Saturday, July 10, 2010

Fan Fiction.. Pregnant?? Noo... 2Min..

Karena aku merasa terlalu lama memberi jarak waktu pada 2min version.
Aku jadi, gak enak juga.
Yauda aku persembahkan.

Pregnant? Noo.. 2min version.
Mian kalo jelek.


++++++++++++


Changmin berlari menghampiri Minho, yang sengaja menjemputnya. Monster makanan itu menelepon Minho, menyuruh menjemput, karena motornya rusak.

"Huah. Kau ini menyusahkan.", kesal Minho. Changmin tersenyum tanpa dosa.

"Hyung, aku tidak mau pulang naik bis.", kata Changmin dengan wajah memelas.

"Kau kan bisa pulang dengan calon istrimu. Dia bawa mobil kan?", Minho tetap kesal. Changmin menggeleng.

"Tidak mau aku sedang bertengkar dengannya.", saut Changmin, wajahnya jadi kesal.

"Hahaha. Setiap hari juga bertengkar.", ledek Minho dengan tawa tak tertahankan. Changmin mendengus.

Taemin yang merupakan adik sepupu Kyuhyun yang juga bersekolah di sekolah Kyuhyun, namun ia masih kelas tiga SMP. Terlihat gembira mengelus perut Kyuhyun.

"Aku akan punya dongsaeng. Hore.", riangnya. Dengan cepat Kyuhyun membungkam mulut Taemin.

"Berisik. Seharusnya dari awal, aku tidak pernah bercerita padamu. Bodoh.", kesal Kyuhyun. Taemin meronta.

"Hyung galak.", ledek Taemin. Kyuhyun tidak terima. Ia bersiap memukul kepala Taemin. Taemin mengelak, lalu menjulurkan lidahnya. Kebetulan, ia melihat Changmin di parkiran. Dengan cepat ia berlari ke arahnya untuk meminta bantuan. Kyuhyun jadi ikut mengejarnya.

"Hyung, tolong aku. Kyuhyun hyungnya mau menganiayaku.", adu Taemin bersembunyi di belakang Changmin.

"Kyu. Kenapa lari, anakku terguncang. Bodoh sekali.", omel Changmin pada Kyuhyun.

"Itu salahkan Taemin, jangan salahkan aku.", kesal Kyuhyun. Sedangkan Taemin terlonjak riang, karena terjadi adu mulut antara Changmin dan Kyuhyun.

"Minnie jangan marahi Kyu terus.", bela Minho dengan gaya coolnya. Jelas Taemin langsung menoleh ke arah suara.


-Taemin POV-

"Omona. Tampan sekali.", jeritku refleks, melihat pangeran di hadapanku. Membuat semua memandangku.

"Siapa yang tampan?", tanya Kyu hyung. Aku suka, aku suka sama pria tampan ini. Tanpa menggubris pertanyaan Kyu hyung. Aku langsung membungkukan badan.

"Annyeong haseyo. Lee Taemin imnida.", kataku memperkenalkan diri. Tapi dia hanya tersenyum kecil.

"Minho.", jawabnya. Ah namanya ternyata Minho. Tampan seperti wajahnya.

"Hyung aku menyukaimu.", kataku langsung. Membuatnya membelalakan mata.

"Kau ini siapa? Bicara seenaknya.", galaknya. Ah pangeranku. Aku mau jadi kekasihmu.

"Aku? Aku yang nanti jadi istrimu hyung.", kataku. Aku yakin itu. Aku kedipkan sebelah mataku.

"Aku pulang dulu, dah hyung. Minho hyung.", pamitku. Lalu menarik lengan Kyu hyung. Kyu hyung hanya terbengong melihat tingkahku. Memangnya aku pikirkan.


-Author POV-

"Anak kecil yang aneh.", umpat Minho. Ia memasukan sebelah tangan ke saku celananya dan masuk ke dalam mobil.

"Huah hyung. Karismamu kembali bekerja. Taemin tidak pernah seperti itu sebelumnya.", goda Changmin menyusul masuk ke dalam mobil.

"Aku harap tidak bertemu dengannya lagi.", ujar Minho lalu menjalankan mobilnya.

...

Semenjak hari itu, Taemin selalu tersenyum-senyum sendiri memikirkan Minho. Dia juga sibuk bertanya pada Kyuhyun dan Changmin. Dari makanan kesukaan, warna kesukaan, sampai tempat biasa Minho berkumpul dengan teman-temannya.

"Pangeranku belum punya kekasih. Asik aku bisa mendekatinya.", teriak Taemin. Changmin yang mendengarnya jadi gila sendiri.

"Memang kau benar suka dengan hyungku? Dia susah di taklukan lho.", ragu Changmin. Taemin tertawa.

"Hyung tau kan, apa sih yang tidak bisa aku dapatkan. Taemin. Sekarang aku minta nomor ponsel dan alamat rumahnya saja.", kata Taemin penuh percaya diri.

"Tidak mau nanti aku dimarahi.", tolak Changmin. Taemin menundukan wajahnya, lalu menangis.

"Padahal aku suka padanya. Hyung jahat.", tangis Taemin pecah. Changmin jadi pusing.

"Huah jangan menangis. Kau ini. Dasar anak manja. Yasudah, nanti aku beritahu semua lewat pesan.", pasrah Changmin. Taemin tersenyum, lalu memeluk Changmin.

"Terimakasih hyungku. Ah Kyu hyung beruntung sekali, bisa punya suami seperti hyung.", senang Taemin. Changmin hanya mengangguk tidak penting.

...

Ting. Tong.
Suara bel rumah Minho berbunyi. Ini terlalu pagi, untuk datang bertamu.

"Annyeong haseyo ajjhusi.", sapa yang tak lain adalah Taemin pada Junsu yang membukakan pintu.

"Annyeong. Maaf nuguya?", tanya Junsu ramah.

"Taemin imnida, aku kekasihnya Minho hyung, ajjhusi.", kata Taemin manis. Junsu memeperhatikan Taemin dari atas sampai bawah.

'Siswa SMP? Apakah tipe Minho? Tidak dapat dipercaya.', pikir Junsu dalam hati.
"Oh silahkan masuk. Ajjhusi panggil dulu ya Minhonya. Dia masih tidur.", ucap Junsu. Taemin menyela.

"Ajjhusi, boleh aku saja yang membangunkannya.", pinta Taemin dengan mata yang berbinar. Junsu tersenyum.

"Baiklah. Kamarnya di lantai dua, paling pojok.", beritahu Junsu. Taemin dengan cepat berlari naik ke kamar Minho.

Taemin mendapati Minho yang masih tertidur lelap. Wajahnya sangatlah manis. Taemin tidak langsung membangunkan Minho. Ia duduk di lantai dengan kepala yang di letakan di tempat tidur. Ia terus saja memandangi Minho yang terlelap.

"Hyung tampan, walaupun sedang tidur.", puji Taemin. Terus seperti itu, sampai Minho terbangun sendiri. Minho terkejut melihat Taemin di kamarnya dengan jarak yang begitu dekat.

"Pagi hyung. Ayo mandi. Terus sarapan, aku sudah bawa masakan ummaku.", riang Taemin, ia mengeluarkan bekal dari tasnya. "Setelah itu antarkan aku ke sekolah.", atur Taemin. Minho memicingkan matanya tajam pada Taemin.

..................................................

Minho menatap tajam Taemin. "Kau, kenapa ada di kamarku?", kesal Minho. Taemin malah tersenyum lebar.

"Aku kan mau membangunkan kekasihku. Membawakan sarapan pagi. Lalu minta diantar ke sekolah.", jawab Taemin riang sambil menata makanan di meja belajar Minho.

"Huah, sejak kapan aku jadi kekasihmu.", ketus Minho. Taemin mendekat ke arah Minho.

"Sejak aku bilang suka pada hyung.", jawab Taemin mantap. Minho membuang nafasnya.

"Tapi aku kan tidak menerimanya.", kesal Minho. Ia memicingkan mata.

"Kalau begitu hyung harus menerimaku jadi kekasih hyung.", kata Taemin santai. Minho menggeram.

"Tidak akan. Aku tidak menyukaimu.", teriak Minho. Tapi Taemin malah tersenyum lebih lebar.

"Kalau begitu aku akan membuat hyung menyukaiku.", ngeyel Taemin. Minho akhirnya lelah meladeni.

"Terserahmulah.", kesal Minho. Ia masuk ke kamar mandi. Taemin segera mengetuk pintu kamar mandi.

"Hyung mandinya cepat ya. Aku nanti telat masuk sekolah.", teriak Taemin. Ia senang dan menjatuhkan dirinya di kasur. Minho sibuk menggerutu di dalam kamar mandi.
Dan pada akhirnya, dengan terpaksa, ia harus mengantar anak kecil itu ke sekolahnya.

...

Setiap hari, selama sebulan ini, tidak henti-hentinya Taemin mengganggu Minho, jika tidak muncul di rumah di pagi hari. Minho akan menemukan Taemin di kampusnya pada siang atau sore hari. Bukan hanya itu, Taemin akan mengiriminya banyak pesan. Sampai Minho tidak tau harus berbuat apa.


To : My Prince

Hyung aku mau cerita, tadi aku dimarahi songsaengnim. Mau tau karena apa? Karena aku melamun, memikirkan hyung terus. Jadi aku ketahuan tidak memperhatikan pelajarannya deh. Hehehe. Namanya juga Taeminnya Minho hyung.


Pesan dikirim, tinggal menunggu balasan dari Minho. Walau sebenarnya, Minho tidak pernah sekalipun membalas pesan Taemin. Tapi Taemin tidak pernah putus asa.

10 menit..
20 menit..
30 menit..

Belum juga ada balasan dari Minho, Taemin terus menunggu. Ia melihat jam dinding, waktu menunjukan jam sepuluh malam.

"Pasti sudah tidur. Makanya tidak dibalas.", gumam Taemin. Ia mengambil ponselnya lagi.


To : My Prince

Hyung, sudah tidur ya? Yasudah. Selamat tidur. Mimpikan aku. Have a nice dream.


Taemin tersenyum, lalu mengambil tidur lelapnya.

Sementara di kamarnya Minho membuang nafas kesalnya. Taemin tidak henti-hentinya mengirim pesan.

"Yang ada aku mimpi buruk, jika memimpikanmu.", kesal Minho. Ia melempar ponselnya ke kasur.

"Anak kecil yang aneh.", umpat Minho.

...


Minho sibuk dengan latihan club sepak bola di kampusnya. Rasa cintanya pada sepak bola sepertinya benar-benar diturunkan oleh Junsu pada putra semata wayangnya itu.

"Ahhh lelah sekali.", eluh Minho ditengah istirahatnya.

"Ini hyung minum.", seseorang menyodorkan minuman segar. Minho menyipitkan matanya.

"Kenapa ada disini?", kaget Minho. Yang tak lain Taemin tersenyum manis.

"Aku tau kalau hari ini, hari kamis, hari sabtu itu jadwal hyung latihan bola. Bulan depan kan ada pertandingan, jadi aku kesini ingin menyemangati hyung. Pokoknya hyung harus semangat.", jelas Taemin. Minho menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kau ini.", bingung Minho. Taemin terus tersenyum. Minho kembali ke lapangan. Sedangkan Taemin duduk rapih menyemangati Minho latihan.

"Ayo hyung semangat. Minho hyung bisa.", teriak Taemin memalukan.

"Ssstt. Itu kekasihmu? Polos sekali sepertinya.", tegur Jonghyun, teman satu timnya.

"Bukan. Dia itu penganggu, selalu saja mengejarku. Aku sampai pusing.", jawab Minho.

"Mwo? Benarkah? Lalu kau tak acuhkan dia? Dia kan cantik dan sepertinya lugu.", tidak percaya Jonghyun. Minho mengangguk.

"Aku malas berurusan dengan anak kecil. Kalau kau mau ambil saja.", saut Minho. Jonghyun membelalakan mata.

"Jinjja?", yakinkan Jonghyun. Minho tersenyum.

"Ne. Ambilah untukmu.", jelas Minho. Jonghyun mengacungkan ibu jarinya tanda setuju.

...


Taemin menghampiri Minho yang sudah selesai latihan. Ia mengacungkan handuk kecìl lalu mengelap keringat Minho. Namun ditepis Minho.

"Biar aku saja.", kata Minho. Taemin mengangguk.

"Hyung tadi hebat sekali. Keren. Aku semakin menyukai hyung.", bicara Taemin begitu bahagia.

"Iya aku tau. Aku ganti baju dulu. Baru kita pulang.", atur Minho. Taemin tambah bahagia.

"Hyung mulai menyukaiku ya? Asik.", percaya diri Taemin. Minho mengerutkan keningnya.

"Kalau ajakan pulangku membuat kau berpikiran seperti itu, jangan harap.", ketus Minho. Taemin tersenyum lebar.

"Yasudah hyung ganti baju, nanti sakit.", perhatian Taemin. Minho mendengus, lalu pergi dari sana.

"Hai.", sapa Jonghyun. Taemin tersenyum.

"Annyeong.", balas Taemin. Jonghyun duduk di samping Taemin.

"Kau temannya Minho ya?", basa-basi Jonghyun.

"Bukan. Aku kekasihnya.", ralat Taemin. Jonghyun tertawa kecil.

"Kau cantik ya.", puji Jonghyun.

"Benarkah? Minho hyung selalu bilang aku jelek. Pasti dia gengsi mengakuinya.", senang Taemin memegang kedua pipinya.

"Iya dia hanya gengsi. Kau benar cantik kok.", tekan Jonghyun.

"Asik. Oh ya. Aku Taemin. Hyung siapa?", semangat Taemin memperkenalkan diri.

"Aku Jonghyun. Salam kenal. Cup.", setelah itu Jonghyun mengecup singkat pipi Taemin. Taemin ternganga.

"Kok menciumku?", tanya Taemin datar.

"Itu tanda perkenalan. Memangnya kau tidak tau. Kau bisa melakukan itu pada Minho.", jelas Jonghyun membodohi Taemin.

"Begitu ya. Nanti aku akan melakukannya pada Minho hyung. Terimakasih mau mengajariku.", polos Taemin. Ia tampak begitu senang.

"Lugu sekali. Taemin. Aku suka yang sepertimu.", kata Jonghyun dalam hati. Senyum licik tersungging di bibirnya.

......................................

Di dalam mobil, Taemin terus saja mengoceh, sampai Minho pusing mendengar ocehannya yang tidak penting itu.

"Hyung, Jonghyun hyung baik ya. Tadi dia bilang aku cantik lho.", cerita Taemin begitu antusias. Minho terpaksa mengangguk saja.
"Hyung, aku ingin dengar kau bilang aku cantik. Ayo bilang aku cantik.", rajuk Taemin menarik lengan baju Minho. Minho memasang wajah kesal.

"Tidak. Siapa yang cantik, jelek begitu.", elak Minho. Taemin merengut karenanya namun dengan cepat tersenyum lagi.

"Hyung gengsi kan mengakui aku cantik. Tidak apa-apa, aku tetap menyukai hyung kok. Aku janji.", ngeyel Taemin. Minho menepuk dahinya kesal.

"Hyung. Hyung sudah menyukaiku belum?", tanya Taemin. Minho membulatkan matanya.

"Kau cerewet sekali sih.", sindir Minho. Taemin tertawa.

"Aku kan Lee Taemin. Kalau tidak cerewet berarti Park Minho. Aku mau tanya, Hyung kenapa sedikit sekali bicaranya?", gurau Taemin memandang Minho lekat-lekat. Minho sudah habis akal.

"Hah, aku pusing menghadapimu. Kita sudah sampai cepat turun.", suruh Minho keras. Taemin tersenyum senang.

"Aku pulang ya hyung. Hati-hati di jalan. Aku sayang sama hyung. Cup.", kata Taemin yang di akhiri oleh kecupan di pipi Minho, lalu turun dari mobil. Sontak wajah Minho memerah, entah kenapa dia merasa wajahnya benar-benar panas saat ini.

...


Akhir-akhir ini, Jonghyun semakin dekat dengan Taemin. Hampir setiap hari dia menjemput Taemin di sekolahnya. Taemin merasa senang, karena dia bisa dapat banyak info tentang Minho dari Jonghyun. Tapi di sisi lain, membuat Taemin jadi jarang bertemu dengan Minho. Dan Taemin hanya kirim pesan jika di malam hari. Karena Taemin sibuk menghabiskan waktu bersama Jonghyun.

Minho mulai cemas, ia mulai merindukan keberadaan Taemin yang setiap hari tidak henti mengganggunya. Taemin sudah jarang minta diantar ke sekolah, sudah jarang muncul di rumah atau kampusnya. Saat ada latihan bolapun Taemin jarang datang. Membuatnya jadi tidak konsentrasi, padahal pertandingan seminggu lagi.

"Dia kok belum mengirim pesan? Ini kan sudah malam.", eluh Minho yang menunggu pesan dari Taemin. Walau tidak ia balas, tapi dia hanya ingin tau. Tak lama ponselnya berdering dengan cepat, dia menyambar ponselnya. Ia tersenyum melihat nama Taemin sebagai pengirim pesan.


From : Taemin

Minho hyung. >o< Hyung, tadi aku habis dari Taman hiburan sama Jonghyun hyung. Sekarang aku baru pulang. Lelah sekali, tapi aku senang. Lain kali hyung ajak aku kesana ya. Aku mau naik bianglala sama hyung. Hyung, sedang apa? Hyung aku rindu sama hyung. Aku sayang hyung. <3


Minho melempar ponselnya. Ia kesal bukan main. "Tidak ada pembicaraan lain apa? Jonghyun terus setiap hari.", kesal Minho yang termakan rasa cemburunya. Ia geram sekali malam ini.

...

Taemin berlari ke arah Key dan Onew yang sedang bermesraan di ruang televisi.

Bruukk
Taemin duduk di antara mereka, membuat Onew sedikit kesal.

"Kau kenapa? Senang sekali.", sindir Key. Taemin tersenyum senang.

"Aku suka sama namja umma.", cerita Taemin. Onew mengerutkan kening.

"Aish kau ini masih kecil juga, sudah suka-sukaan.", omel Onew. Taemin merengut.

"Umma, appanya tuh.", adu Taemin. Key memicingkan mata pada Onew.

"Kau ini. Biarkan saja dia mau suka sama namja. Memangnya tidak boleh?", marah Key. Onew menghela nafasnya.

"Boleh. Iya boleh.", ngalah Onew. Ia tetap tidak bisa menang dari istri dan anaknya yang cerewet itu.

"Gitu dong appa. Dia tampan lho appa. Tampan sekali, lebih tampan dari appa, lebih tinggi dari appa, lebih keren dari appa.", kata Taemin dengan santainya. Membuat dua orang disampingnya memicingkan mata.

"Tidak bisa seperti itu Min-ah. Appamu itu paling tampan, paling keren di dunia ini. Tidak ada yang bisa mengalahkan.", kesal Key. Onew yang mendengarnya tersenyum-senyum.

"Ani umma, pokoknya pangeranku. Minho hyung.", tidak terima Taemin.

"Tidak bisa. Pokoknya appamu. Pokoknya babyku paling sempurna. Awas aku mau peluk babyku.", galak Key. Yang pindah duduk disamping Onew dan memeluknya erat. Onew semakin senyum-senyum sendiri.

"Umma galak. Umma menyebalkan.", kesal Taemin. Tapi Key tidak peduli. Pasangan ibu dan anak ini memang seperti anak kecil. Membuat yang disekitarnya aneh melihat mereka.

"Babyku tampan, iya kan baby.", manja Key pada Onew. Onew mengangguk.

"Ih, umma. Aku kan mau cerita.", kesal Taemin. Key tersenyum.

"Yasudah cerita.", suruh Key.

"Aku suka sama dia, tapi dia tidak suka padaku.", cerita Taemin sedih. Key yang jadi sedih, pindah lagi ke samping Taemin, ia memeluknya erat.

"Yasudah cari namja lain saja.", kata Key. Taemin menggeleng.

"Aku cuma mau Minho hyung. Appa aku mau Minho hyung.", rengek Taemin. Onew tidak tau harus berkata apa.

"Iya hanya Minho hyung. Tenang saja.", tenangkan Onew. Taemin tersenyum riang.

"Janji ya appa.", tuntut Taemin. Onew menggangguk kecil.
"Yeay aku sayang appa . Cup.", riang Taemin diakhiri dengan kecupan di bibir Onew.

"Huah. Bibirku. Min-ah, tidak boleh cium appa. Itu bibir punya umma.", ribut Key melihat pemandangan yang tidak bagus.

"Umma kenapa sih? Dia kan appaku.", santai Taemin. Key terisak-isak.

"Tapi bibir appa hanya punya umma. Min-ah jahat pada umma.", teriak Key lagi. Taemin tidak peduli.

"Umma begitu saja nangis. Tuh ambil saja bibir appa. Aku mau tidur. Dah.", pamit Taemin memuakan. Lalu pergi ke kamarnya.

"Baby, ini bibirku. Tidak boleh. Cup. Cup. Punyaku. Cup. Cup.", Key terus saja menciumi bibir Onew. Dan orang yang paling diuntungkan disini adalah Onew, yang senang dicium istri tercintanya terus.

...................................................

Karena rasa rindunya pada Taemin, Minhopun memutuskan datang ke sekolah Taemin. Berpura-pura ingin bertemu Changmin. Padahal tujuan utamanya adalah bertemu Taemin. Tapi Minho benar-benar kesal, lagi-lagi ada Jonghyun di samping Taemin.

Taemin yang melihat Minho duduk di cup mobilnya, langsung berlari riang ke arah Minho. Jonghyun hanya bersandar di mobilnya menunggu Taemin.

"Hyuuuung", teriaknya. "Hosh. Hosh. Hyung kesini rindu padaku ya?", percaya diri Taemin walau kelelahan.

"Aku mau bertemu Changmin tau.", elak Minho. "Tae, kau berpacaran dengan Jonghyun ya?", penasaran Minho. Taemin menggeleng.

"Tidak kok. Hyung cemburu ya.", goda Taemin. Minho menggeleng cepat.

"Siapa juga. Aku cuma mau beritahu. Jangan dekat-dekat dengan Jonghyun.", kata Minho yang sebenarnya sangat cemburu.

"Waeyo hyung?", tanya Taemin. Minho membuang nafas.

"Dia tidak baik. Dengarkan kata-kataku. Jauhi dia ya.", pesan Minho. Taemin mengerucutkan bibirnya.

"Tapi selama ini dia baik. Dia selalu mengajarkanku banyak cara untuk mendekati hyung.", cerita Taemin dengan begitu jujur. Minho membulatkan matanya.

"Maksudmu apa?", kesal Minho. Taemin tersenyum.

"Katanya aku harus mencium bibir hyung. Aku juga sudah diajarkan cara berciuman olehnya kemarin.", cerita Taemin.


-Flashback-

"Taemin, kau tidak akan pernah dapatkan dia, kalau kau tidak mencium bibirnya.", kata Jonghyun lembut.

"Begitu ya hyung. Tapi aku tidak tau berciuman itu seperti apa.", lugu Taemin. Jonghyun tersenyum licik.

"Sini aku ajarkan.", tanpa pemberitahuan. Jonghyun langsung menyambar bibir Taemin. Ia eksploitasi bibir pria polos itu. Taemin terkejut, tapi saking polosnya. Ia hanya diam saja. Jonghyun melepas ciumannya.

"Kau bisa lakukan seperti yang tadi aku lakukan pada Minho. Pasti dia akan suka padamu.", suruh Jonghyun. Taemin mengangguk.

"Gomawo hyung.", ucap Taemin. Dia tidak tau saja, kalau itu hanya akal-akalan Jonghyun.


-End of Flashback-


"Bodoh. Dengarkan aku. Tidak ada kau dekat dengannya lagi. Kau tau, ayo pulang.", marah Minho. Ia menarik tangan Taemin, masuk ke dalam mobil.

"Hyung galak sekali. Sakit tau.", kesal Taemin di dalam mobil. Minho tidak peduli, ia langsung menjalankan mobilnya. Sementara Jonghyun tertawa melihat Minho dan Taemin berlalu.

"Pokoknya kau tidak boleh dekat dengannya lagi.", kecam Minho.

"Wae? Daritadi tidak boleh terus.", protes Taemin dengan bibir yang maju.

"Tidak boleh, ya tidak boleh.", galak Minho. Taemin mengangguk.

"Hyung."

"Tidak boleh.", potong Minho.

"Apa sih hyung. Aku kan mau tanya. Kenapa kita pulang? Katanya hyung mau bertemu Changmin hyung.", jelas Taemin. Minho tersenyum lebar karena malu.

"Itu ya? Lain kali saja deh. Pulang saja.", alasan Minho. Taemin membulatkan mulutnya.

"Oh. Yasudah.", gumam Taemin. "Hyung. Hyung.", Taemin menarik lengan baju Taemin.

"Apa?", saut Minho.

"Soal ciuman. Aku boleh cium hyung. Aku mau hyung suka padaku, seperti kata Jonghyun hyung. Jadi aku harus mencium hyung.", pinta Taemin super duper polos. Minho langsung mengerem mobilnya.

Dugg
Kening Taemin terkantuk dashboard.

"Sakit hyung.", ringis Taemin menyentuh keningnya.

"Kau sih buat aku kaget. Sini coba aku liat.", Minho mendekatkan wajahnya. Ia meniup kening Taemin yang membiru samar. Lalu dikecupnya.

"Masih sakit?", cemas Minho. Taemin menggeleng lalu tersenyum.

"Gomawo hyung, sudah mengkhawatirkanku.", kata Taemin lembut. Hatinya senang sekali.

"Aku tidak mengkhawatirkanmu.", bohong Minho. Taemin tertawa.

"Bohong terus. Nanti bibirnya gendut*?* lho. Kata umma gitu hyung.", sindir Taemin menakut-nakuti.

"Sudah ah diam. Cerewetnya.", malu Minho. Wajahnya sudah merah.

"Tapi ciumnya gimana? Boleh?", tanya Taemin penuh harap.

"Nanti saja kalau aku sudah suka padamu. Baru boleh.", tolak Minho. Taemin tersenyum.

"Berarti sekarang.", Taemin mencium bibir Minho sesuai seperti yang Jonghyun lakukan. Minho terkejut Taemin menciumnya. Tapi dia membiarkan malah membalasnya. Mereka asik dalam kenikmatan mereka, sampai tidak sadar. Mereka sudah berciuman lebih dari sepuluh menit.

"Hosh. Hosh.", Taemin kehabisan nafas. Ia segera melepas ciumannya. Minho jadi salah tingkah sendiri.

"Aku senang hyung menyukaiku.", senang Taemin. Minho memajukan bibirnya.

"Siapa yang suka padamu.", elak Minho. Taemin memutar bola matanya.

"Appa. Dia bilang kalau hyung cemburu dan khawatir padaku. Berarti hyung suka padaku. Karena dulu appa begitu. Hyung suka kan padaku.", tebak Taemin. Minho menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tidak tau. Kau itu cerewet.", bingung Minho. Taemin tersenyum geli.

"Biarin. Pokoknya hyung suka sama aku. Akhirnya. Ciye hyung suka sama aku.", ngeyel Taemin, sekaligus menggoda Minho. Minho memajukan bibirnya.

"Iya aku suka padamu.", kesal Minho. Taemin menggerakan badannya karena terlalu senang.

"Asik. Asik.", riangnya. Minho tersenyum melihat tingkah Taemin.

'Dosa apa aku bisa suka sama bocah aneh ini', kata Minho dalam hati. "Sekarang kau kekasihku. Tidak boleh dekat dengan Jonghyun. Harus mengirimiku pesan setiap hari. Setiap aku ada latihan dan pertandingan bola kau harus datang. Ingat itu.", kecam Minho. Taemin ternganga.

"Hyung. Benarkah?", tidak percaya Taemin.

"Mau tidak. Kalau tidak, yasudah tidak jadi.", ketus Minho. Taemin menggeleng cepat.

"Aku mau. Semua syarat, siap laksanakan. Malahan setiap detik aku akan mengirimi pesan. Aku janji.", kata Taemin mantap. Minho tersenyum.

"Bagus. Kita pulang.", Minho menjalankan kembali mobilnya. Dan Taemin tidak berhenti senyum-senyum sendiri.

..................................................

-Three Years Later-

Taemin memutar bola matanya ke seluruh penjuru aula sekolah yang menjadi tempat pengukuhan kelulusan siswa-siswi angkatan akhir SMA Dong Bang. Ia mencari seseorang. Sampai namanya dipanggil naik keatas panggungpun, seseorang itu tak kunjung datang.

"Lee Taemin.", panggil guru yang merangkap pembawa acara untuk kedua kalinya. Tapi yang dipanggil diam saja.

"Hyung kemana ya?", gumam Taemin pelan.

"Jagiya namamu dipanggil.", tegur Key. Taemin sadar, lalu tersenyum. Ia langsung, naik ke atas panggung. Menerima sertifikat dan medali yang dikalungkan di lehernya.

"Sudah lulus niye. Chukkae jagiya.", Onew memeluk anaknya yang turun dari panggung.

"Appa hyung mana ya?", tanya Taemin yang tidak menggubris kata-kata Onew.

"Aish, daritadi kau hanya mencari Minho. Min-ah jahat sama appa. Lebih sayang Minho daripada appa.", sedih Onew membuang wajah pada putra semata wayangnya itu.

"Huh, umma. Appanya tuh marah.", adu Taemin manja. Key tertawa.

"Biar saja jagiya. Appamu itu kena sindrom appa yang cemburu pada kekasih anaknya. Iya kan baby.", gurau Key. Taemin tertawa, sedangkan Onew semakin memajukan bibirnya.

"Aku mau telepon hyungku dulu.", semangat Taemin, walau sebenarnya ia kesal pada Minho. Ia segera pergi menjauh keluar aula. Pokoknya dia mau marah sama Minho. Segera dia mendial nomor ponsel Minho.

"Yeobohaseyo.", kata Minho di sebrang sana.

"Hyuuung. Kenapa sampai sekarang belum juga datang. Hari ini kelulusanku.", marah Taemin. Minho menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Mian jagiya. Aku sedang menyelesaikan skripsiku.", jelas Minho. Taemin mendengus.

"Skripsi apa sih? Apa lebih penting daripada hyung datang ke hari kelulusanku? Menyebalkan.", ketus Taemin. Ia kesal ternyata Minho tidak peduli padanya.

"Aish jagìya. Hari ini aku tidak datang ke kelulusanmu, kau akan tetap lulus kan. Sedangkan aku, jika aku tidak selesaikan skripsiku, aku tidak akan lulus.", frustasi Minho menjelaskan agar Taemin mengerti.

"Terserah hyunglah. Aku memang seperti tidak punya kekasih.", sindir Taemin. "Tuut--", telepon segera diputus oleh Taemin. Minho membuang nafasnya.

"Aish, marah lagi. Baru juga kemarin baikan.", dumel Minho, dia mengacak rambutnya. Segera dia tutup laptopnya, menyambar kunci mobil dan melajukan mobilnya ke sekolah Taemin.

...

Sesampainya di sekolah Taemin, sepertinya acara sudah hampir selesai. Karena sudah banyak murid dan orangtuanya yang berhambur keluar dari aula sekolah.

"Jagiya.", panggil Minho. Ia berlari ke arah Taemin dan OnKey.

"Hyung ngapain kesini? Nanti dicariin sama skripsi hyung lho.", sindir Taemin dingin.

"Annyeong ajjhusi. Aku pinjam Taeminnya ya. Ya ya.", rajuk Minho mengabaikan pertanyaan Taemin.

"Yasudah kami pulang duluan ya.", pamit Key. Ia menarik tangan Onew.

"Awas jangan macam-macam dengan Taeminku.", kecam Onew galak. Minho hanya senyum dan mengangguk.

"Jagiya jangan merengut terus. Nanti jelek.", rajuk Minho menyenggol bahu Taemin.

"Habis hyung, tidak peduli padaku.", kesal Taemin.

"Aku peduli. Tapi kan, kau ini. Sekali-kali mengalah padaku kenapa.", kesal Minho balik, karena Taemin terlalu anak kecil.

"Ih hyung. Huh.", Taemin berjalan mendahului Minho karena Minho menyebalkan menurutnya.

"Jagiya. Ih masih saja.", dumelnya. Ia mengejar Taemin dan merangkul pinggang Taemin. "Ayo aku antar pulang.", lembut Minho. Taemin menggembungkan pipinya. Mengunci erat bibirnya.

"Aish. Jagiya kalau seperti ini menggemaskan. Cup.", goda Minho lalu mengecup pipi Taemin. Wajah Taemin jadi memerah.

"Hyung.", Taemin mencubit lengan Minho, kesalnya menghilang. "Hyung. Aku tidak mau pulang. Aku rindu sama hyung.", manja Taemin. Minho tersenyum masam.

"Mian jagiya. Tapi aku harus selesaikan skripsiku lagi.", sesal Minho. Taemin merengut.

"Yasudah aku ke rumah hyung saja. Ya.", rengek Taemin. Minho mengangguk terpaksa.

"Asik.", riang Taemin. Merekapun menuju mobil dan melaju ke rumah Minho.

...


Taemin bosan karena Minho tidak mengacuhkannya. Minho terus saja sibuk dengan laptopnya.

"Hyung main ular tangga yuuk.", ajak Taemin menusuk-nusuk lengan Minho. Minho menggeleng.

"Tadi janji tidak menggangguku.", tolak Minho. Taemin merengut.

"Huh.", dengus Taemin. Ia mengobrak-abrik kamar Minho. Duduk diatas rak buku sambil membaca majalah-majalah yang tersusun rapih di tempatnya.

Pluukk
Sebuah DVD jatuh dari sela halaman majalah yang dibaca Taemin. Diambilah oleh Taemin.

"Film. Daripada dicuekin. Lebih baik nonton.", pikir Taemin. "Hyung aku mau nonton ya. Kalau cari aku, aku ada di ruang home theatre.", kata Taemin, langsung melesat keluar kamar Minho.

Taemin begitu serius menonton film yang terputar di layar. Sepasang pria yang habis melewati makan malam yang begitu romantis, yang kemudian mereka berciuman hangat. Dalam pikirannya, Taemin membayangkan ia dan Minho yang memerankan tokohnya. Sampai pada akhirnya ciuman dua pria dalam layar menjadi panas dan liar. Sang pria yang terlihat tampan menggendong pria yang tampak cantik ke atas ranjang tanpa melepas ciumannya.

"Kok hyung tidak pernah menciumku seperti pria itu.", aneh Taemin mengetuk-ngetuk pipinya. Ia kembali fokus pada layar.

"Honey, hurry up.", rengek si pria cantik. Jelas dengan cepat pria tampan membuka pakaian si pria cantik dan pakaiannya.

"Aaaaaa.", teriak Taemin menutup matanya dengan kedua tangannya saat melihat 'milik' kedua pria dalam layar tersorot jelas oleh kamera. Yang tidak disadari oleh anak kecil lugu itu adalah film yang ia tonton sebenarnya adalah film porno koleksi kekasihnya.

...........................................

Taemin terus saja menutup mata dengan tangannya. Tapi karena penasaran, Taemin memberanikan diri mengintip dari sela-sela jarinya. Hal baru yang belum pernah ia lihat. Bahkan dia tidak mengerti apa yang sedang ia tonton.

"Ahhh. Uhhhh. You're naughty guy honey. Ahhh.", desah si pria cantik saat 'milik'nya dijadikan mainan.*?* Taemin mengerucutkan bibirnya.

"Mereka ngapain sih? Kok kayanya mereka keenakan.", gumam Taemin tidak mengerti. Ia melihat ke celananya. "Kok celanaku basah?", heran Taemin. Sedangkan Minho yang mendengar teriakan Taemin panik dan langsung berlari menghampiri Taemin.

"Jagiya kau kenapa? Tidak apa-apa kan?", panik Minho memeluk Taemin. Taemin tersenyum.

"Asik dipeluk hyungku.", senang Taemin. Minho merengut. "Gwaenchana, aku lagi nonton aja hyung.", jelas Taemin. Minho meregangkan pelukannya.

"Aku khawatir saat kau teriak tau, ternyata cuma nonton. Nonton apa sih jagi?", ujar Minho. Taemin mengangkat bahu.

"Aku juga tidak tau hyung. Tuh.", saut Taemin. Minho terbelalak melihat apa yang ditonton Taemin.

"Astaga jagiya.", segera saja Minho mematikan film yang diputar.

"Iih hyung aku lagi noton tau.", kesal Taemin merebut remote dvd. Lalu dinyalakan lagi olehnya.

"Jagiya tidak boleh lihat.", dengan cepat Minho menutup mata Taemin.

"Hyung. Ish, kenapa memangnya?", tanya Taemin kesal.

"Ini buat orang dewasa. Kau masih kecil.", jelas Minho.

"Aku sudah besar, sudah lulus SMA. Hyung aku mau nonton. Hikz.", rengek Taemin menangis. Minho menggaruk kepalanya.

"Yaa jangan menangis.", Minho menghapus air mata Taemin.

"Aku mau nonton.", manja Taemin. Minho mengalah.

"Yasudah iya nonton.", sebenarnya Minho lebih panik Taemin menonton film itu dibandingkan jika Taemin ketabrak truk.*ajebujug*

"Hehehe. Hyung sini temani aku nonton.", ajak Taemin. Minho menggeleng.

"Kau sendiri saja ya.", tolak Minho. Taemin merengut.

"Hyung.", rajuk Taemin dengan wajah memelas.

"Ne. Ne.", Minho duduk di samping Taemin. Gurat khawatir jelas terlihat di wajahnya.

"Ahhhh. Uhhh. Faster honey. Arrrggh.", erang pria cantik itu. Sang pria menuruti maunya. Ia menggerakan pinggulnya lebih cepat. Minho menggigit bibir bawahnya. Sedangkan Taemin sesekali menutup matanya, jika kamera menyorot 'milik' pria di layar.

'Aish celanaku sempit.', batin Minho. Ia melihat ke arah Taemin. Sebenarnya Minho ingin tertawa melihat tingkah bodohnya.

"Hyung kenapa sih?", tanya Taemin yang melihat wajah Minho pucat. Ia menyentuh kening Minho. Minho menelan ludahnya.
"Ani tidak apa-apa. Jagiya duduknya bisa menjauh sedikit. Jangan terlalu dekat.", pinta Minho menelan ludah.

"Aish. Hyung jahat. Memangnya kenapa sih aku mau deket hyung tau.", ngeyel Taemin memeluk lengan Minho dan bersandar kepala di bahu Minho. Minho menelan ludahnya lagi, nafasnya tidak teratur.

'Jagiya, aku bisa menerkammu detik ini juga. Haduh, mengerti aku jagi. Ayolah jauhkan dirimu. Aish.', frustasi Minho yang bergulat dengan batin dan nafsunya. Ia kembali fokus pada layar, untuk mengalihkan pikirannya dari Taemin.

"Ish kenapa celanaku terus basah sih.", kesal Taemin mengelap-elap celana bagian depannya. Membuat celana Minho bertambah sempit. Keringat dingin semakin mengalir di tubuh Minho.

'Aku tidak kuat, melihatmu memegang 'milik'mu jagiya. Hentikan.', batin Minho. Taemin santai saja, karena memang ia tidak mengerti. Dia sibuk menonton dua pria yang sedang asik.

"Hyung mereka ngapain sih? Aku daritadi nonton, tapi tidak mengerti.", tanya Taemin dengan polosnya.

"Mereka sedang. Emmm. Gini, jagiya. Mereka melakukan sesuatu yang. Emmm, biasanya dilakukan sepasang kekasih atau suami istri. Gimana ya jagi.", bingung Minho menjelaskan. Taemin mendengarkan dengan seksama.

"Benarkah hyung? Kenapa kita tidak pernah melakukan itu?", tanya Taemin tidak puas. Minho merasa salah menjelaskan.

"Kalau kita belum boleh jagiya. Karena itu akan menyakitkanmu.", jelas Minho. Taemin cemberut.

"Hyung tapi kita kan sepasang kekasih. Jadi boleh. Sepertinya mereka juga keenakan hyung. Aku juga mau melakukan itu hyung. Ayo hyung.", rengek Taemin manja. Minho menggaruk kepalanya.

"Jagiya. Kapan-kapan saja ya.", kukuh Minho. Taemin menggeleng, ia memasang wajah imutnya.

"Hyung, ayo. Lakukan seperti mereka.", paksa Taemin. Minho menggeleng keras. Tanpa sengaja tangan Taemin jatuh di atas 'milik' Minho. Minho seakan tersengat sesuatu. Tubuhnya terangsang hebat.

"Hyung.", rajuk Taemin. Minho menatap Taemin.

"Jangan salahkan aku jagi, kau yang memulai.", peringatkan Minho. Dengan cepat Minho mendorong Taemin terlentang di atas sofa. Ia segera membuka celananya. Taemin menutup matanya.

"Kenapa tutup mata? ", tanya Minho.

"Takut melihatnya.", jawab Taemin mengintip lewat sela jarinya. Minho tertawa, dia kini terbawa nafsunya.

"Saatnya aku yang melihatmu.", serang Minho. Ia melucuti semua pakaian Taemin. "Seksi.", gumam Minho. Ia mencium bibir Taemin dengan liar, dibalas lebih liar oleh Taemin.

"Hyung. Ih geli tau.", eluh Taemin, saat Minho menjilati tubuhnya. Minho tidak peduli, ia senang Taemin menggelinjang di bawahnya.

"Jagiya, kau akan rasakan seperti pria cantik itu sekarang. Kau mau?", tanya Minho berbasa-basi. Taemin mengangguk senang.

"Sekarang. Asik. Ayo cepat hyung. Penasaran.", senang Taemin yang tidak sabaran. Minho tersenyum, segera ia masukan.

"Sakit hyung. Iihh.", rengek Taemin memukul lengan Minho. Tapi lama-kelamaan Taemin malah minta terus-terusan. Sampai Minho harus meladeni Taemin sampai empat ronde, karena Taemin menangis jika Minho menolak.

..............................

Karena lelah, Taemin dan Minho sempat tertidur setelah melakukan 'itu'. Mereka membiarkan layar yang sudah menghentikan filmnya tetap menyala, menampilkan warna biru polos. Minho mengerjap-ngerjapkan matanya. Menyadari sosok Taemin yang tidur dibawahnya, membuatnya gila.

"Awas jangan macam-macam dengan Taeminku.", kecam Onew galak sebelum ia membawa Taemin, kembali terngiang di pikiran Minho.

"Ya tuhan. Bisa mati aku jika ajjhusi yang galak itu tau aku melakukan ini dengan Taemin.", frustasi Minho. Ia mengacak-acak rambutnya. Di bayangannya, Onew mengacung-acungkan senapan siap membidiknya yang menjadi target.*lebay*

"Arrrrrrrr.", teriak Minho. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghapus bayangan itu. Lalu iapun segera mengenakan pakaiannya.

"Jagiya bangun sayang.", Minho menepuk pipi Taemin. Taemin bergeliat.

"Ngantuk hyung.", tolak Taemin. Ia tidak mau bangun. Minho melihat jam.

'Aish, sebentar lagi umma, appa pulang. Bisa dimarahi aku', batin Minho. "Jagiya pindah ke kamarku saja ya.", rajuk Minho. Taemin menguap.

"Gendong.", manja Taemin mengangkat kedua tangannya minta digendong. Minho menghela nafas.

"Pakai baju dulu, baru di gendong.", kata Minho. Taemin dengan malas mengenakan pakaiannya.

"Sudah. Sekarang gendong.", rengek Taemin dengan mata masih terpejam. Minhopun segera memindahkan Taemin ke kamarnya. Dasar Taemin, baru saja memeluk guling. Dia sudah berhasil tidur lagi dengan lelap.

"Aku harus membersihkan bercak cairanku di sofa. Kalau tidak bisa ketahuan. Huah.", pusing Minho. Ia langsung kembali ke ruangan Home Theatre. Membersihkan noda-noda di sofa dan mengambil kaset dvd pornonya.

"Jagiya kau membuatku pusing saja.", eluh Minho kesal. Ia kembali ke kamarnya setelah semuanya selesai.

"Dasar jagiya payah.", gumam Minho mengecup pipi Taemin yang sedang tidur lalu masuk kamar mandi untuk membersihkan badannya.

...

Setelah kejadian itu, mereka bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Taemin tidak pernah mengungkit, ya karena dia tidak mengerti kalau itu adalah sesuatu yang penting.

Minho tersenyum-senyum melihat Taemin yang senang karena lolos seleksi masuk universitas yang sama dengannya.
"Asik satu kampus dengan hyung.", senang Taemin. Minho mengacak rambut Taemin.

"Iya, tapi aku sudah mau lulus.", kata Minho. Taemin tersenyum.

"Biarin. Siapa tau hyung tidak lulus.", celetuk Taemin. Minho merengut.

"Jahat masa mendoakan seperti itu.", ngambek Minho. Taemin tertawa.

"Biarin. Week.", ngeyel Taemin. Minho tersenyum kecil.

"Dasar jagiya.", gemas Minho benar-benar.

"Iih hyung. Oh ya, aku mau cerita hyung. Kemarin aku muntah-muntah. Kata umma, aku sakit karena aku nakal tidak mau makan jadinya aku sakit.", cerita Taemin. Minho merengut.

"Kok baru cerita. Kau memang nakal. Kenapa tidak mau makan?", tegur Minho yang tidak curiga sama sekali. Taemin tersenyum lebar.

"Entahlah. Hanya tidak mau makan saja. Memang kenapa?", ngeyel Taemin menantang.

"Nanti sakit.", kesal Minho.

"Pasti khawatir sama aku.", goda Taemin. Minho mendengus.

"TIDAK.", ketus Minho. Taemin malah tertawa terkikik.

"Hyung khawatir sama aku. Yeay.", sorak Taemin loncat-loncat. Minho hanya menahan tawanya, karena gengsi.

...

Wajah Taemin pucat, ia mengusap-ngusap perutnya yang mual-mual terus.

"Umma perutku mual.", rengek Taemin memeluk manja Key.

"Kau sakit ya jagiya. Kita ke dokter ya.", ajak Key. Taemin mengangguk.

"Baby, ayo cepat.", suruh Key pada Onew. Onew mengambil kunci mobil.

"Ayo.", saut Onew. Keluarga Leepun berangkat ke rumah sakit.

...

Onew geram memandang Taemin. "MIN-AH ANAK SIAPA ITU?", marah Onew. Saat tadi di rumah sakit sang dokter memvonis Taemin hamil lima minggu. Taemin menggeleng keras.

"Tidak tau appa. Bukannya kalau hamil sperm jalan-jalan ke rahimku. Tapi aku kan tidak pernah lihat sperm jalan-jalan ke rahimku. Jadi aku tidak tau appa.", jawab Taemin dengan polosnya. Onew gemas dengan anaknya itu.

"Yaa beib kenapa anakmu babo sekali.", kesal Onew. Key merengut.

"Aish, anakmu juga tau.", kesal balik Key. "Jagiya maksud appa, kau pernah tidur dengan siapa?", lembut Key. Taemin mengerucutkan bibirnya.

"Dengan umma, dengan appa. Terus...", Taemin tampak berpikir. "Oh ya, dengan Minho hyung. Aku belum cerita ya. Waktu kelulusan, aku kan ke rumahnya. Aku nonton film yang ada dua pria telanjang umma. Tapi aku tidak mengerti filmnya. Kan aku penasaran. Jadi aku ngerengek, minta Minho hyung ngelakuin kaya yang di film. Yaudah aku sama Minho hyung telanjang deh. Hehe. Hyung jilat-jilat, cium-cium badan aku umma. Geli deh. Tapi enak. Terus 'milik' Minho hyung masuk deh.", cerita Taemin dengan santainya. Onew mengepalkan tangannya geram.

"Minho kau.", geram Onew. "Aku pergi", pamit Onew marah. Ia segera keluar rumah dan melajukan mobilnya ke rumah Minho. Tapi sesampainya di rumah Minho, ia tidak mendapati Minho di rumah.

"Ah Jinki. Minho tidak dirumah. Kalau Minggu malam begini dia biasanya ada di Mirotic Cafe bersama teman-temannya.", beritahu Yoochun. "Memangnya ada apa?", heran Yoochun, tidak biasanya Onew mencari Minho.

"Tidak ada apa-apa hyung. Yasudah aku kesana saja. Gomawo hyung.", Onew menundukan kepalanya, lalu pergi ke Mirotic Cafe.

...

Terlihat Minho sedang asik bercanda tawa dengan teman-temannya. Sesekali ia membumbungkan asap dari rokok yang dihisapnya.*aku suka Minho bad boy*

"Hahahahaha.", tawa Minho serta teman-temannya yang lain.

"PARK MINHO.", teriak Onew. Minho menoleh, ia ketakutan melihat wajah Onew yang siap menerkamnya. Segera saja ia mematikan rokoknya.

"Ajjhusi.", kaget Minho. Onew memicingkan matanya.

"Ikut aku.", perintah Onew. Minho menurut saja. Ia pamit pada teman-temannya.

Onew membawa Minho ke mobilnya. Minho mau saja. Karena memang ia takut. Ia khawatir ketakutannya benar.
"Jawab jujur, apa yang sudah kau lakukan pada anakku?", tanya Onew keras. Ia merapatkan tubuh Minho ke dinding mobil dan mencengkram kerah baju Minho.

"Maksud ajjhusi?", tanya balik Minho tidak mengerti.

"Aish, sudah aku bilang kan jangan macam-macam dengan anakku. Tapi kau berani-berani menidurinya.", kesal Onew sudah mulai geram. Minho menelan ludahnya.

"Mianhae ajjhusi. Itu Taeminnya nangis ajjhusi kalau aku menolak.", takut Minho. Ia menelan ludahnya.

Buukk
Onew memukul pelipis Minho. Minho terkejut sekaligus meringis menahan sakit.

"Kau ini. Sudah buat hamil anakku. Sekarang malah menyalahkannya. Sudah tau anakku polos, dia tidak mengerti apa-apa.", kesal Onew. Minho membulatkan matanya.

"Mwo? Hamil.", tidak percaya Minho. "Padahal kan baru satu kali.", gumam Minho pelan. "Tapi kan empat ronde. Huah.", teriak Minho frustasi.

"Apa? Empat ronde. Kau mau membunuh anakku. Hah?", marah Onew hendak memukul Minho lagi tapi tidak jadi. Minho menggeleng.

"Ampun ajjhusi. Tidak sengaja.", lirih Minho. Onew melepas kerah Minho.

"Nikahi anakku, kalau tidak akan ku bunuh kau.", ancam Onew. Minho mengangguk. "Padahal kan Min-ah masih kecil, masa punya anak. Huah. Waktu aku saja, Key 19 tahun punya anak, sudah kemudaan. Huah.", frustasi Onew mengacak rambutnya. Minho terkikik kecil. Onew menyorot mata Minho.

"Aish jangan tertawa. Seminggu lagi kau harus menikahi anakku.", galak Onew. Minho lagi-lagi terbelalak.

"Seminggu? Huah. Ajjhusi tidak salah.", sangsi Minho. Onew bertolak pinggang.

"Aish, tidak salah. Bikin mau. Menikahi susah sekali sih kau.", kesal Onew. Minho menelan ludahnya.

"Iya ajjhusi. Seminggu.", saut Minho. Onew mendorong tubuh Minho menjauh dari mobilnya.

"Sudah sana. Aku mau pulang. Dan satu lagi. Jangan merokok, aku tidak suka calon menantuku perokok.", kecam Onew. Minho mengangguk sekaligus mengiring kepergian calon mertuanya itu.

"Huah hamil. Bagaimana bilang sama umma dan appa ya. Sakit lagi.", eluh Minho memegang pelipisnya yang membiru dan terasa sakit.

...

Minho menelan ludahnya, ia mau bilang. Tapi tidak enak melihat orangtuanya sedang bermesraan di ruang televisi.

"Aish lagi mesum. Gimana bilangnya.", bingung Minho. "Ehem. Umma, appa.", tegur Minho. Junsu menoleh sedangkan Yoochun nampak kesal karena diganggu.

"Kenapa sayang?", tanya Junsu lembut. Minho merengut.

"Umma aku sudah besar jangan panggil aku sayang lagi.", protes Minho. Junsu tertawa kecil.

"Ne. Ne. Ada apa Minho?", tanya ulang Junsu. Minho menggaruk kepalanya.

"Ehmm. Taemin hamil anakku.", beritahu Minho ragu-ragu. Yoochun terlonjak dari duduknya dan langsung memeluk Minho.

"Aish. Ini baru anak appa. Kau menuruni sifatku nak. Haha. Berapa kali melakukannya? Sampai Taemin hamil. Ceritakan.", semangat Yoochun riang. Minho tidak percaya akan reaksi appanya. Tapi Junsu memicingkan mata kesal pada Yoochun.

"Satu kali appa. Tapi empat ronde.", jawab Minho.

"Great job. Haha. Anakku hebat. Appa saja harus kerja keras dengan umma untuk mendapatkanmu.", kata Yoochun. Junsu merasa tersindir. Ia menjewer telinga Yoochun.

"Aish, jangan menyindirku Chunnie.", kesal Junsu. Minho tertawa keras sekali.

"Ampun dolphin.", rajuk Yoochun. Tapi Junsu tidak mau melepaskan.

"Kau Minho jangan tertawa saja. Kau harus segera menikahi Taemin. Jangan seperti appamu ini, umurmu sudah dua tahun, baru menikahi umma.", sindir Junsu balik. Yoochun memajukan bibirnya karena disindir. Minho menahan tawanya.

"Ne umma. Minggu depan aku menikahinya.", patuh Minho. Junsu menepuk pundak anaknya.

"Itu baru anak umma. Harus bertanggung jawab.", ujar Junsu bangga. Minho tersenyum lega, semua sudah bisa dilewati, tinggal menikahi Taemin saja.

...


-Seven Months Later-


Taemin mengelus perutnya yang sudah besar. Dia tersenyum-senyum sendiri.

"Punya bayi. Bagaimana rasanya ya.", pikir Taemin. "Bayiku. Dengar tidak. Appamu mana ya? Umma rindu sekali pada appa.", ujar Taemin. Ia mengerucutkan bibirnya.

Cekleek
Pintu kamar mereka dibuka dari luar.

"Hyunggg.", teriak Taemin senang, lalu memeluk Minho. Minho tampak begitu kusut. Sidang skripsinya gagal lagi, ia harus merevisi lagi untuk kedua kalinya.*sok ngerti*

"Aish jagiya hentikan aku lelah.", kesal Minho. Taemin merengut.

"Tapi aku rindu hyung.", ngeyel Taemin, ia kukuh memeluk Minho.

"Yaa kau seperti anak kecil saja. Aku lelah jagiya.", kesal Minho benar-benar.

"Hyung aku bukan anak kecil lagi. Aku kan sudah jadi istrimu sudah mau jadi umma. Jadi aku sudah besar hyung. Tapi kan aku cuma rindu. Memangnya tidak boleh? Aku mau peluk hyung.", kukuh Taemin. Ia memeluk erat Minho dengan manja.

"KAU INI, AKU SUDAH BILANG, AKU SEDANG LELAH. KAU INI MEMANG ANAK KECIL. MANJA. SEMUA HARUS DIPENUHI. TIDAK PERNAH MEMIKIRKANKU. AKU HANYA MINTA JANGAN MENGGANGGUKU MALAM INI.", bentak Minho yang bukan maksudnya. Ia hanya saja sedang lelah, jadi mudah terbawa emosinya. Taemin kaget dibentak seperti itu oleh Minho.

"Hyung kau marah padaku.", takut Taemin. Minho tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia menangis dahsyat, karena ketakutan.

"Kalau sudah begini saja menangis. Apa kau hanya bisa menangis.", ketus Minho. Taemin semakin terisak.

"Umma. Hikz. Aku takut.", tangis Taemin, ia memeluk guling dan memojok di sudut tempat tidur. Minho meninggalkan Taemin di kamar. Dan membanting pintu.

"Umma. Hikz. Umma.", tangis Taemin.

"Aaaaaaa.", teriak Taemin. Perutnya sakit, benar-benar sakit seakan melilit seluruh isi dalam perutnya. "HYUUNNGG.", teriak Taemin. Ia memegangi perutnya. Junsu yang mendengar teriakan Taemin dari luar langsung masuk ke dalam kamar.

"Astaga Taemin.", kaget Junsu. Air ketuban Taemin sudah pecah. "Chunnie. Minho. Bantu aku cepat.", teriak Junsu. Minho yang mendengar panik. Ia langsung masuk ke dalam kamar.

"Jagiya. Kau kenapa. Umma ayo ke rumah sakit.", panik Minho. Yoochun sudah siap di mobil. Mereka langsung membawa Taemin ke rumah sakit.

...

Taemin pasrah di dalam kamar ruang bersalin. Jadwal melahirkannya ternyata dua minggu lebih cepat dibanding jadwal yang diperkirakan dokter. Minho tampak cemas meninggalkan istrinya sendiri berjuang di dalam. Ada rasa bersalah dibenaknya, karena dia membentak Taemin tadi. Padahal bukan salah Taemin.
Dua jam sudah. Persalinan juga belum terselesaikan. Sampai.

"Owaa. Owwa.", terdengar suara tangis bayi dari dalam. Semua merasa lega. Key dan Junsu bersorak sambil berpelukan satu sama lain.

"Aku punya cucu. Yeay. Tapi masa dipanggil halmony. Tidak mau ah, aku mau dipanggil omonim saja. Umurku kan belum kepala empat. Iya benar. Hahaha.", bicara Key terlebih pada dirinya sendiri.

"Yang mana suaminya?", tanya dokter yang keluar dari ruangan.

"Saya. Bisakah saya melihatnya?", tanya Minho. Sang dokter menggangguk. Minhopun masuk.

"Selamat ini anak anda, bayi perempuan.", sang dokter memberikan bayi ke gendongan Minho. Minho tersenyum, ia mencium kening anaknya itu.

"Ummanya bagaimana songsaengnim?", tanya Minho. Sang dokter tersenyum.

"Dia baik-baik saja. Sepertinya sudah sadar.", kata sang dokter. Minho mendekati Taemin.

"Hyung sakit.", rengek Taemin. Minho mengecup kening Taemin.

"Iya aku tau. Sabar ya jagiya.", kata Minho menenangkan. Taemin menampilkan mata sendunya.

"Hyung masih marah padaku?", tanya Taemin takut-takut.

"Tidak marah. Maafkan aku ya jagiya. Jagiya, ini anak kita. Lucu mirip denganmu.", kata Minho meletakan anak mereka di dada Taemin.

"Iya hyung. Seperti aku. Ih aku suka. Aku punya bayi hyung. Hehe. Sekarang aku bukan jadi istri saja, tapi umma juga. Hehe.", senang Taemin. Setelah menikah dengan Minho. Taemin hilang dari kepolosannya. Dia mulai mengerti bagaimana menjadi seorang istri. Tapi yang tidak bisa dihilangkan adalah sifat anak kecilnya. Ya tetap saja terkadang membuat pusing orang disekitarnya, lebih tepatnya Minho.

"Jagiya terimakasih. Aku mencintaimu.", ucap Minho. Ia mengecup bibir Taemin singkat kemudian mengecup pipi mungil bayinya.

"Ih hyung genit, cium-cium aku. Genit.", goda Taemin walaupun wajahnya masih terlihat lelah, tapi Taemin tetap ceria. Minho tertawa mendengar istrinya meledeknya.

"Aish kau ini jagiya.", Minho mengacak-acak rambut Taemin. Taemin tersenyum senang. Keluarga kecil itu kini mendapat kebahagiaan yang tak terkiranya.




The End

Fan Fiction.. Pregnant?? Noo... MinKyu..

Cast: MinKyu
Genius Couple

Ini cerita para anak-anak. Haha.


Lanjud.

++++++++++++++++++++++++

Heechul tampak tergesa-gesa datang ke rumah Jaejoong. Setelah berbasa-basi singkat.
"Joonggie aku titip Kyuhyun ya malam ini di rumahmu. Hangeng dua minggu tidak aku layani. Karena Kyuhyun selalu ingin tidur bersama kami. Dan malam ini Hangeng sudah kesal. Kau mengerti kan? Aku mohon.", pinta Heechul dengan sepenuh hati. Jaejoong tersenyum dan mengangguk.

"Iya aku mengerti, lagipula aku senang. Changmin jadi ada temannya.", saut Jaejoong dengan senyuman. Heechul mengangguk.

"Gomawoyo. Aku pulang ya. Takut gege ngamuk. Hehe.", gurau Heechul. Jaejoong tertawa kecil. "Kyuhyun. Umma pulang dulu ya. Jangan nakal nak.", pesan Heechul pada Kyuhyun sebelum pulang.

"Ne umma.", jawab Kyuhyun dengan kedua jempol yang teracung. Wajahnya lucu sekali.

"Minnie ada Kyuhyun. Kalian bermain bersama ya. Jangan nakal. Umma mau buatkan makan malam dulu.", Jaejoong mengacak-acak rambut Changmin dan Kyuhyun bergantian. Lalu pergi ke dapur.
Changmin menatap sinis Kyuhyun yang duduk di sampingnya.
"Pinjam dong. Aku juga mau main.", kata Kyuhyun mengambil paksa stick game milik Changmin seenaknya.

"Iih. Aku lagi main tau. Kembalikan. Dasal pengganggu.", akhirnya terjadi perebutan stick game. Kyuhyun memajukan bibirnya. Tapi akhirnya tenaga tidak mau kalah Changmin lebih besar.

"Pelit. Dasar cadel. Cadel.", ledek Kyuhyun kesal. Changmin menyipitkan matanya.

Tookk
Dengan mulus Changmin memukul kepala Kyuhyun dengan stick game.

"Aku tidak cadel. Nanti juga aku cembuh. Tidak cadel lagi. Aku kan masih lima tahun, jadi wajal saja kalau cadel.", kesal Changmin. Kyuhyun memegang kepalanya.

"Huah. Umma sakit. Hiks. Hiks.", tangis Kyuhyun. Changmin tertawa.

"Cengeng. Cengeng. Balu cegitu saja cudah nangis. Kyu cengeng. Kyu cengeng. Week.", ledek Changmin menjulurkan lidah.

Yunho yang baru saja membuka pintu sudah mendapatkan pelukan dari Kyuhyun yang menubruknya.
"Appa, Minnie jahat. Hikz.", adu Kyuhyun. Yunho segera menggendong Kyuhyun.

"Kyu kenapa?", tanya Yunho. Kyuhyun terisak.

"Dipukul Minnie. Aku kan cuma mau pinjam stick gamenya. Tapi dipukul.", cerita Kyuhyun. Yunho menatap Changmin.

"Minnie, tidak boleh seperti itu. Memangnya tidak bisa berbagi. Kenapa harus memukul.", omel Yunho.

"Appa. Dia mengataiku cadel. Aku kan kecal.", bela Changmin sendiri.

"Tapi tetap tidak boleh.", marah Yunho. Changmin menundukan kepalanya.

"Aku lagi yang dimalahi.", dumel Changmin pelan.

"Appa. Kyu sakit.", ringis Kyu. Changmin mendengus.

"Dia appaku, bukan appamu.", wajah Changmin sudah menampakan raut tidak sukanya.

"Tapi dia juga appaku. Dia menjadi appaku lebih dulu dibandingkan kau. Jadi aku yang lebih berhak tau.", tidak mau mengalah Kyuhyun. Changmin berlari memeluk kaki Yunho.

"Appa, kau appaku kan? Bukan appanya?", dari wajah Changmin berharap mendapat jawaban iya.

"Aku appa kalian berdua Minnie.", jawab Yunho mengacak rambut Changmin. Changmin mendengus.

"Ne. Aku mengelti appa. Menyebalkan.", Changmin mengangguk. Dia menatap kesal Kyuhyun yang menjulurkan lidah padanya.

...


-12 Years Later-

Changmin menatap tajam Kyuhyun, yang menyerobot maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan. Padahal dia lebih dulu mengangkat tangan.

"Ish si cengeng selalu membuatku kesal.", gerutu Changmin dalam hati. Kyuhyun tersenyum mengejek pada Changmin selesainya mengerjakan.

Bel istirahatpun berbunyi. Changmin segera membuka bekal yang dibawakan Jaejoong porsi jumbo.
"Enak. Makan. Makan.", senang Changmin. Saat mau melahap Kyuhyun duduk di sampingnya.

"Huah, enak. Cadel. Aku minta dong.", rajuk Kyuhyun mengincar makanan Changmin.

"Aniya. Enak saja. Ini kan makanan yang umma buat untukku. Pergi sana. Kau selain cengeng, senang sekali menganggu. Cengeng.", kesal Changmin. "Dan jangan panggil aku cadel. Aku sudah tidak cadel.", kecam Changmin.

"Emang aku pikirkan. Cadel, cadel. Pelit.", senang Kyuhyun. Changmin menyipitkan mata.

"Kau ini selalu saja buat masalah. Heuh.", kesal Changmin. Kyuhyun tertawa.

"Kau yang buat masalah cadel. Aku kesal padamu. Bodoh.", umpat Kyuhyun.

Tookk
Pukulan maut bersemayam di kepala Kyuhyun.

"Kenapa selalu memukul sih, kan sakit. Aku lapor Yunho appa. Biar kau dimarahi. Huh.", ancam Kyuhyun dengan mata yang hampir menangis.

"Cengeng, pengganggu, pengadu. Ah lengkap sekali. Dan satu lagi, aku tidak bodoh. Aku yang juara kelas. Bodoh.", ledek Changmin. Kyuhyun memajukan bibirnya. Lalu menoyor kening Changmin.

"Jelek.", kesal Kyuhyun, lalu kembali ke tempat duduk memakan nasi goreng beijing bikinan Hangeng.

"Kenapa umma selalu memasukanku di sekolah yang sama dengannya sih. Huh. Jadi kan tiap tahun aku harus sekelas dengan manusia cengeng itu.", gerutu Changmin pelan. Memang karena keduanya jenius, keduanya selalu di tempatkan di kelas murid-murid pintar.

"Iwh dasar cadel. Kerjanya menganiayaku terus. Dasar.", eluh Kyuhyun pelan sambil memakan nasi gorengnya dengan sebal.

Pluukk
Karena saking kesalnya, Changmin melempar gumpalan kertas pada Kyuhyun dengan tenaga super. Changmin tertawa. Paling tidak sedikit kekesalannya berbalas.

"Minnie. Menyebalkan.", kesal Kyuhyun dengan bibir yang maju. Dan mengusap-usap belakang kepalanya. Changmin semakin tertawa keras sekali.

"Cengeng.", ledek Changmin. Kyuhyun memicingkan matanya.

"Lihat saja akan aku adukan pada Yunho appa. Hahahahaha.", niat licik Kyuhyun dalam hati.

..............................................

Karena terburu-buru, Changmin tidak bisa menghentikan langkahnya saat mendapati seseorang melintas di hadapanya.

Bruukk
Alhasil dia menabrak orang itu dan jatuh tepat di atasnya.

"Omo, kenapa dia jadi cantik.", pikir Changmin dalam hati, saat memandang seksama wajah pria di bawahnya. Tepat, yang kini ada di bawahnya adalah Kyuhyun. Kyuhyun memicingkan matanya dan memajukan bibirnya kesal. Ia menyentil tempurung kening Changmin.

"Awwww.", ringis Changmin kesakitan, membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Berat. Bangun cepat. Ish, selalu saja membuatku sakit. Menyebalkan sekali kau cadel.", umpat Kyuhyun. Changmin langsung bangkit dari tubuh Kyuhyun. "Sengaja ya menabrakku?", tuduh Kyuhyun yang sudah gemas pada Changmin ingin menendangnya jauh-jauh.

"Bawel. Kau yang asal jalan, cengeng. Kau berarti yang sengaja menabrakan diri.", Changmin tidak mau di salahkan. Dia memicing tajam pada Kyuhyun, bersiap memukul kepala Kyuhyun. Tapi Kyuhyun yang sudah tau gelagat Changmin, terlebih dulu memukul kepala Changmin lalu kabur dari peredaran.*?*

"Aku mau pulang, aku adukan sama Yunho appa.", teriak Kyuhyun yang berlari ke halaman parkir.

"Huh, dia itu menyebalkan sekali. Minta dilempar ke sungai nil sepertinya.", kesal Changmin yang kemudian melangkahkan kakinya ke halaman parkir.

...


-Kyuhyun POV-

Aku menendang ban mobilku. Menyebalkan, kenapa harus ada paku yang menusuk banku. Kalau begini pulang naik bis deh. Malasnya minta ampun. Tapi seperti ada angin menyegarkan yang berhembus, aku melihat Changmin baru mau menaiki motornya. Aku langsung saja berlari ke arahnya dan menghadangnya.

"Mau apa lagi?", ketusnya. Kalau aku tidak butuh tumpangan sudah aku bunuh dia.

"Minnie, jangan galak seperti itu. Minnie mobilku bannya kempes.", kataku. Dia mendelik.

"Terus kenapa?", sautnya menyebalkan. Aku menarik nafas, lalu memasang senyum lebarku.

"Antarkan aku pulang ya. Ayo dong Minnie.", rajukku dengan wajah melasku.

"Tidak, peduli apa. Pulang saja naik bis. Ish. Sudah sana, aku mau pulang.", tolaknya galak. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku berdiri tepat di depan, dengan tangan yang membentang memblokir motornya agar tidak bisa lewat.

"Antarkan aku pulang.", paksaku. Dia menghembuskan nafas.

"Cengeng. Kau ini, cepat naik.", suruhnya kasar. Asik, berhasil, aku langsung naik. Tanpa aba-aba, dia langsung menjalankan motornya. Alhasil aku tersentak dan membentur punggungnya. Sakit.

"Minnie. Kalau jalan bilang-bilang dong.", protesku sebal.

"Bodo.", teriaknya di balik helm yang ia kenakan. Dan ia semakin mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi. Sampai aku refleks memeluk pinggangnya, karena takut. Apa? Memeluk pinggangnya? Tanpa aku sadari, aku semakin mengeratkan pelukanku dan bersandar pada punggungnya. Aroma tubuhnya, harum sekali. Nyamannya, sampai-sampai aku tertidur pulas, dengan posisi seperti ini.

...

Changmin merengut tanpa henti. Dia mengumpat tidak henti-henti.
"Umma, kenapa bukan Minho hyung saja yang menemaniku di rumah. Kenapa harus Kyu.", tidak terima Changmin. Karena Yunho dan Jaejoong akan pergi selama dua hari. Dan ia meminta Kyuhyun untuk menemani Changmin di rumah selama mereka pergi pada HanChul.

"Minnie, tadi umma sudah menelepon Junsu ajjhusi, dan Minho sedang pergi ke Chungnam.", jelas Jaejoong.

"Yasudah, aku sendiri di rumah juga tidak apa-apa. Aku tidak mau dengan Kyu umma.", kesal Changmin. Jaejoong tersenyum.

"Minnie, hanya dua hari. Hari Minggu umma sudah pulang. Umma tidak mau kau sendirian di hari liburmu. Kau kan jadi ada temannya.", bujuk Jaejoong. Changmin akhirnya mengangguk. Ia dan Jaejoong keluar kamar dan jelas dapat melihat Kyuhyun di teras rumah bersama Yunho.

"Yasudah umma dan appa hati-hati, jangan lupa oleh-olehku. Terutama kau appa, lihat saja kalau tidak beli oleh-oleh.", kecam Changmin dengan mata yang memicing tajam. Yunho memukul kepala Changmin.

"Beraninya padaku.", gurau Yunho. Changmin tersenyum lebar.

"Memang berani. Sudah sana pergi. Berisik.", usir Changmin. Jaejoong tersenyum geli.

"Yasudah kami pergi. Kalian berdua jangan bertengkar saja ya.", pamit Jaejoong. "Dah Minnie.", Jaejoong mengecup bibir Changmin. "Dah Kyu.", Jaejoong mengecup pipi Kyuhyun.

"Mwo? Honey aku juga mau kaya Minnie.", iri Yunho dengan bibir mengerucut. Alhasil semua orang tertawa keras.

"Iri saja. Kau ini. Sudah ah, ayo pergi.", gurau Jaejoong. Lalu masuk mobil. Yunho mendelik.

"Awas ya kalian berdua kalau bertengkar. Kami pergi dulu.", kecam Yunho lalu masuk mobil menyusul Jaejoong.

Kyuhyun tidak bisa berhenti tertawa.
"Sudah besar masih manja pada Jae ajjhusi. Payah.", ledek Kyuhyun pada Changmin. Changmin mencubit kedua pipi Kyuhyun.

"Kenapa? Kau mau? Sini aku cium.", kesal Changmin. Karena sakit Kyuhyun memukul-mukul tangan Changmin agar dilepaskan. Akhirnya Changmin melepaskan.

"Ih. Tidak mau, bibir seksiku tidak level dengan bibir keritingmu. Heuh.", kesal Kyuhyun. Ia memukul bibir Changmin keras, lalu kabur masuk rumah.

"Dia itu bodoh sekali, memangnya tidak sakit apa.", umpat Changmin memegangi bibirnya. Dan masuk ke dalam rumah.

"Minni. Minnie. Aku tidur kamarmu ya. Kau tidur kamar tamu saja.", teriak Kyuhyun yang sudah berada di atas tempat tidur Changmin.

"Huah, kau ini. Main masuk kamarku saja. Tidak, enak saja.", Changmin mendorong tubuh Kyuhyun, hingga jatuh ke lantai.

"Sakit bokongku. Minnie bodoh. Tidak sopan pada tamumu.", kesal Kyuhyun. Changmin tertawa.

"Memangnya aku pikirkan.", ujar Changmin. Lalu pergi keluar kamarnya, main games seperti biasa.

.......................................

Tengah malam Kyuhyun terbangun dan memegangi perutnya yang lapar. Ia pergi segera ke kamar Changmin.

"Minnie. Aku lapar.", Kyuhyun mengoyangkan tubuh Changmin. Changmin membuka matanya perlahan.

"Pengganggu, kau ini benar-benar ya.", kesal Changmin. Kyuhyun tersenyum lebar.

"Minnie yang tampan, baik, lucu bikinkan aku mie ramen dong.", rajuk Kyuhyun. Changmin membuang nafas.

"Bikin sendiri sana.", ketus Changmin.

"Tidak bisa masak. Ayo dong. Aku lapar.", paksa Kyuhyun menarik-narik tangan Changmin. Karena perut Changmin juga lapar. Akhirnya mereka ke dapur, bikin mie ramen.

"Asik. Sudah jadi. Makan.", teriak Kyuhyun yang langsung mengambil tutup panci. Tapi disambar Changmin.

"Aku yang buat. Aku yang pakai tutupnya. Week.", tidak mau kalah Changmin. Kyuhyun merengut kesal. Merekapun berebutan mie. Karena memang keduanya rakus dalam makan.

"Minnie curang, aku cuma sedikit.", eluh Kyuhyun. Changmin tersenyum.

"Kau begitu saja cemberut. Yasudah nih aaa.", Changmin menyuapi Kyuhyun. Kyuhyun senang lalu memakannya. Mereka tertawa saat berebut mie lagi. Sesekali mereka saling menyuapi. Jauh sekali dari kata tidak akur.

"Kenyang. Terimakasih Minnie.", ucap Kyuhyun, yang langsung merebahkan diri di lantai. Changmin hanya mengangguk, ia lalu menuju kulkas mengambil sebotol Soju dan duduk di sofa. Kyuhyun yang melihat itu langsung duduk di samping Changmin.

"Mwo? Kau mau apa Minnie?", heran Kyuhyun. Tidak menyangka Changmin suka minum soju.*rajanya*

"Kau kenapa sih? Kaya tidak pernah melihat orang minum soju saja.", risih Changmin. Kyuhyun melotot.

"Jadi sering? Kau masih di bawah umur untuk minum ini.", beritahu Kyuhyun. Changmin tersenyum.

"Baru sekali. Aku ingin tau rasanya. Habis umma suka sekali minum soju.", jelas Changmin. Kyuhyun menggaruk kepalanya.

"Enak tidak Min?", akhirnya Kyuhyun penasaran juga.

"Enak, kau mau. Ambil saja di kulkas.", tawar Changmin. Kyuhyun tersenyum. Ia berlari ke kulkas dan kembali duduk di samping Changmin dengan botol soju yang langsung ditenggaknya. Terang saja, dia sudah mabuk sekarang.

"Minnie, kenapa kau ada dua ya?", racau Kyuhyun mengusap matanya. Changmin tertawa lalu menenggak lagi minumnya.

"Kau juga ada dua.", kata Changmin yang juga mabuk. Mereka tertawa bersama-sama. Tak lama hening saat keduanya saling memandang. Changmin semakin mendekatkan wajahnya pada Kyuhyun.

"Ehmmm.", desahan mereka berdua saat saling mengulum bibir. Lama-lama ciuman Changmin turun ke leher Kyuhyun. Kyuhyun mengerang saat Changmin mulai menggigit kecil lehernya. Keduanya penuh nafsu.

Kyuhyun menyerang Changmin, ia mendorong Changmin ke atas sofa. Dibukanya satu persatu kancing piyama Changmin. Lalu ia cumbu di setiap incinya. Changmin mendesah menikmati. Ia langsung membuka celananya sendiri dan balik mendorong Kyuhyun jatuh. Ia menurunkan celana Kyuhyun.

"Sekarang giliranku. Tenang ya sayang.", bisik Changmin. Kyuhyun mengangguk. Dan..

"Ahhh. Sakiiiittt.", teriak Kyuhyun. Changmin tersenyum, lalu mencium bibir Kyuhyun untuk meredakan kesakitan.

"Mmmmhh. Minnie. Lebih cepat.", pinta Kyuhyun. Dan akhirnya mereka melakukan sesuatu itu untuk pertama kalinya dengan nafsu, kenikmatan, dan di bawah kesadaran.

...

Pagi hari, Kyuhyun terbangun dari tidurnya. Tubuhnya sakit-sakit semua. Setelah sepenuhnya sadar.

"HUAAHH MINNIE.", refleks Kyuhyun menendang Changmin yang masih tidur memeluknya dan alhasil, Changmin jatuh dari sofa.

"Kyu kau apa-apaan sih?", kesal Changmin yang masih belum sadar.

"Umma, aku diperkosa. Huah. Umma. Hikz. Umma.", tangis Kyuhyun. Yang menutupi tubuh bagian bawahnya dengan bantal sofa.

"Mwo? Ya siapa yang memperkosa?", Changmin membungkam mulut Kyuhyun, karena berisik. Lalu dia melihat tubuh polos Kyuhyun dan juga tubuhnya. "Huah. Kenapa kita telanjang. Ya kau memperkosaku. Kyu, apa yang kau perbuat padaku?", histeris Changmin yang telat. Ia langsung mengambil bantal sofa lain untuk menutup tubuh bagian bawahnya.

"Ya bodoh. Kau yang memperkosaku. Kenapa malah kau yang berteriak.", tangis Kyuhyun berhenti. Ia malah kesal dengan pria di hadapannya. Dan refleks menoyor kening Changmin.

"Apanya yang memperkosamu. Ini pasti kau yang menjebakku tadi malam. Iya benar, dengan alasan perut lapar.", tuduh Changmin memicingkan mata.

"Kau ini. Kau yang mengajakku mabuk. Terus. Huaaahh.", teriak Kyuhyun lagi, memikirkan macam-macam. "Umma anakmu tidak steril lagi. Hikz. Hikz.", tangis Kyuhyun pecah lagi.

"Sudah jangan diingat-ingat. Kau berlebihan. Kenapa harus denganmu sih. Tidak level sekali.", kesal Changmin. Kyuhyun memajukan bibirnya.

"Tidak level. Tapi mau juga. Bodoh. Sebal.", sindir Kyuhyun kesal.

"Pokoknya ini salahmu.", kecam Changmin. "Aduh. Sakit.", ringis Changmin, saat Kyuhyun memukul kepalanya.

"Rasakan.", senang Kyuhyun. Ia beranjak berdiri, tapi badannya sakit-sakit semua. Apalagi di bagian bokongnya.

"Kenapa?", tanya Changmin.

"Sakit. Semua badanku sakit.", eluh Kyuhyun. Changmin tertawa.

"Iyalah, tadi malam kan kita habis melakukan itu. Hahaha.", goda Changmin, menaik turunkan alisnya. Kyuhyun cemberut dan memukul-mukul perut Changmin.

"Diam. Iwh, dosa apa aku bisa melakukan itu denganmu.", kesal Kyuhyun. Tapi yang ada Changmin malah semakin tertawa tak tertahankan.

"Tubuhmu seksi juga.", goda Changmin agar Kyuhyun marah. Kyuhyun memicingkan mata.

"Huah Cadel menyebalkan.", kesal Kyuhyun bukan main. Dia langsung mengenakan piyamanya karena malu.

.................................................

Semenjak malam itu Kyuhyun dan Changmin semakin sering bertengkar. Satu detik tidak bertengkar, rasanya ada yang hilang dari kehidupan mereka.

"Sudah dibilang jangan ungkit aku yang sudah tidur denganmu. Menjijikan tau.", kesal Kyuhyun memukul kepala Changmin.

"Sakit. Heh, kenapa sekarang kau yang sering memukulku. Seharusnya kan aku yang memukulmu. Heuh.", protes Changmin memajukan bibirnya.

"Tidak ada itu. Apa-apaan. Sekarang kau tidak bisa menganiayaku. Hahaha. Aku kan keren.", bangga Kyuhyun yang sebenarnya tidak berkesinambungan satu sama lain.

"Ah dasar. Keren apanya. Aku cium juga kau Kyu,", goda Changmin mendekatkan wajahnya. Kyuhyun memicingkan matanya.

"Coba kalau berani. Aku tendang kau.", tantang Kyuhyun. Changmin tertawa.

Cuppp
Changmin memberi kecupan telak di bibir Kyuhyun. Kyuhyun langsung mengusap-usap bibirnya.

"Berani kan aku. Bagaimana? Kau suka kan?", senang Changmin memainkan alisnya, membuat Kyuhyun lebih marah dan segera memukul-mukul bibir Changmin karena kesal.

"Rasakan. Kau ini menyebalkan. Heuh. Sebal, sebal.", kesal Kyuhyun yang terus memukul bibir Changmin.

"Sakit. Ih.", ringis Changmin lalu menampar pipi Kyuhyun. Kyuhyun kesal. Dia berbalik menampar pipi Changmin. Tidak terima, Changmin kembali menampar pipi Kyuhyun. Dan terus saja begitu, mereka saling menampar. Sampai..

Huek
Kyuhyun menahan muntahnya, lalu berlari ke kamar mandi. Changmin yang sedikit khawatir langsung mengejar Kyuhyun.

"Gwaenchana?", tanya Changmin panik. Kyuhyun menggeleng selesai muntahnya. Ia memegang perutnya. Mual sekali.

"Minnie antar aku ke ruang kesehatan. Ingin istiraha.", rajuk Kyuhyun. Changmin mengangguk. Ia memapah Kyuhyun dan menemani Kyuhyun di ruang kesehatan.

"Kau belum sarapankah? Mau aku belikan susu. Untuk mengganjal perutmu saja.", tawar Changmin penuh perhatian.

"Mau susu, sama makanan ya Minnie. Baik deh.", rayu Kyuhyun memanfaatkan keadaan. Changmin yang memang khawatir langsung berlari ke kantin dan kembali dengan nafas yang tersengal-sengal.


-Kyuhyun POV-

"Ini makan dulu. Mau aku suapi.", perhatiannya. Dia berbeda sekali dari biasanya. Ternyata pria ini khawatir juga padaku. Aku mengangguk menyauti pertanyaannya. Lalu dia menyuapiku bubur instan yang ia beli. Enak sekali.

"Terimakasih.", kataku. Dia tersenyum, lalu membelai rambutku.

"Kau tidur dulu. Nanti kita ke rumah sakit. Aku akan minta ijin.", katanya. Aku berbalik menghadapnya.

"Kalau kau baik seperti ini setiap hari. Pasti hidupku damai.", gurauku. Dia merengut dan mencubit pipiku.

"Ya kau ini. Cari masalah terus.", kesalnya. Keluar lagi sifat aslinya. Tapi aku senang.

"Tidur ah.", teriakku tidak peduli, membuatnya kesal. Memangnya aku pikirkan.

...


-Author POV-

Kyuhyun menatap kesal Changmin setelah keluar dari ruang periksa. Ia menoyor kepala Changmin.
"Lihat, hamil kan aku. Ah kau ini. Bagaimana kalau umma dan appa tau. Aku tidak mau. Aku gugurkan saja.", racau Kyuhyun karena saking paniknya setelah divonis hamil oleh dokter.

"Ya enak saja main gugurkan. Dia kan anakku. Kau ini.", marah Changmin. Kyuhyun memajukan bibirnya.

"Terus gimana? Kau sih bodoh pakai acara memperkosaku.", kesal Kyuhyun. Changmin angkat bahu.

"Mana aku tahu. Itu urusanmu. Yang penting jangan macam-macam dengan bayiku.", kecam Changmin. Kyuhyun geram.

"Tidak bertanggung jawab. Kalau aku tidak bilang, nanti perutku membesar. Aahh. Minnie. Aku bingung. Kita kan masih sekolah. Huh. Kalau begini. Lebih baik aku tidak mengenalmu.", frustasi Kyuhyun karenanya.

"Sekolah. Tiga bulan lagi kita lulus. Jadi tenang saja. Perutmu tidak akan terlihat membesar. Kalau soal umma appamu aku tidak ikut campur. Kau tau kan yang galak di keluargamu cuma ummamu. Dan aku, dua-duanya galak. Jadi yang seharusnya cemas aku. Babo.", kata Changmin santai. Entah apa yang sebenarnya ada di pikirannya sehingga, ia menganggap seperti tidak ada apa-apa.

"Kau ini. Ah menyebalkan.", kesal Kyuhyun yang pergi meninggalkan Kyuhyun. Changmin tertawa.

"Aku jadi tidak menyesal mabuk malam itu. Hahaha. Pokoknya kalau sampai anakku kau bunuh. Aku bunuh kau lebih dulu.*?*", rutuk Changmin lalu menyusul Kyuhyun.

...

Changmin pergi ke rumah keluarga YooSu karena ingin bertemu dengan Minho. Sahabatnya yang sudah dianggap seperti kakak baginya. Ia ìngin sekali meminta saran dari Minho.

"Hyung, ada sesuatu yang ingin kukatakan.", kata Changmin. Minho yang sedang asik menyundul bolanya hanya tersenyum.

"Mwo? Ceritakan saja.", kata Minho santai.

"Aku menghamili Kyuhyun.", kata Changmin singkat.

Dugg
Tepat bola itu jatuh di muka Minho, karena keterkejutan Minho yang tidak dapat menerima cepat bola yang datang.

"Awww.", ringis Minho. "Yaa tadi kau bilang apa Min?", tanya keras Minho tidak percaya.

"Menghamili Kyu, hyung. Itu anak HanChul ajjhusi.", jelas Changmin lagi. Minho menghela nafas.

"Huah kau ini, bodoh sekali. Ckckck. Tapi bukannya kalian bertengkar terus.", heran Minho. Changmin menggeleng.

"Huah hyung. Aku tidak tau. Jadi sekarang bagaimana? Aku takut dibunuh appa.", takut Changmin. Minho tersenyum kecut.

"Kau ini. Sudah bilang saja. Tidak mungkin appamu sampai seperti itu.", suruh Minho, walaupun sebenarnya tidak yakin.

"Huah hyung. Memusingkan sekali. Masa aku sudah punya anak saat lulus sekolah.", bingung Changmin. Minho memukul kepala Changmin.

"Lagian suruh siapa, berani-berani berlaku seperti itu. Bodoh.", umpat Minho. Changmin tertawa tidak bersalah.

"Hehe. Ampun hyung. Aku juga bingung.", saut Changmin. Minho hanya bisa geleng-geleng kepala.

...................................................

Kyuhyun tersenyum-senyum kecut dengan tangan yang memain-mainkan ujung seragam sekolahnya. Ia takut menghadapi ummanya saat ini.

"Umma. Umma. Jangan marah ya.", rayu Kyuhyun pada Heechul yang sedang ngeblow rambut blondenya.

"Marah apa?", heran Heechul yang belum tau apa-apa. Kyuhyun tersenyum.

"Kalau aku bilang. Emmm.. Gini.. Emmm.. Aku.. Emmm.. Hamil umma.", beritahu Kyuhyun yang tersendat karena takut. Namun, sukses membuat Heechul hampir terkena serangan jantung.

"Yaa kau hamil. Gege. Gege mana? Gege.", sibuk Heechul yang mencari Hangeng dengan nafas tersengal-sengal. Saat melihat Hangeng, Heechul langsung memeluknya. Seketika itu juga nafasnya kembali normal.

"Kyuhyunnie.. Kau apakan ummamu?", marah Hangeng. Kyuhyun menunduk.

"Tidak appa. Mianhae. Huah appa jangan marah.", frustasi Kyuhyun. Hangeng membelai rambut Heechul.

"Yaa Kyu kau hamil dengan siapa? Katakan. Anakku kenapa bodoh.", teriak Heechul. Jelas Hangeng kaget mendengarnya.

"Hamil?", kaget Hangeng tidak percaya.

"Umma, appa jangan marah lagi ya. Hamil dengan Changmin. Hikz. Ampun umma appa. Hikz.", takut Kyuhyun yang akhirnya menangis. Heechul membulatkan mata.

"Changmin? Yang benar?", tanya Heechul.

"Iya umma. Maaf. Kalau mau marahi Changmin saja. Waktu aku menginap di rumahnya, dia meniduriku. Umma, aku mohon.", rajuk Kyuhyun. Heechul tersenyum.

"Aku kira dengan siapa. Kalau Changmin, tidak apa. Tenang saja sayang. Sekarang kau tidur saja. Istirahat. Biar bayimu sehat.", suruh Heechul ramah bukan main. Kyuhyun menatap ibunya.

"Umma. Kenapa jadi baik. Aku kira, aku akan ditendang.", pikir Kyuhyun dalam hati, sambil berjalan gontai ke kamarnya.

"Gege rencana kita berhasil. Asik. Akhirnya kita bisa punya menantu Changmin.", senang Heechul, memeluk suaminya. Semua memang rencana keluarga YunJae dan HanChul. Mereka ingin menjadi satu keluarga, dengan menikahkan putra-putra mereka. Tapi yang diherankan, Changmin dan Kyuhyun selalu saja bertengkar. Tidak bisa sedikitpun akur. Jadi mereka membuat rencana agar MinKyu ditinggal di rumah hanya berdua di rumah YunJae. Padahal Yunho dan Jaejoong menginap di rumah HanChul. Dengan harapan Changmin dan Kyuhyun bisa akur, setelah itu. Ternyata mereka mendapat lebih. Keduanya malah sudah mau punya anak. Semakin lebar saja jalan untuk menikahkan Changmin dengan Kyuhyun.

"Iya Chullie. Tapi. Ya ampun, anak jaman sekarang sudah berani melakukan itu. Padahal masih sekolah.", heran Hangeng. Heechul hanya tertawa mendengarnya.

...

"Appa. Aku menghamili Kyu.", celetu Changmin tiba-tiba tanpa persiapan. Saat sedang bermain games dengan Yunho. Yunho ternganga lebar.

"Ya bodoh. Bodoh. Kau berani sekali.", marah Yunho memukuli kepala Changmin.

"Ampun appa. Lagipula dia yang memperkosaku. Appa.", rajuk Changmin kesakitan.

"Yaa kalau dia memperkosamu, kenapa dia yang hamil. Bodoh. Bodoh.", gemas Yunho terhadap anaknya.

"Huah. Tapi sakit appa. Lagian suruh siapa meninggalkan aku berdua saja dengan Kyu. Jadi kan begitu.", ngeyel Changmin. Yunho memicingkan mata.

"Kau ini selalu saja menjawab. Bodoh. Sekarang, kalau Kyu sudah hamil. Kau mau apa?", kesal Yunho. Dia menoyor kepala Changmin.

"Tidak mau apa-apa. Memangnya kenapa?", jawab santai Changmin.

"Yaa ini lagi, kau harus menikahinya. Aku pukul lagi mau.", geram Yunho. Changmin mendesis.

"Tidak mau appa. Males. Dia kan musuhku.", tolak Changmin. Alhasil, Yunho memukul Changmin lagi.

"Sakit appa. Tidak mau, pokoknya.", teriak Changmin sambil berlari ke kamar. Jaejoong yang baru menghampiri Yunho menaikan alisnya.

"Kenapa anakmu bun?", tanya Jaejoong.

"Menghamili Kyu dan tidak mau menikah. Dasar anak itu. Lihat saja, aku bunuh dia.", kesal Yunho. Jaejoong tertawa.

"Bagus. Bunuh saja, kalau tidak mau dinikahkan.", gurau Jaejoong yang sebenarnya sudah dari awal mendengar percakapan Yunho dan Changmin, ia begitu senang. Karena rencananya, menikahkan Changmin dan Kyuhyun akan segera terlaksana.

...

Changmin mendekati Kyuhyun. Ada yang ingin ia bicarakan.

"Cengeng.", Changmin menusuk-nusuk bahu Kyuyun dengan telunjuknya.

"Heuh apa sih kau cadel? Mengganggu saja.", kesal Kyuhyun. Changmin memajukan bibirnya.

"Cengeng, appa menyuruhku menikahimu. Tapi aku tidak ingin menikah denganmu. Kau tau kan, kalau aku tidak mencintaimu.", kata Changmin dengan santai saja. Kyuhyun memiringkan kepalanya. Dia tau benar, tapi entah kenapa ada sedikit sakit di hatinya. Wajahnya berubah pucat pasi.

"Aku juga tidak ingin kau nikahi. Jadi tidak perlu khawatir.", Kyuhyun menampilkan senyum terpaksanya. Membuat Changmin refleks memeluk Kyuhyun.

"Terimakasih cengeng. Tapi ingat, dia tetap bayiku. Oke.", kecam Changmin. Kyuhyun mengangguk.

"Selamanya memang dia bayiMU.", saut Kyuhyun dengan penekanan.

...

Semenjak itu, entah kenapa Kyuhyun jadi pendiam. Saat Changmin mengganggunyapun, Kyuhyun tidak bereaksi apa-apa. Dia sendiri juga tidak tau apa sebabnya.

Kyuhyun terus saja duduk di kursi taman sejak pulang sekolah. Dan sekarang matahari sudah hampir tenggelam. Ia hanya menatap kosong ke depan. Terkadang membelai perutnya.

"Nak. Umma disini.", gumamnya. Hanya itu kalimat yang daritadi terlontar dari mulutnya.

Hari semakin malam dan tak ada niat buat Kyuhyun beranjak dari taman itu. Ia merekatkan jas sekolahnya, untuk menghangatkannya dari hawa dingin yang melanda. Tak lama ia tertidur di kursi taman itu. Di taman dekat sekolah dasar mereka dulu, tempat Kyuhyun dan Changmin bermain, lebih tepatnya bertengkar saat mereka masih SD, hanya karena berebut main perosotan.

...........................................

Heechul panik mengetahui anaknya sampai malam sudah larut, belum juga pulang. Ia menelepon rumah OnKey, Kyuhyun tidak ada disana. Ia semakin panik. Akhirnya dia menelepon rumah YunJae.

"Joonggie apa anakku ada disana?", tanya Heechul langsung, dengan raut cemas.

"Kyu? Tidak ada! Waeyo?", bingung Jaejoong.

"Dia belum pulang. Ini sudah malam.", jelas Heechul.

"Belum pulang.", kaget Jaejoong. Changmin yang mendengarnya, merasakan kekhawatiran. Ia takut terjadi apa-apa.

"Umma, appa aku pergi dulu.", teriak Changmin yang melesat pergi setelah mengambil mantelnya. Tidak tau kenapa, dia ingin sekali datang ke suatu tempat.

Benar dengan perasaannya. Dia menemukan Kyuhyun tidur meringkuk di kursi taman. Dengan tubuh yang bergetar kedinginan. Ia segera saja memeluk Kyuhyun. Dan menghangatkan tubuh Kyuhyun dengan mantel miliknya.

"Aku mencintaimu Minnie.", igau Kyuhyun dalam tidurnya.

Deg
Jantung Changmin seakan dihantam sesuatu yang besar. Tidak mungkin. Ia menatap wajah Kyuhyun. Ia masih tertidur.

"Kau kenapa Kyu?", takut Changmin. Ia makin mendekap tubuh Kyuhyun. Tubuh Kyuhyun panas sekali. Changmin segera menggendong Kyuhyun untuk dibawa ke klinik terdekat.

Dokterpun segera memeriksa Kyuhyun. Selesai memeriksa, dokter memberikan helaan nafas keras.

"Dia tidak apa-apa, hanya tubuhnya terlalu lelah. Ditambah hawa dingin, perut yang kosong. Dan itu juga tidak baik untuk bayinya. Tolong jaga asupan makannya, dan satu lagi. Emosinya juga.", kata sang dokter penuh ketegasan. Changmin tersenyum mengerti.

"Minnie. Minnie.", igau Kyuhyun kembali. Changmin yang mendengarnya langsung menggenggam tangan Kyuhyun. Seketika Kyuhyun kembali tenang dalam tidurnya.

"Bolehkah saya menemaninya sebentar?", pinta Changmin. Sang dokter tersenyum.

"Silahkan.", saut sang dokter.

...

Kyuhyun terbangun dan mendapati Changmin tertidur dengan menggenggam tangannya. Kyuhyun tersenyum, ada kebahagiaan saat itu.

"Cadel, sudah pagi.", bangunkan Kyuhyun. Changmin mengerjapkan mata.

"Kau sudah bangun sayang.", kata Changmin senang. Kyuhyun membulatkan mata.

"Sayang?", bingung Kyuhyun bangkit dari tidurnya.

Cuuppp
Kecupan di bibir Kyuhyun. Kecupan penghantar pagi hari.

"Aku baru sadar kalau aku mencintaimu. Aku mencintaimu.", kata Changmin dengan pelukan erat di tubuh Kyuhyun.

"Mwo? Minnie.", kaget Kyuhyun lebih-lebih. Changmin malah semakin mengeratkan pelukannya.

...

Akhirnya mereka resmi menikah. Tak lama setelah keduanya lulus dari sekolah. Dan itu membuat kedua orangtua mereka begitu senang.

Kini perut Kyuhyun memang belum terlihat seperti orang hamil. Tapi paling tidak sudah membuncit sedikit.

"Cadel. Lapar.", Kyuhyun menggoyang-goyangkan tubuh Changmin yang sedang tertidur di sampingnya.

"Huah, kau ini bisa tidak. Tidak menggangguku.", kesal Changmin. Kyuhyun tersenyum innocent.

"Sayang. Aku lapar.", manja Kyuhyun. Changmin menghela nafas.

"Masak sendiri.", ketus Changmin menutup telinganya dengan guling.

"Tidak bisa masak.", saut Kyuhyun. Changmin tetap tidak peduli. "Appa, aku lapar.", gurau Kyuhyun dengan suara yang dibuat seperti anak kecil. Mendengar itu akhirnya Changmin menyerah.

"Kau sudah menjadi seorang istri. Masih saja tidak bisa memasak.", gerutu Changmin. Ikhlas tidak ikhlas, dia pergi ke dapur untuk membuatkan makanan andalannya. Mie ramen. Sedangkan Kyuhyun tertawa senang. Dan menyusul Changmin ke dapur.

"Ummaku juga sampai hari ini, tidak bisa memasak. Appa tidak pernah protes. Kenapa kau protes?", sindir Kyuhyun. Changmin tersenyum kecil.

"Tidak, siapa yang protes. Aku tidak protes. Dasar cengeng.", ledek Changmin. Kyuhyun merengut kesal. Lalu memukul kepala Changmin.

"Aku tidak cengeng. Aku sebal padamu.", kesal Kyuhyun yang kemudian kembali ke kamar. Dan sekarang Changmin yang tertawa keras, karena berhasil membuat Kyuhyun kesal.

...


-One Year Later-

Di minggu pagi yang cerah. Saat Changmin sedang asik-asiknya menikmati hidup sebagai seorang ayah muda. Ayah yang sedang senang memandang bayi perempuan mungil dalam dekapannya.

"Owaa. Owaa.", tiba-tiba bayi kecil itu menangis, cukup keras.

"Sayang. Cup. Cup. Jangan menangis. Nanti appa dimarahi umma lagi.", tenangkan Changmin, sebelum ketahuan Kyuhyun. Tapi terlambat, Kyuhyun sudah mendengarnya.

"Huah, Minnie. Kau apakan anakku? Sini. Kau selalu saja membuat anakku menangis.", kesal Kyuhyun. Ia merebut bayi dalam gendongan Changmin.

"Huah. Dia juga anakku. Tuh kan, denganmu juga dia tetap menangis. Bukan salahku. Sinikan bayiku.", kesal Changmin. Yang ada malah terjadi adu mulut dan berebut menggendong bayi. Sampai tidak sadar kedua orang tua mereka datang berkunjung.

"Cup. Cup. Sayang jangan menangis.", Jaejoong segera mengambil alih menggendong si bayi. Dan menenangkannya. Tak lama tangis si bayi mereda.

"Kalian ini bertengkar terus.", tegur Heechul yang ikut membelai kepala si bayi.

"Minnie membuat anakku menangis. Aku kan kesal.", adu Kyuhyun. Changmin mendengus.

"Tapi kan wajar. Aku kan mau menggendong anakku.", Changmin tidak mau mengalah. Heechul dan Jaejoong saling pandang. Dan tak lama mereka tertawa.

"Kalian ini, sudah menikah. Sudah punya anak. Tetap saja seperti anak kecil.", heran Jaejoong. Changmin dan Kyuhyun tetap saja merengut.

Tidak banyak perubahan di antara mereka. Dua pria yang masih suka bertengkar dan berebut. Tapi kini mereka menyadari, bahwa ada anak dan cinta dalam kehidupan mereka.




The End

Fan Fiction.. Pregnant?? Noo... HanChul..

Ini aku kasih mpreg.

Kali ini HanChul.
Ingat semua judul pregnant. Ceritanya nyambung.


Cekidot.

+++++++++++++++++++++

Hangeng yang memang terkenal suka gonta-ganti pasangan. Sudah tidak diragukan lagi kelihaiannya merayu wanita. Tapi dia tidak seperti sahabatnya, Yoochun. Playboy yang menundukan targetnya dengan tatapan dan kontak fisik. Kalau Hangeng, ia lebih menggunakan perkataan dan sikap lembut seorang pria.

Hangeng yang berkewarganegaraan Cina, menjejakan kaki lagi di Korea Selatan. Negara tempatnya bekerja, yang setiap tahunnya dia akan dikirim ke Beijing selama tiga bulan pada awal dan pertengahan tahun oleh kantor. Dan akan kembali ke Seoul, setelah masa berakhir.

Bruuukkk
Ia ditabrak oleh seorang pria. Saat menunggu pengeluaran barang dari bagasi pesawat.

"Maaf.", kata pria itu membungkuk sopan.


-Hangeng POV-

Cantik sekali pria dihadapanku. Bagus untuk mainanku tiga bulan ini.
"Tidak apa-apa. Sepertinya terburu-buru.", sautku. Dia menggeleng.

"Aku tidak terburu-buru, tapi tadi ada yang menyenggolku sehingga aku menabrakmu. Maaf.", jelasnya. Ah dia polos sekali.

"Oh iya namaku Hangeng.", aku menyodorkan tanganku. Dia tersenyum dan membalas jabatan tanganku.

"Heechul. Kim Heechul.", balasnya. "Kau bukan orang Korea ya?", tanyanya.

"Iya. Bagaimana kau tau?", heranku. Dia tersenyum lagi.

"Logatmu dan bahasa Koreamu kurang baik.", terangnya. Aku tersenyum.

"Teman?", tawarku. Dia memandangku heran. "Agar kau bisa mengajarkan bahasa Korea padaku.", jelasku. Dia mengangguk.

"Teman.", sautnya. Aku kecup pipinya. Ia terbelalak.

"Ini caraku menyambut teman baru.", kataku membuat alasan. Dia membulatkan mulutnya dan mengangguk-angguk.

....

Aku merasakan dia memelukku, aku tidak tau apa maksudnya. Memang sudah dua minggu kami menjadi teman baik.

"Gege.", panggilnya. Dia memang suka memanggiku gege. Dari nadanya, ia begitu manja. Sepertinya aku sudah berhasil menjeratnya.


-Heechul POV-

Aku tidak tau kenapa aku begitu nyaman di dekatnya. Mungkin perhatiannya. Dan sikapnya yang begitu sopan.
"Aku mencintaimu. Bolehkah?", tanyaku ragu. Ia tersenyum dan berbalik padaku.

"Aku juga mencintaimu.", balasnya. Ia membelai wajahku. Aku menikmatinya. Aku mengikuti gerakan tangannya. "Dua minggu yang indah bersamamu, kau mau jadi kekasihku?", pintanya. Aku terkesiap, tidak menyangka dia akan meminta seperti itu.

"Aku mau. Mau.", kataku bersemangat. Ia tampak senang. Wajahnya bergerak mendekatiku. Apa dia akan menciumku? Ya tuhan aku bisa pingsan jika benar. Dan kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Melumatnya, dia memainkan lidahku. Aku suka ini. Tiba-tiba ia melepaskan. Aku kesal, karena aku sedang menikmatinya.

"My cinderella apa kau menyukainya?", tanyanya. Aku mengangguk malu. "Mau yang lebih? Kau pasti menyukainya.", tawarnya. Lebih maksudnya.

"Lebih?", tanyaku tidak mengerti. Dia tertawa.

"Maksudku kita bersetubuh malam ini. Kau mau?", jelasnya. Aku membelalakan mata. Maksudnya dia ingin itu.

"Haruskah?", tanyaku. Wajahnya berubah muram.

"Kalau kau tidak mau, aku tidak memaksa. Tenang saja.", jawabnya. Ia mengecup pipiku, hendak beranjak keluar kamarnya. Aku sekarang ini ada di apartementnya.

"Gege, kau marah? Bukan seperti itu. Aku belum pernah melakukannya. Aku takut tidak memuaskanmu..", jelasku. Dia berbalik menghadapku dan tersenyum.

"Aku tidak marah. Aku tidak apa-apa.", dia menenangkanku. Aku jadi merasa tidak enak.

"Malam ini aku mau melakukannya untukmu. Gege, aku mencintaimu.", aku memeluknya. Dia tertawa.

"Terimakasih. Kau akan terbiasa nanti. Aku mencintaimu.", dia mendorongku ke kasur dan mencium bibirku.

"Emmmmm.", desahku. Membuatnya semakin liar. Aku tidak tau apa yang ia lakukan yang pasti aku menikmatinya.

....


-Hangeng POV-

Aku menikmati permainanku tadi malam, menyenangkan merasakan lubang yang masih steril. Apalagi saat dia mendesah namaku.
"Ahh.. GEGE.. GEGE.. Ahhhhh..", jeritnya setiap aku menggerakan pinggulku.

Aku memandang pria cantik di sebelahku yang masih tertidur, raut wajahnya lelah, karena kupaksakan 4 ronde tadi malam. Maklum sudah dua minggu aku menganggur. Jadinya sekali diberi lawan, 4 ronde aku sanggup. Aku tersenyum, aku kecup bibirnya. Dia korbanku yang paling polos, tapi paling cantik.

"Chullie, bangun. Sudah pagi.", aku menepuk kedua pipinya. Dia menggeliat lalu kedua matanya terbuka.

"Gege. Badanku kenapa sakit semua?", tanyanya. Aku tertawa.

"Karena baru pertama kali. Jadinya badanmu sakit.", jelasku. Dia mengangguk.

"Tadi malam apa kau senang?", tanyanya berharap aku menjawab iya.

"Sangat senang. Lain kali boleh aku memintanya lagi?", tanyaku dengan wajah memelas.

"Kapanpun, jika itu membuatmu senang.", jawabnya. Aku bisa gila, mendengar kepolosannya. Akan aku kerjai kau setiap malam. Kau memberiku tiket masuk yang aku tunggu.

"Mulai hari ini, kau tinggal di apartementku ya. Mau ya? Aku akan senang jika kau menjawab ya.", rajukku. Dia mengangguk. Aku mencintai nasibku yang membuatku bertemu dengan pria polos ini.

"Ayo kita mandi.", ajakku. Wajahnya memerah.

"Berdua? Aku malu.", kagetnya. Aku tersenyum.

"Bukankah aku sudah melihat tubuh polosmu.", kataku jahil, ku singkap selimut yang menutupi tubuhnya. Wajahnya semakin memerah.

"Gege.", malunya menarik selimut lagi. "Yasudah ayo mandi.", ajaknya. "Tapi kau jalan duluan. Jangan mengintip ke belakang.", lanjutnya. Aku mengikuti maunya. Dan dia menyusulku di belakang. Dasar Chullie. Pada akhirnya di kamar mandi juga aku akan melihat tubuh polosnya tersiram air. Aku tersenyum licik.

..........................................

-Author POV-

Hangeng pulang dalam keadaan setengah mabuk. Ia habis minum bersama teman-teman kantornya.
"Aish, mabuk. Dasar. Gege.", eluh Heechul yang memapah Hangeng ke kamar. Hangeng tertawa. Lalu mengecup pipi Heechul.

"Chullie, sudah berapa bulan kita bersama?", tanya Hangeng menarik Heechul kepelukannya.

"Dua bulan. Kenapa?", tanya balik Heechul.

"Satu bulan lagi.", gumam Hangeng. Heechul menaikan alisnya.

"Maksudmu, dengan satu bulan?", heran Heechul. Hangeng menelan ludahnya.

"Tidak ada apa-apa. Chullie, mau layani aku? Aku merindukan tubuhmu. Sudah berapa lama ya? Sebentar, sepertinya dua puluh jam lebih aku tidak menjamah tubuhmu.", racau Hangeng. Heechul tersenyum. Ia mengecup leher Hangeng, dijilatnya sampai Hangeng bergelinjang di atas tempat tidur. Tapi semua dihentikan olehnya. Hangeng hendak protes, tapi terlambat.

"Hanya tubuhku? Aku tidak.", Heechul pura-pura marah. Dia menatap kesal Hangeng.

"Chullieku. Kalau aku merindukan tubuhmu. Sudah pasti aku merindukanmu. Aku merindukan keseluruhanmu.", rajuk Hangeng. Heechul tertawa. Ia menggigit hidung Hangeng.

"Dasar pria mabuk. Benar ingin aku layani malam ini?", tanya Heechul meyakini. Hangeng mengangguk. "Karena kau minta aku layani. Aku akan layani. Kau jadi anak manis saja, malam ini.", gurau Heechul. Karena setiap hari ia melayani Hangeng. Jadi dia sudah tau bagaimana cara memuaskan Hangeng.

...

Heechul menyandarkan kepalanya di dada bidang Hangeng.
"Gege, kau tau aku sangat mencintaimu?", tanya Heechul memainkan jarinya di kancing kemeja Hangeng. Hangeng mengecup puncak kepala Heechul.

"Tau, karena kau selalu bilang mencintaiku setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik.", gurau Hangeng. Heechul tertawa kecil.

"Seperti itukah?", tanya Heechul. Hangeng mengangguk. "Apa kau mencintaiku?", Heechul memasang wajah berharapnya pada Hangeng. Hangeng tertawa kecil.

"Iya aku mencintaimu.", jawab singkat Hangeng.

"Aku senang sekali gege.", Heechul menggerakan kepalanya di dada Hangeng. Dan memejamkannya perlahan. Ia tertidur disana.

"Kau ini polos sekali.", Hangeng membelai rambut Heechul yang tertidur. Mengecupi puncak kepalanya. Meremas mesra tangan Heechul dalam genggamannya.

...

Hangeng sedaritadi memandangi terus wajah Heechul dengan seksama.
"Cantik.", gumam Hangeng tanpa sadar. Heechul tersenyum.


-Hangeng POV-

Tanpa pikir lagi, aku menarik wajahnya mendekatku, aku kecupi setiap lekuknya. Entah mengapa aku ingin sekali melakukan ini. Tidak seperti dengan semua mantanku, aku benar-benar ingin menghabiskan hari terakhirku dengannya dan selalu berada di dekatnya. Besok aku sudah kembali ke Beijing dan berkelana dengan percintaan baru disana. Hidup yang indah dengan banyak cinta.

"Gegeku. Wajahku basah dengan air liurmu.", eluhnya dengan wajah lucu. Aku tertawa, ah dia ini.

"Tapi aku senang melakukannya.", ngeyelku. Aku terus mengecupi wajahnya. Ia mendorongku.

"Kau benar-benar mencintaiku ya?", ledeknya. Aku ingin tertawa. Ini kan hari terakhir, jadi akan kugunakan dengan baik.

"Iya.", jawabku singkat. Dia memelukku.

"Berarti aku bisa tenang, kau akan selalu di sisiku.", katanya. Aku hanya tersenyum kecil tanpa jawaban. Ia mengecup bibirku, lalu berdiri, mengambil mantel.

"Mau kemana?", tanyaku heran.

"Pulang. Aku mau mengambil baju di rumah. Bajuku sudah habis.", jawabnya. Aku menghampirinya.

"Aku antar saja ya.", tawarku. Dia menatapku heran.

"Memangnya tidak kerja?", tanyanya. Aku menggeleng dan memeluknya dari belakang.

"Mau menghabiskan seharian penuh denganmu.", jawabku. Ia tersenyum dan mengangguk.

...

Seharian ini aku mengajaknya pergi, menemaninya belanja, menunggunya perawatan di salon. Ya ampun sejak kapan aku mau menemani pasanganku berbelanja dan ke salon. Itu kan hal yang paling membosankan. Tapi pasti ini, hanya karena aku mengulur waktu. Jadi aku tidak harus mengantar ke rumahnya dan mengambil barang-barangnya. Aku kan mau memutuskannya nanti malam.

"Gege, sekarang kita ke rumahku ambil barang ya.", ajaknya. Aku merangkul pinggangnya.

"Besok saja. Kita sekarang ke hotel saja ya.", ajakku. Dia mengerenyitkan kening. Kemudian mengangguk.

"Hotel? Hari ini kau aneh gege. Ckckckck.", tuduhnya. Aku menghela nafas. Berat sekali sepertinya, setiap melihat wajahnya.

"Ikut saja.", paksaku menarik tangannya.

...


-Heechul POV-

Malam ini Hangeng tidak seliar biasanya.
"Gege.", panggilku padanya yang sedang membelai lembut rambutku. Aku seakan dimanjakan, aku mengecup dadanya yang berkeringat. Kami berdua sudah cukup lelah dengan permainan tadi.

"Hmmmm.", gumamnya. Aku mendongakan kepalaku ke arahnya.

"Apa kau mau menikahiku?", tanyaku. Aku menampilkan tatapan penuh harap. Ia bangkit dari tidurnya. Membuatku juga ikut terbangun.

"Maaf cinderelaku, tapi aku harus kembali ke Beijing. Lebih baik kita akhiri saja.", katanya lembut. Ia mencium bibirku dengan hangat. Ia mengenakan segera pakaiannya. Lalu pergi meninggalkanku di hotel sendirian. Rasanya hatiku hancur, aku telah serahkan cintaku hanya untuknya. Air mataku jatuh. Aku kenakan celanaku, aku memakai bajuku asal-asalan untuk mengejarnya.

"GEGE TUNGGU.", teriakku. Aku menahan tangannya. Kutatap matanya sendu. "Apa karena pertanyaanku? Gege jika kau tidak mau menikahiku, tidak apa-apa. Tapi jangan tinggalkan aku.", raungku. Air mataku makin deras.

"Bukan itu. Aku tidak suka menjalankan hubungan jarak jauh. Kau cari pria lain saja ya. Kau cantik, akan banyak yang menyukaimu.", katanya melepas tanganku. Kata-katanya menusuk terlalu dalam.

.......................................................

Aku pergi dari hotel, berlari dalam tangisku entah aku bawa kakiku ini kemana.

Bruukkk
Aku tak sengaja menabrak seseorang.

"Kau baik-baik saja?", tanya orang yang kutabrak tadi. Aku hanya menangis dan beranjak pergi meninggalkannya. Namun, lenganku ditahan olehnya.

"Apa kau baik-baik saja?", tanyanya lagi.

"Ne. Biarkan aku pergi.", pintaku meronta.

"Aniya. Kau bisa cerita padaku.", ia terus saja menahanku. Entah mengapa, aku tiba-tiba saja memeluknya.

"Jangan tinggalkan aku. Aku mohon.", pintaku lirih. Aku ingin gege, mengapa dia meninggalkanku.

Aku dibawanya duduk di kursi taman. Cukup hening, yang ada hanya suara tangisku. Aku tidak bisa menahan kesedihanku.

"Mengapa kau menangis?", tanyanya saat tangisku mulai mereda. Aku menghapus air mataku.

"Mianhae aku memeluk sembarangan.", sesalku yang menjadi tidak enak. "Aku baru saja diputuskan kekasihku. Padahal aku begitu mencintainya. Cengeng sekali ya.", ceritaku yang berusaha tegar dengan senyum terpaksaku.

"Tidak masalah kalau seorang pria menangis. Lupakan saja, kau cari yang baru.", tenangkannya dengan nada bergurau. Aku tersenyum kecil.

"Aku harap. Kau mengapa jam dua pagi masih berkeliaran?", tanyaku. Dia balik tersenyum.

"Aku malas melihat wajah kekasihku di rumah.", kataku begitu saja.

"Kalian bertengkar?", tanyaku lagi. Dia mengangguk.

"Aku ingin sekali memiliki anak. Tapi kekasihku trauma dengan kehamilan. Dia tidak ingin aku atau dia hamil.", jelasnya dengan wajah yang lucu.

"Biar aku tebak, diantara rumah tanggamu kau berperan sebagai suami bukan?", tebakku. Dia mengangguk lagi. Sudah terlihat dari dia yang pria sekali.

"Kau aneh. Biasanya pria suami sepertimu enggan memiliki anak. Dan biasanya pria istri sepertiku, ingin sekali punya anak.", heranku bergurau. Walau sebenarnya aku masih ingin menangis.

"Tapi aku memang benar-benar ingin punya anak.", celetuknya juga dengan wajah melasnya.

"Aku juga ingin punya anak dari pria yang aku cintai.", kataku lirih. Hanya dari gege, satu-satunya pria yang aku cintai.

...

Seminggu sudah aku tanpa gege, hidupku kosong. Hariku hanya untuk menunggunya datang memelukku dan meralat semua keputusannya. Apakah dia mengingatku? Aku begitu merindukannya.

Hooeeks
Aku muntah-muntah, rasanya benar-benar mual. Apa karena aku tidak ingat makan, jadi tubuhku kurang sehat. Sepertinya aku harus ke rumah sakit.

"Gege aku sakit.", kataku pada fotonya. Dia hanya diam. Andai dia disini. Pasti dia akan memanjakanku. Air mataku kembali mengalir.

"Gege. Apa salahku?", lirihku.

...

Hamil. Aku dikatakan hamil. Anak kami.
"Gege ada bayimu di perutku.", aku bergumam senang sambil mengelus perutku. Mungkin dengan bayi, dia akan senang.

Tapi raut senangku berubah menjadi raut gelisah. Karena aku terus saja menghubungi teleponnya, tapi tidak diangkat.
"Gege, angkat teleponku.", tuntutku di setiap kalinya. Namun tetap saja nihil. Tuhan apalagi yang kau berikan padaku.

...
Karena frustasi aku pergi ke sebuah club malam.
"Gege kau tega padaku.", raungku. Air mataku mengalir lagi. Aku tidak tahan hidup seperti ini. Aku begitu mencintainya. Ku teguk tequilaku, untuk menghilangkan frustasiku.


-Author POV-

Bruuukkk
Seorang pria yang sudah benar-benar mabuk menabrak Heechul saat hendak turun ke dance floor.

"Kau! Bukannya yang ditaman waktu itu.", sangsi Heechul.

"Ah iya, kau kan pria cantik yang diputuskan pacarmu itu kan? hahahaha.", ingat pria tadi menepuk-nepuk pipi Heechul. Pria tadi tidak jadi turun. Ia duduk berbincang dengan Heechul.
"Aku belum tau namamu.", kata pria itu.

"Heechul. Namaku Kim Heechul.", teriak Heechul bersaing dengan musik.

"Aku Jung Yunho. Ah sepertinya, kita berjodoh ya. Hahaha.", bicara Yunho semakin ngelantur. Heechul hanya tersenyum kecil, membiarkan Yunho meracau tidak jelas.

"Jaejoonggie, aku ingin anak. Kau pelit sekali.", igau Yunho. Heechul tau, Yunho benar-benar mabuk. Ia jadi pusing sendiri. Karena club sudah mau tutup. Akhirnya ia memutuskan membawa Yunho ke rumahnya. Ia merebahkan Yunho di tempat tidur. Saat akan melepas dasi yang mengikat leher Yunho. Yunho menarik Heechul dalam dekapannya.

"Aku ingin punya anak. Anak kandungku. Maukah kau mengandung anakku. Anak kita, kita akan hidup bahagia bersama anak-anak kita.", bicara Yunho kacau. Ia membalik tubuh Heechul dan menindihnya.

"Kau ini apa-apaan sih.", ronta Heechul berusaha bangkit.

"Kau cantik.", racau Yunho. Setelahnya ia mencium bibir Heechul. Ia lumat, ia kulum. Sesaat memberontak, akhirnya Heechul tanpa perlawanan. Ia membalas semua perlakuan Yunho. Tangannya memeluk erat tubuh Yunho. Mereka bergumul bibir dengan liar. Yunho turun menghisap leher jenjang Heechul sampai menghasìlkan berbagai tanda merah. Tangannya melepaskan satu persatu kancing kemeja Heechul. Dijilati semua tubuh Heechul yang terbuka. Sesekali lidahnya dimainkan di pusar Heechul. Sedangkan tangannya menggerayang milik Heechul yang masih terbungkus celana.

"Aaaaahhh.. Yunho-ssi.. Aaaaahh.", mendengar erangan Heechul. Yunho dengan cepat membuka seluruh celana Heechul. Dan tentu seluruh celananya. Yunho kembali naik mencium bibir Heechul.

"Ini sedikit sakit. Tahan ya.", peringatkan Yunho, ketika ia hendak memasukan miliknya.

Bruukk
Yunho pingsan di atas tubuh Heechul. Heechul mengambil nafas leganya, walau bukan manusia suci. Tapi ia hanya ingin tubuhnya dirasuki seseorang yang ia cintai. Ia membiarkan sejenak Yunho tidak sadarkan diri di atas tubuhnya. Tak lama karena lelah iapun tertidur.

....................................................

-Hangeng POV-

Kenapa wanita atau pria sekarang, tidak ada yang menarik lagi. Dan kenapa aku selalu mengingat Heechul. Padahal sudah tiga minggu. Tapi aku tetap mengingatnya. Ditambah tidak ada mainan baru disini. Ah menyebalkan.
Aku memejamkan mataku. Terlihat jelas wajah Heechul dalam bayangan. Dia begitu cantik, bibirnya merah menggoda. Ya kenapa selalu dia yang muncul.

...

Aku tidak nafsu memakan makan siangku. Aku melihat galery di ponselku. Aku ingin tertawa. Dia itu terlalu narciss. Ponselku penuh dengan fotonya. Tapi aku suka, apalagi foto kami yang berciuman. Aku baru tau saat aku mengecek galeryku kemarin. Dia begitu meninggalkan banyak kenangan. Aku rasa aku mencintainya. Akhirnya aku tunduk juga dengan pria cantik itu. Sial. Seharusnya aku tidak meninggalkannya. Apakah dia membenciku sekarang? Pasti iya.

"Maafkan aku Chullie.", lirihku dalam hati.

"Kau melamun saja Han.", tegur salah seorang temanku.

"Maklumi saja, dia sedang jatuh cinta.", ledek temanku yang lain. Aku tersenyum dan menggaruk belakang kepalaku.

"Kalian jangan menggodaku.", maluku benar. Mungkin wajahku memerah saat ini.

...


-Author POV-

Yunho di hadapkan dengan Heechul yang sedang menangis. Yunho merasa bersalah, ia tidak tau akan bagaimana hidupnya selanjutnya. Begitu pula Heechul, ia tidak tau apakah benar kebohongan yang ia buat untuk bayinya.

"Yunho-ssi, aku mohon jangan biarkan anak kita tanpa appa.", rajuk Heechul yang meminta pertanggung jawaban akan kehamilannya pada Yunho.

Yunho nampak frustasi. Ia tidak bisa lepas tangan akan perbuatannya pada Heechul. Heechul makin menangis.

"Aku tidak akan membiarkan anak kita tanpa appa. Aku akan menikahimu. Maaf jadi seperti ini.", saut Yunho. Ia menarik Heechul ke dalam pelukannya. Membiarkan pria cantik itu menangis. Heechul menggenggam erat kemeja Yunho.

"Maafkan aku.", lirih Heechul dalam hati.

...


~ Two Months Later ~


-Hangeng POV-

Aku kembali ke Korea lebih cepat. Aku ingin bertemu Chullie. Aku merindukannya. Aku harap dia mau memaafkanku. Tujuan utamaku, yaitu rumahnya.

Tok. Tok
Kuketuk pintu rumahnya, tapi tidak ada siapapun. Aku mengintip di jendela. Rumahnya kosong. Sepertinya sedang pergi. Aku kembali ke mobilku. Menunggunya, tapi sampai larut malam dia belum juga pulang. Aku kurang beruntung hari ini, mungkin besok. Aku melajukan mobilku dan kembali ke apartementku. Disini banyak kenangan kami.

-Flashback-

Heechul menatap punggungku yang sedang memasak nasi goreng beijing andalanku.
"Kenapa melihatku seperti itu?", tegurku. Wajahnya langsung memerah. Dan lucunya ia segera berlari masuk kamar. Segera aku selesaikan acara memasakku. Dan menyusulnya ke kamar.

"Kau kenapa?", tanyaku. Dia menggeleng.

"Aku hanya malu. Hehe. Punggungmu terlihat begitu seksi.", malunya. Aku membuka pakaianku.

"Kau terpikat punggungku. Sekarang kau boleh memandangnya semaumu.", suruhku. Wajahnya semakin merah. Lama-lama telunjuknya menyusuri punggungku. Lalu dikecupinya. Aku ingin tertawa. Chullieku bernafsu. Setelah itu dia memelukku.

"Kau membuatku malu. Ayo kita makan.", ajaknya. Aku memakai pakaianku lagi. Dan mengikutinya di belakang.

"Kau nakal. Hahaha.", godaku. Dia malah memajukan bibirnya lucu.

-End of Flashback-

Kalau terus mengingat kenangan-kenangan dengannya. Membuatku semakin merindukannya. Kenapa dulu aku memutuskannya. Sekarang aku benar-benar menyesal. Bodoh.

...

Seminggu sudah aku di Korea, tapi aku tidak juga menemukannya. Sepertinya dia pindah rumah. Chullie kau dimana?

Hari ini pernikahan temanku. Aku mengejutkan temanku dengan kata-kataku. Dia tampan sekali dengan tuxedonya.


-Heechul POV-

Hari ini hari pernikahanku dengan Yunho.
"Maafkan aku gege. Tapi anak kita butuh appa.", lirihku dalam hati. Aku menatap Junsu yang sedang membantuku. Banyak orang yang aku sakiti.
"Junsu-ssi, apakah aku jahat?", tanyaku. Junsu menggeleng.

"Anakmu memang butuh appanya.", Junsu menenangkanku. Tapi ini bukan anaknya.

Braakk
Bunyi pintu terbuka paksa.
"Chullie.", panggil seseorang, suara itu. Aku langsung menengok ke arah suara.

"Gege.", kejutku, aku tidak percaya dengan penglihatanku, tapi ini nyata. Dia berlari dan memelukku.

"Maafkan aku.", lirihnya. Aku menangis dalam pelukannya.

"Aku mencoba menghubungimu, tapi tak pernah kau angkat. Kau itu jahat sekali gege. Padahal aku mau mengabarimu tentang anak kita. Kau jahat.", bentakku yang bersaing dengan tangisan. Aku memukul-mukul punggungnya.

"Maaf.", hanya itu yang ia ucapkan.

"Tapi apa maksudmu dengan anak kita?", tanyanya, dan Yunho bersamaan. Yoochun dan Junsu yang ada di ruangan itupun menunggu penjelasanku.

Sambil terisak, aku menceritakan kenyataannya. Semua tidak menyangka aku bisa menyembunyikan rahasia sebesar itu.

"Waktu itu aku bingung. Aku tidak ingin bayi ini tanpa appa. Maafkan aku.", sesalku, menundukan kepala karena takut.

"Ini salahku juga. Maafkan aku Yun.", sesal Hangeng. Yunho tersenyum.

"Gwaenchana. Ini juga salahku.", timpal Yunho. Junsu dan Yoochun saling pandang penuh arti.

"Sekarang pengantin pria sebenarnya sudah ditemukan. Gege ayo siap-siap setengah jam lagi ikrar janji akan dimulai.", suruh Junsu memecah suasana haru.

"Apa?", kaget Hangeng.

"Memangnya kau mau Heechul menikah dengan Yunho?", kesal Yoochun.

"Tidak akan, aku tidak mau melepas cinderellaku untuk kedua kalinya. Apalagi ada Hangeng Junior di dalam perutnya.", gurau Hangeng mengelus-elus perutku. Semua orang tertawa. Akhirnya aku menikah dengan pengantin pria yang sebenarnya.

..................................................

-Author POV-

Hangeng memandang Heechul yang tertidur di sampingnya. Di kecupnya kening Heechul.
"Aku tidak menyangka, kau sekarang istriku.", gumam Hangeng. Ia mencium bibir Heechul. Heechul menggeliat, dengan segera ia menghentikan ciumannya.

"Gege, apa yang kau lakukan? Bukannya tidur.", sergah Heechul yang terusik tidurnya. Hangeng tersenyum.

"Ini kan malam pertama kita. Kenapa kau malah tidur.", manja Hangeng. Heechul langsung membuka lebar matanya.

"Gege. Kau tidak ingat ada anak kita di perutku.", kesal Heechul. Hangeng menepuk dahinya.

"Aku lupa. Ah anak appa harus cepat lahir. Biar appa bisa bikin adik lagi.", gurau Hangeng. Heechul melotot pada Hangeng.

"Kau ini. Aku makin kesal padamu. Selalu ingin melakukan itu. Apa kau hanya mencintai tubuhku?", kesal Heechul. Ia membalikan tubuhnya membelakangi Hangeng. Hangeng jadi merasa salah bicara. Ia memeluk Heechul.

"Siapa pria yang hanya mencintai tubuhmu. Sini beritahu aku. Biar aku bunuh. Enak saja. Kau kan cinderellaku yang sangat aku cintai. Pria itu cari mati ya.", gurau Hangeng dengan gombalannya. Heechul berbalik dan tersenyum, lalu mengecup bibir Hangeng.

"Pria itu tidak berani padamu. Kau gombal. Gege payah. Tapi aku mencintaimu. Bagaimana?", timpal Heechul. Hangeng menggigit hidung Heechul.

"Itu bagus. Kau memang harus mencintaiku. Kalau tidak aku yang mati. Istriku jelek.", gurau Hangeng. Heechul memajukan bibirnya.

"Memangnya aku jelek ya?", lemas Heechul. Hangeng menggeleng.

"Begitu saja cemberut. Setiap hari kau menghabiskan waktu berjam-jam di salon. Tidak mungkin kalau kau jelek. Umma dari anakku ini adalah manusia paling cantik di dunia.", goda Hangeng. Heechul tersipu malu.

"Gege. Apa benar kau mencariku? Kau tidak hanya ingin menghiburku kan?", tanya Heechul menutupi malu.

"Kau ini, tidak percaya padaku. Apa kesalahanku padamu fatal. Sampai kau tidak percaya padaku lagi.", Hangeng merengut. Ia menekuk wajahnya. Heechul tertawa.

"Aku percaya. Jangan marah. Kita tidur. Sudah malam suamiku.", gurau Heechul. Hangeng tersenyum mendengar kata-kata Heechul.
Hangeng beranjak memeluk Heechul. Diletakan kepala Heechul di lengannya. Heechul berbalik menghadap dada Hangeng. Sesekali dikecupnya. Kebiasaan yang lama tidak dilakukan olehnya.

"Selamat malam.", ujar Hangeng. Heechul hanya mengangguk di dada Hangeng. Sebelum akhirnya mereka tertidur.

...


-Six Months Later-

Heechul memegangi perutnya yang sedang kontraksi. Dengan terseok-seok, ia berjalan menuju arah telepon. Berhasil, ia langsung menekan nomor ponsel Hangeng.

"Gege. Perutku sakit. Mau melahirkan.", adu Heechul dengan nafas tersengal.

"Apa? Bagaimana ini. Diundur dua hari lagi, bisa tidak? Aku baru kembali ke Seoul lusa. Chullie.", bodoh Hangeng karena panik.

"Gege. Aku serius. Awwww.", teriak Heechul. Hangeng bingung.

"Sudah aku bilang, kau ikut aku ke Beijing. Tapi kau tidak mau. Kalau begini kau membuatku khawatir.", omel Hangeng. Heechul semakin memegangi perutnya.

"Kenapa marah. Aduh. Gege.", kesal Heechul.

"Tidak marah. Yasudah, aku telepon Yunho. Chullie bertaha. Sebentar. Aku telepon Yunho. Chullie, tidak apa kan. Chullie. Kau masih disana.", bicara Hangeng tanpa henti.

"Kapan telepon Yunhonya, kalau terus bicara. Cepat telepon.", kesal Heechul yang langsung menutup telepon dan merasakan sakit yang luar biasa. Tak lama ia pingsan.

...

Seorang bayi kini dalam gendongan seorang pria tampan.
"Bayi appa. Kau tampan dan cantik. Kalau sudah besar. Kau bisa jadi pria suami ataupun istri. Sesukamu saja.", kata pria itu bicara pada bayi mungil dalam gendongannya.

"Yunho, kembalikan anakku. Aku appanya tau. Bukan kau.", kesal Hangeng, mengambil bayi dalam gendongan pria yang tak lain Yunho. Yunho memang sejak tadi tidak mau melepaskan bayi itu.

"Mwo? Tapi kan aku juga appanya. Waktu Heechul melahirkan, aku yang ada disampingnya. Jadi itu bayiku.", ngeyel Yunho yang memang ingin punya bayi.

"Tapi kan aku yang membuatnya sama Chullie. Jadi dia bayiku. Kau buat saja dengan kekasihmu nanti.", kesal Hangeng. Yunho tersenyum miris.

"Kalau aku sudah bertemu Jaejoong, aku pasti akan mempunyai bayi. Lihat saja. Pelit.", kesal Yunho. Hangeng jadi merasa bersalah.

"Yasudah ini, gendong lagi. Kau boleh jadikan dia anakmu. Tapi dia tetap anakku.", Hangeng memberikan bayi itu pada Yunho. Yunho tersenyum.

"Haha. Bayi appa.", senang Yunho. Heechul yang melihatnya tertawa keras. Karena lucu.

...


-Three Years Later-

"Appa. Appa. Aku mau main games itu. Belikan.", rajuk anak laki-laki dalam gendongan Hangeng yang menunjuk ke arah kaset-kaset game.

"Kau mau itu lagi. Kau tidak lihat berapa banyak kaset games yang ada di tangan appa.", omel Hangeng memperlihatkan empat tas karton yang isinya hanya kaset-kaset games milik anaknya.

"Appa. Mau itu. Appa pelit.", kesal anak kecil itu, memajukan bibirnya.

"Kyuhyun.", panggil seorang pria. Anak kecil yang bernama Kyuhyun itu langsung loncat dari gendongan Hangeng dan berlari kecil.

"Ummaaa.", teriaknya memeluk.

"Yaa Chullie lama sekali di salon. Kau lihat anakmu menghabiskan begitu banyak uang, hanya untuk kaset games.", kesal Hangeng pada Heechul. Kyuhyun berkacak pinggang.

"Baru segitu saja, sudah tidak ikhlas. Itu kan cuma sedikit. Huh. Appa payah. Payah.", sindir Kyuhyun dengan tingkah lucunya. Hangeng menghela nafas.

"Kau ini pintar bicara ya. Dasar. Ini anak siapa sih.", gurau Hangeng menyipitkan mata.

"Anak umma. Week. Appa jelek.", ledek Kyuhyun menjulurkan lidah. Heechul dan Hangeng tertawa melihat tingkah anak mereka.


The End