatnya gila. Aku cium bibirnya. Lembut dan hangat. Ia membalasku lebih hangat dan lembut. Ia melepas ciuman kami duluan.

"Kau mau dapatkan aku? Berusahalah.", godanya lalu pergi meninggalkan aku. Pria gila, yang membuatku semakin gila. Aku tidak tahu dimana rumahnya. Maksudnya berusaha apa ya?


-Heechul POV-

Tidak semudah itu mendapatkan aku. Aku harap ini menyadarkan dia untuk mau tanggung jawab dengan perusahaan keluarganya. Dia menganggap hidup ini hanya permainan saja. Denganku dia harus jalani hidup lebih tertata. Tapi aku hadir bukan hanya untuk itu. Karena aku memang mencintainya dan menginginkannya.

................................


-Author POV-

Heechul setiap hari terus mengawasi Hangeng. Ia orang yang menyodorkan diri kepada orangtua Hangeng untuk menjadi orang yang bisa menaklukan cinta Hangeng dan di setujui oleh mereka. Namun, ia diberi syarat. Buatlah Hangeng mau menjalankan perusahaan keluarga lagi. Heechulpun setuju.

"Aish, masih jadi copet saja.", kesal Heechul melihat Hangeng mencopet lagi. Ia segera mendatangi Hangeng.

"Apa kau sungguh-sungguh ingin memiliku?", tegur Heechul. Hangeng kaget, ia berbalik menghadap Heechul.

"Aish kau. Iya, memangnya kenapa?", saut Hangeng.

"Apa kau tidak mendengarkanku? Hentikan mencopet, dan berkerja yang benar. Itu tantangan untukmu jagiya. Kalau menginginkanku.", bisik Heechul. Hangeng tersenyum.

"Hanya itu? Dengan cepat aku bisa dapatkan semua.", jawab Hangeng. Ia memeluk Heechul. "Asal kau jadi milikku. Aku akan lakukan apapun. Bahkan sebuah perusahaan aku juga akan berikan padamu.", lanjut Hangeng. Dipikirannya, perusahaan keluarganya akan jadi jalan keluarnya.

"Heuh. Aku tunggu janjimu. Jangan bermain-main dengan hidupmu. Aku tidak suka itu.", kata Heechul. Hangeng mengangguk.

"Aku antarkan pulang kerumahmu ya. Aku kan pemilikmu sebentar lagi.", tawar Hangeng.

"Hahaha. Apa katamu saja.", saut Heechul. Ia mengamit tangan Hangeng.

........................

Hangeng tidak menyangka rumah Heechul semegah ini. Ia kira Heechul orang biasa. Dari penampilannya bukan seperti seorang milionaire.

"Ini rumahmu?", tanya Hangeng.

"Iya. Kenapa?", heran Heechul.

"Aku kira kau orang biasa.", jelas Hangeng. Heechul tersenyum.

'Berarti dia mencintaiku bukan karena aku orang kaya dan itu bagus.', pikir Heechul senang. "Apa kau mau masuk?", tawar Heechul.

"Apa boleh? Kalau boleh. Aku akan menerima penawaranmu.", saut Hangeng.

"Sangat boleh.", kata Heechul. Ia menarik Hangeng masuk.

Baru membuka pintu, Heechul berpapasan dengan umma dan appanya yang akan pergi.
"Umma, appa tumben sekali masih dirumah?", tegur Heechul.

"Ini kami baru mau pergi. Siapa dia?", tanya Mr. Kim penuh selidik.

"Aku calon menantu kalian. Annyeong ajjhusi, ajjhuma.", kata Hangeng sambil membungkukan badannya.

"Kau kekasih anakku, lihat penampilanmu. Anak berandal. Kau tidak ada pantasnya untuk bersanding dengan putraku. Seorang pewaris tunggal perusahaan keluarga kami. Minimal jabatan Presiden Direktur yang pantas untuknya. Tidak sadar diri sekali kau.", ketus Mrs.Kim. Ia memandang sinis pada Hangeng.

"Sudah. Kau tidak lihat wajahnya. Kasihan, saat umma berkata seperti itu.", Heechul menanggapi santai. "Sudah sana pergi. Nanti terlambat.", Heechul mencium pipi Mr dan Mrs. Kim. Lalu menarik masuk Hangeng.

'Semoga kata-kata umma bisa membantuku mendapatkanmu.', kata Heechul dalam hati. Ia melirik pada Hangeng.


-Hangeng POV-

Ummanya benar-benar tidak suka padaku. Andai mereka tau, jabatan presiden direktur adalah hal mudah untukku. Apa memang aku harus kembali pada pekerjaan lamaku yang membosankan itu. Aku melirik pria cantik di sebelahku. Kini kami berada di kamarnya. Aku mendorongnya ke tembok dan memenjaranya.

"Apa aku benar-benar harus jadi seorang presiden direktur dulu, untuk mendapatkanmu?", tanyaku tepat di depan wajahnya.

"Iya. Itu resikonya karena telah berani menginginganku. Tapi kalau kau tidak sanggup, lupakan saja.", sautnya seakan menantangku dengan tatapan menggoda. Aku bisa merasakan jari telunjuknya menelusuri wajahku. Aku menikmatinya. Sentuhannya membelenggu. Ia canduku, candu yang menggairahkan. Apapun, aku lakukan untuk mendapatkannya. Akan aku ambil alih perusahaanku lagi. Tunggu jagiya kau akan jadi milikku seutuhnya. Aku menghirup aroma tubuhnya, aku memeluknya erat. Bibirku bermain di lehernya.

"Aku bukan milikmu. Jadi jangan harap kau bisa lakukan itu sekarang.", sergahnya mendorong tubuhku. Dia membuatku semakin penasaran.

"Aku mencintaimu.", bisikku mendesah di telinganya.

"Akupun sama Hangeng-ssi.", sautnya tersenyum manis. Dan semakin membuatku gila. Darimana ia tau namaku?

......................

Aku di depan cermin, menggunakan jas. Sangat rapih sebagai hari pertamaku kembali menjadi presiden direktur. Ini untuknya, hanya untuknya.

"Kim Heechul, kau mati di tanganku.", kataku tersenyum sambil memandang fotonya di nakas sebelah tempat tidurku.

Di kantor, aku hanya melakukan hal-hal tidak penting. Duduk, tanda tangan, duduk, tanda tangan. Merindukannya. Kim Heechul. Akan ku lamar hari ini juga.

....................

"Annyeong ajjhusi.", sapaku saat memasuki ruang kerjanya. Dia sepertinya tidak mengenaliku. Wajar saja dengan penampilanku berubah sekali. Kini aku ada di perusahaan milik keluarga Kim. Ia menjamuku dengan ramah.

"Maaf tapi apa aku mengenalmu?", tanyanya akhirnya.

"Aku Hangeng, pria yang waktu itu bersama putramu. Apa ajjhusi ingat? Saat dirumah dengan penampilan berandal.", kataku memberi petunjuk. Sepertinya ia sedikit berputar otak. Dan akhirnya mengangguk.

"Lalu maksudmu apa mengelabui penampilanmu saat ini? Untuk mengelabuiku juga?", ketusnya padaku. Aku menyodorkan kartu namaku. Aku tidak peduli dia mau percaya atau tidak. Aku lihat dia benar-benar kaget.

"SJ Company? Kau PresDir disana? Bukankah kau...", calon mertuaku tercengang, aku potong saja kata-katanya.

"Aku bukan berandal ajjhusi. Aku seorang presiden direktur seperti yang kalian mau. Jadi apa aku bisa menikahi putra kalian?", kataku santai.

"Mwo? Menikah?", ia kaget bukan main. Tadinya ia tetap tidak percaya padaku dan tidak mau melepas putranya untukku. Namun karena bujuk rayuku yang teramat meluluhkan. Aku dapatkan restu dari ajjhusi dan nantinya aku akan dapat restu juga dari ajjhuma. Karena wanita itu pasti akan setuju. Kini tinggal aku dapatkan priaku. Tidak ada alasan lagi untuk ia menolakku.

Aku mendatangi ruangannya. Dia terlihat begitu tampan, tidak seperti biasanya yang cantik bagai cinderella. Tapi tetap saja he's always in my heart.*pret*

Aku masuk ke dalam ruangannya dan duduk di atas mejanya. Membuatnya menghentikan pekerjaannya dan mendengus.

"Tidak sopan sekali.", sindirnya. Ia memandangku dari atas sampai bawah terus-terusan. Sepertinya ia tidak menyangka dengan penampilanku.

"Kenapa? Kagum melihatku?", tegurku. "Sesuai syarat, aku sudah jadi presiden direktur. Jadi aku sudah memilikimu sekarang.", lanjutku mengedipkan mataku. Tapi, ia malah tersenyum mengejek.

"Selamat. Tapi tingkahmu ini sangat tidak pantas disandingkan dengan penampilanmu. Perbaiki tingkahmu.", suruhnya. Aku merengut mendengarnya. Masih ada syarat lagi untuk mendapatkannya. Ia menaikan satu alisnya. Lalu menempelkan pipinya di pipiku.

"Kau harus berusaha. Karena kalau kau berhasil, aku juga berhasil dalam usahaku mendapatkanmu. Jadi semua ada padamu.", bisiknya padaku. Apa yang dia maksud? Aku tidak mengerti.

"Maksudmu apa?", tanyaku. Ia kembali tersenyum.

"Tanya pada orangtuamu. Nanti kau mengerti. Syarat untukku mendapatkanmu.", katanya lagi semakin membuatku tidak mengerti. Memangnya dia kenal orangtuaku. Aku saja baru bertemu dengannya.

..............

Karena penasaran, aku langsung bertanya pada orangtuaku.

"Appa, apa kau mengenal pria bernama Kim Heechul?", tanyaku tiba-tiba.

"Iya, bukannya dia pacarmu?", jawabnya. Malah berbalik bertanya.

"Maksudku darimana appa tau? Aku kan belum memperkenalkannya padamu?", heranku benar-benar.

"Dia menemuiku lima bulan yang lalu. Menyodorkan diri menjadi seseorang yang kau cinta. Blablabla.", ia menjelaskan panjang lebar. Intinya, dia sudah melamarku lebih dulu. Namun, orangtuaku memberi semua syarat seperti syaratnya padaku. Kalau Heechul benar-benar ingin mendapatkanku. Heechul kau ini siapa sebenarnya? Lima bulan yang lalu? Darimana ia tahu aku? Dia membuatku gila.

.......................


-Author POV-

Semakin lama attitude Hangeng semakin baik. Gaya berandalnya berkurang setiap harinya. Awalnya ia lakukan atas dasar keinginannya mendapatkan Heechul. Namun semuanya berjalan karena terbiasa. Benar-benar pria idaman para orangtua. Tapi tidak saat ia bersama Heechul. Keliarannya tak dapat terelakan.

Selesainya makan malam dirumah Hangeng. Heechul diajak Hangeng ke kamarnya.

Hangeng menarik pinggang Heechul, saat Heechul hendak ke kamar mandi.
"Kau mau kemana? Makan malam penutup(baca: bibir dan leher) belum aku rasakan.", kata Hangeng dengan mata berkeling.

"Kau ini, aku mau ke kamar mandi. Rasakan nanti saja.", saut Heechul.

"Kalau begitu aku ikut. Aku bisa rasakan lebih di kamar mandi.", goda Hangeng dengan senyum liciknya.

"Aku belum jadi milikmu. Kau tidak bisa rasakan yang itu.", sergah Heechul. Ia mendorong tubuh Hangeng dan masuk kamar mandi.

Tak lama Heechul muncul. Hangeng kesal.
"Kapan kau jadi milikku? Semua syarat, sudah aku penuhi. Tingkah, aku sudah bertingkah baik. Maumu apa lagi? Bukankah kau juga menginginkanku lebih dulu? Kenapa terus menolakku. Apa kau hanya ingin mempermainkanku?", kesal Hangeng panjang lebar.

"Hahahaha. Jangan marah.", rajuk Heechul ia meletakan kedua tangannya di pundak Hangeng. "Aku hanya ingin memastikan, apa kau benar-benar bisa bertanggung jawab dengan hidupmu. Ternyata kau benar-benar pria yang pantas untukku. Apakah kau sudah jadi milikku?", kata Heechul panjang lebar diakhiri sebuah pertannyaan.

"Dari dulu aku milikmu. Kau saja yang menyebalkan.", kesal Hangeng. Heechul tersenyum. Ia mencium bibir Hangeng dengan lembut.

"Sejak pertama aku melihatmu aku langsung jatuh hati padamu. Sepertinya kau tidak ingat kejadian itu.", ujar Heechul. Hangeng sibuk menciumi leher Heechul.

"Kejadian apa? Kau diganggu itu?", tanya Hangeng sambil terus menciumi leher Heechul.

"Jangan sakit-sakit menggigitnya.", eluh Heechul saat lehernya digigit keras Hangeng. "Ingat acara inagurasimu empat tahun yang lalu. Aku ada dalam tamumu. Saat itu aku tidak sengaja menabrakmu. Dan minumanku membuat kemejamu jadi berwarna merah. Sebagai bintang utama malam itu seharusnya kau marah padaku karena aku menghancurkan penampilanmu. Tapi kau malah menepuk pundakku dan berkata. 'Lain kali hati-hati ya'. Sejak saat itu aku menyukaimu dan kau pemilikku seutuhnya.", cerita Heechul panjang lebar.

"Jadi pria ceroboh itu kau aku tidak melihat wajahmu. Jadi aku tidak bisa mengenalimu.", saut Hangeng santai disela ciumannya pada pipi Heechul. "Lama sekali baru memunculkan batang hidungmu sekarang. Sejak itu, kau milikku seutuhnya, tapi kenapa sampai tadi kau bilang kau bukan milikku?", heran Hangeng. Kini pipi Heechul penuh air liur Hangeng.*jorok*

*anggap percakapan ini saat hangeng sedang mesum*

Heechul memeluk erat Hangeng, dan meletakan kepalanya di pundak Hangeng. Itu membuat Hangeng menghentikan kegiatannya. "Kan sudah aku bilang, untuk meyakiniku. Apa kau pantas untukku. Tapi sekarang aku adalah milikmu seutuhnya.", kata Heechul. Hangeng tersenyum senang.


-Heechul POV-

Hangeng gila, dia benar-benar seperti orang gila. Mendengar itu ia langsung membantingku ke tempat tidurnya dan menindihku. Ia mengendusku, seperti anjing mengendus tulang yang akan jadi santapannya.

"Ini yang aku mau.", katanya mendesah sebelum menyantap dan menikmati semua inci tubuhku yang sudah tanpa sehelai benangpun di hadapannya.*jgn dibayangin*

Sesuatu dari hatiku yang akhirnya aku sejajarkan dengan pandangan mataku. Aku terlebih dahulu mencintai dia, dan ternyata ketampanannya semakin membiusku.

Enam bulan yang lalu aku baru memberanikan diriku untuk melamarnya langsung pada kedua orangtuanya. Sialnya, ternyata dia sudah setahun berlagak seperti badboy dan senang sekali bertingkah berandal. Dan aku harus menanganinya. Karena itu syarat dari orangtuanya. Dua bulan aku mengawasinya, tingkahnya benar-benar jauh dari sopan dan sangat selengean. Kebetulan saat aku mengawasinya, aku diganggu sekumpulan preman. Kesempatan untukku menjeratnya. Aku biarkan dia merasakan sebagai pahlawanku. Dan sisanya untukku membuatnya terkagum dan itu berhasil. Aku kecup bibirnya, agar ia tidak bisa melupakanku. Saat aku melihatnya beraksi lagi dengan kekonyolannya mencuri. Mungkin dia ingin berlagak seperti robin hood. Tetap saja tidak benar apapun alasannya. Aku menepuknya. Menggodanya dengan tatapan dan desahanku. Sedikit meraba perutnya, untuk benar-benar membuatnya menginginkanku. Dan dalam sekejap dia jadi milikku. Aku jalankan aksiku agar ia benar-benar berubah dan kembali ke jalan yang benar.*kaya ape aje* Ternyata semua berjalan sesuai rencanaku. Kini, aku adalah miliknya dan dia adalah milikku.

.......................






The End.

???.. YooSu..

Cast: Yoochun x Junsu

...............


Junsu melamun sepi, hatinya benar-benar kosong. Semenjak lima bulan yang lalu, mengetahui kekasihnya, Younhee memilh pria lain dibandingkan dia.*iya bener oppa sungmin+onew di embat semua, haha*

Sakit hatinya kini hanya ia bagi dengan semilir angin yang berhembus menerpa tubuhnya. Walaupun kejadian itu sudah berangsur lama, namun tetap saja masih menggores luka dalam. Ia berdiri di ujung atap gedung apartementnya, merentangkan kedua tangannya merasakan angin bersatu dengan kesedihannya.

"AKU BENCI KAU, YOUNHEE-YAH.", teriak Junsu. "SEMUA WANITA TIDAK ADA BEDANYA. SEMUA SAMA SEPERTIMU.", lagi-lagi Junsu berteriak geram.

"Yaa kalau mau bunuh diri jangan disini.", tegur seorang namja yang menarik lengan Junsu dan mendekapnya.

"Kau. Yoochun-ssi. Siapa yang mau bunuh diri. Kau kira aku sudah gila.", kaget Junsu, ia menghirup aroma maskulin dari tubuh Yoochun.

"Aku pikir mau bunuh diri. Aku melihatmu dari bawah tadi. Lalu aku langsung naik.", pikir Yoochun asal-asalan. Junsu melepaskan diri dari pelukan Yoochun.

"Aku hanya cari udara segar tau." jawab Junsu kesal.


-Yoochun POV-

Melihatmu terus bersedih, sakit rasanya Jun. Kau berubah, sikapmu dulu begitu lembut. Namun sekarang kau menjadi orang yang bisa dibilang kasar. Kesedihanmu, menyiksaku. Andai kau tau, aku mencintaimu sejak dulu. Betapa khawatirnya aku melihat kau berada di ujung atap ini. Tapi untungnya kau bukan ingin bunuh diri. Akhirnya aku bisa memelukmu, mendekap erat seluruh ragamu. Andai kau juga mencintai seorang pria sepertiku. Tapi sayangnya kau normal. Kalau kau seorang wanita, sudah sejak dulu aku akan berusaha dapatkan seluruhmu.

"Yasudah. Maafkan aku. Aku kembali ke kamarku.", pamitku. Aku dan dia adalah tetangga. Kamar apartementku tepat di depan kamar apartementnya. Kami jarang bertegur sapa. Ia adalah orang yang saat ini menjadi dingin, sedangkan aku menjadi orang yang pemalu karena mencintai sesama jenis. Walau hanya aku yang tau perasaan ini. Dan selama ini, kami hanya bertindak sebagai tetangga. Tapi saat pertama kali melihatnya satu tahun yang lalu. Aku terpesona akan parasnya dan keramahannya, saat aku baru menjadi penghuni baru. Awalnya aku tidak bisa menerima bahwa aku mencintainya. Namun, lama-lama aku sadar mencintainya bukanlah kesalahan.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkanku.", teriaknya. Aku menghentikan langkahku. Dan berbalik padanya.

"Aku mohon jangan terlalu sering membuatku khawatir.", teriakku. Lalu aku kembali melangkah pergi dari atap.


-Junsu POV-

Aroma tubuhnya menyejukan sekali. Dia terlalu baik. Kata-katanya, sebegitu seringkah aku membuatnya khawatir. Untuk apa mengkhawatirkanku? Sepertinya aku harus berteman dengannya.

...................................

Tok. Tok. Tok.
Aku mengetuk pintu apartementnya dengan berbagai jenis makanan ditanganku. Makanan yang aku buat sendiri.

Tak lama ia membukakan pintu. Sepertinya ia terkejut akan kedatanganku. Memang, aku tidak pernah sama sekali berkunjung ke apartementnya.


-Yoochun POV-

Aish, Su~ie. Dia di hadapanku saat ini. Apa ini nyata? Mau apa?

"Boleh aku masuk? Aku bawa makanan untuk makan malam kita. Kau belum makan kan?", katanya padaku dengan lembut. Aku tersenyum.

"Jadi merepotkan. Silahkan masuk.", suruhku canggung. Aku menutup pintu setelah ia masuk. Ia melihat sekeliling apartementku dengan bola mata yang mengitar.

Aku lupa foto-fotonya. Dengan cepat aku menyuruhnya duduk. Aku langsung berlari ke dapur. Mencabut fotonya yang aku tempelkan di pintu kulkas.

"Ada apa Yoochun-ssi?", ia bertanya heran padaku saat menghampiriku ke dapur. Tatapannya seakan curiga dengan tingkahku.

"Tidak apa-apa.", jawabku gugup. Langsung aku masukan fotonya ke dalam sakuku.

"Yasudah kalau tidak ada apa-apa, kau duduk saja. Aku akan menyiapkan semuanya untukmu.", suruhnya padaku. Ia tersenyum manis. Senangnya aku. Kata-katanya. Menyiapkan semuanya untukku. Aku tidak bermimpi kan?

Semua makanan siap di depan mataku. Aish, aku tidak bisa melepas pandanganku darinya. Dia terlalu menarik untuk disia-siakan dari pandanganku walau hanya sedetik.

"Ini semua ucapan terimakasihku.", katanya manis. "Teman.", dia menyodorkan tangannya. Dengan senang hati aku meraih tangannya.

"Teman.", sautku. Ia tersenyum senang. Terlihat dari raut wajahnya.

"Ayo kita makan.", ajaknya riang. Akupun menyantap makanannya yang benar-benar enak. Makanan terenak yang pernah aku rasakan.*enakan makanan bebe*

"Apa kau masih sedih Junsu-ssi?", tanyaku penasaran di sela makan kami.

"Mwo?", sepertinya ia tidak mengerti pertanyaanku.

"Iya, setelah kejadian lima bulan yang lalu. Apa kau masih sedih?", jelasku akan maksudku. Ia langsung berubah lesu dan meletakan mangkuk makannya.

"Sedikit. Yang pasti aku membencinya.", katanya dengan senyum yang aku tebak itu palsu.*mian younhee onnie, kalau ga suka biar aku ganti yang jadi tokoh onnie* "Tapi bagaimana kau tau semua itu?", tanyanya heran padaku.

"Oh itu. Maaf aku tidak sengaja mendengar kalian bertengkar saat itu. Dan aku sering melihatmu menyendiri diatap. Dan aku menghubungkan itu sebagai penyebab kesedihanmu dan perubahan sikapmu", kataku menundukan kepalaku, aku takut ia akan marah, karena aku sudah lancang. Namun, diluar dugaan.

"Ternyata kau suka memperhatikanku juga ya. Hahahaha.", guraunya dengan tawa. Iapun kembali memakan makanannya.

"Hehehe.", aku hanya balas tertawa canggung. Setiap hari aku memperhatikanmu su~ie.
-Author POV-

Junsu dan Yoochun semakin hari semakin dekat sebagai teman. Ini sebuah keberuntungan untuk Yoochun. Walau ia tidak mendapatkan Junsu sebagai kekasihnya. Namun, paling tidak ia dapat dekat dengan Junsu. Sedangkan bagi Junsu, setelah sekian lama ia tidak membuka diri untuk berteman. Akhirnya, ia bisa tertawa lepas. Bisa merasakan harinya tidak sesunyi sebelumnya. Semua karena Yoochun.

Yoochun memasuki lift dari basement, ia akan naik ke lantai kamarnya. Saat di lantai satu. Lift terbuka. Dan Junsupun akan menaiki lift yang sama.

"Junsu-ssi. Annyeong.", sapa Yoochun ramah dan riang.

"Annyeong. Kau darimana Yoochun-ssi?", tanya Junsu. Pintu lift tertutup, sesaat Junsu melangkah masuk ke dalam lift.

"Dari basement, mengambil barang yang tertinggal di mobil.", jawab Yoochun. Junsu mengangguk mengerti.

Grrrkkk
Lift berguncang hebat, dan terhenti mendadak membuat Yoochun tanpa sadar mengurung Junsu yang terjebak antara kedua tangannya, tubuhnya, dan dinding lift. Yoochun merasakan jantungnya tidak karuan karena kini ia benar-benar dekat dengan wajah Junsu. Junsu menelan ludahnya dalam. Nafasnya sesak memandang sepasang mata tajam manusia di hadapannya.


-Junsu POV-

Tatapannya tajam sekali, aku benar-benar takut dengan sorot matanya. Aroma tubuhnya benar-benar menggodaku. Kenapa rasanya jantungku tidak karuan seperti ini. Rasanya seperti saat bersama Younhee dulu.

Lama-lama wajahnya merunduk, mendekat padaku. Panas nafasnya memburu berhembus hangat di wajahku. Membuat hatiku berdesir. Aku memejamkan mataku, mendekatkan sedikit wajahku padanya. Seperti menantangnya untuk segera menciumku. Dan hanya dalam hitungan detik, aku bisa merasakan bibirnya menyentuh bibirku. Hanya menempel, tidak lebih. Rasanya nyaman sekali.

"Bagi pengguna lift, dikarenakan terdapat kerusakan pada mesin. Dengan permohonan maaf yang besar. Lift tidak dapat digunakan kurang lebih dalam 15 menit karena sedang dalam perbaikan. Terimakasih.", suara dari resepsionis, terdengar jelas dari speaker yang terletak di dalam lift. Namun, aku tidak peduli.

Aku sudah dalam kegilaanku. Aku lumat bibirnya yang seksi dan menggoda. Dia tersentak kaget, saat aku mulai melumatnya.


-Author POV-

Awalnya Yoochun terkejut, karena Junsu yang menggugah hasrat terlebih dulu. Lama-lama, ia membalas lumatan Junsu lebih bernafsu. Ia semakin menghimpit tubuh Junsu ke dinding lift. Membuat Junsu semakin sulit bernafas. Tangan nakal Junsu masuk ke dalam kemeja Yoochun dengan lembut ia membelai lembut punggung Yoochun. Yoochun memasukan lidahnya ke dalam mulut Junsu, saat Junsu mencoba mencari udara. Lidah mereka bermain dengan hasrat didalamnya.

Yoochun melepas ciumannya lalu beralih ke leher Junsu, mencari kenikmatan yang lebih disana.

"Yoochun-ssi.", desah Junsu yang mulai kesakitan karena gigitan-gigitan kecil Yoochun.

"Ssstt. Sebentar Su~ie.", saut Yoochun. Ia kembali melumat bibir Junsu.

Mereka begitu lama melakukan ciuman yang teramat intim. Tangan Junsu yang mengerayangi tubuh Yoochun semakin membuat panas.

Ggrrrkkk
Lift kembali berguncang, namun guncangan tanda lift kembali berfungsi. Menyadarkan semua akal sehat mereka kembali. Junsu dengan cepat menarik tangannya dari tubuh Yoochun. Dan melepas kasar ciumannya. Yoochun langsung kembali ke posisi semula. Menatap lurus ke depan.

"Ah lift ini, lama sekali benarnya.", eluh Junsu yang jadi salah tingkah sendiri. "Apa yang kami lakukan. Menciumnya? Astaga aku tidak mungkin gay?", otaknya berusaha menolak kenyataan. Yoochun tidak merespon eluhan Junsu sama sekali.

"Aku mencium bibir indahnya.", Yunho tersenyum tidak percaya. "Apa ini akan membuatnya membenciku?", tiba-tiba Yoochun takut semua itu terjadi.

Lift terbuka tepat di lantai lima. Lantai kamar apartement mereka. Junsu keluar lebih dahulu meninggalkan Yoochun tanpa sepatah kata apapun. Otaknya masih belum mencerna perasaan yang sebenarnya.

Yoochun menatap sendu punggung Junsu. Baru sebentar ia dapat berdekatan dengan Junsu. Sekarang, dalam waktu singkat. Ia sudah berhasil membuat Junsu membencinya.

........................................


-Junsu POV-

"Younhee-yah. Kau berhasil merubahku. Kau berhasil membuatku membencimu dan membenci wanita. Kau berhasil membuatku jadi menyukai sesama jenis. APAKAH KAU PUAS SEKARANG?", aku berteriak di depan fotonya. Foto wanita yang pernah aku cinta.

Yoochun-ssi, apa kau juga menyukaiku? Apa kau seorang Gay? Aku menghela nafasku. Gay? Sepertinya tidak buruk untukku. Lagipula, aku tidak percaya dengan wanita lagi. Jika aku bisa senang bersama Yoochun-ssi apa salahnya? Bukannya cinta itu buta. Termasuk membutakanku akan jenis kelamin siapa sosok yang aku cintai sekarang ini.

Aku tertawa jika mengingat kejadian di lift kemarin. Aku begitu gila. Berani sekali aku menantangnya seperti itu. Hampir saja aku menyetubuhinya di dalam lift. Senangnya, kalau itu benar terjadi. Tiba-tiba otakku berpikir lain. Dia sedang apa ya? Apa dia sudah makan? Kenapa aku jadi cemas sekali terhadapnya. Kim Junsu, kau memang sudah gila.

......................................


-Yoochun POV-

Jika aku ketuk pintu ini, apakah dia akan marah soal kejadian kemarin? Aku kini berdiri tepat di depan pintu apartementnya. Merasa ragu untuk mengetuk pintu itu.

Cekleeekk
Ternyata pintunya lebih dulu dibuka sebelum aku ketuk.

"Yoochun-ssi.", kagetnya menemukanku berdiri mematung. "Baru aku mau ke tempatmu.", katanya santai. Dari gelagatnya, sepertinya ia tidak marah padaku. Aku harap seperti itu, agar aku tenang.

"Junsu-ssi, ak....", belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku. Tangannya sudah menarik tanganku masuk ke dalam apartementnya. Sentuhan tangannya membekukan aliran darahku. Hangat sekali.

"Ayo masuk. Aku tadinya memang mau mengajakmu makan malam di apartementku. Tapi kau sudah lebih dulu datang. Dan itu bagus, jadi kita bisa secepatnya makan siang ya kan Yoochun-ssi.", katanya panjang lebar dan begitu santai. Aku tersenyum dan mulai melangkah masuk lebih ke dalam apartementnya. Aku masih bisa melihat dengan jelas foto kekasihnya dulu masih ia pajang di nakas kecil di ruang televisi. Hatiku masih cemburu akan itu.

"Kebetulan sekali ya.", kataku singkat.

"Kau canggung sekali Chun-ssi. Pasti karena kejadian kemarin kan.", ujarnya seakan mengetahui semua yang ada diotakku. Memang aku tidak bisa tenang karena kemarin Su~ie.

"Ne. Junsu-ssie soal yang di lift aku minta maaf. Aku saja yang terlalu didorong nafsuku untuk menciummu.", kataku menunduk sesal, tidak berani menatapnya. Aish, terserah apa yang akan ia pikirkan sehabis ini. Tapi memang setiap melihat dia, gairahku naik sampai ubun-ubun. Untung saja selama ini bisa aku tahan. Namun, untuk kemarin. Sulit sekali menahannya. Sehingga aku menciumnya begitu bernafsu kemarin.


-Junsu POV-

Mwo? Dia benar-benar bernafsu saat menciumku. Aku kira pasti nafsu itu karena aku menantangnya. Aku tersenyum.

"Gwaenchana. Kau ini. Seharusnya aku yang minta maaf, bukannya kemarin aku yang menantangmu untuk menciumku. Jadi tidak usah kau pikirkan. Ayo kita makan.", kataku santai. Terlihat banyak tanda tanya dari raut wajahnya. Aku sadar, ini bukan diriku. Aku sudah berubah setelah ia meninggalkanku. Sebelumnya, aku bukanlah seseorang yang sepertinya sesantai ini tanpa perasaan dan menganggap semua angin lalu. Tapi sekarang aku mulai terbiasa dengan sifatku ini. Menurutku aku yang baru lebih membuatku leluasa. Tidak merasa takut lagi untuk menyatakan atau melakukan sesuatu. Welcome my new life. And absolutely, he's a part of my new life. Akan aku buat kau menyukaiku, Yoochun-ssi. Walaupun akan sulit.

Aku merangkul pundaknya, membawanya ke meja makan. Aku duduk disampingnya. Sengaja agar gerak-gerikku tidak terhalang meja. Aku mengambilkan makanan yang ia mau dalam piringnya. Selama aku berteman dengannya aku tau dia tidak suka sayur. Jadi aku sudah buat menu non vegetables. Mulai hari ini dan seterusnya, aku akan melayani pria di hadapanku ini. Karena aku begitu mencintainya.

"Gomawoyo Junsu-ssi.", ucapnya begitu lembut. Aku mengangguk dan tersenyum padanya.

"Makan yang lahap Chun-ssi. Itu akan membuatku senang.", kataku. Dia tertawa kecil, lalu melahap makanannya.

"Ini enak sekali Junsu-ssi.", pujinya. Membuatku benar-benar senang. Aku tidak kuat lagi memendamnya. Dia menyiksaku dengan senyum mautnya.

"Chunnie aku menyukaimu.", kataku yang membuatnya tersedak makanannya segera aku sodorkan minum. Ia meraih lalu menenggaknya sambil menepuk dadanya. Aku menghela nafasku. "Bukan menyukai, lebih tepatnya aku mencintaimu Yoochun-ssi. Aku rasa berteman denganmu telah membuatku menjadi seseorang penyuka sesama jenis.", lanjutku yang makin membuatnya terkejut. Aku sudah kira itu. Mana mungkin pria tampan dan baik seperti dia seorang gay.

Tiba-tiba dia menarikku mendekatnya, ia merengkuh wajahku mengecup ujung bibirku. "Ada nasi dibibirmu.", katanya lalu nasi yang sepertinya menempel dibibirku ia telan. Aish, kenapa cara menelan nasi itu seakan menelanku.

"Taukah Junsu-ssi, aku lebih dulu mencintaimu. Sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Saat aku menjadi penghuni baru dan kau menyapaku sangat ramah. Awalnya, aku kira cintaku akan terus bertepuk sebelah tangan. Aku kira hanya aku saja yang menyukai sesama jenis. Tapi kata-katamu barusan membuatku mendapatkan kata-kata paling indah. Ternyata kau juga memiliki perasaan yang sama denganku. Dulu aku begitu malu karena aku menyukaimu. Namun sekarang, sepertinya aku tidak usah malu lagi dihadapanmu.", katanya panjang lebar. Kali ini aku yang dibuatnya tersedak. Tidak aku sangka dia juga seorang gay. Bahkan lebih dulu dibandingkan aku. Tapi ini malah membuatku senang. Dengan begitu, aku tidak perlu susah-susah membuatnya menyukaiku lagi. It's great. Aku menantangnya lagi.

"Itu bagus Chunnie.", aku memeluknya, mendekap, menghirup tubuhnya. Aromanya menyelimuti seluruh kehangatan tubuhku. "Kau tau Chunnie, apa yang benar-benar aku inginkan di lift saat itu?", tanyaku dengan senyum nakalku. Dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak memangnya apa?", tanyanya. Aku meregangkan pelukanku. Mendongakan kepalaku menghadapnya.

"Aku ingin merasakan tubuhmu saat itu. Tapi sayangnya, lift itu cepat sekali benarnya. Chunnie, bisakah aku rasakan sekarang?", , pintaku. Dia tersenyum geli.

"Aish, itu yang juga ingin ku rasakan denganmu dari dulu. Kita lakukan sekarang. Kau mau dimana?", katanya mengabulkan keinginanku. Pikiran nakalku berkembang pesat saat bersamanya. Bergumul? Bagaimana rasanya? Aish, untuk pertama kalinya aku akan merasakan itu dengan seorang pria.

"Di kamarku saja. Tapi habiskan makanannya dulu. Saranghaeyo Chunnie.", kataku dengan lembut. Ia membelai wajahku. Dan mencium bibirku dengan hasrat, lalu turun ke leherku. Memberikan kiss mark disana.

"Itu permulaan sayang. Sisanya kita lakukan sehabis makan. Na do saranghaeyo Su~ie.", katanya membuatku geli. Ia mengecup bibirku lagi dan kembali menyantap makannya dengan lahap. Sepertinya dia sudah tidak sabar menyantapku setelah ini. Aku tersenyum senang.









-The end-

???.. 2Min..

Minho sibuk merajuk Taemin yang sedang marah padanya. Taemin cemburu buta saat mendengar skandal hubungan Changmin dan Minho dari teman-temannya di sekolah.

"Jagiya, jangan terus marah padaku. Itu hanya salah paham. Aku minta maaf jagiya.", rajuk Minho dengan sepenuh hati. Taemin tetap saja pada tingkah anak kecilnya yang bersembunyi dibalik selimut.

"Aku benci hyung. Hyung pergi saja sana sama Changmin hyung. Aku benci hyung.", sindir Taemin yang berteriak-teriak sambil menendang-nendangkan kakinya. Lama-lama Minho kesal juga dibuatnya.

"Changmin hyung, Changmin hyung. Terus saja kau sebut namanya.", bentak Minho. "Dasar anak manja.", ejek Minho kesal. Ia membanting keras pintu kamar Taemi. Taemin yang diledek seperti itu memajukan bibirnya.

"Ish, aku bukan anak manja. HYUNG NYEBELIN.", teriak Taemin.

"BODO. MANJA.", balas teriak Minho.

......................................................................

Saat makan malam Minho dan Taemin masih tidak mau bertegur sapa.

"Aish, kau apakan adikku Minho?", marah Onew. Minho menaikan bahunya tak acuh.

"Mana aku tau.", jawab Minho singkat. Onew menggeram.

"Hyung, Minho hyung selingkuh.", adu Taemin berlari memeluk Jonghyun yang baru keluar kamar. Minho menatap kesal melihat kekasihnya bermanja dengan namja lain.

"Apa kau selingkuh? Yaa Choi Minho kau berani sekali", marah Onew hendak memukul wajah Minho namun ditahan Key yang lebih dulu memeluknya. Minho hanya tersenyum masam.

Jonghyun membelai rambut Taemin yang sedang menangis di pelukannya, lalu dikecupnya puncak kepala Taemin. Minho marah.

"Yaa hyung, dia pacarku. Jangan seenaknya menciumnya.", marah Minho ia menarik tubuh Taemin. Taemin mendengus menatap tajam Minho.

"Aku tidak mau punya pacar, yang suka selingkuh sepertimu.", teriak Taemin melepaskan diri dari jeratan Minho dan kembali memeluk Jonghyun. Minho geram namun hanya tertahan. Ia menendang kursi meja makan dan langsung naik ke kamarnya dalam emosi tinggi.

Di dalam kamar ia menelepon seseorang.

"Yeobohaseyo. Hyung, masih berapa lama lagi kau di Jepang?", tanya Minho langsung pada seseorang di telepon.

"Masih seminggu lagi Min.", jawabnya.

"Baguslah, aku mau menyusulmu hyung.", kata Minho sepertinya lega.

"Mwo? Yang benar? Lalu sekolahmu? Taemin? Apa anak manja itu memperbolehkan? Kau pulang ke rumah saja tidak boleh.", heran orang yang ditelepon akan perkataan Minho.

"Sudahlah Siwon hyung, kau tidak usah memikirkan dia. Aku juga sudah putus darinya. Biarkan adikmu ini menyusulmu dan bersenang-senang di Jepang. Aku gerah berada di Korea.", rajuknya pada Siwon yang tak lain adalah kakaknya.

"Ckckckckck. Bertengkar lagi. Kalian ini. Yasudah kau kesinilah.", Siwonpun menyetujuinya.

"Gomawo hyung. Aku matikan ya. Aku ingin tidur.", Minhopun memutus sambungan teleponnya. Ia membanting tubuhnya ke atas kasur.

"Sial, aku lelah denganmu Taemin.", kesal Minho. "Changmin hyung. Hanya karena gosip sampah. Kau kira, aku siap dibunuh Kyuhyun hyung jika berselingkuh dengannya. Bodoh sekali kau Min. Sudah sering aku jelaskan, aku hanya nonton berdua dengannya, itupun tidak sengaja. Seharusnya aku yang marah, setiap kali kau bermanja pada namja lain. Memeluk Key hyung dan Jonghyun hyung. Kau tidak pikirkan perasaanku. Terserah apa maumu, mau bermanja dengan siapapun aku sudah tidak peduli. Kau tidak ingin punya pacar sepertiku. Baik aku tidak akan menjadi pacarmu lagi. Sial.", Minho berbicara sendiri. Ia melempar bingkai foto yang berfotokan ia dan Taemin ke lantai saking kesalnya. Ia segera membereskan barang-barangnya untuk keberangkatannya besok ke Jepang.

......................................................................

Pagi-pagi sekali, saat belum ada satu orangpun yang bangun. Minho dan dua koper besar ditangannya keluar dari rumah Onew. Rumah yang sudah dua tahun terakhir ia tempati bersama empat namja lainnya. Onew, Key, Taemin, dan Jonghyun.

Onew adalah kakak dari Taemin. Sedangkan Key adalah kekasih Onew, sudah lima tahun mereka tinggal layaknya sepasang pengantin. Sedangkan Jonghyun adalah kakak dari Key. Key membujuk Onew agar Jonghyun tinggal bersamanya, ia tidak tega meninggalkan kakaknya sendiri di rumah mereka. Dan Minho, karena sifat Taemin yang manja, ia memaksa Minho untuk tinggal satu atap dengannya, agar Taemin bisa bermanja selalu dengan Minho kapanpun. Minpun tidak bisa menolak rengekan kekasihnya.

Minho! Ia selalu mengalah pada Taemin, jika bertengkar ia siap jadi rentetan kemarahan Onew walaupun sebenarnya bukan salahnya. Sikap manja Taemin pada semua orang, membuatnya selalu menahan perasaan. Ia begitu mencintai Taemin, walau pada akhirnya ia tiba pada titik jenuhnya.

Tidak ada satu orangpun yang tau kepergian Minho dari rumah. Ia hanya meletakan selembar surat di meja belajar kamarnya. Surat yang menunggu untuk dibaca saat ada orang yang menyadari ketidak beradaan Minho disana. Minho berbalik mencermati lagi rumah yang dalam tekadnya tidak akan ia injak lagi. Ia tersenyum saat beralih pandang ke jendela kamar Taemin. Sempat menggugurkan niatnya untuk pergi, namun pada akhirnya Minho tetap pergi.

"Aku pergi Taemin.", gumam Minho lalu melangkah masuk ke dalam taksi.

......................................................................


Taemin turun ke meja makan untuk sarapan pagi, walaupun sebenarnya ia masih mengantuk.

"Taemin, Minho kemana? Ini sudah siang. Kalian kan harus sekolah.", tanya Key lembut. Taemin melengos.

"Molla, sudah berangkat sekolah mungkin. Bukan urusanku.", jawab Taemin ketus. Ia langsung menyambar roti panggang bikinan Key.
"Enak hyung. Ah hyungku pintar sekali memasak. Aku suka. Asik.", Taemin memeluk Key manja. Onew yang melihatnya tertawa kecil.

"Aish, dia ini pacarku Taemin.", gurau Onew. Taemin menjulurkan lidahnya pada Onew.

"Tapi dia hyungku. Week. Hyung jelek.", ngeyel Taemin. Key mengacak-acak rambut Taemin gemas.


"Ayo berangkat. Sudah siang. Nanti kita terlambat, apalagi anak manja ini.", ajak Onew merangkul sayang pundak adiknya. Key dan Jonghyunpun sudah siap untuk berangkat ke kampus.

"Tidak ada Minho, kita cuma berangkat berempat deh.", sindir Key melirik pada Taemin. Taemin memajukan bibirnya.

"Ah hyung, biar saja. Siapa suruh dia berangkat duluan.", kesal Taemin. Karena kesal, ia berlari lebih dulu ke mobil.

"Aish anak itu.", eluh Key. Onew tersenyum pada Key. Dan merangkulnya masuk ke mobil.

......................................................................

Taemin terus saja mengetuk-ngetuk mejanya menunggu Minho datang merajuk seperti biasanya. Tapi sampai bel istirahat hampir selesai, Minho tidak kunjung datang juga.

"Aish, kemana sih dia.", Taemin kesal. Iapun beranjak dari kelasnya, hendak mengintip dimana Minho. Taemin berpura-pura lewat kelas Minho. Dan menoleh, namun orang yang dicari tidak ada dibangkunya.

"Tidak ada, ah pasti dia sedang sama Changmin hyung. Ah Minho hyung menyebalkan. Tidak sayang aku lagi.", pikiran Taemin kemana-mana. Ia beranjak kembali ke kelasnya dengan wajah yang merengut ingin menangis.

"Taemin. Kau cari siapa?", tegur Jonghun menghentikan langkah Taemin.

"Ani hyung. Aku hanya lewat saja.", eles Taemin dengan senyumnya.

"Oh. Ngomong-ngomong kemana Minho? Apa dia sakit?", tanya Jonghun. Taemin mengerenyitkan keningnya bingung.

"Mwo? Memangnya kenapa? Bukannya dia ada.", heran Taemin. Jonghun menggeleng.

"Ani, hari ini dia tidak masuk Taemin. Memangnya kau tidak tau?", selidik Jonghun. Taemin menunduk.

"Ah iya dia sakit. Tadi pagi kan dia ke rumah sakit. Kalau begitu aku ke kelas dulu ya hyung.", Taemin langsung pergi buru-buru. Karena berbohong.

Di kelas Taemin tetap bingung.
"Tidak masuk? Bukankah. Ah Minho hyung kemana? Aaahh hyung.", cemas Taemin. Ia mengambil ponselnya lalu menekan tombol 1 di speed dialnya. Namun langsung ia batalkan.

"Andwae. Aku kan lagi marah. Kalau mau dia saja yan meneleponku. Yasudahlah. Memangnya aku pikirkan.", ngeyel Taemin dengan gengsinya. Tapi tetap saja ia memikirkan Minho.

......................................................................

Sampai malam Taemin belum juga melihat batang hidung Minho.

"Hyung, kenapa tidak keluar-keluar kamar sih.", dumel Taemin yang menunggu Minho di ruang televisi. Karena kesal, ia mau marah-marah pada Minho. Ia naik ke kamar Minho.

"HYUNG.", teriak Taemin membuka pintu kamar. Tapi tidak ada orang di dalamnya. Ia masuk, tidak menemukan siapapun. Sampai ia menemukan sepucuk surat.

--------------------------------------------

Dear Jagiya.

Jagiya aku bosan. Bosan selalu mengalah darimu.
Sedangkan kau tidak pernah mau mengerti aku.
Kau bilang, kau tidak ingin punya pacar sepertiku kan?
Kalau begitu, aku tidak akan jadi pacarmu lagi.
Kau cari saja namja lain atau yeoja yang bisa lebih mengertimu dibanding aku.
Dan yang tidak suka selingkuh seperti yang kau tuduhkan padaku.
Aku pergi ke Jepang pagi tadi, jadi kau tidak perlu khawatir.
Itupun jika kau mengkhawatirkanku.
Aku hanya pergi sebentar.
Sampai bertemu di sekolah, namun dengan aku hanya sebagai sunbaemu.
Satu lagi Taemin, aku tidak pernah selingkuh.



Dari SUNBAEmu
Choi Minho

--------------------------------------------

Bunyi surat itu seakan menghantam kepala Taemin. Tidak menyangka Minho yang selama ini ada disampingnya memutuskannya seperti itu. Air matanya jatuh tidak tertahan lagi.

"Hyung jahat.", umpat Taemin. Pada saat seperti ini saja. Taemin masih belum bisa mengerti Minho. "Aku benci hyung, benci, benci.", teriak Taemin semakin menjadi-jadi saat melihat bingkai foto mereka yang hancur di lantai.


Di waktu yang sama, di belahan negara lain. Minho sedang memandang keluar jendela kamarnya. Menikmati kerlip lampu yang menghiasi kota Tokyo.

"Jagiya aku merindukanmu.", gumam Minho memainkan telunjuknya di kaca jendela.

Ia kini sedang membayangkan Taemin berlari ke arahnya lalu memeluknya.
"Hyung saranghae.", manja Taemin dalam pelukan Minho. Minho tersenyum.

"Pasti dia sedang bermanja dengan Jonghyun hyung dan Key hyung.", ujar Minho. Ia beranjak ke tempat tidurnya untuk mengambil tidur lelapnya.

--------------------------------------------

Tiga hari sudah Taemin tanpa Minho. Taemin jadi pemurung baik dirumah ataupun disekolah.
Setiap hari, ia pasti melewati kelas Minho. Ia berharap Minho sudah pulang dari Jepang. Mau disangkal seperti apapun oleh Taemin. Tetap saja dalam hatinya ia merindukan Minhonya.

"Belum pulang juga. Lama sekali. Apa dia sudah dapatkan penggantiku di Jepang?", pikir Taemin yang selalu negatif. "Peduli apa? Aku tak butuh namja yang suka selingkuh dan meninggalkanku begitu saja. Aku benci Minho hyung.", kesal Taemin. Ia kembali ke kelasnya, namun sebelum itu ia sempat melirik sendu ke kursi kosong milik Minho. Terkadang tingkah anak kecil Taemin begitu menyedihkan.

-Minho POV-

Aku kembali, kembali ke negaraku. Setelah lima hari aku berada di negara tetangga. Aku kira aku bisa bersenang-senang. Tapi ternyata kesenanganku tertinggal di Korea.

Aku melaju dengan supir dan hyungku yang duduk disampingku. Menuju rumah kami, dua tahun aku meninggalkannya hanya untuk anak manja itu. Hari baru untukku, aku akan melewati tiap hariku tanpanya.

......................................................................


-Author POV-

Taemin sedang asik berlatih tariannya di kamar. Lagu SHINee World milik SHINee sebagai pengiring setiap gerakannya. Liukan lincah tubuh Taemin menunjukan jelas kalau dia penari yang memiliki bakat cemerlang.

"Lelah.", eluh Taemin. Ia merebahkan dirinya di kasur dan tidur sekejap.

"Aish, jagiyaku tidur saja. Lelah ya?", tegur Minho yang mengecup kening Taemin. Ia mengelap keringat Taemin dengan handuk kecil. Taemin mengerjapkan matanya.

"HYUNG. Iya aku lelah. Lelah sekali.", manja Taemin. Ia memeluk Minho.

"Kasian. Mau hadiah dariku. Akan aku cium agar tidak lelah lagi.", goda Minho. Taemin terbelalak.

"Huh. Hyung genit. Aku tidak mau. Tidak boleh cium-cium aku tau. Nanti aku laporkan Onew hyung. Aku ingin dipeluk hyung saja. Week.", ledek Taemin menjulurkan lidahnya. Minho tertawa geli.

"Dasar kau ini.", gemas Minho, mencubit pipi Taemin.

Taemin bangkit dari tidurnya. Ia kesal.
"MINHO HYUNG. HYUNG DIMANA? AKU MERINDUKAN HYUNG.", teriak Taemin merengek. Memukul-mukul kasur dan mengacak-acaknya. Hanya bayangan, kebiasaan Minho padanya kalau ia lelah sehabis berlatih.

Kini Taemin benar-benar merindukan Minho. Di lempar semua barang-barang yang ada disekitarnya karena ia begitu kesal.

"Huh.", dengus Taemin. Onew yang mendengar ribut-ribut di kamar Taemin, langsung masuk ke kamarnya.

"Ada apa Min?", tanya Onew heran. Taemin memajukan bibirnya.

"Aku mau Minho hyung. Minho hyung dimana? Huah. Aku mau MINHO HYUNG. Carikan Minho hyung. Onew hyung aku mau Minho hyung.", rengek Taemin seperti anak kecil yang sedang merengek ingin dibelikan mainan.

"Aish, Taemin. Kau ini, nanti juga dia pulang.", Onew memeluk adiknya itu.

"Tidak mau, aku maunya sekarang, hyung. Ish, sekarang. Minho hyung.", kukuh Taemin. Ia menangis, sampai akhirnya ia lelah sendiri dan tertidur dalam pelukan Onew.

......................................................................

Minho kembali bersekolah, senang rasanya. Seminggu membolos ternyata membosankan juga. Ia tersenyum, berjalan santai menuju kelasnya. Namun menyakitkan saat melihat Taemin sedang tertawa riang ditengah teman-temannya.

"Jagiya apa kau tidak merindukanku?", batin Minho meringis. Ia kembali berjalan mencoba tegar.

Saat beralih pandang keluar kelas, Taemin melihat sekilas sosok yang dirindukannya.

"Ah itu kan hyung.", senang Taemin bukan main, wajahnya begitu sumringah. "HYU...", Taemin menghentikan teriakannya. Ia tidak jadi memanggil Minho. "Untuk apa memanggilnya, nanti juga dia yang memanggilku.", pikir Taemin. Taemin tersenyum-senyum.

"Dia sudah kembali dari Jepang. Asik. Hyung, aku merindukanmu.", riang Taemin. Ia kira, Minho akan seperti biasa yang memeluknya atau menyuapinya saat istirahat.

......................................................................

Taemin menunggu Minho di kelasnya. Karena bel istirahat sudah berbunyi. Ia begitu senang. Tidak sabar untuk memeluk Minho.

"Itu dia.", senang Taemin yang melihat Minho di depan kelasnya. Namun, Minho tidak masuk ke dalam kelas. Ia sedang berbincang.

"Changmin hyung. Omo? Ah, apakah dia lebih memilih bersama Changmin hyung dibanding aku. Minho hyung. Jahat sekali.", kesal Taemin. Ia menangis lagi untuk kesekian kalinya. Yang ia tidak lihat karena terhalang pintu, disamping Changmin tepat Kyuhyun sedang merangkulnya. Namun, Taemin sudah berpikir macam-macam.

......................................................................

Kemarin Taemin dan Minho sama sekali belum bertegur sapa. Siang ini, Minho memutuskan mencoba bersikap sewajarnya.

"Sudah mau pulang Taemin?", tegur Minho saat berpapasan di gerbang sekolah.

"Oh sunbae. Begitulah. Kau sudah kembali dari Jepang? Cepat sekali.", dingin Taemin. Minho menelan ludah, kata 'sunbae' begitu menyedihkan keluar dari mulut Taemin.

"Iya, aku hanya ingin berlibur. Bagaimana kabarmu?", basa-basi Minho yang terasa canggung. Taemin tersenyum.

"Merasa baik dibandingkan sebelumnya.", ketus Taemin seakan menyindir.


-Minho POV-

Hatiku seakan ditusuk-tusuk. Ternyata dia lebih baik tanpaku. Taemin, aku kira aku masih bisa mengharapkanmu. Ternyata tidak.

"Baguslah. Aku senang mendengarnya.", kataku berpura-pura senang. Aku sunggingkan senyum palsuku.

"Sunbae, aku pulang dulu ya. Hongki hyung sudah menungguku.", pamitnya. Aku melihatnya langsung berlari ke arah Hongki. Aku tersenyum kecut. Dia benar-benar sudah tidak membutuhkan aku. Sudah ada penggantiku.

Menyakitkan melihat, Hongki mengacak-acak rambut Taemin. Dan dibalas tawa riang Taemin. Kuatkah aku melihat ini untuk seterusnya? Harus kuat, karena aku yang memutuskan hanya untuk menjadi sunbaenya. Aku menghela nafasku. Dengan gontai, aku melangkah ke arah mobilku. Tapi tetap saja pemandangan tadi mengurai kegelisahan di benakku.

......................................................................


-Author POV-

"Terimakasih hyung sudah mengantarku. Tapi sayangnya Jonghyun hyung belum pulang.", kata Taemin dengan niat meledek.

"Aish, kau ini. Sampaikan salamku untuknya ya. Kalau begitu aku pulang dulu.", pamit Hongki, lalu iapun berlalu.

-Minho POV-

Aku menyapu semua benda yang ada di meja belajarku. Aku menopangkan dagu di atas meja belajar. Seperti inikah rasanya? Frustasi, aku bisa gila. Ah, aku tidak bisa menjauh dari anak manja itu. Aku merindukannya.

"Aaaaaaahhh.. Jagiyaaaa..", teriakku geram. Dan aku dengar pintu kamarku berdecit, dibuka seseorang.

"Aish, jangan berteriak. Ini sudah malam. Kalau kau rindu padanya, temui dia. Seperti anak kecil saja.", kata Siwon hyung mencoba menasehatiku dengan nada kesal.

"Aku bukan anak kecil. Tapi dia yang anak kecil.", kataku tidak terima dibilang anak kecil. Siwon hyungpun duduk di tempat tidurku.

"Sudah tau dia seperti anak kecil. Jadi maklumi sajalah. Kenapa kau seperti ini. Sekarang kau yang terlihat seperti anak kecil tau. Sudah sana temui dia, jangan pura-pura tidak butuh dia.", suruhnya setelah mengejekku. Menemuinya? Aku tidak mau.

"Tidak mau, kalau mau dia saja yang menemuiku.", kukuhku. Walaupun aku merindukannya, aku tidak mau mengalah lagi untuknya.

"Aish, anak kecil. Nanti menyesal, baru tau rasa.", ledeknya tersenyum padaku.

"Tidak akan.", aku memajukan bibirku dan memberikan tatapan pengusiran pada hyungku.

...................................


-Author POV-

Hongki dan Taemin sedang berbincang di kantin.

"Apa kata hyungmu Min?", selidik Hongki. Taemin menatap Hongki dalam diam. Lalu tertawa keras.

"Kata hyung, dia ingin mengajak hyung kencan.", saut Taemin. Hongki yang mendengarnya, begitu riang. Refleks ia memeluk Taemin.

"Ciee hyung dan Jonghyun hyung akan pacaran.", goda Taemin dalam pelukan Hongki.


-Minho POV-

Mataku menangkap pemandangan yang membuatku naik darah. Ini tidak boleh, Taeminku.
Aku mendatangi Taemin dan Hongki yang sedang berpelukan. Aku menarik Taemin ke dalam pelukanku.

"Kau jangan memeluk Taeminku. Jangan coba-coba rebut dia.", teriakku pada Hongki. Hongki malah tertawa.

"Maaf. Jangan cemburu. Tadi aku hanya refleks. Aku begitu senang, karena tau cintaku dibalas oleh Jonghyun hyung. Maaf, maaf.", katanya. Apa? Jadi aku salah paham. Aku jadi malu sendiri. Aku termakan cemburuku.

"Maafkan aku.", sesalku. Ia mengangguk dan meninggalkanku dan Taemin. Aku masih memeluknya. Rindu sekali melakukan ini. Taemin memandangku dengan tatapan kesal. Aku tidak peduli. Walau harus mengalah seumur hidupku atau aku harus terus cemburu, aku tidak peduli lagi. Aku mau tetap di sampingnya. Di samping anak manja ini selamanya.

"Sunbae lepaskan aku.", pintanya. Aku tidak mau dipanggil sunbae.

"Aish, aku tidak mau melepasmu lagi. Panggil aku hyung. Aku tidak suka panggilan sunbae.", marahku padanya. Ia memajukan bibirnya.

"Ish, lepaskan. Kau kan memang hanya sunbaeku.", ia memberontak melepaskan diri, lalu pergi. Aku mengejarnya dan memeluknya lagi.

"Kalau begitu, aku mau jadi pacarmu lagi.", bisikku ditelinganya. Ia membalikan badannya.

"Katanya bosan denganku.", sindirnya. Aduh, anak ini bikin kesal saja.

"Tidak, kata siapa. Pokoknya, kau harus jadi pacarku lagi.", paksaku. Ia mendongakan kepalanya.

"Minta maaf dulu. Janji tidak selingkuh, janji tidak membuatku kesal. Janji tidak meninggalkanku seperti kemarin. Baru aku mau.", katanya. Aish, kenapa sih masih seperti anak kecil.

"Iya aku minta maaf. Maafkan aku. Iya aku janji. Tapi aku tidak pernah selingkuh jagiya.", kataku. Ia melotot marah.

"Tuh kan bohong. Aku benci hyung.", marahnya. Ia mendorong tubuhku. Lalu pergi, tak lama ia berbalik ke arahku. "Hyung, hari ini harus kembali ke rumah. Kalau tidak aku marah.", ancamnya lalu pergi lagi. Anak kecil. Harus kembali sabar menghadapinya. Ternyata aku tidak bisa jauh darinya. Dasar jagiya.

...................................


-Author POV-

Minho sudah kembali tinggal di rumah Onew. Taemin begitu senang. Ia selalu 'mengikat' Minho untuk selalu disisinya, tidak dibiarkan untuk jauh. Saat mandi saja, Taemin selalu mengajak berbicara Minho dari luar kamar mandi begitupula sebaliknya. Kalau Minho diam, Taemin bisa marah besar.

Saat Taemin melewati kamar OnKey, ia mendengar sesuatu yang membuatnya tertarik.

"Uuuh.. Baby.. Aaahh.. Permainanmu.. Luar biasa baby..", desah Key. Taemin semakin menempelkan telinganya di pintu.

"Ooohhh beib..", desah Onew. Taemin penasaran. Tak lama Minho lewat. Taemin menarik Minho.

"Hyung mereka sedang apa sih?", tanya Taemin pada Minho. Minho terbelalak bingung menjawab pertanyaan Taemin.

"Baby ini menyenangkan.. Aaaahhhh....", erang Key dalam kenikmatannya.*buakakak*

"Itu. Mereka sedang.. Emmm.. Mereka.. Emmm.. sedang bermain jagiya.", jawab Minho gugup. Taemin masih penasaran.

"Main apa? Sepertinya menyenangkan.", tanya Taemin lebih jauh.

"Permainan buat pasangan Jagiya. Sudahlah, ini sudah malam. Kau harus tidur.", suruh Minho yang mengalihkan pembicaraan. Ia merangkul Taemin ke kamarnya.

"Hyung, aku mau main permainan itu.", pinta Taemin polos. Minho benar-benar terbelalak kaget.

"Tidak boleh. Kau masih kecil. Kau tidur saja.", tolak Minho. Ia menarik selimut untuk Taemin.

"Aku bukan anak kecil. Ayo kita main permainan buat pasangan itu.", rengek Taemin. Ia tidak tau saja, apa maksud permainan itu.

"Tidak. Kau belum boleh melakukan permainan itu.", larang Minho.

"Hyung.", melas Taemin. Ia begitu penasaran.

"Tidak boleh.", gertak Minho. Taemin merengut.

"Aku benci hyung.", kesal Taemin.

"Terserah. Pokoknya tidak boleh.", kkuh Minho. Taemin kesal.

"Jangan minta main permainan ini lagi. Tidur ya jagiya.", Minho mengecup kening Taemin. Taemin mendengus. Untuk hal ini, Minho akan terus mengabaikan permintaan Taemin.










-The End-