Saturday, July 10, 2010

Fan Fiction.. Pregnant?? Noo... HanChul..

Ini aku kasih mpreg.

Kali ini HanChul.
Ingat semua judul pregnant. Ceritanya nyambung.


Cekidot.

+++++++++++++++++++++

Hangeng yang memang terkenal suka gonta-ganti pasangan. Sudah tidak diragukan lagi kelihaiannya merayu wanita. Tapi dia tidak seperti sahabatnya, Yoochun. Playboy yang menundukan targetnya dengan tatapan dan kontak fisik. Kalau Hangeng, ia lebih menggunakan perkataan dan sikap lembut seorang pria.

Hangeng yang berkewarganegaraan Cina, menjejakan kaki lagi di Korea Selatan. Negara tempatnya bekerja, yang setiap tahunnya dia akan dikirim ke Beijing selama tiga bulan pada awal dan pertengahan tahun oleh kantor. Dan akan kembali ke Seoul, setelah masa berakhir.

Bruuukkk
Ia ditabrak oleh seorang pria. Saat menunggu pengeluaran barang dari bagasi pesawat.

"Maaf.", kata pria itu membungkuk sopan.


-Hangeng POV-

Cantik sekali pria dihadapanku. Bagus untuk mainanku tiga bulan ini.
"Tidak apa-apa. Sepertinya terburu-buru.", sautku. Dia menggeleng.

"Aku tidak terburu-buru, tapi tadi ada yang menyenggolku sehingga aku menabrakmu. Maaf.", jelasnya. Ah dia polos sekali.

"Oh iya namaku Hangeng.", aku menyodorkan tanganku. Dia tersenyum dan membalas jabatan tanganku.

"Heechul. Kim Heechul.", balasnya. "Kau bukan orang Korea ya?", tanyanya.

"Iya. Bagaimana kau tau?", heranku. Dia tersenyum lagi.

"Logatmu dan bahasa Koreamu kurang baik.", terangnya. Aku tersenyum.

"Teman?", tawarku. Dia memandangku heran. "Agar kau bisa mengajarkan bahasa Korea padaku.", jelasku. Dia mengangguk.

"Teman.", sautnya. Aku kecup pipinya. Ia terbelalak.

"Ini caraku menyambut teman baru.", kataku membuat alasan. Dia membulatkan mulutnya dan mengangguk-angguk.

....

Aku merasakan dia memelukku, aku tidak tau apa maksudnya. Memang sudah dua minggu kami menjadi teman baik.

"Gege.", panggilnya. Dia memang suka memanggiku gege. Dari nadanya, ia begitu manja. Sepertinya aku sudah berhasil menjeratnya.


-Heechul POV-

Aku tidak tau kenapa aku begitu nyaman di dekatnya. Mungkin perhatiannya. Dan sikapnya yang begitu sopan.
"Aku mencintaimu. Bolehkah?", tanyaku ragu. Ia tersenyum dan berbalik padaku.

"Aku juga mencintaimu.", balasnya. Ia membelai wajahku. Aku menikmatinya. Aku mengikuti gerakan tangannya. "Dua minggu yang indah bersamamu, kau mau jadi kekasihku?", pintanya. Aku terkesiap, tidak menyangka dia akan meminta seperti itu.

"Aku mau. Mau.", kataku bersemangat. Ia tampak senang. Wajahnya bergerak mendekatiku. Apa dia akan menciumku? Ya tuhan aku bisa pingsan jika benar. Dan kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Melumatnya, dia memainkan lidahku. Aku suka ini. Tiba-tiba ia melepaskan. Aku kesal, karena aku sedang menikmatinya.

"My cinderella apa kau menyukainya?", tanyanya. Aku mengangguk malu. "Mau yang lebih? Kau pasti menyukainya.", tawarnya. Lebih maksudnya.

"Lebih?", tanyaku tidak mengerti. Dia tertawa.

"Maksudku kita bersetubuh malam ini. Kau mau?", jelasnya. Aku membelalakan mata. Maksudnya dia ingin itu.

"Haruskah?", tanyaku. Wajahnya berubah muram.

"Kalau kau tidak mau, aku tidak memaksa. Tenang saja.", jawabnya. Ia mengecup pipiku, hendak beranjak keluar kamarnya. Aku sekarang ini ada di apartementnya.

"Gege, kau marah? Bukan seperti itu. Aku belum pernah melakukannya. Aku takut tidak memuaskanmu..", jelasku. Dia berbalik menghadapku dan tersenyum.

"Aku tidak marah. Aku tidak apa-apa.", dia menenangkanku. Aku jadi merasa tidak enak.

"Malam ini aku mau melakukannya untukmu. Gege, aku mencintaimu.", aku memeluknya. Dia tertawa.

"Terimakasih. Kau akan terbiasa nanti. Aku mencintaimu.", dia mendorongku ke kasur dan mencium bibirku.

"Emmmmm.", desahku. Membuatnya semakin liar. Aku tidak tau apa yang ia lakukan yang pasti aku menikmatinya.

....


-Hangeng POV-

Aku menikmati permainanku tadi malam, menyenangkan merasakan lubang yang masih steril. Apalagi saat dia mendesah namaku.
"Ahh.. GEGE.. GEGE.. Ahhhhh..", jeritnya setiap aku menggerakan pinggulku.

Aku memandang pria cantik di sebelahku yang masih tertidur, raut wajahnya lelah, karena kupaksakan 4 ronde tadi malam. Maklum sudah dua minggu aku menganggur. Jadinya sekali diberi lawan, 4 ronde aku sanggup. Aku tersenyum, aku kecup bibirnya. Dia korbanku yang paling polos, tapi paling cantik.

"Chullie, bangun. Sudah pagi.", aku menepuk kedua pipinya. Dia menggeliat lalu kedua matanya terbuka.

"Gege. Badanku kenapa sakit semua?", tanyanya. Aku tertawa.

"Karena baru pertama kali. Jadinya badanmu sakit.", jelasku. Dia mengangguk.

"Tadi malam apa kau senang?", tanyanya berharap aku menjawab iya.

"Sangat senang. Lain kali boleh aku memintanya lagi?", tanyaku dengan wajah memelas.

"Kapanpun, jika itu membuatmu senang.", jawabnya. Aku bisa gila, mendengar kepolosannya. Akan aku kerjai kau setiap malam. Kau memberiku tiket masuk yang aku tunggu.

"Mulai hari ini, kau tinggal di apartementku ya. Mau ya? Aku akan senang jika kau menjawab ya.", rajukku. Dia mengangguk. Aku mencintai nasibku yang membuatku bertemu dengan pria polos ini.

"Ayo kita mandi.", ajakku. Wajahnya memerah.

"Berdua? Aku malu.", kagetnya. Aku tersenyum.

"Bukankah aku sudah melihat tubuh polosmu.", kataku jahil, ku singkap selimut yang menutupi tubuhnya. Wajahnya semakin memerah.

"Gege.", malunya menarik selimut lagi. "Yasudah ayo mandi.", ajaknya. "Tapi kau jalan duluan. Jangan mengintip ke belakang.", lanjutnya. Aku mengikuti maunya. Dan dia menyusulku di belakang. Dasar Chullie. Pada akhirnya di kamar mandi juga aku akan melihat tubuh polosnya tersiram air. Aku tersenyum licik.

..........................................

-Author POV-

Hangeng pulang dalam keadaan setengah mabuk. Ia habis minum bersama teman-teman kantornya.
"Aish, mabuk. Dasar. Gege.", eluh Heechul yang memapah Hangeng ke kamar. Hangeng tertawa. Lalu mengecup pipi Heechul.

"Chullie, sudah berapa bulan kita bersama?", tanya Hangeng menarik Heechul kepelukannya.

"Dua bulan. Kenapa?", tanya balik Heechul.

"Satu bulan lagi.", gumam Hangeng. Heechul menaikan alisnya.

"Maksudmu, dengan satu bulan?", heran Heechul. Hangeng menelan ludahnya.

"Tidak ada apa-apa. Chullie, mau layani aku? Aku merindukan tubuhmu. Sudah berapa lama ya? Sebentar, sepertinya dua puluh jam lebih aku tidak menjamah tubuhmu.", racau Hangeng. Heechul tersenyum. Ia mengecup leher Hangeng, dijilatnya sampai Hangeng bergelinjang di atas tempat tidur. Tapi semua dihentikan olehnya. Hangeng hendak protes, tapi terlambat.

"Hanya tubuhku? Aku tidak.", Heechul pura-pura marah. Dia menatap kesal Hangeng.

"Chullieku. Kalau aku merindukan tubuhmu. Sudah pasti aku merindukanmu. Aku merindukan keseluruhanmu.", rajuk Hangeng. Heechul tertawa. Ia menggigit hidung Hangeng.

"Dasar pria mabuk. Benar ingin aku layani malam ini?", tanya Heechul meyakini. Hangeng mengangguk. "Karena kau minta aku layani. Aku akan layani. Kau jadi anak manis saja, malam ini.", gurau Heechul. Karena setiap hari ia melayani Hangeng. Jadi dia sudah tau bagaimana cara memuaskan Hangeng.

...

Heechul menyandarkan kepalanya di dada bidang Hangeng.
"Gege, kau tau aku sangat mencintaimu?", tanya Heechul memainkan jarinya di kancing kemeja Hangeng. Hangeng mengecup puncak kepala Heechul.

"Tau, karena kau selalu bilang mencintaiku setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik.", gurau Hangeng. Heechul tertawa kecil.

"Seperti itukah?", tanya Heechul. Hangeng mengangguk. "Apa kau mencintaiku?", Heechul memasang wajah berharapnya pada Hangeng. Hangeng tertawa kecil.

"Iya aku mencintaimu.", jawab singkat Hangeng.

"Aku senang sekali gege.", Heechul menggerakan kepalanya di dada Hangeng. Dan memejamkannya perlahan. Ia tertidur disana.

"Kau ini polos sekali.", Hangeng membelai rambut Heechul yang tertidur. Mengecupi puncak kepalanya. Meremas mesra tangan Heechul dalam genggamannya.

...

Hangeng sedaritadi memandangi terus wajah Heechul dengan seksama.
"Cantik.", gumam Hangeng tanpa sadar. Heechul tersenyum.


-Hangeng POV-

Tanpa pikir lagi, aku menarik wajahnya mendekatku, aku kecupi setiap lekuknya. Entah mengapa aku ingin sekali melakukan ini. Tidak seperti dengan semua mantanku, aku benar-benar ingin menghabiskan hari terakhirku dengannya dan selalu berada di dekatnya. Besok aku sudah kembali ke Beijing dan berkelana dengan percintaan baru disana. Hidup yang indah dengan banyak cinta.

"Gegeku. Wajahku basah dengan air liurmu.", eluhnya dengan wajah lucu. Aku tertawa, ah dia ini.

"Tapi aku senang melakukannya.", ngeyelku. Aku terus mengecupi wajahnya. Ia mendorongku.

"Kau benar-benar mencintaiku ya?", ledeknya. Aku ingin tertawa. Ini kan hari terakhir, jadi akan kugunakan dengan baik.

"Iya.", jawabku singkat. Dia memelukku.

"Berarti aku bisa tenang, kau akan selalu di sisiku.", katanya. Aku hanya tersenyum kecil tanpa jawaban. Ia mengecup bibirku, lalu berdiri, mengambil mantel.

"Mau kemana?", tanyaku heran.

"Pulang. Aku mau mengambil baju di rumah. Bajuku sudah habis.", jawabnya. Aku menghampirinya.

"Aku antar saja ya.", tawarku. Dia menatapku heran.

"Memangnya tidak kerja?", tanyanya. Aku menggeleng dan memeluknya dari belakang.

"Mau menghabiskan seharian penuh denganmu.", jawabku. Ia tersenyum dan mengangguk.

...

Seharian ini aku mengajaknya pergi, menemaninya belanja, menunggunya perawatan di salon. Ya ampun sejak kapan aku mau menemani pasanganku berbelanja dan ke salon. Itu kan hal yang paling membosankan. Tapi pasti ini, hanya karena aku mengulur waktu. Jadi aku tidak harus mengantar ke rumahnya dan mengambil barang-barangnya. Aku kan mau memutuskannya nanti malam.

"Gege, sekarang kita ke rumahku ambil barang ya.", ajaknya. Aku merangkul pinggangnya.

"Besok saja. Kita sekarang ke hotel saja ya.", ajakku. Dia mengerenyitkan kening. Kemudian mengangguk.

"Hotel? Hari ini kau aneh gege. Ckckckck.", tuduhnya. Aku menghela nafas. Berat sekali sepertinya, setiap melihat wajahnya.

"Ikut saja.", paksaku menarik tangannya.

...


-Heechul POV-

Malam ini Hangeng tidak seliar biasanya.
"Gege.", panggilku padanya yang sedang membelai lembut rambutku. Aku seakan dimanjakan, aku mengecup dadanya yang berkeringat. Kami berdua sudah cukup lelah dengan permainan tadi.

"Hmmmm.", gumamnya. Aku mendongakan kepalaku ke arahnya.

"Apa kau mau menikahiku?", tanyaku. Aku menampilkan tatapan penuh harap. Ia bangkit dari tidurnya. Membuatku juga ikut terbangun.

"Maaf cinderelaku, tapi aku harus kembali ke Beijing. Lebih baik kita akhiri saja.", katanya lembut. Ia mencium bibirku dengan hangat. Ia mengenakan segera pakaiannya. Lalu pergi meninggalkanku di hotel sendirian. Rasanya hatiku hancur, aku telah serahkan cintaku hanya untuknya. Air mataku jatuh. Aku kenakan celanaku, aku memakai bajuku asal-asalan untuk mengejarnya.

"GEGE TUNGGU.", teriakku. Aku menahan tangannya. Kutatap matanya sendu. "Apa karena pertanyaanku? Gege jika kau tidak mau menikahiku, tidak apa-apa. Tapi jangan tinggalkan aku.", raungku. Air mataku makin deras.

"Bukan itu. Aku tidak suka menjalankan hubungan jarak jauh. Kau cari pria lain saja ya. Kau cantik, akan banyak yang menyukaimu.", katanya melepas tanganku. Kata-katanya menusuk terlalu dalam.

.......................................................

Aku pergi dari hotel, berlari dalam tangisku entah aku bawa kakiku ini kemana.

Bruukkk
Aku tak sengaja menabrak seseorang.

"Kau baik-baik saja?", tanya orang yang kutabrak tadi. Aku hanya menangis dan beranjak pergi meninggalkannya. Namun, lenganku ditahan olehnya.

"Apa kau baik-baik saja?", tanyanya lagi.

"Ne. Biarkan aku pergi.", pintaku meronta.

"Aniya. Kau bisa cerita padaku.", ia terus saja menahanku. Entah mengapa, aku tiba-tiba saja memeluknya.

"Jangan tinggalkan aku. Aku mohon.", pintaku lirih. Aku ingin gege, mengapa dia meninggalkanku.

Aku dibawanya duduk di kursi taman. Cukup hening, yang ada hanya suara tangisku. Aku tidak bisa menahan kesedihanku.

"Mengapa kau menangis?", tanyanya saat tangisku mulai mereda. Aku menghapus air mataku.

"Mianhae aku memeluk sembarangan.", sesalku yang menjadi tidak enak. "Aku baru saja diputuskan kekasihku. Padahal aku begitu mencintainya. Cengeng sekali ya.", ceritaku yang berusaha tegar dengan senyum terpaksaku.

"Tidak masalah kalau seorang pria menangis. Lupakan saja, kau cari yang baru.", tenangkannya dengan nada bergurau. Aku tersenyum kecil.

"Aku harap. Kau mengapa jam dua pagi masih berkeliaran?", tanyaku. Dia balik tersenyum.

"Aku malas melihat wajah kekasihku di rumah.", kataku begitu saja.

"Kalian bertengkar?", tanyaku lagi. Dia mengangguk.

"Aku ingin sekali memiliki anak. Tapi kekasihku trauma dengan kehamilan. Dia tidak ingin aku atau dia hamil.", jelasnya dengan wajah yang lucu.

"Biar aku tebak, diantara rumah tanggamu kau berperan sebagai suami bukan?", tebakku. Dia mengangguk lagi. Sudah terlihat dari dia yang pria sekali.

"Kau aneh. Biasanya pria suami sepertimu enggan memiliki anak. Dan biasanya pria istri sepertiku, ingin sekali punya anak.", heranku bergurau. Walau sebenarnya aku masih ingin menangis.

"Tapi aku memang benar-benar ingin punya anak.", celetuknya juga dengan wajah melasnya.

"Aku juga ingin punya anak dari pria yang aku cintai.", kataku lirih. Hanya dari gege, satu-satunya pria yang aku cintai.

...

Seminggu sudah aku tanpa gege, hidupku kosong. Hariku hanya untuk menunggunya datang memelukku dan meralat semua keputusannya. Apakah dia mengingatku? Aku begitu merindukannya.

Hooeeks
Aku muntah-muntah, rasanya benar-benar mual. Apa karena aku tidak ingat makan, jadi tubuhku kurang sehat. Sepertinya aku harus ke rumah sakit.

"Gege aku sakit.", kataku pada fotonya. Dia hanya diam. Andai dia disini. Pasti dia akan memanjakanku. Air mataku kembali mengalir.

"Gege. Apa salahku?", lirihku.

...

Hamil. Aku dikatakan hamil. Anak kami.
"Gege ada bayimu di perutku.", aku bergumam senang sambil mengelus perutku. Mungkin dengan bayi, dia akan senang.

Tapi raut senangku berubah menjadi raut gelisah. Karena aku terus saja menghubungi teleponnya, tapi tidak diangkat.
"Gege, angkat teleponku.", tuntutku di setiap kalinya. Namun tetap saja nihil. Tuhan apalagi yang kau berikan padaku.

...
Karena frustasi aku pergi ke sebuah club malam.
"Gege kau tega padaku.", raungku. Air mataku mengalir lagi. Aku tidak tahan hidup seperti ini. Aku begitu mencintainya. Ku teguk tequilaku, untuk menghilangkan frustasiku.


-Author POV-

Bruuukkk
Seorang pria yang sudah benar-benar mabuk menabrak Heechul saat hendak turun ke dance floor.

"Kau! Bukannya yang ditaman waktu itu.", sangsi Heechul.

"Ah iya, kau kan pria cantik yang diputuskan pacarmu itu kan? hahahaha.", ingat pria tadi menepuk-nepuk pipi Heechul. Pria tadi tidak jadi turun. Ia duduk berbincang dengan Heechul.
"Aku belum tau namamu.", kata pria itu.

"Heechul. Namaku Kim Heechul.", teriak Heechul bersaing dengan musik.

"Aku Jung Yunho. Ah sepertinya, kita berjodoh ya. Hahaha.", bicara Yunho semakin ngelantur. Heechul hanya tersenyum kecil, membiarkan Yunho meracau tidak jelas.

"Jaejoonggie, aku ingin anak. Kau pelit sekali.", igau Yunho. Heechul tau, Yunho benar-benar mabuk. Ia jadi pusing sendiri. Karena club sudah mau tutup. Akhirnya ia memutuskan membawa Yunho ke rumahnya. Ia merebahkan Yunho di tempat tidur. Saat akan melepas dasi yang mengikat leher Yunho. Yunho menarik Heechul dalam dekapannya.

"Aku ingin punya anak. Anak kandungku. Maukah kau mengandung anakku. Anak kita, kita akan hidup bahagia bersama anak-anak kita.", bicara Yunho kacau. Ia membalik tubuh Heechul dan menindihnya.

"Kau ini apa-apaan sih.", ronta Heechul berusaha bangkit.

"Kau cantik.", racau Yunho. Setelahnya ia mencium bibir Heechul. Ia lumat, ia kulum. Sesaat memberontak, akhirnya Heechul tanpa perlawanan. Ia membalas semua perlakuan Yunho. Tangannya memeluk erat tubuh Yunho. Mereka bergumul bibir dengan liar. Yunho turun menghisap leher jenjang Heechul sampai menghasìlkan berbagai tanda merah. Tangannya melepaskan satu persatu kancing kemeja Heechul. Dijilati semua tubuh Heechul yang terbuka. Sesekali lidahnya dimainkan di pusar Heechul. Sedangkan tangannya menggerayang milik Heechul yang masih terbungkus celana.

"Aaaaahhh.. Yunho-ssi.. Aaaaahh.", mendengar erangan Heechul. Yunho dengan cepat membuka seluruh celana Heechul. Dan tentu seluruh celananya. Yunho kembali naik mencium bibir Heechul.

"Ini sedikit sakit. Tahan ya.", peringatkan Yunho, ketika ia hendak memasukan miliknya.

Bruukk
Yunho pingsan di atas tubuh Heechul. Heechul mengambil nafas leganya, walau bukan manusia suci. Tapi ia hanya ingin tubuhnya dirasuki seseorang yang ia cintai. Ia membiarkan sejenak Yunho tidak sadarkan diri di atas tubuhnya. Tak lama karena lelah iapun tertidur.

....................................................

-Hangeng POV-

Kenapa wanita atau pria sekarang, tidak ada yang menarik lagi. Dan kenapa aku selalu mengingat Heechul. Padahal sudah tiga minggu. Tapi aku tetap mengingatnya. Ditambah tidak ada mainan baru disini. Ah menyebalkan.
Aku memejamkan mataku. Terlihat jelas wajah Heechul dalam bayangan. Dia begitu cantik, bibirnya merah menggoda. Ya kenapa selalu dia yang muncul.

...

Aku tidak nafsu memakan makan siangku. Aku melihat galery di ponselku. Aku ingin tertawa. Dia itu terlalu narciss. Ponselku penuh dengan fotonya. Tapi aku suka, apalagi foto kami yang berciuman. Aku baru tau saat aku mengecek galeryku kemarin. Dia begitu meninggalkan banyak kenangan. Aku rasa aku mencintainya. Akhirnya aku tunduk juga dengan pria cantik itu. Sial. Seharusnya aku tidak meninggalkannya. Apakah dia membenciku sekarang? Pasti iya.

"Maafkan aku Chullie.", lirihku dalam hati.

"Kau melamun saja Han.", tegur salah seorang temanku.

"Maklumi saja, dia sedang jatuh cinta.", ledek temanku yang lain. Aku tersenyum dan menggaruk belakang kepalaku.

"Kalian jangan menggodaku.", maluku benar. Mungkin wajahku memerah saat ini.

...


-Author POV-

Yunho di hadapkan dengan Heechul yang sedang menangis. Yunho merasa bersalah, ia tidak tau akan bagaimana hidupnya selanjutnya. Begitu pula Heechul, ia tidak tau apakah benar kebohongan yang ia buat untuk bayinya.

"Yunho-ssi, aku mohon jangan biarkan anak kita tanpa appa.", rajuk Heechul yang meminta pertanggung jawaban akan kehamilannya pada Yunho.

Yunho nampak frustasi. Ia tidak bisa lepas tangan akan perbuatannya pada Heechul. Heechul makin menangis.

"Aku tidak akan membiarkan anak kita tanpa appa. Aku akan menikahimu. Maaf jadi seperti ini.", saut Yunho. Ia menarik Heechul ke dalam pelukannya. Membiarkan pria cantik itu menangis. Heechul menggenggam erat kemeja Yunho.

"Maafkan aku.", lirih Heechul dalam hati.

...


~ Two Months Later ~


-Hangeng POV-

Aku kembali ke Korea lebih cepat. Aku ingin bertemu Chullie. Aku merindukannya. Aku harap dia mau memaafkanku. Tujuan utamaku, yaitu rumahnya.

Tok. Tok
Kuketuk pintu rumahnya, tapi tidak ada siapapun. Aku mengintip di jendela. Rumahnya kosong. Sepertinya sedang pergi. Aku kembali ke mobilku. Menunggunya, tapi sampai larut malam dia belum juga pulang. Aku kurang beruntung hari ini, mungkin besok. Aku melajukan mobilku dan kembali ke apartementku. Disini banyak kenangan kami.

-Flashback-

Heechul menatap punggungku yang sedang memasak nasi goreng beijing andalanku.
"Kenapa melihatku seperti itu?", tegurku. Wajahnya langsung memerah. Dan lucunya ia segera berlari masuk kamar. Segera aku selesaikan acara memasakku. Dan menyusulnya ke kamar.

"Kau kenapa?", tanyaku. Dia menggeleng.

"Aku hanya malu. Hehe. Punggungmu terlihat begitu seksi.", malunya. Aku membuka pakaianku.

"Kau terpikat punggungku. Sekarang kau boleh memandangnya semaumu.", suruhku. Wajahnya semakin merah. Lama-lama telunjuknya menyusuri punggungku. Lalu dikecupinya. Aku ingin tertawa. Chullieku bernafsu. Setelah itu dia memelukku.

"Kau membuatku malu. Ayo kita makan.", ajaknya. Aku memakai pakaianku lagi. Dan mengikutinya di belakang.

"Kau nakal. Hahaha.", godaku. Dia malah memajukan bibirnya lucu.

-End of Flashback-

Kalau terus mengingat kenangan-kenangan dengannya. Membuatku semakin merindukannya. Kenapa dulu aku memutuskannya. Sekarang aku benar-benar menyesal. Bodoh.

...

Seminggu sudah aku di Korea, tapi aku tidak juga menemukannya. Sepertinya dia pindah rumah. Chullie kau dimana?

Hari ini pernikahan temanku. Aku mengejutkan temanku dengan kata-kataku. Dia tampan sekali dengan tuxedonya.


-Heechul POV-

Hari ini hari pernikahanku dengan Yunho.
"Maafkan aku gege. Tapi anak kita butuh appa.", lirihku dalam hati. Aku menatap Junsu yang sedang membantuku. Banyak orang yang aku sakiti.
"Junsu-ssi, apakah aku jahat?", tanyaku. Junsu menggeleng.

"Anakmu memang butuh appanya.", Junsu menenangkanku. Tapi ini bukan anaknya.

Braakk
Bunyi pintu terbuka paksa.
"Chullie.", panggil seseorang, suara itu. Aku langsung menengok ke arah suara.

"Gege.", kejutku, aku tidak percaya dengan penglihatanku, tapi ini nyata. Dia berlari dan memelukku.

"Maafkan aku.", lirihnya. Aku menangis dalam pelukannya.

"Aku mencoba menghubungimu, tapi tak pernah kau angkat. Kau itu jahat sekali gege. Padahal aku mau mengabarimu tentang anak kita. Kau jahat.", bentakku yang bersaing dengan tangisan. Aku memukul-mukul punggungnya.

"Maaf.", hanya itu yang ia ucapkan.

"Tapi apa maksudmu dengan anak kita?", tanyanya, dan Yunho bersamaan. Yoochun dan Junsu yang ada di ruangan itupun menunggu penjelasanku.

Sambil terisak, aku menceritakan kenyataannya. Semua tidak menyangka aku bisa menyembunyikan rahasia sebesar itu.

"Waktu itu aku bingung. Aku tidak ingin bayi ini tanpa appa. Maafkan aku.", sesalku, menundukan kepala karena takut.

"Ini salahku juga. Maafkan aku Yun.", sesal Hangeng. Yunho tersenyum.

"Gwaenchana. Ini juga salahku.", timpal Yunho. Junsu dan Yoochun saling pandang penuh arti.

"Sekarang pengantin pria sebenarnya sudah ditemukan. Gege ayo siap-siap setengah jam lagi ikrar janji akan dimulai.", suruh Junsu memecah suasana haru.

"Apa?", kaget Hangeng.

"Memangnya kau mau Heechul menikah dengan Yunho?", kesal Yoochun.

"Tidak akan, aku tidak mau melepas cinderellaku untuk kedua kalinya. Apalagi ada Hangeng Junior di dalam perutnya.", gurau Hangeng mengelus-elus perutku. Semua orang tertawa. Akhirnya aku menikah dengan pengantin pria yang sebenarnya.

..................................................

-Author POV-

Hangeng memandang Heechul yang tertidur di sampingnya. Di kecupnya kening Heechul.
"Aku tidak menyangka, kau sekarang istriku.", gumam Hangeng. Ia mencium bibir Heechul. Heechul menggeliat, dengan segera ia menghentikan ciumannya.

"Gege, apa yang kau lakukan? Bukannya tidur.", sergah Heechul yang terusik tidurnya. Hangeng tersenyum.

"Ini kan malam pertama kita. Kenapa kau malah tidur.", manja Hangeng. Heechul langsung membuka lebar matanya.

"Gege. Kau tidak ingat ada anak kita di perutku.", kesal Heechul. Hangeng menepuk dahinya.

"Aku lupa. Ah anak appa harus cepat lahir. Biar appa bisa bikin adik lagi.", gurau Hangeng. Heechul melotot pada Hangeng.

"Kau ini. Aku makin kesal padamu. Selalu ingin melakukan itu. Apa kau hanya mencintai tubuhku?", kesal Heechul. Ia membalikan tubuhnya membelakangi Hangeng. Hangeng jadi merasa salah bicara. Ia memeluk Heechul.

"Siapa pria yang hanya mencintai tubuhmu. Sini beritahu aku. Biar aku bunuh. Enak saja. Kau kan cinderellaku yang sangat aku cintai. Pria itu cari mati ya.", gurau Hangeng dengan gombalannya. Heechul berbalik dan tersenyum, lalu mengecup bibir Hangeng.

"Pria itu tidak berani padamu. Kau gombal. Gege payah. Tapi aku mencintaimu. Bagaimana?", timpal Heechul. Hangeng menggigit hidung Heechul.

"Itu bagus. Kau memang harus mencintaiku. Kalau tidak aku yang mati. Istriku jelek.", gurau Hangeng. Heechul memajukan bibirnya.

"Memangnya aku jelek ya?", lemas Heechul. Hangeng menggeleng.

"Begitu saja cemberut. Setiap hari kau menghabiskan waktu berjam-jam di salon. Tidak mungkin kalau kau jelek. Umma dari anakku ini adalah manusia paling cantik di dunia.", goda Hangeng. Heechul tersipu malu.

"Gege. Apa benar kau mencariku? Kau tidak hanya ingin menghiburku kan?", tanya Heechul menutupi malu.

"Kau ini, tidak percaya padaku. Apa kesalahanku padamu fatal. Sampai kau tidak percaya padaku lagi.", Hangeng merengut. Ia menekuk wajahnya. Heechul tertawa.

"Aku percaya. Jangan marah. Kita tidur. Sudah malam suamiku.", gurau Heechul. Hangeng tersenyum mendengar kata-kata Heechul.
Hangeng beranjak memeluk Heechul. Diletakan kepala Heechul di lengannya. Heechul berbalik menghadap dada Hangeng. Sesekali dikecupnya. Kebiasaan yang lama tidak dilakukan olehnya.

"Selamat malam.", ujar Hangeng. Heechul hanya mengangguk di dada Hangeng. Sebelum akhirnya mereka tertidur.

...


-Six Months Later-

Heechul memegangi perutnya yang sedang kontraksi. Dengan terseok-seok, ia berjalan menuju arah telepon. Berhasil, ia langsung menekan nomor ponsel Hangeng.

"Gege. Perutku sakit. Mau melahirkan.", adu Heechul dengan nafas tersengal.

"Apa? Bagaimana ini. Diundur dua hari lagi, bisa tidak? Aku baru kembali ke Seoul lusa. Chullie.", bodoh Hangeng karena panik.

"Gege. Aku serius. Awwww.", teriak Heechul. Hangeng bingung.

"Sudah aku bilang, kau ikut aku ke Beijing. Tapi kau tidak mau. Kalau begini kau membuatku khawatir.", omel Hangeng. Heechul semakin memegangi perutnya.

"Kenapa marah. Aduh. Gege.", kesal Heechul.

"Tidak marah. Yasudah, aku telepon Yunho. Chullie bertaha. Sebentar. Aku telepon Yunho. Chullie, tidak apa kan. Chullie. Kau masih disana.", bicara Hangeng tanpa henti.

"Kapan telepon Yunhonya, kalau terus bicara. Cepat telepon.", kesal Heechul yang langsung menutup telepon dan merasakan sakit yang luar biasa. Tak lama ia pingsan.

...

Seorang bayi kini dalam gendongan seorang pria tampan.
"Bayi appa. Kau tampan dan cantik. Kalau sudah besar. Kau bisa jadi pria suami ataupun istri. Sesukamu saja.", kata pria itu bicara pada bayi mungil dalam gendongannya.

"Yunho, kembalikan anakku. Aku appanya tau. Bukan kau.", kesal Hangeng, mengambil bayi dalam gendongan pria yang tak lain Yunho. Yunho memang sejak tadi tidak mau melepaskan bayi itu.

"Mwo? Tapi kan aku juga appanya. Waktu Heechul melahirkan, aku yang ada disampingnya. Jadi itu bayiku.", ngeyel Yunho yang memang ingin punya bayi.

"Tapi kan aku yang membuatnya sama Chullie. Jadi dia bayiku. Kau buat saja dengan kekasihmu nanti.", kesal Hangeng. Yunho tersenyum miris.

"Kalau aku sudah bertemu Jaejoong, aku pasti akan mempunyai bayi. Lihat saja. Pelit.", kesal Yunho. Hangeng jadi merasa bersalah.

"Yasudah ini, gendong lagi. Kau boleh jadikan dia anakmu. Tapi dia tetap anakku.", Hangeng memberikan bayi itu pada Yunho. Yunho tersenyum.

"Haha. Bayi appa.", senang Yunho. Heechul yang melihatnya tertawa keras. Karena lucu.

...


-Three Years Later-

"Appa. Appa. Aku mau main games itu. Belikan.", rajuk anak laki-laki dalam gendongan Hangeng yang menunjuk ke arah kaset-kaset game.

"Kau mau itu lagi. Kau tidak lihat berapa banyak kaset games yang ada di tangan appa.", omel Hangeng memperlihatkan empat tas karton yang isinya hanya kaset-kaset games milik anaknya.

"Appa. Mau itu. Appa pelit.", kesal anak kecil itu, memajukan bibirnya.

"Kyuhyun.", panggil seorang pria. Anak kecil yang bernama Kyuhyun itu langsung loncat dari gendongan Hangeng dan berlari kecil.

"Ummaaa.", teriaknya memeluk.

"Yaa Chullie lama sekali di salon. Kau lihat anakmu menghabiskan begitu banyak uang, hanya untuk kaset games.", kesal Hangeng pada Heechul. Kyuhyun berkacak pinggang.

"Baru segitu saja, sudah tidak ikhlas. Itu kan cuma sedikit. Huh. Appa payah. Payah.", sindir Kyuhyun dengan tingkah lucunya. Hangeng menghela nafas.

"Kau ini pintar bicara ya. Dasar. Ini anak siapa sih.", gurau Hangeng menyipitkan mata.

"Anak umma. Week. Appa jelek.", ledek Kyuhyun menjulurkan lidah. Heechul dan Hangeng tertawa melihat tingkah anak mereka.


The End

5 comments:

  1. i like it !!!
    i love kyuhyun >o<

    tapi kalo yaoi pake bahasa indonesia jadi lebih vulgar ya??? hehehehe ^^

    ReplyDelete
  2. Gomawo.

    Iya bener. Tapi kalo ga pake b. Indo.
    Gak dapet feelkunya.

    ReplyDelete
  3. Fanfics mpreg-mu
    aq suka bangedz....!!!!

    T.O.P d.....

    bole request g....???
    fanfic m-preg SiBum-Siwon Kibum
    Ama minkhun/khunho-Nichkhun Minho....
    ,kalau tidak merepotkan...^^

    ReplyDelete
  4. aa~ XDD senangnya ada yang bikin Hanchul m-preg~ XD mana anaknya Kyuhyunnie lagi~ XD

    ne, aku rikues Hanchul lagi boleh ndak??? =DD

    ReplyDelete
  5. Gicha: hahaha. Gomawo ya,jadi seneng.

    Huah aku gak janji requestnya.
    Hehe

    Chun : iyakah? Ah gumawo.
    Requestnya gak janji ya.heheanji requestnya.
    Hehe

    Chun : iyakah? Ah gumawo.
    Requestnya gak janji ya.hehe

    ReplyDelete