Saturday, July 10, 2010

Fan Fiction.. Pregnant?? Noo... 2Min..

Karena aku merasa terlalu lama memberi jarak waktu pada 2min version.
Aku jadi, gak enak juga.
Yauda aku persembahkan.

Pregnant? Noo.. 2min version.
Mian kalo jelek.


++++++++++++


Changmin berlari menghampiri Minho, yang sengaja menjemputnya. Monster makanan itu menelepon Minho, menyuruh menjemput, karena motornya rusak.

"Huah. Kau ini menyusahkan.", kesal Minho. Changmin tersenyum tanpa dosa.

"Hyung, aku tidak mau pulang naik bis.", kata Changmin dengan wajah memelas.

"Kau kan bisa pulang dengan calon istrimu. Dia bawa mobil kan?", Minho tetap kesal. Changmin menggeleng.

"Tidak mau aku sedang bertengkar dengannya.", saut Changmin, wajahnya jadi kesal.

"Hahaha. Setiap hari juga bertengkar.", ledek Minho dengan tawa tak tertahankan. Changmin mendengus.

Taemin yang merupakan adik sepupu Kyuhyun yang juga bersekolah di sekolah Kyuhyun, namun ia masih kelas tiga SMP. Terlihat gembira mengelus perut Kyuhyun.

"Aku akan punya dongsaeng. Hore.", riangnya. Dengan cepat Kyuhyun membungkam mulut Taemin.

"Berisik. Seharusnya dari awal, aku tidak pernah bercerita padamu. Bodoh.", kesal Kyuhyun. Taemin meronta.

"Hyung galak.", ledek Taemin. Kyuhyun tidak terima. Ia bersiap memukul kepala Taemin. Taemin mengelak, lalu menjulurkan lidahnya. Kebetulan, ia melihat Changmin di parkiran. Dengan cepat ia berlari ke arahnya untuk meminta bantuan. Kyuhyun jadi ikut mengejarnya.

"Hyung, tolong aku. Kyuhyun hyungnya mau menganiayaku.", adu Taemin bersembunyi di belakang Changmin.

"Kyu. Kenapa lari, anakku terguncang. Bodoh sekali.", omel Changmin pada Kyuhyun.

"Itu salahkan Taemin, jangan salahkan aku.", kesal Kyuhyun. Sedangkan Taemin terlonjak riang, karena terjadi adu mulut antara Changmin dan Kyuhyun.

"Minnie jangan marahi Kyu terus.", bela Minho dengan gaya coolnya. Jelas Taemin langsung menoleh ke arah suara.


-Taemin POV-

"Omona. Tampan sekali.", jeritku refleks, melihat pangeran di hadapanku. Membuat semua memandangku.

"Siapa yang tampan?", tanya Kyu hyung. Aku suka, aku suka sama pria tampan ini. Tanpa menggubris pertanyaan Kyu hyung. Aku langsung membungkukan badan.

"Annyeong haseyo. Lee Taemin imnida.", kataku memperkenalkan diri. Tapi dia hanya tersenyum kecil.

"Minho.", jawabnya. Ah namanya ternyata Minho. Tampan seperti wajahnya.

"Hyung aku menyukaimu.", kataku langsung. Membuatnya membelalakan mata.

"Kau ini siapa? Bicara seenaknya.", galaknya. Ah pangeranku. Aku mau jadi kekasihmu.

"Aku? Aku yang nanti jadi istrimu hyung.", kataku. Aku yakin itu. Aku kedipkan sebelah mataku.

"Aku pulang dulu, dah hyung. Minho hyung.", pamitku. Lalu menarik lengan Kyu hyung. Kyu hyung hanya terbengong melihat tingkahku. Memangnya aku pikirkan.


-Author POV-

"Anak kecil yang aneh.", umpat Minho. Ia memasukan sebelah tangan ke saku celananya dan masuk ke dalam mobil.

"Huah hyung. Karismamu kembali bekerja. Taemin tidak pernah seperti itu sebelumnya.", goda Changmin menyusul masuk ke dalam mobil.

"Aku harap tidak bertemu dengannya lagi.", ujar Minho lalu menjalankan mobilnya.

...

Semenjak hari itu, Taemin selalu tersenyum-senyum sendiri memikirkan Minho. Dia juga sibuk bertanya pada Kyuhyun dan Changmin. Dari makanan kesukaan, warna kesukaan, sampai tempat biasa Minho berkumpul dengan teman-temannya.

"Pangeranku belum punya kekasih. Asik aku bisa mendekatinya.", teriak Taemin. Changmin yang mendengarnya jadi gila sendiri.

"Memang kau benar suka dengan hyungku? Dia susah di taklukan lho.", ragu Changmin. Taemin tertawa.

"Hyung tau kan, apa sih yang tidak bisa aku dapatkan. Taemin. Sekarang aku minta nomor ponsel dan alamat rumahnya saja.", kata Taemin penuh percaya diri.

"Tidak mau nanti aku dimarahi.", tolak Changmin. Taemin menundukan wajahnya, lalu menangis.

"Padahal aku suka padanya. Hyung jahat.", tangis Taemin pecah. Changmin jadi pusing.

"Huah jangan menangis. Kau ini. Dasar anak manja. Yasudah, nanti aku beritahu semua lewat pesan.", pasrah Changmin. Taemin tersenyum, lalu memeluk Changmin.

"Terimakasih hyungku. Ah Kyu hyung beruntung sekali, bisa punya suami seperti hyung.", senang Taemin. Changmin hanya mengangguk tidak penting.

...

Ting. Tong.
Suara bel rumah Minho berbunyi. Ini terlalu pagi, untuk datang bertamu.

"Annyeong haseyo ajjhusi.", sapa yang tak lain adalah Taemin pada Junsu yang membukakan pintu.

"Annyeong. Maaf nuguya?", tanya Junsu ramah.

"Taemin imnida, aku kekasihnya Minho hyung, ajjhusi.", kata Taemin manis. Junsu memeperhatikan Taemin dari atas sampai bawah.

'Siswa SMP? Apakah tipe Minho? Tidak dapat dipercaya.', pikir Junsu dalam hati.
"Oh silahkan masuk. Ajjhusi panggil dulu ya Minhonya. Dia masih tidur.", ucap Junsu. Taemin menyela.

"Ajjhusi, boleh aku saja yang membangunkannya.", pinta Taemin dengan mata yang berbinar. Junsu tersenyum.

"Baiklah. Kamarnya di lantai dua, paling pojok.", beritahu Junsu. Taemin dengan cepat berlari naik ke kamar Minho.

Taemin mendapati Minho yang masih tertidur lelap. Wajahnya sangatlah manis. Taemin tidak langsung membangunkan Minho. Ia duduk di lantai dengan kepala yang di letakan di tempat tidur. Ia terus saja memandangi Minho yang terlelap.

"Hyung tampan, walaupun sedang tidur.", puji Taemin. Terus seperti itu, sampai Minho terbangun sendiri. Minho terkejut melihat Taemin di kamarnya dengan jarak yang begitu dekat.

"Pagi hyung. Ayo mandi. Terus sarapan, aku sudah bawa masakan ummaku.", riang Taemin, ia mengeluarkan bekal dari tasnya. "Setelah itu antarkan aku ke sekolah.", atur Taemin. Minho memicingkan matanya tajam pada Taemin.

..................................................

Minho menatap tajam Taemin. "Kau, kenapa ada di kamarku?", kesal Minho. Taemin malah tersenyum lebar.

"Aku kan mau membangunkan kekasihku. Membawakan sarapan pagi. Lalu minta diantar ke sekolah.", jawab Taemin riang sambil menata makanan di meja belajar Minho.

"Huah, sejak kapan aku jadi kekasihmu.", ketus Minho. Taemin mendekat ke arah Minho.

"Sejak aku bilang suka pada hyung.", jawab Taemin mantap. Minho membuang nafasnya.

"Tapi aku kan tidak menerimanya.", kesal Minho. Ia memicingkan mata.

"Kalau begitu hyung harus menerimaku jadi kekasih hyung.", kata Taemin santai. Minho menggeram.

"Tidak akan. Aku tidak menyukaimu.", teriak Minho. Tapi Taemin malah tersenyum lebih lebar.

"Kalau begitu aku akan membuat hyung menyukaiku.", ngeyel Taemin. Minho akhirnya lelah meladeni.

"Terserahmulah.", kesal Minho. Ia masuk ke kamar mandi. Taemin segera mengetuk pintu kamar mandi.

"Hyung mandinya cepat ya. Aku nanti telat masuk sekolah.", teriak Taemin. Ia senang dan menjatuhkan dirinya di kasur. Minho sibuk menggerutu di dalam kamar mandi.
Dan pada akhirnya, dengan terpaksa, ia harus mengantar anak kecil itu ke sekolahnya.

...

Setiap hari, selama sebulan ini, tidak henti-hentinya Taemin mengganggu Minho, jika tidak muncul di rumah di pagi hari. Minho akan menemukan Taemin di kampusnya pada siang atau sore hari. Bukan hanya itu, Taemin akan mengiriminya banyak pesan. Sampai Minho tidak tau harus berbuat apa.


To : My Prince

Hyung aku mau cerita, tadi aku dimarahi songsaengnim. Mau tau karena apa? Karena aku melamun, memikirkan hyung terus. Jadi aku ketahuan tidak memperhatikan pelajarannya deh. Hehehe. Namanya juga Taeminnya Minho hyung.


Pesan dikirim, tinggal menunggu balasan dari Minho. Walau sebenarnya, Minho tidak pernah sekalipun membalas pesan Taemin. Tapi Taemin tidak pernah putus asa.

10 menit..
20 menit..
30 menit..

Belum juga ada balasan dari Minho, Taemin terus menunggu. Ia melihat jam dinding, waktu menunjukan jam sepuluh malam.

"Pasti sudah tidur. Makanya tidak dibalas.", gumam Taemin. Ia mengambil ponselnya lagi.


To : My Prince

Hyung, sudah tidur ya? Yasudah. Selamat tidur. Mimpikan aku. Have a nice dream.


Taemin tersenyum, lalu mengambil tidur lelapnya.

Sementara di kamarnya Minho membuang nafas kesalnya. Taemin tidak henti-hentinya mengirim pesan.

"Yang ada aku mimpi buruk, jika memimpikanmu.", kesal Minho. Ia melempar ponselnya ke kasur.

"Anak kecil yang aneh.", umpat Minho.

...


Minho sibuk dengan latihan club sepak bola di kampusnya. Rasa cintanya pada sepak bola sepertinya benar-benar diturunkan oleh Junsu pada putra semata wayangnya itu.

"Ahhh lelah sekali.", eluh Minho ditengah istirahatnya.

"Ini hyung minum.", seseorang menyodorkan minuman segar. Minho menyipitkan matanya.

"Kenapa ada disini?", kaget Minho. Yang tak lain Taemin tersenyum manis.

"Aku tau kalau hari ini, hari kamis, hari sabtu itu jadwal hyung latihan bola. Bulan depan kan ada pertandingan, jadi aku kesini ingin menyemangati hyung. Pokoknya hyung harus semangat.", jelas Taemin. Minho menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kau ini.", bingung Minho. Taemin terus tersenyum. Minho kembali ke lapangan. Sedangkan Taemin duduk rapih menyemangati Minho latihan.

"Ayo hyung semangat. Minho hyung bisa.", teriak Taemin memalukan.

"Ssstt. Itu kekasihmu? Polos sekali sepertinya.", tegur Jonghyun, teman satu timnya.

"Bukan. Dia itu penganggu, selalu saja mengejarku. Aku sampai pusing.", jawab Minho.

"Mwo? Benarkah? Lalu kau tak acuhkan dia? Dia kan cantik dan sepertinya lugu.", tidak percaya Jonghyun. Minho mengangguk.

"Aku malas berurusan dengan anak kecil. Kalau kau mau ambil saja.", saut Minho. Jonghyun membelalakan mata.

"Jinjja?", yakinkan Jonghyun. Minho tersenyum.

"Ne. Ambilah untukmu.", jelas Minho. Jonghyun mengacungkan ibu jarinya tanda setuju.

...


Taemin menghampiri Minho yang sudah selesai latihan. Ia mengacungkan handuk kecìl lalu mengelap keringat Minho. Namun ditepis Minho.

"Biar aku saja.", kata Minho. Taemin mengangguk.

"Hyung tadi hebat sekali. Keren. Aku semakin menyukai hyung.", bicara Taemin begitu bahagia.

"Iya aku tau. Aku ganti baju dulu. Baru kita pulang.", atur Minho. Taemin tambah bahagia.

"Hyung mulai menyukaiku ya? Asik.", percaya diri Taemin. Minho mengerutkan keningnya.

"Kalau ajakan pulangku membuat kau berpikiran seperti itu, jangan harap.", ketus Minho. Taemin tersenyum lebar.

"Yasudah hyung ganti baju, nanti sakit.", perhatian Taemin. Minho mendengus, lalu pergi dari sana.

"Hai.", sapa Jonghyun. Taemin tersenyum.

"Annyeong.", balas Taemin. Jonghyun duduk di samping Taemin.

"Kau temannya Minho ya?", basa-basi Jonghyun.

"Bukan. Aku kekasihnya.", ralat Taemin. Jonghyun tertawa kecil.

"Kau cantik ya.", puji Jonghyun.

"Benarkah? Minho hyung selalu bilang aku jelek. Pasti dia gengsi mengakuinya.", senang Taemin memegang kedua pipinya.

"Iya dia hanya gengsi. Kau benar cantik kok.", tekan Jonghyun.

"Asik. Oh ya. Aku Taemin. Hyung siapa?", semangat Taemin memperkenalkan diri.

"Aku Jonghyun. Salam kenal. Cup.", setelah itu Jonghyun mengecup singkat pipi Taemin. Taemin ternganga.

"Kok menciumku?", tanya Taemin datar.

"Itu tanda perkenalan. Memangnya kau tidak tau. Kau bisa melakukan itu pada Minho.", jelas Jonghyun membodohi Taemin.

"Begitu ya. Nanti aku akan melakukannya pada Minho hyung. Terimakasih mau mengajariku.", polos Taemin. Ia tampak begitu senang.

"Lugu sekali. Taemin. Aku suka yang sepertimu.", kata Jonghyun dalam hati. Senyum licik tersungging di bibirnya.

......................................

Di dalam mobil, Taemin terus saja mengoceh, sampai Minho pusing mendengar ocehannya yang tidak penting itu.

"Hyung, Jonghyun hyung baik ya. Tadi dia bilang aku cantik lho.", cerita Taemin begitu antusias. Minho terpaksa mengangguk saja.
"Hyung, aku ingin dengar kau bilang aku cantik. Ayo bilang aku cantik.", rajuk Taemin menarik lengan baju Minho. Minho memasang wajah kesal.

"Tidak. Siapa yang cantik, jelek begitu.", elak Minho. Taemin merengut karenanya namun dengan cepat tersenyum lagi.

"Hyung gengsi kan mengakui aku cantik. Tidak apa-apa, aku tetap menyukai hyung kok. Aku janji.", ngeyel Taemin. Minho menepuk dahinya kesal.

"Hyung. Hyung sudah menyukaiku belum?", tanya Taemin. Minho membulatkan matanya.

"Kau cerewet sekali sih.", sindir Minho. Taemin tertawa.

"Aku kan Lee Taemin. Kalau tidak cerewet berarti Park Minho. Aku mau tanya, Hyung kenapa sedikit sekali bicaranya?", gurau Taemin memandang Minho lekat-lekat. Minho sudah habis akal.

"Hah, aku pusing menghadapimu. Kita sudah sampai cepat turun.", suruh Minho keras. Taemin tersenyum senang.

"Aku pulang ya hyung. Hati-hati di jalan. Aku sayang sama hyung. Cup.", kata Taemin yang di akhiri oleh kecupan di pipi Minho, lalu turun dari mobil. Sontak wajah Minho memerah, entah kenapa dia merasa wajahnya benar-benar panas saat ini.

...


Akhir-akhir ini, Jonghyun semakin dekat dengan Taemin. Hampir setiap hari dia menjemput Taemin di sekolahnya. Taemin merasa senang, karena dia bisa dapat banyak info tentang Minho dari Jonghyun. Tapi di sisi lain, membuat Taemin jadi jarang bertemu dengan Minho. Dan Taemin hanya kirim pesan jika di malam hari. Karena Taemin sibuk menghabiskan waktu bersama Jonghyun.

Minho mulai cemas, ia mulai merindukan keberadaan Taemin yang setiap hari tidak henti mengganggunya. Taemin sudah jarang minta diantar ke sekolah, sudah jarang muncul di rumah atau kampusnya. Saat ada latihan bolapun Taemin jarang datang. Membuatnya jadi tidak konsentrasi, padahal pertandingan seminggu lagi.

"Dia kok belum mengirim pesan? Ini kan sudah malam.", eluh Minho yang menunggu pesan dari Taemin. Walau tidak ia balas, tapi dia hanya ingin tau. Tak lama ponselnya berdering dengan cepat, dia menyambar ponselnya. Ia tersenyum melihat nama Taemin sebagai pengirim pesan.


From : Taemin

Minho hyung. >o< Hyung, tadi aku habis dari Taman hiburan sama Jonghyun hyung. Sekarang aku baru pulang. Lelah sekali, tapi aku senang. Lain kali hyung ajak aku kesana ya. Aku mau naik bianglala sama hyung. Hyung, sedang apa? Hyung aku rindu sama hyung. Aku sayang hyung. <3


Minho melempar ponselnya. Ia kesal bukan main. "Tidak ada pembicaraan lain apa? Jonghyun terus setiap hari.", kesal Minho yang termakan rasa cemburunya. Ia geram sekali malam ini.

...

Taemin berlari ke arah Key dan Onew yang sedang bermesraan di ruang televisi.

Bruukk
Taemin duduk di antara mereka, membuat Onew sedikit kesal.

"Kau kenapa? Senang sekali.", sindir Key. Taemin tersenyum senang.

"Aku suka sama namja umma.", cerita Taemin. Onew mengerutkan kening.

"Aish kau ini masih kecil juga, sudah suka-sukaan.", omel Onew. Taemin merengut.

"Umma, appanya tuh.", adu Taemin. Key memicingkan mata pada Onew.

"Kau ini. Biarkan saja dia mau suka sama namja. Memangnya tidak boleh?", marah Key. Onew menghela nafasnya.

"Boleh. Iya boleh.", ngalah Onew. Ia tetap tidak bisa menang dari istri dan anaknya yang cerewet itu.

"Gitu dong appa. Dia tampan lho appa. Tampan sekali, lebih tampan dari appa, lebih tinggi dari appa, lebih keren dari appa.", kata Taemin dengan santainya. Membuat dua orang disampingnya memicingkan mata.

"Tidak bisa seperti itu Min-ah. Appamu itu paling tampan, paling keren di dunia ini. Tidak ada yang bisa mengalahkan.", kesal Key. Onew yang mendengarnya tersenyum-senyum.

"Ani umma, pokoknya pangeranku. Minho hyung.", tidak terima Taemin.

"Tidak bisa. Pokoknya appamu. Pokoknya babyku paling sempurna. Awas aku mau peluk babyku.", galak Key. Yang pindah duduk disamping Onew dan memeluknya erat. Onew semakin senyum-senyum sendiri.

"Umma galak. Umma menyebalkan.", kesal Taemin. Tapi Key tidak peduli. Pasangan ibu dan anak ini memang seperti anak kecil. Membuat yang disekitarnya aneh melihat mereka.

"Babyku tampan, iya kan baby.", manja Key pada Onew. Onew mengangguk.

"Ih, umma. Aku kan mau cerita.", kesal Taemin. Key tersenyum.

"Yasudah cerita.", suruh Key.

"Aku suka sama dia, tapi dia tidak suka padaku.", cerita Taemin sedih. Key yang jadi sedih, pindah lagi ke samping Taemin, ia memeluknya erat.

"Yasudah cari namja lain saja.", kata Key. Taemin menggeleng.

"Aku cuma mau Minho hyung. Appa aku mau Minho hyung.", rengek Taemin. Onew tidak tau harus berkata apa.

"Iya hanya Minho hyung. Tenang saja.", tenangkan Onew. Taemin tersenyum riang.

"Janji ya appa.", tuntut Taemin. Onew menggangguk kecil.
"Yeay aku sayang appa . Cup.", riang Taemin diakhiri dengan kecupan di bibir Onew.

"Huah. Bibirku. Min-ah, tidak boleh cium appa. Itu bibir punya umma.", ribut Key melihat pemandangan yang tidak bagus.

"Umma kenapa sih? Dia kan appaku.", santai Taemin. Key terisak-isak.

"Tapi bibir appa hanya punya umma. Min-ah jahat pada umma.", teriak Key lagi. Taemin tidak peduli.

"Umma begitu saja nangis. Tuh ambil saja bibir appa. Aku mau tidur. Dah.", pamit Taemin memuakan. Lalu pergi ke kamarnya.

"Baby, ini bibirku. Tidak boleh. Cup. Cup. Punyaku. Cup. Cup.", Key terus saja menciumi bibir Onew. Dan orang yang paling diuntungkan disini adalah Onew, yang senang dicium istri tercintanya terus.

...................................................

Karena rasa rindunya pada Taemin, Minhopun memutuskan datang ke sekolah Taemin. Berpura-pura ingin bertemu Changmin. Padahal tujuan utamanya adalah bertemu Taemin. Tapi Minho benar-benar kesal, lagi-lagi ada Jonghyun di samping Taemin.

Taemin yang melihat Minho duduk di cup mobilnya, langsung berlari riang ke arah Minho. Jonghyun hanya bersandar di mobilnya menunggu Taemin.

"Hyuuuung", teriaknya. "Hosh. Hosh. Hyung kesini rindu padaku ya?", percaya diri Taemin walau kelelahan.

"Aku mau bertemu Changmin tau.", elak Minho. "Tae, kau berpacaran dengan Jonghyun ya?", penasaran Minho. Taemin menggeleng.

"Tidak kok. Hyung cemburu ya.", goda Taemin. Minho menggeleng cepat.

"Siapa juga. Aku cuma mau beritahu. Jangan dekat-dekat dengan Jonghyun.", kata Minho yang sebenarnya sangat cemburu.

"Waeyo hyung?", tanya Taemin. Minho membuang nafas.

"Dia tidak baik. Dengarkan kata-kataku. Jauhi dia ya.", pesan Minho. Taemin mengerucutkan bibirnya.

"Tapi selama ini dia baik. Dia selalu mengajarkanku banyak cara untuk mendekati hyung.", cerita Taemin dengan begitu jujur. Minho membulatkan matanya.

"Maksudmu apa?", kesal Minho. Taemin tersenyum.

"Katanya aku harus mencium bibir hyung. Aku juga sudah diajarkan cara berciuman olehnya kemarin.", cerita Taemin.


-Flashback-

"Taemin, kau tidak akan pernah dapatkan dia, kalau kau tidak mencium bibirnya.", kata Jonghyun lembut.

"Begitu ya hyung. Tapi aku tidak tau berciuman itu seperti apa.", lugu Taemin. Jonghyun tersenyum licik.

"Sini aku ajarkan.", tanpa pemberitahuan. Jonghyun langsung menyambar bibir Taemin. Ia eksploitasi bibir pria polos itu. Taemin terkejut, tapi saking polosnya. Ia hanya diam saja. Jonghyun melepas ciumannya.

"Kau bisa lakukan seperti yang tadi aku lakukan pada Minho. Pasti dia akan suka padamu.", suruh Jonghyun. Taemin mengangguk.

"Gomawo hyung.", ucap Taemin. Dia tidak tau saja, kalau itu hanya akal-akalan Jonghyun.


-End of Flashback-


"Bodoh. Dengarkan aku. Tidak ada kau dekat dengannya lagi. Kau tau, ayo pulang.", marah Minho. Ia menarik tangan Taemin, masuk ke dalam mobil.

"Hyung galak sekali. Sakit tau.", kesal Taemin di dalam mobil. Minho tidak peduli, ia langsung menjalankan mobilnya. Sementara Jonghyun tertawa melihat Minho dan Taemin berlalu.

"Pokoknya kau tidak boleh dekat dengannya lagi.", kecam Minho.

"Wae? Daritadi tidak boleh terus.", protes Taemin dengan bibir yang maju.

"Tidak boleh, ya tidak boleh.", galak Minho. Taemin mengangguk.

"Hyung."

"Tidak boleh.", potong Minho.

"Apa sih hyung. Aku kan mau tanya. Kenapa kita pulang? Katanya hyung mau bertemu Changmin hyung.", jelas Taemin. Minho tersenyum lebar karena malu.

"Itu ya? Lain kali saja deh. Pulang saja.", alasan Minho. Taemin membulatkan mulutnya.

"Oh. Yasudah.", gumam Taemin. "Hyung. Hyung.", Taemin menarik lengan baju Taemin.

"Apa?", saut Minho.

"Soal ciuman. Aku boleh cium hyung. Aku mau hyung suka padaku, seperti kata Jonghyun hyung. Jadi aku harus mencium hyung.", pinta Taemin super duper polos. Minho langsung mengerem mobilnya.

Dugg
Kening Taemin terkantuk dashboard.

"Sakit hyung.", ringis Taemin menyentuh keningnya.

"Kau sih buat aku kaget. Sini coba aku liat.", Minho mendekatkan wajahnya. Ia meniup kening Taemin yang membiru samar. Lalu dikecupnya.

"Masih sakit?", cemas Minho. Taemin menggeleng lalu tersenyum.

"Gomawo hyung, sudah mengkhawatirkanku.", kata Taemin lembut. Hatinya senang sekali.

"Aku tidak mengkhawatirkanmu.", bohong Minho. Taemin tertawa.

"Bohong terus. Nanti bibirnya gendut*?* lho. Kata umma gitu hyung.", sindir Taemin menakut-nakuti.

"Sudah ah diam. Cerewetnya.", malu Minho. Wajahnya sudah merah.

"Tapi ciumnya gimana? Boleh?", tanya Taemin penuh harap.

"Nanti saja kalau aku sudah suka padamu. Baru boleh.", tolak Minho. Taemin tersenyum.

"Berarti sekarang.", Taemin mencium bibir Minho sesuai seperti yang Jonghyun lakukan. Minho terkejut Taemin menciumnya. Tapi dia membiarkan malah membalasnya. Mereka asik dalam kenikmatan mereka, sampai tidak sadar. Mereka sudah berciuman lebih dari sepuluh menit.

"Hosh. Hosh.", Taemin kehabisan nafas. Ia segera melepas ciumannya. Minho jadi salah tingkah sendiri.

"Aku senang hyung menyukaiku.", senang Taemin. Minho memajukan bibirnya.

"Siapa yang suka padamu.", elak Minho. Taemin memutar bola matanya.

"Appa. Dia bilang kalau hyung cemburu dan khawatir padaku. Berarti hyung suka padaku. Karena dulu appa begitu. Hyung suka kan padaku.", tebak Taemin. Minho menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tidak tau. Kau itu cerewet.", bingung Minho. Taemin tersenyum geli.

"Biarin. Pokoknya hyung suka sama aku. Akhirnya. Ciye hyung suka sama aku.", ngeyel Taemin, sekaligus menggoda Minho. Minho memajukan bibirnya.

"Iya aku suka padamu.", kesal Minho. Taemin menggerakan badannya karena terlalu senang.

"Asik. Asik.", riangnya. Minho tersenyum melihat tingkah Taemin.

'Dosa apa aku bisa suka sama bocah aneh ini', kata Minho dalam hati. "Sekarang kau kekasihku. Tidak boleh dekat dengan Jonghyun. Harus mengirimiku pesan setiap hari. Setiap aku ada latihan dan pertandingan bola kau harus datang. Ingat itu.", kecam Minho. Taemin ternganga.

"Hyung. Benarkah?", tidak percaya Taemin.

"Mau tidak. Kalau tidak, yasudah tidak jadi.", ketus Minho. Taemin menggeleng cepat.

"Aku mau. Semua syarat, siap laksanakan. Malahan setiap detik aku akan mengirimi pesan. Aku janji.", kata Taemin mantap. Minho tersenyum.

"Bagus. Kita pulang.", Minho menjalankan kembali mobilnya. Dan Taemin tidak berhenti senyum-senyum sendiri.

..................................................

-Three Years Later-

Taemin memutar bola matanya ke seluruh penjuru aula sekolah yang menjadi tempat pengukuhan kelulusan siswa-siswi angkatan akhir SMA Dong Bang. Ia mencari seseorang. Sampai namanya dipanggil naik keatas panggungpun, seseorang itu tak kunjung datang.

"Lee Taemin.", panggil guru yang merangkap pembawa acara untuk kedua kalinya. Tapi yang dipanggil diam saja.

"Hyung kemana ya?", gumam Taemin pelan.

"Jagiya namamu dipanggil.", tegur Key. Taemin sadar, lalu tersenyum. Ia langsung, naik ke atas panggung. Menerima sertifikat dan medali yang dikalungkan di lehernya.

"Sudah lulus niye. Chukkae jagiya.", Onew memeluk anaknya yang turun dari panggung.

"Appa hyung mana ya?", tanya Taemin yang tidak menggubris kata-kata Onew.

"Aish, daritadi kau hanya mencari Minho. Min-ah jahat sama appa. Lebih sayang Minho daripada appa.", sedih Onew membuang wajah pada putra semata wayangnya itu.

"Huh, umma. Appanya tuh marah.", adu Taemin manja. Key tertawa.

"Biar saja jagiya. Appamu itu kena sindrom appa yang cemburu pada kekasih anaknya. Iya kan baby.", gurau Key. Taemin tertawa, sedangkan Onew semakin memajukan bibirnya.

"Aku mau telepon hyungku dulu.", semangat Taemin, walau sebenarnya ia kesal pada Minho. Ia segera pergi menjauh keluar aula. Pokoknya dia mau marah sama Minho. Segera dia mendial nomor ponsel Minho.

"Yeobohaseyo.", kata Minho di sebrang sana.

"Hyuuung. Kenapa sampai sekarang belum juga datang. Hari ini kelulusanku.", marah Taemin. Minho menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Mian jagiya. Aku sedang menyelesaikan skripsiku.", jelas Minho. Taemin mendengus.

"Skripsi apa sih? Apa lebih penting daripada hyung datang ke hari kelulusanku? Menyebalkan.", ketus Taemin. Ia kesal ternyata Minho tidak peduli padanya.

"Aish jagìya. Hari ini aku tidak datang ke kelulusanmu, kau akan tetap lulus kan. Sedangkan aku, jika aku tidak selesaikan skripsiku, aku tidak akan lulus.", frustasi Minho menjelaskan agar Taemin mengerti.

"Terserah hyunglah. Aku memang seperti tidak punya kekasih.", sindir Taemin. "Tuut--", telepon segera diputus oleh Taemin. Minho membuang nafasnya.

"Aish, marah lagi. Baru juga kemarin baikan.", dumel Minho, dia mengacak rambutnya. Segera dia tutup laptopnya, menyambar kunci mobil dan melajukan mobilnya ke sekolah Taemin.

...

Sesampainya di sekolah Taemin, sepertinya acara sudah hampir selesai. Karena sudah banyak murid dan orangtuanya yang berhambur keluar dari aula sekolah.

"Jagiya.", panggil Minho. Ia berlari ke arah Taemin dan OnKey.

"Hyung ngapain kesini? Nanti dicariin sama skripsi hyung lho.", sindir Taemin dingin.

"Annyeong ajjhusi. Aku pinjam Taeminnya ya. Ya ya.", rajuk Minho mengabaikan pertanyaan Taemin.

"Yasudah kami pulang duluan ya.", pamit Key. Ia menarik tangan Onew.

"Awas jangan macam-macam dengan Taeminku.", kecam Onew galak. Minho hanya senyum dan mengangguk.

"Jagiya jangan merengut terus. Nanti jelek.", rajuk Minho menyenggol bahu Taemin.

"Habis hyung, tidak peduli padaku.", kesal Taemin.

"Aku peduli. Tapi kan, kau ini. Sekali-kali mengalah padaku kenapa.", kesal Minho balik, karena Taemin terlalu anak kecil.

"Ih hyung. Huh.", Taemin berjalan mendahului Minho karena Minho menyebalkan menurutnya.

"Jagiya. Ih masih saja.", dumelnya. Ia mengejar Taemin dan merangkul pinggang Taemin. "Ayo aku antar pulang.", lembut Minho. Taemin menggembungkan pipinya. Mengunci erat bibirnya.

"Aish. Jagiya kalau seperti ini menggemaskan. Cup.", goda Minho lalu mengecup pipi Taemin. Wajah Taemin jadi memerah.

"Hyung.", Taemin mencubit lengan Minho, kesalnya menghilang. "Hyung. Aku tidak mau pulang. Aku rindu sama hyung.", manja Taemin. Minho tersenyum masam.

"Mian jagiya. Tapi aku harus selesaikan skripsiku lagi.", sesal Minho. Taemin merengut.

"Yasudah aku ke rumah hyung saja. Ya.", rengek Taemin. Minho mengangguk terpaksa.

"Asik.", riang Taemin. Merekapun menuju mobil dan melaju ke rumah Minho.

...


Taemin bosan karena Minho tidak mengacuhkannya. Minho terus saja sibuk dengan laptopnya.

"Hyung main ular tangga yuuk.", ajak Taemin menusuk-nusuk lengan Minho. Minho menggeleng.

"Tadi janji tidak menggangguku.", tolak Minho. Taemin merengut.

"Huh.", dengus Taemin. Ia mengobrak-abrik kamar Minho. Duduk diatas rak buku sambil membaca majalah-majalah yang tersusun rapih di tempatnya.

Pluukk
Sebuah DVD jatuh dari sela halaman majalah yang dibaca Taemin. Diambilah oleh Taemin.

"Film. Daripada dicuekin. Lebih baik nonton.", pikir Taemin. "Hyung aku mau nonton ya. Kalau cari aku, aku ada di ruang home theatre.", kata Taemin, langsung melesat keluar kamar Minho.

Taemin begitu serius menonton film yang terputar di layar. Sepasang pria yang habis melewati makan malam yang begitu romantis, yang kemudian mereka berciuman hangat. Dalam pikirannya, Taemin membayangkan ia dan Minho yang memerankan tokohnya. Sampai pada akhirnya ciuman dua pria dalam layar menjadi panas dan liar. Sang pria yang terlihat tampan menggendong pria yang tampak cantik ke atas ranjang tanpa melepas ciumannya.

"Kok hyung tidak pernah menciumku seperti pria itu.", aneh Taemin mengetuk-ngetuk pipinya. Ia kembali fokus pada layar.

"Honey, hurry up.", rengek si pria cantik. Jelas dengan cepat pria tampan membuka pakaian si pria cantik dan pakaiannya.

"Aaaaaa.", teriak Taemin menutup matanya dengan kedua tangannya saat melihat 'milik' kedua pria dalam layar tersorot jelas oleh kamera. Yang tidak disadari oleh anak kecil lugu itu adalah film yang ia tonton sebenarnya adalah film porno koleksi kekasihnya.

...........................................

Taemin terus saja menutup mata dengan tangannya. Tapi karena penasaran, Taemin memberanikan diri mengintip dari sela-sela jarinya. Hal baru yang belum pernah ia lihat. Bahkan dia tidak mengerti apa yang sedang ia tonton.

"Ahhh. Uhhhh. You're naughty guy honey. Ahhh.", desah si pria cantik saat 'milik'nya dijadikan mainan.*?* Taemin mengerucutkan bibirnya.

"Mereka ngapain sih? Kok kayanya mereka keenakan.", gumam Taemin tidak mengerti. Ia melihat ke celananya. "Kok celanaku basah?", heran Taemin. Sedangkan Minho yang mendengar teriakan Taemin panik dan langsung berlari menghampiri Taemin.

"Jagiya kau kenapa? Tidak apa-apa kan?", panik Minho memeluk Taemin. Taemin tersenyum.

"Asik dipeluk hyungku.", senang Taemin. Minho merengut. "Gwaenchana, aku lagi nonton aja hyung.", jelas Taemin. Minho meregangkan pelukannya.

"Aku khawatir saat kau teriak tau, ternyata cuma nonton. Nonton apa sih jagi?", ujar Minho. Taemin mengangkat bahu.

"Aku juga tidak tau hyung. Tuh.", saut Taemin. Minho terbelalak melihat apa yang ditonton Taemin.

"Astaga jagiya.", segera saja Minho mematikan film yang diputar.

"Iih hyung aku lagi noton tau.", kesal Taemin merebut remote dvd. Lalu dinyalakan lagi olehnya.

"Jagiya tidak boleh lihat.", dengan cepat Minho menutup mata Taemin.

"Hyung. Ish, kenapa memangnya?", tanya Taemin kesal.

"Ini buat orang dewasa. Kau masih kecil.", jelas Minho.

"Aku sudah besar, sudah lulus SMA. Hyung aku mau nonton. Hikz.", rengek Taemin menangis. Minho menggaruk kepalanya.

"Yaa jangan menangis.", Minho menghapus air mata Taemin.

"Aku mau nonton.", manja Taemin. Minho mengalah.

"Yasudah iya nonton.", sebenarnya Minho lebih panik Taemin menonton film itu dibandingkan jika Taemin ketabrak truk.*ajebujug*

"Hehehe. Hyung sini temani aku nonton.", ajak Taemin. Minho menggeleng.

"Kau sendiri saja ya.", tolak Minho. Taemin merengut.

"Hyung.", rajuk Taemin dengan wajah memelas.

"Ne. Ne.", Minho duduk di samping Taemin. Gurat khawatir jelas terlihat di wajahnya.

"Ahhhh. Uhhh. Faster honey. Arrrggh.", erang pria cantik itu. Sang pria menuruti maunya. Ia menggerakan pinggulnya lebih cepat. Minho menggigit bibir bawahnya. Sedangkan Taemin sesekali menutup matanya, jika kamera menyorot 'milik' pria di layar.

'Aish celanaku sempit.', batin Minho. Ia melihat ke arah Taemin. Sebenarnya Minho ingin tertawa melihat tingkah bodohnya.

"Hyung kenapa sih?", tanya Taemin yang melihat wajah Minho pucat. Ia menyentuh kening Minho. Minho menelan ludahnya.
"Ani tidak apa-apa. Jagiya duduknya bisa menjauh sedikit. Jangan terlalu dekat.", pinta Minho menelan ludah.

"Aish. Hyung jahat. Memangnya kenapa sih aku mau deket hyung tau.", ngeyel Taemin memeluk lengan Minho dan bersandar kepala di bahu Minho. Minho menelan ludahnya lagi, nafasnya tidak teratur.

'Jagiya, aku bisa menerkammu detik ini juga. Haduh, mengerti aku jagi. Ayolah jauhkan dirimu. Aish.', frustasi Minho yang bergulat dengan batin dan nafsunya. Ia kembali fokus pada layar, untuk mengalihkan pikirannya dari Taemin.

"Ish kenapa celanaku terus basah sih.", kesal Taemin mengelap-elap celana bagian depannya. Membuat celana Minho bertambah sempit. Keringat dingin semakin mengalir di tubuh Minho.

'Aku tidak kuat, melihatmu memegang 'milik'mu jagiya. Hentikan.', batin Minho. Taemin santai saja, karena memang ia tidak mengerti. Dia sibuk menonton dua pria yang sedang asik.

"Hyung mereka ngapain sih? Aku daritadi nonton, tapi tidak mengerti.", tanya Taemin dengan polosnya.

"Mereka sedang. Emmm. Gini, jagiya. Mereka melakukan sesuatu yang. Emmm, biasanya dilakukan sepasang kekasih atau suami istri. Gimana ya jagi.", bingung Minho menjelaskan. Taemin mendengarkan dengan seksama.

"Benarkah hyung? Kenapa kita tidak pernah melakukan itu?", tanya Taemin tidak puas. Minho merasa salah menjelaskan.

"Kalau kita belum boleh jagiya. Karena itu akan menyakitkanmu.", jelas Minho. Taemin cemberut.

"Hyung tapi kita kan sepasang kekasih. Jadi boleh. Sepertinya mereka juga keenakan hyung. Aku juga mau melakukan itu hyung. Ayo hyung.", rengek Taemin manja. Minho menggaruk kepalanya.

"Jagiya. Kapan-kapan saja ya.", kukuh Minho. Taemin menggeleng, ia memasang wajah imutnya.

"Hyung, ayo. Lakukan seperti mereka.", paksa Taemin. Minho menggeleng keras. Tanpa sengaja tangan Taemin jatuh di atas 'milik' Minho. Minho seakan tersengat sesuatu. Tubuhnya terangsang hebat.

"Hyung.", rajuk Taemin. Minho menatap Taemin.

"Jangan salahkan aku jagi, kau yang memulai.", peringatkan Minho. Dengan cepat Minho mendorong Taemin terlentang di atas sofa. Ia segera membuka celananya. Taemin menutup matanya.

"Kenapa tutup mata? ", tanya Minho.

"Takut melihatnya.", jawab Taemin mengintip lewat sela jarinya. Minho tertawa, dia kini terbawa nafsunya.

"Saatnya aku yang melihatmu.", serang Minho. Ia melucuti semua pakaian Taemin. "Seksi.", gumam Minho. Ia mencium bibir Taemin dengan liar, dibalas lebih liar oleh Taemin.

"Hyung. Ih geli tau.", eluh Taemin, saat Minho menjilati tubuhnya. Minho tidak peduli, ia senang Taemin menggelinjang di bawahnya.

"Jagiya, kau akan rasakan seperti pria cantik itu sekarang. Kau mau?", tanya Minho berbasa-basi. Taemin mengangguk senang.

"Sekarang. Asik. Ayo cepat hyung. Penasaran.", senang Taemin yang tidak sabaran. Minho tersenyum, segera ia masukan.

"Sakit hyung. Iihh.", rengek Taemin memukul lengan Minho. Tapi lama-kelamaan Taemin malah minta terus-terusan. Sampai Minho harus meladeni Taemin sampai empat ronde, karena Taemin menangis jika Minho menolak.

..............................

Karena lelah, Taemin dan Minho sempat tertidur setelah melakukan 'itu'. Mereka membiarkan layar yang sudah menghentikan filmnya tetap menyala, menampilkan warna biru polos. Minho mengerjap-ngerjapkan matanya. Menyadari sosok Taemin yang tidur dibawahnya, membuatnya gila.

"Awas jangan macam-macam dengan Taeminku.", kecam Onew galak sebelum ia membawa Taemin, kembali terngiang di pikiran Minho.

"Ya tuhan. Bisa mati aku jika ajjhusi yang galak itu tau aku melakukan ini dengan Taemin.", frustasi Minho. Ia mengacak-acak rambutnya. Di bayangannya, Onew mengacung-acungkan senapan siap membidiknya yang menjadi target.*lebay*

"Arrrrrrrr.", teriak Minho. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghapus bayangan itu. Lalu iapun segera mengenakan pakaiannya.

"Jagiya bangun sayang.", Minho menepuk pipi Taemin. Taemin bergeliat.

"Ngantuk hyung.", tolak Taemin. Ia tidak mau bangun. Minho melihat jam.

'Aish, sebentar lagi umma, appa pulang. Bisa dimarahi aku', batin Minho. "Jagiya pindah ke kamarku saja ya.", rajuk Minho. Taemin menguap.

"Gendong.", manja Taemin mengangkat kedua tangannya minta digendong. Minho menghela nafas.

"Pakai baju dulu, baru di gendong.", kata Minho. Taemin dengan malas mengenakan pakaiannya.

"Sudah. Sekarang gendong.", rengek Taemin dengan mata masih terpejam. Minhopun segera memindahkan Taemin ke kamarnya. Dasar Taemin, baru saja memeluk guling. Dia sudah berhasil tidur lagi dengan lelap.

"Aku harus membersihkan bercak cairanku di sofa. Kalau tidak bisa ketahuan. Huah.", pusing Minho. Ia langsung kembali ke ruangan Home Theatre. Membersihkan noda-noda di sofa dan mengambil kaset dvd pornonya.

"Jagiya kau membuatku pusing saja.", eluh Minho kesal. Ia kembali ke kamarnya setelah semuanya selesai.

"Dasar jagiya payah.", gumam Minho mengecup pipi Taemin yang sedang tidur lalu masuk kamar mandi untuk membersihkan badannya.

...

Setelah kejadian itu, mereka bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Taemin tidak pernah mengungkit, ya karena dia tidak mengerti kalau itu adalah sesuatu yang penting.

Minho tersenyum-senyum melihat Taemin yang senang karena lolos seleksi masuk universitas yang sama dengannya.
"Asik satu kampus dengan hyung.", senang Taemin. Minho mengacak rambut Taemin.

"Iya, tapi aku sudah mau lulus.", kata Minho. Taemin tersenyum.

"Biarin. Siapa tau hyung tidak lulus.", celetuk Taemin. Minho merengut.

"Jahat masa mendoakan seperti itu.", ngambek Minho. Taemin tertawa.

"Biarin. Week.", ngeyel Taemin. Minho tersenyum kecil.

"Dasar jagiya.", gemas Minho benar-benar.

"Iih hyung. Oh ya, aku mau cerita hyung. Kemarin aku muntah-muntah. Kata umma, aku sakit karena aku nakal tidak mau makan jadinya aku sakit.", cerita Taemin. Minho merengut.

"Kok baru cerita. Kau memang nakal. Kenapa tidak mau makan?", tegur Minho yang tidak curiga sama sekali. Taemin tersenyum lebar.

"Entahlah. Hanya tidak mau makan saja. Memang kenapa?", ngeyel Taemin menantang.

"Nanti sakit.", kesal Minho.

"Pasti khawatir sama aku.", goda Taemin. Minho mendengus.

"TIDAK.", ketus Minho. Taemin malah tertawa terkikik.

"Hyung khawatir sama aku. Yeay.", sorak Taemin loncat-loncat. Minho hanya menahan tawanya, karena gengsi.

...

Wajah Taemin pucat, ia mengusap-ngusap perutnya yang mual-mual terus.

"Umma perutku mual.", rengek Taemin memeluk manja Key.

"Kau sakit ya jagiya. Kita ke dokter ya.", ajak Key. Taemin mengangguk.

"Baby, ayo cepat.", suruh Key pada Onew. Onew mengambil kunci mobil.

"Ayo.", saut Onew. Keluarga Leepun berangkat ke rumah sakit.

...

Onew geram memandang Taemin. "MIN-AH ANAK SIAPA ITU?", marah Onew. Saat tadi di rumah sakit sang dokter memvonis Taemin hamil lima minggu. Taemin menggeleng keras.

"Tidak tau appa. Bukannya kalau hamil sperm jalan-jalan ke rahimku. Tapi aku kan tidak pernah lihat sperm jalan-jalan ke rahimku. Jadi aku tidak tau appa.", jawab Taemin dengan polosnya. Onew gemas dengan anaknya itu.

"Yaa beib kenapa anakmu babo sekali.", kesal Onew. Key merengut.

"Aish, anakmu juga tau.", kesal balik Key. "Jagiya maksud appa, kau pernah tidur dengan siapa?", lembut Key. Taemin mengerucutkan bibirnya.

"Dengan umma, dengan appa. Terus...", Taemin tampak berpikir. "Oh ya, dengan Minho hyung. Aku belum cerita ya. Waktu kelulusan, aku kan ke rumahnya. Aku nonton film yang ada dua pria telanjang umma. Tapi aku tidak mengerti filmnya. Kan aku penasaran. Jadi aku ngerengek, minta Minho hyung ngelakuin kaya yang di film. Yaudah aku sama Minho hyung telanjang deh. Hehe. Hyung jilat-jilat, cium-cium badan aku umma. Geli deh. Tapi enak. Terus 'milik' Minho hyung masuk deh.", cerita Taemin dengan santainya. Onew mengepalkan tangannya geram.

"Minho kau.", geram Onew. "Aku pergi", pamit Onew marah. Ia segera keluar rumah dan melajukan mobilnya ke rumah Minho. Tapi sesampainya di rumah Minho, ia tidak mendapati Minho di rumah.

"Ah Jinki. Minho tidak dirumah. Kalau Minggu malam begini dia biasanya ada di Mirotic Cafe bersama teman-temannya.", beritahu Yoochun. "Memangnya ada apa?", heran Yoochun, tidak biasanya Onew mencari Minho.

"Tidak ada apa-apa hyung. Yasudah aku kesana saja. Gomawo hyung.", Onew menundukan kepalanya, lalu pergi ke Mirotic Cafe.

...

Terlihat Minho sedang asik bercanda tawa dengan teman-temannya. Sesekali ia membumbungkan asap dari rokok yang dihisapnya.*aku suka Minho bad boy*

"Hahahahaha.", tawa Minho serta teman-temannya yang lain.

"PARK MINHO.", teriak Onew. Minho menoleh, ia ketakutan melihat wajah Onew yang siap menerkamnya. Segera saja ia mematikan rokoknya.

"Ajjhusi.", kaget Minho. Onew memicingkan matanya.

"Ikut aku.", perintah Onew. Minho menurut saja. Ia pamit pada teman-temannya.

Onew membawa Minho ke mobilnya. Minho mau saja. Karena memang ia takut. Ia khawatir ketakutannya benar.
"Jawab jujur, apa yang sudah kau lakukan pada anakku?", tanya Onew keras. Ia merapatkan tubuh Minho ke dinding mobil dan mencengkram kerah baju Minho.

"Maksud ajjhusi?", tanya balik Minho tidak mengerti.

"Aish, sudah aku bilang kan jangan macam-macam dengan anakku. Tapi kau berani-berani menidurinya.", kesal Onew sudah mulai geram. Minho menelan ludahnya.

"Mianhae ajjhusi. Itu Taeminnya nangis ajjhusi kalau aku menolak.", takut Minho. Ia menelan ludahnya.

Buukk
Onew memukul pelipis Minho. Minho terkejut sekaligus meringis menahan sakit.

"Kau ini. Sudah buat hamil anakku. Sekarang malah menyalahkannya. Sudah tau anakku polos, dia tidak mengerti apa-apa.", kesal Onew. Minho membulatkan matanya.

"Mwo? Hamil.", tidak percaya Minho. "Padahal kan baru satu kali.", gumam Minho pelan. "Tapi kan empat ronde. Huah.", teriak Minho frustasi.

"Apa? Empat ronde. Kau mau membunuh anakku. Hah?", marah Onew hendak memukul Minho lagi tapi tidak jadi. Minho menggeleng.

"Ampun ajjhusi. Tidak sengaja.", lirih Minho. Onew melepas kerah Minho.

"Nikahi anakku, kalau tidak akan ku bunuh kau.", ancam Onew. Minho mengangguk. "Padahal kan Min-ah masih kecil, masa punya anak. Huah. Waktu aku saja, Key 19 tahun punya anak, sudah kemudaan. Huah.", frustasi Onew mengacak rambutnya. Minho terkikik kecil. Onew menyorot mata Minho.

"Aish jangan tertawa. Seminggu lagi kau harus menikahi anakku.", galak Onew. Minho lagi-lagi terbelalak.

"Seminggu? Huah. Ajjhusi tidak salah.", sangsi Minho. Onew bertolak pinggang.

"Aish, tidak salah. Bikin mau. Menikahi susah sekali sih kau.", kesal Onew. Minho menelan ludahnya.

"Iya ajjhusi. Seminggu.", saut Minho. Onew mendorong tubuh Minho menjauh dari mobilnya.

"Sudah sana. Aku mau pulang. Dan satu lagi. Jangan merokok, aku tidak suka calon menantuku perokok.", kecam Onew. Minho mengangguk sekaligus mengiring kepergian calon mertuanya itu.

"Huah hamil. Bagaimana bilang sama umma dan appa ya. Sakit lagi.", eluh Minho memegang pelipisnya yang membiru dan terasa sakit.

...

Minho menelan ludahnya, ia mau bilang. Tapi tidak enak melihat orangtuanya sedang bermesraan di ruang televisi.

"Aish lagi mesum. Gimana bilangnya.", bingung Minho. "Ehem. Umma, appa.", tegur Minho. Junsu menoleh sedangkan Yoochun nampak kesal karena diganggu.

"Kenapa sayang?", tanya Junsu lembut. Minho merengut.

"Umma aku sudah besar jangan panggil aku sayang lagi.", protes Minho. Junsu tertawa kecil.

"Ne. Ne. Ada apa Minho?", tanya ulang Junsu. Minho menggaruk kepalanya.

"Ehmm. Taemin hamil anakku.", beritahu Minho ragu-ragu. Yoochun terlonjak dari duduknya dan langsung memeluk Minho.

"Aish. Ini baru anak appa. Kau menuruni sifatku nak. Haha. Berapa kali melakukannya? Sampai Taemin hamil. Ceritakan.", semangat Yoochun riang. Minho tidak percaya akan reaksi appanya. Tapi Junsu memicingkan mata kesal pada Yoochun.

"Satu kali appa. Tapi empat ronde.", jawab Minho.

"Great job. Haha. Anakku hebat. Appa saja harus kerja keras dengan umma untuk mendapatkanmu.", kata Yoochun. Junsu merasa tersindir. Ia menjewer telinga Yoochun.

"Aish, jangan menyindirku Chunnie.", kesal Junsu. Minho tertawa keras sekali.

"Ampun dolphin.", rajuk Yoochun. Tapi Junsu tidak mau melepaskan.

"Kau Minho jangan tertawa saja. Kau harus segera menikahi Taemin. Jangan seperti appamu ini, umurmu sudah dua tahun, baru menikahi umma.", sindir Junsu balik. Yoochun memajukan bibirnya karena disindir. Minho menahan tawanya.

"Ne umma. Minggu depan aku menikahinya.", patuh Minho. Junsu menepuk pundak anaknya.

"Itu baru anak umma. Harus bertanggung jawab.", ujar Junsu bangga. Minho tersenyum lega, semua sudah bisa dilewati, tinggal menikahi Taemin saja.

...


-Seven Months Later-


Taemin mengelus perutnya yang sudah besar. Dia tersenyum-senyum sendiri.

"Punya bayi. Bagaimana rasanya ya.", pikir Taemin. "Bayiku. Dengar tidak. Appamu mana ya? Umma rindu sekali pada appa.", ujar Taemin. Ia mengerucutkan bibirnya.

Cekleek
Pintu kamar mereka dibuka dari luar.

"Hyunggg.", teriak Taemin senang, lalu memeluk Minho. Minho tampak begitu kusut. Sidang skripsinya gagal lagi, ia harus merevisi lagi untuk kedua kalinya.*sok ngerti*

"Aish jagiya hentikan aku lelah.", kesal Minho. Taemin merengut.

"Tapi aku rindu hyung.", ngeyel Taemin, ia kukuh memeluk Minho.

"Yaa kau seperti anak kecil saja. Aku lelah jagiya.", kesal Minho benar-benar.

"Hyung aku bukan anak kecil lagi. Aku kan sudah jadi istrimu sudah mau jadi umma. Jadi aku sudah besar hyung. Tapi kan aku cuma rindu. Memangnya tidak boleh? Aku mau peluk hyung.", kukuh Taemin. Ia memeluk erat Minho dengan manja.

"KAU INI, AKU SUDAH BILANG, AKU SEDANG LELAH. KAU INI MEMANG ANAK KECIL. MANJA. SEMUA HARUS DIPENUHI. TIDAK PERNAH MEMIKIRKANKU. AKU HANYA MINTA JANGAN MENGGANGGUKU MALAM INI.", bentak Minho yang bukan maksudnya. Ia hanya saja sedang lelah, jadi mudah terbawa emosinya. Taemin kaget dibentak seperti itu oleh Minho.

"Hyung kau marah padaku.", takut Taemin. Minho tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia menangis dahsyat, karena ketakutan.

"Kalau sudah begini saja menangis. Apa kau hanya bisa menangis.", ketus Minho. Taemin semakin terisak.

"Umma. Hikz. Aku takut.", tangis Taemin, ia memeluk guling dan memojok di sudut tempat tidur. Minho meninggalkan Taemin di kamar. Dan membanting pintu.

"Umma. Hikz. Umma.", tangis Taemin.

"Aaaaaaa.", teriak Taemin. Perutnya sakit, benar-benar sakit seakan melilit seluruh isi dalam perutnya. "HYUUNNGG.", teriak Taemin. Ia memegangi perutnya. Junsu yang mendengar teriakan Taemin dari luar langsung masuk ke dalam kamar.

"Astaga Taemin.", kaget Junsu. Air ketuban Taemin sudah pecah. "Chunnie. Minho. Bantu aku cepat.", teriak Junsu. Minho yang mendengar panik. Ia langsung masuk ke dalam kamar.

"Jagiya. Kau kenapa. Umma ayo ke rumah sakit.", panik Minho. Yoochun sudah siap di mobil. Mereka langsung membawa Taemin ke rumah sakit.

...

Taemin pasrah di dalam kamar ruang bersalin. Jadwal melahirkannya ternyata dua minggu lebih cepat dibanding jadwal yang diperkirakan dokter. Minho tampak cemas meninggalkan istrinya sendiri berjuang di dalam. Ada rasa bersalah dibenaknya, karena dia membentak Taemin tadi. Padahal bukan salah Taemin.
Dua jam sudah. Persalinan juga belum terselesaikan. Sampai.

"Owaa. Owwa.", terdengar suara tangis bayi dari dalam. Semua merasa lega. Key dan Junsu bersorak sambil berpelukan satu sama lain.

"Aku punya cucu. Yeay. Tapi masa dipanggil halmony. Tidak mau ah, aku mau dipanggil omonim saja. Umurku kan belum kepala empat. Iya benar. Hahaha.", bicara Key terlebih pada dirinya sendiri.

"Yang mana suaminya?", tanya dokter yang keluar dari ruangan.

"Saya. Bisakah saya melihatnya?", tanya Minho. Sang dokter menggangguk. Minhopun masuk.

"Selamat ini anak anda, bayi perempuan.", sang dokter memberikan bayi ke gendongan Minho. Minho tersenyum, ia mencium kening anaknya itu.

"Ummanya bagaimana songsaengnim?", tanya Minho. Sang dokter tersenyum.

"Dia baik-baik saja. Sepertinya sudah sadar.", kata sang dokter. Minho mendekati Taemin.

"Hyung sakit.", rengek Taemin. Minho mengecup kening Taemin.

"Iya aku tau. Sabar ya jagiya.", kata Minho menenangkan. Taemin menampilkan mata sendunya.

"Hyung masih marah padaku?", tanya Taemin takut-takut.

"Tidak marah. Maafkan aku ya jagiya. Jagiya, ini anak kita. Lucu mirip denganmu.", kata Minho meletakan anak mereka di dada Taemin.

"Iya hyung. Seperti aku. Ih aku suka. Aku punya bayi hyung. Hehe. Sekarang aku bukan jadi istri saja, tapi umma juga. Hehe.", senang Taemin. Setelah menikah dengan Minho. Taemin hilang dari kepolosannya. Dia mulai mengerti bagaimana menjadi seorang istri. Tapi yang tidak bisa dihilangkan adalah sifat anak kecilnya. Ya tetap saja terkadang membuat pusing orang disekitarnya, lebih tepatnya Minho.

"Jagiya terimakasih. Aku mencintaimu.", ucap Minho. Ia mengecup bibir Taemin singkat kemudian mengecup pipi mungil bayinya.

"Ih hyung genit, cium-cium aku. Genit.", goda Taemin walaupun wajahnya masih terlihat lelah, tapi Taemin tetap ceria. Minho tertawa mendengar istrinya meledeknya.

"Aish kau ini jagiya.", Minho mengacak-acak rambut Taemin. Taemin tersenyum senang. Keluarga kecil itu kini mendapat kebahagiaan yang tak terkiranya.




The End

15 comments:

  1. eh eh eh, author saya suka sekali cerita2 anda :)
    boleh request ga???
    mau EUNHAE [eunhyuk-gonghae] sama YEWOOk [yesung-ryeowook] sama KANGTEUK [kangin-leeteuk] couple dong >o< please please please. . .

    anyway, visit blog ku juga yaaa. . .

    gamsahamnida ^o^

    ReplyDelete
  2. ralat *donghae* maksudnya ^^ salah ketik...

    ReplyDelete
  3. Hahaha.
    Terimakasih.
    Aku gak janji buat 3 couple itu.
    Soalnya ga dapet feel, tapi dusahakan.
    Tapi ga janji.
    Hehe.
    Oke. Oke.

    ReplyDelete
  4. Bingung....
    Sebenernya Minho nya Choi Min Ho Shinee....
    Atau memang namanya Park Min HO????
    Park Min ho yang mana ya????

    ReplyDelete
  5. aq yang jawab ya...(ijin ke author dulu nie)

    park minho tu...
    anak dari Yoosu couple....
    krna nama yoochun 'Park'
    makanya 'minho' yg sbg anaknya jadinya 'Park minho' bukan 'Choi Minho'

    ,kurang lebih seperti itu....^^

    ReplyDelete
  6. Iya bener apa yg dijelasin gicha.
    Karena disini ceritanya pregnant nyambung semua.
    Kan minho shinee anaknya park yoochun jadi si minho marganya park.

    Buat gicha makasi ya.

    ReplyDelete
  7. yaa ampun~~
    itu si taemin polos banget jadi anak xD

    ReplyDelete
  8. Polosnya ....
    Pengen dapet cowok kayak gituuu ... >.<

    ReplyDelete
  9. Minnie...km benar" superrrduperrr polozzzz...
    aihhh....Minho beruntung dapetin kamyuuu..
    ****cubit" pipi taem


    good story thor :D

    ReplyDelete
  10. Minho... berterimakasihlah pada author yg sdah mempertemukan kmu dengan si anak polos seperti Taemin.
    *Gomawo author*

    ReplyDelete
  11. ihhh seru suka suka ma ceritanya.. tem2 polos amaat ya.. bruntungnya yg jdi pacar bsa dibodohin.. lucuuuuuuuuuu daebak

    ReplyDelete
  12. woooaah...authornya daebak nih! aku sukaaa...

    oh ya aku readers baru nih! aku nyasar ke sini hehe....gpp kan aku ikut gabung di blog ini???

    salam kenal ya chingudeul....

    ReplyDelete
  13. Menurut aku sih sikapnya taemin bener bener menyebalkan walau sebenernya itu imyut... knp anaknya 2min yeoja, padahal kan sbelumya gk ada pemain yeoja, semua namja dan bisa buat keturunan, maap jd aneh aja kalo anak 2min yeoja sendiri..

    ReplyDelete