Thursday, February 17, 2011

Fan Fiction.. Only You.. YooSu..

Park Yoochun





Kim Junsu








Let' s get the story.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Seorang pria dengan pakaian perlente, sibuk menghabiskan malamnya di diskotik dengan wanita disampingnya. Pria playboy papan atas yang tidak ada matinya menebar pesonanya.

"Hargamu berapa? Malam ini kita bermain di apartementku.", tanya pria itu yang bernama Yoochun pada wanita yang memang sudah disediakan oleh pihak diskotik sebagai 'wanita sewaan'.

"Untukmu, aku beri gratis. Kau begitu memikatku oppa.", kata wanita itu menggoda.

"Kau ini, seksi sekali. Tapi akan terlihat lebih seksi jika kau melepas satu lagi kancing bajumu.", goda Yoochun ia melepas kancing wanita itu, sehingga terlihat jelas belahan dadanya.

"Oppa kau benar-benar nakal.", manja wanita itu. Yoochun hanya tertawa dan mencium lembut bibir wanita itu.*sadar oppa*

"Aku ke kamar mandi dulu ya.", pamit Yoochun, namun wanita tadi seakan tidak ingin melepas kenikmatan ciuman Yoochun. Iapun menarik Yoochun dan kembali menciumnya.

"Hanya sebentar seksi.", rajuk Yoochun. Ia mengedipkan matanya dan berlalu pergi ke kamar mandi dengan sempoyongan karena ia terlalu mabuk.

Saat ingin kembali lagi ke ruangannya, ia menabrak seorang pria di depan pintu kamar mandi.
"Ah sial, kenapa dia pingsan.", gerutu pria yang ditabrak Yoochun. Karena mabuknya yang teramat sangat, iapun pingsan ditempat.

"Kalau begini aku yang repot.", ujar pria itu. "Lebih baik aku bawa ke apartementku saja.", karena tidak tau mau berbuat apalagi. Dengan terpaksa pria yang bernama Junsu itu memutuskan membawa Yoochun ke apartementnya.

-------------------------------------------------------------------------------------

Saat sinar matahari sudah mulai menyorot kedua matanya, Yoochun terbangun dari ketidak sadarannya. Matanya mengerjap-ngerjap, dilihat ke sekeliling. Tempat yang asing baginya.

"Aish, dimana aku? Kamar siapa ini?", tanyanya pada dirinya sendiri. Iapun memutuskan beranjak dari tempat tidur dan mencari siapa yang dapat memberinya petunjuk kebingungannya.

"Kau sudah bangun. Mau kopi?", tawar Junsu yang sedang di dapur. Yoochun sedikit terkejut akan wajah asing dihadapannya.

"Ini kopimu.", Junsu menyodorkan secangkir kopi pada Yoochun. "Kau diapartementku, tadi malam kau pingsan dihadapanku, jadi aku bawa kesini.", jelas Junsu yang mengerti wajah bingung Yoochun.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Semakin lama, hubungan Yoochun dan Junsu terjalin persahabatan yang solid. Ditambah bidang usaha yang mereka jalani itu saling berkesinambungan. Junsu membuka usaha restaurant yang cabangnya sudah tersebar dimana-mana. Sedangkan Yoochun memiliki usaha dibidang pemasokan bahan-bahan makanan yang mempunyai lebih dari 200 perusahaan besar yang menggunakan jasanya. Mereka saling berkerja sama dan acap kali bertukar pikiran untuk memajukan usaha yang mereka jalani, dan itu semakin mendekatkan persahabatan mereka.

"Jun-ssi, malam ini aku mau ke diskotik. Kau mau ikut tidak? Ladies night." tawar Yoochun dengan ibu jari yang ia mainkan di bibirnya sebagai isyarat apa yang ia lakukan malam ini.

"Playboy. Iya aku ikut, tapi jangan sampai mabuk. Kau selalu menyusahkanku jika mabuk.", sindir Junsu dengan senyum jahilnya.

"Tenang saja, aku hanya akan membuatmu menggendongku ke apartementmu. Hahaha.", gurau Yoochun, ia mengerling licik.

-------------------------------------------------------

Malam harinya mereka berdua pergi ke diskotik kelas atas yang sangat terkenal. Baru saja selangkah memasuki diskotik, wanita-wanita genit sudah mulai menggoda dua pria tampan nan menawan itu.

"Mau turun denganku?", bisik seorang wanita ditelinga Yoochun.

"Sabar sedikit sayang kami baru datang.", Yoochun mengecup punggung wanita itu sambil mengedipkan matanya. Wanita itu hanya tersenyum dan berlalu. Junsu yang melihat tingkah sahabatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Yoochun turun ke dance floor bersama wanita sedangkan Junsu hanya menenggak minuman di kursinya dan tersenyum heran saat memperhatikan tingkah Yoochun yang sudah tidak canggung lagi pada wanita.

Yoochun merangkul pinggang wanitanya dengan kedua tangannya. Mereka berdua bisa dibilang sudah di bawa pengaruh alkohol.

"Bibirmu begitu menggoda.", kata Yoochun sedikit berteriak karena suaranya bersaik dengan volume musik yang sangat keras. Wanita itu tertawa mendengarnya.

"Kau mau? Coba saja.", ujar wanita itu. Tanpa babibu, Yoochun langsung mencium bibir wanita itu. Wanita itu menikmati saat mereka berciuman dan membiarkan tangan Yoochun membelai punggungnya yang memang sudah terbuka.

"Kau pintar sekali berciuman. Aku sampai kewalahan.", puji wanita itu sesaat ciuman Yoochun diakhiri.
"Itu aku, lain waktu boleh aku menikmati yang lainnya?", tanya Yoochun menggoda.

"Tidak lain waktu, sekarangpun boleh.", saut wanita itu. Yoochun tertawa.

Sudah jam 3 pagi, Junsupun memapah Yoochun yang setengah mabuk ke mobil.

Di dalam mobil, Junsu tidak langsung melajukan mobilnya, ia sibuk menahan tawa saat mengingat tingkah Yoochun. "Heh, Chun-ssi sepertinya kau berpengalaman sekali ya berciuman. Ckckck.", sindir Junsu.

"Hahaha. Bodoh sekali kata-katamu. Umurku hampir 24 tahun dan sepertiganya sudah aku pakai untuk berciuman. Bagaimana aku tidak berpengalaman, kau ini. Lagipula seperti kau tidak saja.", ujar Yoochun ia menepuk-nepuk pundak Junsu.

"Aku tidak sepertimu, playboy. Asal kau tau, aku sama sekali belum pernah berciuman. Tapi, kau jangan bilang siapa-siapa. Aku hanya ceritakan ini padamu, karena kau sahabatku.", cerita Junsu sedikit ragu membuka aibnya.*ini bukan aib oppa*

Yoochun terkejut mendengarnya, matanya terbelalak. "What? SHIT. Kau ini sudah 23 tahun, tapi belum pernah. Bodoh sekali. Ckckck.", ejek Yoochun dengan wajah tidak percaya.

"Kau ini, jangan mengejekku. Aku tidak tau cara berciuman yang baik. Jadi, lebih baik aku menghindari malu.", Junsu memberi alasannya. Yoochun membalikan badannya ke arah Junsu.

"Jun-ssi, kau cukup mendekatkan wajahmu perlahan, dan biarkan bibirmu menyentuh bibirnya. Beri sedikit lumatan. Lalu lidahmu masukan ke dalam mulutnya dan bermain disana. Itu sangat mudah dolphin.", kata Yoochun panjang lebar.

"Aku tetap tidak mengerti.", saut Junsu dengan lugunya. Yoochun mendengus kesal. Entah karena ia mabuk, atau memang kesal pada Junsu. Iapun mendekatkan wajahnya pada Junsu dan mencium lembut bibirnya. Junsu sangat terkejut, tidak menyangka Yoochun akan melakukan itu. Namun, entah mengapa Junsu tidak menolaknya sedikitpun. Yoochun mulai melumat bibir Junsu. Ia melakukannya perlahan namun teratur. Sesekali, ia menyapu dengan bibir bawahnya. Tanpa disadari, Junsu membalas ciuman 'maut' Yoochun bahkan lebih liar untuk seorang pemula. Mereka berdua menikmati permainan mereka, lidah Yoochun memaksa masuk ke dalam mulut Junsu dan mencari-cari lidah Junsu untuk dimainkan. Hisapan, kuluman, lumatan dilakukan mereka secara bersamaan. Cukup lama mereka melakukan itu, dan akhirnya Yoochun melepaskannya.

Ia langsung membalikan badannya lurus memandang ke depan. Jantungnya tidak karuan dibuatnya. "Seperti itu cara berciuman, dan kau ternyata lebih pintar dariku dolphin.", kata Yoochun dengan pelan. Junsu wajahnya kini memerah, rasa panas mulai menjalar di tubuhnya.

"Mengapa berciuman dengannya lebih nikmat dibanding biasanya?", pikir Yoochun dalam hati.

"Tadi itu apa?", tanya Junsu dalam hati. Nafasnya tidak teratur.

-----------------------------------------------------------------

Hari ini Junsu berniat mensurvey cabang restaurantnya. Saat membuka pintu, tepat di hadapannya berdiri seorang pria yang tersenyum padanya. Junsu langsung mengalihkan pandangannya. Tidak berani dengan tatapan mata dalamnya.

"Mau kemana pagi-pagi seperti ini?", tanya pria itu, ternyata Yoochun.

"Aku mau ke restauran. Kau kesini pasti karena malas masuk kantor lagi.", sindir Junsu yang sudah tau kebiasaan Yoochun. Dan nantinya Yoochun akan mengajaknya main games seharian.

"Itu kau tau.", jawab Yoochun santai.

"Tapi sayangnya aku tidak bisa Chun-ssi.", tolak Junsu.

"Kalau begitu aku ikut kau saja. Sekalian sarapan gratis.", ujar Yoochun sambil memainkan alisnya. Junsu mengunci apartementnya. Dan mendahului Yoochun.

"Huah, dolphin tunggu aku.", eluh Yoochun yang ditinggal Junsu. Iapun langsung merangkul pundak sahabatnya itu.


-Junsu POV-

Deg.deg.deg, kini jantungku berdetak kencang seperti ini. Saat ia merangkulku, aish. Kenapa setelah itu, aku jadi selalu aneh.

"Chun-ssi tidak ada yang mau memberimu sarapan gratis.", gurauku mengerjainya.
"Pelit.", ejeknya. Akupun hanya tertawa.


-Yoochun POV-

Kami sudah sampai, untuk ukuran sebuah cabang, ini benar-benar besar. Ternyata, ia bisnisman yang tak tanggung-tanggung.

"Chun-ssi, kita ke ruanganku saja, kau mau makan apa?", tanyanya.

"Makanan andalan disini.", sautku.

"Aish, yang benar? Kau kan tidak suka sayur. Makanan andalan disini isinya sayur semua.", katanya. Tau darimana dia aku tidak suka sayur.

"Hehe, yasudah makanan yang tanpa sayur saja.", kataku, tersenyum karena malu. Akupun mengikutinya dari belakang. Ruangannya di lantai atas berdinding kaca, sehingga kita bisa mengawasi keadaan dibawah seperti apa. Makananpun datang.

"Jun-ssi, darimana kau tau aku tidak suka sayur?", heranku. Karena aku tidak pernah memberitaunya.

"Aish, setiap kau makan. Kau selalu menyingkirkan sayur sekecil apapun dari makananmu. Karena itu aku tau kau tidak suka sayur.", jelasnya. Aku terkejut, ia begitu memperhatikan padahal hanya hal kecil seperti itu. Orangtuaku saja bahkan tidak tau.

"Makanlah, kau kan belum sarapan.", suruhnya membuyarkan lamunanku. "Chun-ssi, coba cicipi ini. Ini menu baru, enak tidak?", ia menyuapiku makanannya. Rasanya sangat enak, ditambah rasa lain karena makan dari tangan orang lain. Terakhir kali aku merasakannya mungkin 20 tahun yang lalu.

"Enak sekali.", pujiku. Iapun tersenyum. Entah mengapa aku jadi malu saat melihat senyumnya.

----------------------------------------------------------

Kami janji bertemu di Coffe Shop untuk membicarakan bisnis. Dari sebrang sana dia sudah melambaikan tangannya. Aku hanya tersenyum bersandar di mobilku. Saat melihat ke arah belokan tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju cepat. Dengan cepat aku berlari ke arahnya, dan menariknya secepat kilat dalam pelukanku. Saat itu jantungku seperti akan copot, takut terjadi apa-apa.

"STUPID DRIVER. BRENGS*K. Sudah buta matamu.", umpatku kasar kesal bukan main.


-Author POV-

Yoochun terus saja mengumpat, walaupun mobil tadi terus saja melaju. Sementara Junsu membeku dalam pelukan Yoochun. Entah karena kaget atau karena pelukan Yoochun yang begitu erat kini membuatnya 'sesak'.

"Kau juga Jun-ssi kalu menyebrang lihat-lihat. Bagaimana jika tadi kau tertabrak. Bodoh.", kesal Yoochun pada Junsu. Karena ia khawatir setengah mati. "Yasudah ayo masuk.", Yoochun menggenggam tangan Junsu masuk ke dalam Cofee Shop. Yoochun masih dalam amarahnya, sedangkan Junsu dalam perasaan yang tidak karuan.

-------------------------------------------------

Setiap harinya, mereka mendapatkan perasaan yang tidak mereka mengerti jika mereka saling menatap, saling tersenyum bahkan hanya saat mendengar suara masing-masing. Tanpa Junsu sadari, ia semakin perhatian pada Yoochun. Bahkan hanya untuk menanyakan kesehatannya setiap hari. Karena Junsu tau, Yoochun memiki asma. Yoochunpun senang akan perhatian Junsu, ia merasa hidupnya kini untuk seseorang dan lebih berarti. Sebagai balasan, Yoochun selalu siap menjaga dan ada disamping Junsu kapanpun dibutuhkan.

"Kenapa kau hujan-hujanan. Kalau dingin, asmamu bisa kambuh. Cepat mandi.", suruh Junsu yang mendapati Yoochun basah kuyup saat datang ke apartementnya.

"Hehehe, maaf.", Yoochun tersenyum lebar. Junsu mendengus, ia mendorong Yoochun masuk kamar mandi. "Jangan lupa pakai air hangat.", teriak Junsu dari luar.

"Iya dolphin, cerewet sekali seperti wanita.", canda Yoochun. Junsu tertawa kecil.

"Ini coklat hangatmu.", Junsu menyodorkan secangkir coklat pada Yoochun yang baru keluar kamar mandi.

"Gomawo.", sautnya meraih cangkir ditangan Junsu.

"Aku mandi dulu.", pamit Junsu. Yoochun hanya mengangguk.

Setelah menghabiskan coklat hangatnya, ia membuka kulkas. Mencari soju simpanan. Ia mengambil tiga botol soju sekaligus. Ia tidak bisa lepas dari minuman keras itu. Ia menenggak habis soju-soju itu dengan cepat. Kini tubuhnya benar-benar sudah terasa panas. Yoochun hampir sepenuhnya mabuk bahkan sudah tidak sadar. Dengan gontai ia masuk ke kamar Junsu.


-------------------------------------------


Junsu keluar kamar mandi hanya dengan handuk yang dililit di bagian pinggangnya. Kini kulit putih mulusnya benar-benar terlihat jelas. Ia melihat ke arah tempat tidur dan mendapati Yoochun terkapar*lebay* disana.

"Yoochun-ssi, kalau mau tidur yang benar.", protes Junsu, ia membenarkan letak tidur Yoochun yang semerawut, tercium jelas aroma alkohol menyengat dari tubuh Yoochun.

"Mabuk lagi. Kau ini.", kesal Junsu.

"Jangan berisik Jun.", gumam Yoochun. Iapun menarik Junsu ke dalam pelukannya.

"Yaa, apa yang mau kau lakukan!", sergah Junsu. Ia mencoba melepaskan pelukan Yoochun. Namun tenaga Yoochun lebih besar. Iapun membalikan badannya dan menindih Junsu.

"Chun-ssi ka....", belum selesai Junsu berkata bibir Yoochun sudah mengunci bibir Junsu. Ia melumat kasar bibir Junsu. Tadinya Junsu menolak, namun ia sudah dibuai rasa nikmat yang diberikan Yoochun. Iapun membalas ciuman Yoochun, bahkan tangannya kini memeluk erat punggung pria di atasnya.

"Jun-ssi.", desah Yoochun sebelum ia menikmati leher Junsu dengan ciuman-ciuman nakalnya. Hisapan dan gigitan di lehernya terasa menyakitkan bagi Junsu, namun ia tidak ingin kenikmatan itu cepat berakhir ia rasakan. Yoochun beralih ke perut Junsu ia mengecupnya berkali-kali menjilatnya sampai air liurnya membasahi tubuh Junsu. Akhirnya ia benar-benar menjelajahi setiap inci tubuh Junsu. Karena merasa ada yang menghalangi, ia melepas semua pakaian yang ia kenakan dan handuk yang melilit bagian bawah Junsu. Sehingga mereka benar-benar polos tanpa sehelai benangpun.

"Kita lakukan sekarang ya.", ujar Yoochun dengan nada menggoda.

"Aaaaarrgh.", erang Junsu, sambil menjambak pelan rambut Yoochun. Akhirny mereka benar-benar bergumul malam itu, dengan nafsu keduanya yang sudah tidak tertahan.*ampun dah gw, stres bikinnya neh, maaf gak akan ada kata2 yg merangsang, hahaha. gak berani.*

------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi hari dua pria tanpa pakaian dibalik selimut masih tertidur pulas dengan peluh yang menghiasi tubuh mereka. Seprai yang berantakan, bercak-bercak noda tertempel jelas disprei. Junsu menggeliat, tangannya kirinya jatuh di wajah Yoochun. Dan itu membuat Yoochun dan Junsu terbangun. Mereka mengerjap-ngerjapkan mata mereka. Saat benar-benar tersadar, mereka terkejut dan berteriak bersamaan. Mereka langsung bangkit dari tempat tidur, dan sialnya mereka berdua malah benar-benar melihat masing-masing tanpa busana.

"Aish, apa yang kita lakukan.", ujar Yoochun yang menyadari benar kejadian tadi malam.

Yoochun melihat Junsu sedang membasuh wajahnya. Wajahnya merah karena kekesalan yang dipendam.

"Aish, kau kenapa Jun-ah?", tanya Yoochun sambil membalikan badan Junsu mengarah padanya.
"Tidak apa-apa.", Junsu menyembunyikan kekesalannya.

"Jangan bohong, kau pasti cemburu. Aish, itu hanya iseng sayang. Jangan kau pikirkan.", rajuk Yoochun. Ia memeluk Junsu untuk menenangkan 'kekasihnya' itu.

"Aish, iya aku tau. Tapi tetap saja. Jangan lakukan lagi.", kesal Junsu.

"Kau iri ya.", goda Yoochun. Wajah Junsu makin merah, namun kali ini karena malu. Yoochun tersenyum lalu mencium lembut bibir Junsu. Pengunjung lain yang ada di toilet, terkejut dan merasa sangat jijik melihat kejadian itu.*hahaha, termasuk gw*


--------------------------------------------------------------------------------------------------


Semua kembali biasa, mereka bisa kembali mesra tanpa rasa kesal satu sama lain. Anehnya terkadang mereka seperti sepasang kekasih, namun terkadang mereka hanya terlihat sebatas rekan kerja.

"Jun-ssi aku kira, kalau kau membuka cabang baru di Chungnam. Kau akan bisa meraup keuntungan, disana restaurant tidak terlalu banyak.*sok tau gw* Sementara saat aku survey, banyak sekali penduduk dan pengunjung disana yang mencari tempat makan.", usul Yoochun saat bertukar pikiran dengan Junsu.

"Tapi aku harus lihat grafik penjualan restaurantku yang lain. Kalau aku membangun lagi, berarti banyak biaya yang harus ku keluarkan.", jelas Junsu menimbang-nimbang.

"Ya, tapi aku ingin tanam saham jika kau membuka cabang disana.", Yoochun masuk dalam niatnya. Merekapun berbincang panjang lebar membahas bisnis mereka.


-----------------------------------------------------------------------------------------


Yoochun benar-benar tidak bisa lepas dari yang namanya wanita. Kali ini ia pergi ke diskotik sendirian, dan berhasil memikat wanita cantik untuk dibawa ke apartementnya.

Junsu, tanpa memberitahu datang ke apartement Yoochun. Ia mempunyai kunci duplikat apartement Yoochun. Ia datang dengan perasaan rindu yang membelenggunya. Sudah dua minggu ia tidak bertemu dengan Yoochun. Karena kesibukan keduanya. Ia mengendap-endap masuk untuk memberi kejutan.

"Aaaaahhh.. Yoochun-ssi...", desah seorang wanita dari kamar tidur Yoochun.*najis dah ah*


-Junsu POV-

Aku mendengar suara wanita dari kamar tidurnya.

"Santai sedikit sayang...", itu suara Yoochun. Aku langsung ke kamarnya. Namun alangkah terkejutnya aku melihat ia sedang bersetubuh dengan seorang wanita. Kini aku benar-benar marah.

"Chunnie.", teriakku, lalu aku membanting pintu dan meninggalkan apartementnya.

"DOLPHIN, TUNGGU AKU.", teriaknya menahanku. Namun, aku tidak peduli.

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan penuh. Kembali ke apartementku. Aku menangis sejadi-jadinya. Seharusnya ini tidak perlu terjadi, aku tau dia. Dia seorang playboy. Sebelum bersamakupun dia seperti ini. Tapi aku tidak bisa, entah mengapa ini menyesakan sekali. Aku menangis dibalik selimutku. Aku kira malam ini aku bisa bersamanya.

"Bodoh, bodoh.", kesalku sambil memukul kepalaku.

"Siapa yang bodoh? Aku.", ucap seseorang yang suaranya sudah sangat ku kenal. Ia kini tepat di kamarku. Aku tidak mau membuka selimutku, walaupun ia menarik-narik selimutku.

"Jun, buka selimutnya. Aku ingin melihat wajahmu.", rajuknya. Tetap tidak mau. Aku tidak mau melihat wajahnya. Ia naik ke tempat tidur dan memelukku.

"Jangan marah, maafkan aku. Benar-benar maafkan aku. Aku bingung kau ini kenapa?", tanyanya. Air mataku tetap saja mengalir terlebih saat ia memelukku. Itu membuatku semakin mengingat kejadian tadi.


-Yoochun POV-

Dia diam saja, aku bingung.
"Jun, masa karena hal tadi kau marah. Itu kan hal biasa.", kataku membujuknya. Ia menyibakan selimut, aku lihat matanya merah sembab, aku tau ia habis menangis hebat.

"BIASA? Untukmu, tapi tidak untukku. Mulai sekarang lebih baik kita tidak usah berhubungan, jika kau tetap seperti ini. Dari awal aku tau sikapmu, aku tau tentangmu. Tapi aku tidak tau ini akan begitu sakit. Kau mengerti. Jadi lebih baik kau pergi saja. Jangan pernah mendekatiku lagi.", bentaknya. Nadanya begitu tinggi sehingga tepat menusukku. Ia mencoba melepas pelukanku.

"Dolphin, aku tidak tau kau akan semarah ini. Aku tidak akan mau. Tidak akan pernah pergi darimu. Tidak akan.", kataku tak kalah tinggi. Aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Percuma, sudah berulang kali kau lakukan ini. Merajukku. Tapi tetap saja. Kau pilih tinggalkan sifatmu itu atau tinggalkan aku selamanya.", tanyanya membuat pilihan. Sekali aku mencintai seseorang walaupun itu seorang pria. Tak akan pernah aku lepaskan dia.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku tidak akan bermain-main dengan wanita lagi. Hanya kau, hidupku hanya kau. Kau mengerti.", bentakku lagi. Aku lihat ia menundukan kepalanya. ia tidak berani memandangku lagi.
"Aku janji. Aku mencintaimu Kim Junsu.", kataku melemah. Iapun membalas pelukanku. Aku tersenyum senang karenanya.

---------------------------------------------------------------------------------------------

-Author POV-

Semenjak itu tidak ada lagi Playboy bernama Park Yoochun. Yang ada hanyalah seorang pria bernama Park Yoochun yang mencintai seorang pria bernama Kim Junsu. Entah apa yang terjadi, mereka akan tetap saling mencintai.

"Only you in my heart, my Dolphin.", gumam Yoochun saat memeluk Junsu dalam tidurnya.

"Aku tau. Akupun mencintaimu, micky mouseku.", saut Junsu.

Merkapun akhirnya mengambil tidur lelap mereka.

-----------------------------------------------------------




The End..

Fan Fiction.. I'm Crazy.. YunJae..

Cast

- Jung Yunho





- Kim Jaejoong (bebeku tercinta)





- Choi Ahnka (author yang pengen eksis)


Let' s get the story..

----------------------------------------------------------------------------------------


-Yunho POV-

Aku duduk di meja pojok restaurantku yang sudah ku rintis selama 1 tahun belakangan ini. Aku senang menjalankan usahaku dan yang lebih menyenangkan karena semua pekerja disini adalah wanita. Memang itu syarat yang sudah aku tentukan. Dan diantara mereka, ada satu pelayan yang menarik hatiku, namanya Kim Jae Hye. Wanita yang kini sedang aku perhatikan dari posisiku sekarang.

"Annyeong haseyo.", sapanya pada tiga orang pengunjung yang masuk restaurantku. Senyumnya manis sekali, tidak hanya itu. Wajahnya, bibirnya, lekuk tubuhnya, hidungnya, matanya, bahkan tai lalat di pipi kirinya terlihat sangat manis. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya. Karenanya, kini aku lebih semangat lagi bekerja, agar aku dapat melihat wajahnya setiap hari. Walaupun ia tidak tau perasaanku. Mataku tak pernah lepas dari setiap gerak-geriknya. Aku memejamkan mataku dan tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila membayangkan dia.

"Songsaengnim, terjadi kecelakaan kecil didapur.", seorang pelayan membisikanku sesuatu padaku.

"Waeyo?", tanyaku.

"Jae Hye-ssi, tersiram air panas.", katanya melanjutkan. Mendengar itu aku langsung pergi ke dapur. Disana sebagian pelayan merubungi Jae Hye.

"Aish, kenapa kalian hanya melihat. Bukannya membantu.", kesalku dengan kelakuan bodoh semua pekerjaku.

"Ikut aku kita ke rumah sakit saja.", kataku padanya sambil memapahnya pelan.

"Aku tidak apa songsaengnim. Hanya tanganku dan kakiku yang kena. Tidak perlu ke rumah sakit.", katanya menahan rasa sakitnya.

"Yasudah, aku obati di ruanganku saja.", kataku. Walaupun sebenarnya ia berusaha menolak untuk aku bantu, namun aku tetap saja memaksanya. Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya.

Akupun membawanya ke ruanganku. Disana aku mengolesi kulitnya yang merah melepuh dengan pasta gigi. Pasti itu menyakitkan di kulitnya yang putih halus.

"Lain kali hati-hati Jae hye-ssi, mengapa bisa sampai seperti ini?", tanyaku penasaran.

"Maaf songsaengnim, tiba-tiba saja kepalaku pusing.", katanya sambil menundukan kepalanya mungkin karena menyesal.

"Huah, kau kenapa? Kau sakit?", tanyaku lagi. Aku menyentuh keningnya dengan punggung tanganku. Keningnya panas sekali. "Kau pulang saja ya. Tubuhmu benar-benar panas.", kataku. Aku khawatir dengannya, aku ingin dia istirahat saja.

"Tapi songsaengnim, aku masih harus kerja.", ngeyelnya. Dia keras kepala sekali.

"Sudah seperti ini masih saja. Kau harus istirahat. Biar aku antar pulang.", paksaku lagi.

"Ne, tapi tidak usah repot-repot, biar aku pulang sendiri saja.", sergahnya. Namun aku tidak peduli, aku mengambil mantelku dan kurekatkan di tubuhnya agar terasa hangat. Aku membantunya berjalan sampai mobilku.

Kamipun tiba disebuah rumah, sangat kecil untuk disebut rumah. Dengan kamarku, mungkin lebih besar kamarku. Ia tinggal ditempat seperti ini. Tidak bisa aku terima. Aku memapahnya masuk ke dalam rumahnya. Walau kecil, namun rumah ini benar-benar terurus. Tata letaknya benar-benar sangat rapih dan sangat bersih. Aku menidurkannya di tempat tidurnya.

"Ini siapa?", tanyaku. Saat melihat foto seorang pria di nakas kecilnya. Tapi tunggu. Wajahnya mirip sekali dengan Jae Hye. "Wajahnya mirip sekali denganmu?", tanyaku lagi.

"Uhuk. Uhuk.", tiba-tiba ia tersedak. Wajahnya langsung memerah.

"Ah, itu kembaranku. Kim Jaejoong.", jawabnya dengan gugup, aneh sekali. Aku baru tau ternyata dia punya kembaran.

"Mirip sekali ya denganmu. Cantiknyapun sama, namun sayang ia pria. Kalau wanita, pasti aku sudah jatuh cinta padanya.", gurauku. Sebenarnya secara tidak langsung aku mengatakan aku menyukainya.

--------------

-Ahnka POV-

Aku mendapati sahabatku sedang memperhatikan Yunho songsaengnim secara sembunyi-sembunyi. Aku punya sahabat sudah gila. Dia ini pria masih saja menyukai pria, padahal sudah aku nasehati. Seandainya ia tau, kalau aku menyukainya.*uda tau kali*

"Yaaaa. Jaejoonggie. Kau sudah gila, sadar. Dia itu pria.", kejutku namun berbisik. Aku tidak ingin semua rahasianya terbongkar. Dia berkerja di restaurant tempatku berkerja. Sebenarnya restaurant kami tidak menerima pekerja pria, namun karena ia sangat membutuhkan uang jadi terpaksa ia menyamar menjadi perempuan, semua berjalan sempurna karena memang wajahnya begitu cantik, dan aku akui dia paling cantik diantara pekerja di restaurant ini. Hanya aku yang tau, ia pria. Karena aku yang membawanya ke restaurant ini sebagai waita.

"Ahnkaku, jagiyaku.*haha* Iya aku tau, tapi aku hanya ingin menikmati wajah tampannya, tidak apa kan. Dia itu tampan sekali. Memangnya kau tidak menyukainya.", katanya malah bercanda. Yang aku sukai kau bukan dia. Bodoh sekali.

"Terserahmu saja. Tapi, hati-hati. Aku yakin sebentar lagi, kau akan jatuh cinta dan menjadi pria tidak normal.", kesalku berkata asal-asalan.

"Memang aku sudah jatuh cinta padanya. Sudah ah, aku mau kembali bekerja.", katanya. Lalu mengecup pipiku sekilas*walau yunjae, tp tetep bebe forever* sebelum ia benar-benar berlalu dari hadapanku. Wajahku pasti merah sekali.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


-Author POV-

Saturday night, dengan penampilan yang menunjang ketampanannya, Yunho memberanikan diri berkunjung ke rumah Jae Hye alias Jaejoong.

Tok.tok.tok
Yunho mengetuk pintu rumah Jaejoong. Dan tak lama sesosok pria tampan nan cantik muncul membukakan pintu hanya menggunakan singlet saja yang tak lain adalah Jaejoong. Ia terkejut bukan main, mendapati Yunho dengan ia sebagai pria.

"Annyeong, Jaejoong-ssi.", sapa Yunho membungkukan badannya.

"Ah an.nyeo.ng.", saut Jaejoong terbata-bata.

"Jae hyenya ada?", tanya Yunho.

"Ada, eh..eh tidak ad..a. Emmm.. Dia sedang keluar.", jawab Jaejoong semerawut tidak tau apa yang mau dikatakan. "Silahkan masuk.", ajak Jaejoong.

Setelah berganti pakaian dan membuatkan minum, Jaejoong menemani Yunho berbincang.

"Gamsa hamnida. Oh ya Jaejoong-ssi. Aku Yunho, temannya Jae hye di restaurant.", Yunho memperkenalkan diri.

"Ooh. Kau sudah tau namaku kan, jadi aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi kan? Hehehe.", gurau Jaejoong. "Ada apa mencari Jae Hye?", tanya Jaejoong.

"Kau ini humoris juga ya.", sindir Yunho. "Aku mau mengajaknya pergi. Boleh kan?", Yunho meminta ijin.

"Boleh sekali. Aku, eh dia pasti senang.", riang Jaejoong hampir keceplosan.

Setelah tak lama berbincang.
"Yunho-ssi, aku mau pergi. Tidak apa kan aku tinggal. Sebentar lagi Jae hye juga pulang.", tanya Jaejoong.

"Ah, gwaenchana.", saut Yunho. Jaejoong langsung ke kamar dan memasukan perlengkapan yang biasa dipakai Jae hye ke tasnya. Lalu pergi dari rumahnya.

Tak lama Jaejoong muncul sebagai Jae Hye, wanita yang amat sangat cantik.
"SONGSAENGNIM?", ujar Jaejoong berpura-pura terkejut, akan adanya Yunho dirumahnya.


-Yunho POV-

Akhirnya dia pulang juga. Dia cantik sekali, tidak salah dia membuatku segila ini. Iapun menghampiriku.
"Ne, Jae hye-ssi. Ah, Oppamu baru saja pergi.", kataku memberitahu.

"Oh, kalian sudah bertemu. Mian, kau jadi harus menunggu rumahku. Dia biasa seperti itu, memang namja gila.*ember,hehe*", guraunya. Ternyata mereka anak kembar yang memang lucu. "Maklumi saja, songsaengnim.", lanjutnya lagi.

"Kau ini, kalau diluar jangan panggil aku songsaengnim. Panggil Yunho saja.", kataku tersenyum padanya.

Setelah banyak berbincang dan menyampaikan maksudku. Akhirnya kamipun pergi ke sebuah restaurant bersuasana romantis.*wakakakak*

"Kau cantik sekali Jae hye-ah.", pujiku. Iapun tersenyum padaku. Karena itu, aku memberanikan menggenggam tangannya. "Jae hye, apa kau mau jadi kekasihku?", tanyaku. Aku harap iya. Aku lihat matanya terbelalak saat aku mengatakan itu.

"Jae hye, bagaimana? Kau mau tidak?", tanyaku lagi. Karena dia hanya diam. Cukup lama, namun akhirnya aku temukan juga anggukan darinya. Dan ini sangat membahagiakanku.


-Jaejoong POV-

Aku sudah gila, benar-benar gila. Pria macam apa aku. Ahnka~yah tolong aku. Aku tidak bisa menyangkal ketampanan dan kebaikannya membelenggu otak dan hatiku. Sampai aku menutup telinga dan akal sehatku. Aku tau dia menyukaiku sebagai wanita, tapi rasa ingin bersamanya, tidak terelakkan lagi. Aku benar-benar gila. Ia tersenyum padaku saat aku mantapakan hatiku untuk menerima cintanya. Malam ini aku bahagia.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Karena tidak sabar untuk bercerita. Saat melihat Ahnka masuk ruang loker pekerja aku langsung menghampirinya dan memeluknya.*asik*

"Hiyah, Jaejoonggie kau ini.", kesalnya mencoba melepas pelukanku.*padahal demen bgt* Namun aku tidak peduli, aku semakin mengeratkan pelukanku padanya.

"Aku senang sekali. Tadi malam Yunho songsaengnim, memintaku menjadi kekasihnya. Dan aku menerimanya.", kataku masih memeluknya. Namun dengan cepat ia mendorong tubuhku kencang.

"APA? Kau gila ya. Otakmu dimana Joonggie? Dia wajar, karena menganggapmu wanita. Tapi kau ini, sudah gila. Bagaimana kalau dia tau kau pria.", bicaranya panjang lebar. Sepertinya dia benar marah padaku.*aku ga marah kok be,cuma heran aja* Benar juga ya, tapi aku terlanjur menyukainya.

"Tapi, aku senang. Tentang itu, lihat nanti saja.", ngeyelku masih dengan wajah riangku.

"Terserahlah kalau kau senang, tapi aku tidak ikut campur.", katanya lepas tangan. Itulah yang aku suka darinya, apapun yang aku lakukan dia selalu mendukungku.*abisnya dblgin jg percuma. Keras kpala*

"Ini baru temanku. Aku menyayangimu.", senangku, lalu aku memeluknya lagi.*always demen dpeluk*

"Iya, apa katamu saja. Tapi aku sudah mengingatkanmu ya.", katanya lagi, wajahnya serius sekali.

"Iya, aku ingat Ahnkaku.", sautku bergurau.

"Sudah sana ganti seragam. Nanti kita dimarahi kekasihmu itu.", sindirnya jahil.

--------------------------------------------------------------------------

-Author POV-

Jaejoong sedang mengelap meja-meja, itu memang perkerjaannya setiap hari. Tiba-tiba sebuah tangan kekar menggenggam tangannya, dan itu membuat ia menghentikan pekerjaannya. Iapun menoleh ke arahnya.

"Songsaengnim? Annyeong.", sapa Jaejoong pada Yunho lengkap dengan senyumnya.

"Annyeong.", Yunho tersenyum. "Jagiya, jangan terlalu lelah. Nanti kau sakit lagi. Biar aku suruh yang lain menggantikan pekerjaanmu.", kata Yunho begitu perhatian.

"Yaaa, songsaengnim. Tidak boleh seperti itu. Aku ini kan pekerjamu. Jadi tidak boleh pilih kasih.", kata Jaejoong, namun dalam hatinya ia begitu senang. "Lepaskan tanganku, tidak enak jika dilihat yang lain Yunho~yah.", bisik Jaejoong. Yunhopun tersenyum, lalu melepaskan genggamannya.

"Jagiya, saranghaeyo.", kata Yunho pelan sebelum meninggalkan Jaejoong. Jaejoong benar-benar senang.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Jaejoong akan beranjak pergi kerja. Baru saja ia membuka pintu rumahnya. Ia sudah dikejutkan oleh Yunho yang kini berdiri di hadapannya.

"Pagi, Jae hye. Bagaimana kalau hari ini tidak usah masuk kerja. Kita habiskan waktu bersama saja ya.", kata Yunho dengan senyum memaksanya.

"Yunho~yah, kau ini. Kau tidak bisa seperti ini. Jangan mentang-mentang, aku ini.....", protes Jaejoong namun ia menggantungkan kata-katanya.

"Mentang-mentang kau ini apa? Kekasihku. Bukannya memang seperti itu. Ayolah, aku yang akan bertanggung jawab jika bosmu marah.", rajuk Yunho yang sedikit bergurau. Karena geli dengan perkataan Yunho, Jaejoong mencubit lengan Yunho.

"Iya, tapi benar ya kau tanggung jawab. Bosku galak sekali soalnya.", Jaejoong menimpali candaan Yunho.

"MWO? Galak?Tapi tampan kan?", goda Yunho.

"Iya mungkin.", goda Jaejoong. "Sudah, kita jadi pergi tidak?", tanya Jaejoong.

Merekapun seharian menghabiskan waktu bersama sampai hari sudah malam. Perasaan Jaejoong benar-benar sangat senang. Terlebih Yunho, ini benar-benar hari yang membahagiakan. Sebelum mengantarkan Jaejoong pulang mereka menikmati suasana malam di tepi sungai Han dulu. Di sana mereka saling berbincang.

"Kau ini Yunho~yah. Dasar gila. Hahahahaha", gurau Jaejoong. Ia tertawa puas sekali karena merasa geli mendengar gombalan-gombalan Yunho.

Cuuuppp
Yunho mendaratkan ciuman di pipi Jaejoong. Wajah Jaejoong kini benar-benar memerah. Ia terkejut sambil menyentuh pipinya yang terasa panas. Dan Yunhopun benar-benar salah tingkah. Ia menutup bibirnya dengan telapak tangannya.

"Huah dia menciumku, bisa tambah gila aku ini.", pikir Jaejoong dalam hati.

"Mian jagiya, tidak sengaja.*sok iye*", kata Yunho dengan senyum menyesalnya. Sebelah tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Empuk sekali pipinya.", batin Yunho.

"Kau ini memang genit.", canda Jaejoong. Yunho hanya tersenyum geli.

Yunho mengantarkan Jaejoong pulang. Sesampainya didepan rumah Jaejoong, Yunho mendapati 'wanita'nya sudah tertidur pulas. Ia membiarkan saja, karena tidak tega untuk membangunkannya.


-Yunho POV-

Cantik sekali, benar-benar seperti malaikat saat ia tidur. Aku membelai lembut wajahnya dengan punggung jari-jariku. Kulitnya halus sekali. Akupun mendekatkan wajahku. Ingin sekali mencium bibir mungilnya yang merah.

"Ehhhmmmm.", ia menggeliat dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Dengan refleks aku menjauhkan wajahku, membuatku mengurungkan niatku. Tau saja kalau aku ingin menciumnya. Dasar.

"Ah, sudah sampai ya? Aku ketiduran. Kenapa tidak membangunkanku.", katanya saat benar-benar sadar.

"Tidurmu pulas sekali jagi.", kataku. Ia hanya tersenyum.

"Aku masuk ya, terimakasih hari ini.", ujarnya. Akupun mengantarnya sampai pintu rumahnya.

"Lanjutkan tidurmu ya. Sampai bertemu besok.", kataku. Aku mencium telapak ibu jariku lalu ku tempelkan ibu jariku di bibirnya. "Selamat malam jagiya.", lanjutku. Lalu aku beranjak ke mobilku. Namun tangannya menahan kepergianku dengan tangannya yang menggenggam tanganku. Akupun membalikan badanku. "Ada apa?", tanyaku.

"Hati-hati ya. Selamat malam.", ucapnya. Lalu melakukan hal yang sama denganku tadi. Namun sifat jahilku muncul, saat ibu jarinya menempel di bibirku. Aku menggigitnya dengan keras.

"Ah Yunho~yah, sakiiittt.", teriaknya manja.

"Hehehe, iseng jagi. Aku pulang ya. Selamat malam.", pamitku. Namun sebelum pergi, dengan berani aku mengecup bibirnya singkat. Lalu langsung kabur karena ternyata aku malu. Aku tidak berani menatap wajahnya.


-Jaejoong POV-

Aish, tadi itu. Aku bisa merasakan bibirnya walaupun hanya sekejap. Aku kini terpaku menatap punggungnya yang semakin lama lupu dari pandanganku.

-----------------------------------------------------------------------------------

Yunho berkunjung ke rumahku mengejutkanku, dan lagi- lagi aku berdalih kalau Jae hye tidak ada dirumah.

Yunho masuk ke rumahku. Ia mau menunggu Jae hye, sampai kapanpun tidak akan datang. Karena aku lagi malas menyamar.

"Sedang apa?", tanyanya padaku yang daritadi memang sedang memasak. Aku lapar.

"Memasak.", kataku dengan lagak asliku, TENGIL.

"Kau bisa memasak?", ujarnya tidak percaya. Dia menghampiriku ke dapur.

"Bisalah. Memangnya kau tidak bisa? Payah sekali.", ledekku dengan senyum jahil.

Aku ingin mengambil wajan di rak paling atas, tanganku menggapai-gapai, namun tidak sampai. Tiba-tiba dari belakang sebuah tangan membantuku mengambilkan wajan yang kumaksud. Kepalaku menoleh ke belakang, jarak kami terlalu dekat. Harum tubuhnya menusuk penciumanku. Aku terus saja memandangi kekasihku itu. Bukan, tapi kekasihnya Jae hye. Tapi aku dan Jae hye sama saja.

"Ini, begitu saja tidak sampai. Sekarang yang payah siapa? Hahaha.", ejeknya. Menyodorkan wajan padaku. Aku memicingkan mataku.

"Jangan meledek, aku tidak restui dengan Jae hye nanti. Itu kan karena tanganku tidak sepanjang tanganmu, tapi aku tidak pendek. Hanya beda sedikit darimu.", kesalku. Aku lihat dia tersenyum lebar, dan kedua tangannya saling menepuk sebagai permintaan maaf.

"Jaejoong-ssi, apa Jae Hye suka membicarakanku?", tanyanya sambil menopang dagunya di meja sembari memperhatikanku.

"Hah? I.ya. Katanya kau tampan, baik, dan ia begitu mencintaimu. Jangan bilang-bilang padanya, aku membocorkan ini padamu.", gurauku. Ia tersenyum geli. Itu memang benar adanya.

"Yang benar?", tanyanya meyakini.

"Iya, kau tidak percaya pada kakak iparmu?", sinisku. Aktingku sepertinya sempurna sekali. Bagaimana kalau ia tau, aku Jae hye? "Apa kau benar mencintai adikku?", tanyaku.

"Sangat. Setiap aku melihat wajah dan matanya, aku semakin mencintainya.", katanya. Aish, Yunho~yah aku mencintaimu.


-Yunho POV-

Setiap aku melihat mata dan wajah pria dihadapanku juga membuat hatiku tidak jelas. Mungkin, karena aku jadi teringat Jae Hye. Tapi tatapan matanya benar-benar seperti Jae hye. Tidak ada bedanya sama sekali.

Kami sudah selesai makan. Sambil menunggu Jae Hye pulang, kamipun main kartu. Yang kalah di coret dengan bedak.Tapi sayangnya aku terlalu sering kalah, wajahku benar-benar penuh bedak. Sedangkan dia hanya beberapa kali.

"Asik aku menang.", senangku. Saatnya balas dendam. Ia memejamkan matanya, berusaha menghindar. Cantik sekali, tanpa sadar aku mendekatkan wajahku. Nafas hangatnya berhembus di wajahku.

"Yunho-ssi lama sekali.", serunya. Ia membuka matanya.

Dengan segera aku mencoret wajahnya dengan bedak. Aku sudah gila, dia bukan Jae hye, walaupun kembar.

"Aish, ini sudah sangat malam. Mengapa Jae hye belum pulang.", tanyaku mengalihkan kesalah tingkahanku.

"Kalau jam segini belum pulang, biasanya dia menginap dirumah Ahnka, temannya.", beritahunya. Ternyata begitu, malam ini tidak bertemu dengannya. Padahal aku merindukannya.

"Kalau gitu aku pulang ya.", pamitku lesu.

"Lebih baik begitu. Sudah sana pulang. Hehe.", usirnya. Namun bercanda.

"Jaejoong-ssi, bilang padanya. Aku mencintainya.", kataku iseng.

"Huah, kau di depanku berani seperti itu.", sautnya. Sambil sebelah tangannya hendak memukul kepalaku. Namun aku keburu kabur.

"Selamat malam kakak ipar.", teriakku sedikit berlari.


-Author POV-

"Dasar Yunho~yah.", dumel Jaejoong.

-------------------------------------------------------------------------------

Jaejoong hari itu sangat lelah, ia beristirahat di ruang loker pekerja.
"Kenapa? Tadi malam tidak tidur lagi?", tanya Ahnka yang duduk disamping Jaejoong.

"Ya begitulah, ah panas sekali.", eluh Jaejoong. Ia melepas wignya.

Yunho yang memang seharian belum bertemu Jae hye, mencari tau dimana keberadaan Jae hye, dan semua mengarah ke loker pekerja. Yunho yang sudah merindukan Jae hye langsung pergi kesana.
Saat hendak membuka pintu, ia mendengar Ahnka memanggil Jae Hye dengan Jaejoonggie. Dengan perlahan ia membuka pintu sedikit untuk mengintip. Matanya terbelalak melihat Jaejoong dengan wujud Jae Hye, lebih tepatnya Jae Hye dengan wujud Jaejoong.
"Jaejoonggie pakai wigmu, kalau ketahuan pekerja lain. Bisa gawat.", tegur Ahnka.

"Tidak akan ada yang lihat, aku terlalu kepanasan.", ngeyel Jaejoong.

"Terserahlah. Tadi malam kenapa tidak bisa tidur?", tanya Ahnka lagi.

"Karena aku terus memikirkan kekasihku itu. Tadi malam dia ke rumahku, dan kami habiskan malam bersama dengan aku sebagai Jaejoong.", jelas Jaejoong.

"MWO? Kenapa bisa seperti itu?", heran Ahnka.

"Bisalah, kan aku mengaku kembarannya Jae Hye. Padahal aku adalah Jae Hye. Aku senang sekali bersamanya tadi malam. Aku benar-benar mencintainya. Tidak bisa aku bayangkan. Jika ia tau aku dan Jae Hye satu orang.", ujar Jaejoong. Ia menyandarkan diri ke sandaran kursi.

Yunho semakin terkejut mendengar pernyataan Jaejoong. "Sial selama ini aku dibohongi. Dan bodohnya aku mencintai seorang pria.", kesal Yunho. Ia membuka kasar pintu selebar-lebarnya.

"SONGSAENGNIM?", kaget Jaejoong dan Ahnka. Mata mereka benar-benar terbelalak. Dengan cepat Jaejoong menggunakan wignya lagi.

"Bisa tinggalkan kami.", pinta Yunho pada Ahnka. Ahnkapun menurut, ia keluar. Namun ia menguping pembicaraan mereka dari luar.

"Jadi ini? Apa maksudmu melakukan ini semua JAE HYE?", teriak Yunho tepat depan wajah Jaejoong. "Bukan, Jae hye. Tapi Jaejoong.", sindir Yunho. Jaejoong menunduk ketakutan.

"A..ku.. bu..tuh.. ua..ng..", jelas Jaejoong terbata-bata.

"Aish, bukan itu. KENAPA KAU MEMBUATKU JATUH CINTA PADAMU? KENAPA KAU MENERIMA CINTAKU? Padahal kau tau, kau ini pria. Apa kau memang suka mempermainkanku? Selama ini aku bersama pria. KENAPA?", bentak Yunho. Terkadang nadanya tinggi, melemah, kemudian meninggi lagi.

"Itu karena.....", Jaejoong menggantungkan kata-katanya. Ia tidak tau mau menjelaskan apa.

"Mulai sekarang jangan pernah kau munculkan lagi wajahmu dihadapanku. Mulai detik ini kau aku PECAT. Sekarang kau pergi. PERGI.", teriak Yunho membentak. Karena tak kuasa menahan emosinya, Yunho menyandarkan keningnya di tembok. Dan tangannya terus saja meninju-ninju tembok itu. Jaejoong tidak tega melihatnya, ia menyentuh pundak Yunho.

"Yunho~yah, maafkan aku.", kata Jaejoong. Namun, Yunho menepis tangan Jaejoong.

"Aku bilang PERGI.", usir Yunho. Setelah membereskan semua barang-barangnya Jaejoong keluar ruangan dengan berlinang air mata. Di depan pintu ia berpapasan dengan Ahnka.

"Jaejoonggie.", Ahnka menggenggam tangan Jaejoong.*pengennya* Jaejoong hanya tersenyum kecil, tanda ia ingin sendiri. Ahnkapun melepas genggamannya, dan membiarkan Jaejoong pergi.

---------------------------------------------------------------------------------

Tiga hari sudah Yunho tidak pergi ke restaurant. Ia kini dalam depresi tingkat tinggi. Tidak keluar kamar, keadaan wujudnya juga benar-benar berantakan. Ia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan, bahwa wanita yang ia cintai merupakan seorang pria. Ia merasa dibohongi mentah-mentah olehnya.

"Kim Jae Hye, kau SIALAN.", umpat Yunho. Ia melempar foto Jae Hye ke lantai sampai kacanya hancur berkeping-keping. "Namun aku terlanjur mencintaimu.", lirih Yunho. Bayang-bayang Jae Hye sulit dilupakan.

Begitupun Jaejoong, ia benar-benar malas melakukan apapun. Ia lebih senang di dalam kamarnya merenungi kebodohannya selama ini. Bahkan rumahnya berantakan, tidak terurus olehnya.

"Seharusnya aku mendengarkan kata-katanya. Seharusnya aku tidak mencintaimu. Yunho~yah, maafkan aku.", sesal Jaejoong. Ia menutup dirinya dengan selimut. Air matanya jatuh berlinang.

--------------------------------------------------------------------------------

Kini Yunho sudah mulai bisa mengontrol perasaannya, ia kembali mulai dengan aktivitas.

-Yunho POV-

Aku memulai lagi aktivitasku. Sialnya, bayang-bayang Jae Hye tetap menghantuiku. Saat aku memperhatikan pekerja, yang muncul wajahnya. Saat aku ke dapur, bayangannya memenuhi dapur. Setiap sudut restaurant dipenuhi olehnya.

Namun yang aku bingung setiap aku menutup mataku, pasti selalu muncul wajah Jaejoong yang tersenyum padaku dengan tatapan mata dalamnya. Aku menyentuh bibirku, bibir ini mengecup bibir seorang pria. I'm Crazy. Terlebih dia, he's so crazy.

Aku tidak bisa melupakannya. Entah Jae Hye ataupun Jaejoong, tak bisa aku lupakan. Aku rasakan hembusan nafas hangatnya di wajahku. Mengingat tubuhnya hanya dengan kaos singlet. Saat aku menyentuh wajahnya ketika mencoretnya dengan bedak. Tawanya yang lepas, saat aku kalah main kartu. Masakannya. Bibir merahnya yang polos. Huah, itu semua saat dia menjadi Jaejoong. Aku benar-benar gila.

Aku memanggil Ahnka ke ruanganku. Ia datang dengan wajah yang tegang.

"Bagaimana kabarnya?", tanyaku langsung. Sepertinya ia mengerti siapa yang ku maksud.

"Tidak baik Songsaengnim.", jawabnya.

"Maksudmu?", tanyaku tidak mengerti.

"Ia terus menangis jika mengingatmu.", jelasnya. Aish, kenapa harus seperti itu.

"Bisa jelaskan padaku, mengapa dia jadi seorang wanita.", pintaku. Iapun menjelaskan panjang lebar apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata ia sendiri, tanpa keluarga. Ia rela seperti itu hanya untuk memenuhi kehidupannya. Aku merasa bersalah memecatnya, tapi jika ku ingat dia membohongiku. Rasanya, ingin sekali aku marah.

"Maafkan, aku lancang Songsaengnim. Tentang, hubungan kalian. Ia menerimamu, karena ia benar-benar mencintaimu. Ia hanya ingin bersamamu, walaupun ia tau, ia harus menanggung resikonya. Salahnya hanya satu, ia menutup akal sehatnya. Ia terlalu berani untuk mencintai seorang pria.", kata Ahnka panjang lebar. Aku lihat matanya berkaca-kaca saat menceritakan ini padaku. Perasaanku semakin tidak menentu.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku tidak tahan dengan semua perasaanku. Aku berusaha membencinya, namun apa yang terjadi. Aku malah semakin mencintainya. Mencintai seorang pria yang dulu aku anggap seorang wanita. Mata dan wajahnya selalu menghantui hari-hariku. Aku memang sudah gila, namun aku tidak bisa menyangkalnya. Aku merindukan KIM JAEJOONG.

Aku memakirkan mobilku di depan rumahnya. Halaman rumahnya berantakan sekali, dan rumahnya terlihat remang. Aku masih menimbang keinginanku. Apakah aku harus bertemu dengannya? Kerinduanku mendorongku untuk mengatakan IYA.

Tok.tok.tok
Aku mengetuk pintu rumahnya. Tak lama muncul pria yang aku cintai membukakan pintu. Sudah lama tidak melihat wajahnya. Bisa aku lihat jelas, ia benar-benar terkejut mendapatiku berdiri di hadapannya. Tapi kantung matanya terlihat jelas sekali. Matanya jadi tidak seindah biasanya.

"Malam Jagiya.", sapaku. Matanya semakin membulat. "Kenapa diam? Aku kan masih kekasihmu. Boleh aku masuk?", lanjutku sambil menggibaskan tanganku di depan wajahnya.

"Silahkan masuk.", ramahnya. Aku yakin dia heran dengan sikapku. Aku sendiri saja heran apalagi dia. Akupun masuk ke rumahnya. Benar-benar berantakan.

"Jaejoong~yah, aku mencintaimu.", kataku langsung tanpa babibu lagi. Entah mengapa kata-kata itu keluar begitu saja. Tidak bisa ditahan lagi. Akupun memeluknya erat. Terserah dia mau bilang apa, aku mencintainya.

"Yunho~yah, bukannya kau marah padaku?", tanyanya. Aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Kata siapa? Aku marah pada kembaranmu, tidak marah padamu.", kataku jahil padanya. Aku meregangkan pelukanku. Aku lihat wajahnya tersenyum.

"Jadi tidak marah. Aku senang mendengarnya.", ia tampak riang. Akupun ikut senang.

"Saranghaeyo, jagiya.", kataku lagi.

"Na do Saranghaeyo.", sautnya. Akupun meraih tengkuknya. Dengan cepat kucium lembut bibirnya. Aku rasa ia terkejut, namun akhirnya. Dapat kurasakan ciuman balasan darinya.


-Author POV-

Yunho mengulum lembut bibir Jaejoong, lidahnyapun ia mainkan di dalam mulut Jaejoong.

"Emmmm.", desah Jaejoong begitu menikmati. Tangan Yunho mengendap-endap ke dalam kaos Jaejoong. Ia membelai lembut punggung Jaejoong dengan gerakan sensual. Jaejoongpun membalasnya dengan melumat bibir Yunho lengkap dengan jilatan-jilatan menggairahkan di bibir Yunho.

--------------------------------------------------------------------------

"Pagi Jagiyaku.", sapa Yunho. Ia memeluk Jaejoong dari belakang.

"Genit sekali. Aku disini pekerjamu songsaengnim. Jadi lepaskan aku. Nanti kalau dilihat para pengunjung bagaimana?", sergah Jaejoong. Ia mencubit lengan Yunho.

"Biarkan saja, apa peduliku. Yang penting aku sedang merindukan jagiyaku.", manja Yunho. Ia melepaskan pelukannya.

"Manja sekali. Tapi aku sedang kerja. Sudah sana.", usir Jaejoong dengan mata melotot.

"Seram sekali. Iya, aku tidak akan mengganggumu. Tapi kalau lihat dari jauh boleh ya?", ngeyel Yunho.

"Iya, sudah sana pengganggu.", gurau Jaejoong. Yunho mengecup pipi Jaejoong, lalu langsung kabur.

Kini Jaejoong berkerja lagi di restaurant milik Yunho. Namun, sebagai Kim Jaejoong bukan Kim Jae Hye.

---------------------------------------------------------------------------------------







END

Fan Fiction.. You're Mine.. HanChul..

Pairing

- Han Geng / Han Kyung


- Kim Hee Chul

- Kim Hyo In (KimHilda Joonggie Cassiopeia)




Let's get the story..

>>>>>>>>>>>>>>>


"Pagi Jagiya.", sapa Hyo In sambil mengecup pipi Hangeng saat mendapati suaminya baru bangun tidur.

"Pagi.", balas sapa Hangeng. Ia tersenyum.

"Ayo sikat gigi, cuci muka. Terus sarapan. Aku sudah memasak.", suruh Hyo In, ia mengedipkan matanya.*kenape lg*

"Masih dingin.", eluh Hangeng. Ia bergelung lagi dengan selimutnya.

Hangeng dan Hyo In adalah pasangan pengantin baru. Baru dua bulan mereka menikah. Dan penuh rahasia dibalik pernikahan mereka.

"Kau ini, yasudah. Aku mandi dulu.", kata Hyo In. Hangengpun menanggapinya dengan acuh tak acuh.

...............


-Hangeng POV-

Setiap dua kali seminggu, pada malam hari aku selalu menyempatkan diri pergi ke sebuah club. Bukan sembarang club, ini club untuk para gay. Yupz, aku seorang gay. Aku memang mempunyai istri, tapi bukan berarti aku menyukai wanita. Aku seorang biseksual. Namun yang aku cintai adalah seorang pria. Aku melihat priaku melambai dari jauh. Dulu dia pekerja disini sebagai penari erotis merangkap pekerja seks komersial pria yang mampu menaklukan hatiku. Sudah lima tahun kami bersama. Sejak kami berhubungan, aku tidak mengijinkannya lagi untuk menjadi semua itu. Aku ingin sepenuhnya ia milikku, tanpa ada pria lain yang menjamah tubuh seksinya. Hanya boleh aku, satu-satunya.

"Lama sekali jagiya.", kesalku berpura-pura marah. Aku kesini agar dengan bebas bertemu dengannya. Selain pria, tidak boleh ada yang masuk.

"Jangan marah, tadi restaurant masih ramai jagiya.", rajuknya sambil membelai wajahku dengan jari-jari tangannya. Aku menikmatinya. Agar ia lepas dari pekerjaan ini. Aku memberinya sebuah restaurant untuk ia kelola. Dengan cepat aku menariknya ke dalam pelukanku, dan seperti kilat aku mencium bibirnya. Ia mendorongku pelan.

"Jangan mulai genit.", protesnya. Ia membalikan badannya dan bersandar di tubuhku. Aku memeluknya dari belakang. Kami menikmati tarian sepasang pria bertelanjang dada yang disuguhkan.

"Dulu aku yang disitu.", celetuknya. Aku mencium puncak kepalanya.

"Iya, dan kau yang terbaik.", gurauku. Ia hanya tertawa kecil.

.........


-Heechul POV-

Selain hari Rabu dan Sabtu aku jarang bertemu dengannya. Tidak seperti dulu, saat dia sepenuhnya milikku. Aku bisa bertemu dengannya setiap hari. Sekarang aku harus membaginya. Tapi aku senang. Walau seperti itu, setiap hari dia selalu meneleponku. Seperti sekarang, suaranya jelas ditelingaku.

HG : Jagiya, sedang apa?

HC : Sedang mencari selingkuhan.

Aku tertawa saat mengatakan itu. Aku tau dia pecemburu berat.

HG : Enak saja, tidak boleh. You' re mine.

HC : Pelit, padahal dihadapanku ada namja imut. Namanya, Lee Hong Ki.*gara2 acara apa gto ichul kan jd deket sm LHK*

HG : KAU TIDAK BOLEH DEKAT-DEKAT DENGANNYA.

Aku dengar nadanya mulai meninggi, selalu seperti ini. Jika, aku menggodanya.

HC : Apa?

Jawabku mengeyel, berlagak tidak peduli.

HG : Kau jangan main-main.

HC: Iya, jagiya. Jangan marah-marah terus.

HG : Ingat, tidak boleh.

Nadanya mulai manja, dan itu membuatku gemas.

HC : Menggemaskan sekali. Jika kau ada disini aku akan mencubitmu.

Aku seperti bicara dengan anak kecil saja. Ia disana tertawa keras sekali.

HG : Aku ke tempatmu ya, jagiya.

HC : Memangnya, tidak kerja?

HG : Seharusnya kerja, tapi aku mau denganmu saja.

Terserahlah apa katanya, aku setuju saja. Karena memang aku merindukannya. Teleponpun ia putus.

Dulu aku adalah primadona di club. Jadwal tampilku selalu dipenuhi pengunjung yang memang sudah terbuai dengan tarianku. Para pria disana memanggilku cinderella karena wajah cantikku bak kecantikan putri-putri di negeri dongeng. Selain itu, aku mendapat julukan si penebar ciuman, karena setiap aku tampil diatas panggung para pria itu selalu meminta ciuman dariku. Tentu saja, dengan berlembar-lembar uang diselipkan di celanaku. Dalam sekali tampil, aku bisa menebar ciuman pada lebih dari 20 pria. Salah satunya dia. Dan, setiap aku menciumnya. Ada getaran lain di hatiku. Semenjak itulah aku tau dia satu-satunya pria yang aku mau. Aku mencintai pria keturunan Cina itu. Hangeng gegeku.

"Aish, jagiya melamun saja.", seseorang mengejutkanku. Itu dia, my lovly gege. Berhubung di ruanganku. Tanpa segan-segan, aku mencium bibirnya dengan kasar dan diapun membalasnya.

"Sudah jagi, aku tidak bisa bernafas.", pintanya tidak jelas. Aku melepas ciumanku. Dan tersenyum padanya. Pangeran tampanku kini dihadapanku. Hanya ada aku dan dia.

Sudah sore, akupun mengantarnya ke depan, ia merangkul bahuku. Namun dengan cepat ia melepaskan, saat dua orang wanita memasuki restaurantku.

"Jagiya.", Hyo In istrinya sedikit terkejut. Namun, ia memberikan senyum termanis untuk suaminya.

"Kau disini Hyo In?", aku lihat gegeku gugup bukan main. Kasian sekali. Mengapa Hyo In harus datang kesini. Aku tau dengan jelas wajah Hyo In, karena itu aku mengenalinya. Tapi, tidak dengannya. Tidak ada yang ia tau tentangku.

"Iya, aku bersama Ahnka*pen eksis* tadi habis dari rumah sakit mengantarnya periksa kandungan. Ku kira kau sedang di kantor.", jelas Hyo In. Ia sedikit mendekat pada gegeku. Aku lihat gege melirik padaku. Aku tersenyum, dan menahan tawa. Aku tau, dia takut aku marah.

"Annyeong haseyo.", kataku menyapa mereka sambil sedikit membungkuk.

"Annyeong. Kau siapa?", tanya Hyo In.

"Naneun Heechul imnida. Rekan kerja Hangeng-ssi.", jelasku. Aku lihat gege merengut padaku. Tapi aku malah tersenyum.

"Hyo In imnida. Ini temanku Choi Ahnka.", katanya. Untuk pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Hyo In. Dan untuk pertama kalinya gegeku, diam tidak bisa berkata apa-apa. Kalau, aku mau kejam. Aku bisa membuka semuanya saat ini juga.

..............


-Author POV-

"Kenapa tidak pernah cerita padaku kau punya teman bernama Heechul.", tanya Hyo In sebelum mereka tertidur.

"Untuk apa aku cerita. Tidak penting kan.", jawab Hangeng.

"Aku kan hanya ingin tau teman-temanmu jagiya.", saut Hyo In. Ia memeluk manja suaminya.

"Pokoknya, dia itu teman dekatku.", Hangeng tersenyum pada Hyo In, ia memeluknya dan sedikit mengecup bibir Hyo In. Agar istrinya diam.

"Aish, aku mencintaimu.", kata Hyo In. Ia menyembunyikan wajahnya di tengkuk Hangeng.

"Hmmm.", Hangeng hanya bergumam. Tanpa memberi balasan apapun.

Hangeng bangkit dari tempat tidur ketika Hyo In sudah tertidur. Ia pergi keluar dan mengambil ponselnya. Ia mendial nomer Heechul.

HG : Yeobohaseyo jagiya.

HC : Jagi, ada apa malam-malam telepon?

HG : Rindu padamu, aku kesal mendengarmu bilang aku rekan kerjamu.

HC : Lalu, aku harus bilang apa?

HG : Seharusnya, kau bilang kau kekasihku. Hehehe.

HC : Boleh aku bilang seperti itu?

HG : Seharusnya boleh, tapi tidak jadi.

HC : Bagaimana istrimu? Dia curiga?

HG : Tidak, maaf ya aku menduakanmu. Jagiya, tapi aku hanya mencintaimu.

HC : Iya aku tau. Aku kan yang menyuruhmu menikah. Kau ini.

Memang Heechul yang menyuruh Hangeng menikah, dikarenakan orang tua Hangeng sudah mendesak. Tadinya Hangeng ingin mengakui semua. Tapi Heechul melarangnya, ia tidak mau Hangeng bermasalah.

HG : Saranghaeyo jagiya. Muaahh.

..........

Selama perjalanan, mata Heechul ditutup dengan kain.

"Jagiya kita sudah sampai. Tidak boleh mengintip.", Hangeng menuntun jalan Heechul.

"Kita dimana? Jagiya, aku tidak bisa melihat, jahat sekali.", kesal Heechul. Hangeng yang melihatnya, hanya terkekek-kekek.

"Taraaaaaa..", teriak Hangeng. Saat membuka kain penutup mata Heechul. Kini dihadapannya terdapat sebuah rumah sebagian berdinding kaca yang terlihat sangat asri dan megah.*rumah di dramkor full house*

"Rumah siapa?", tanya Heechul datar.*bego*

"Ini rumah kita jagiya, aku membelinya. Bagus tidak?", Hangeng memeluk Heechul dari belakang. Heechulpun tersenyum.

"Bagus, tapi kau sudah membelikanku rumah. Kenapa harus menghamburkan uang lagi.", tegur Heechul.

"Itu kan rumah milikmu, kalau ini aku membelinya untuk kita dan anak-anak kita.", ngeyel Hangeng ia tersenyum lebar tanpa rasa bersalah dengan tangan yang mengelus-elus perut Heechul. Heechul tertawa kecil.

"Kau ini. Aku ini pria tidak bisa mengandung anakmu.", ujar Heechul. Ia geli sendiri jadinya.

"Hehehe, tapi kan kita bisa membuatnya.", goda Hangeng. Ia semakin memeluk Heechul. Heechul membalikan badannya.

"Mau ya? Nanti malam aku berikan, asal menginap dirumahku.", kata Heechul dengan kedipan matanya.

"Kenapa harus nanti malam, sekarang saja. Sekalian mencoba tempat tidur baru kita.", protes Hangeng. Ia memajukan bibirnya.

"Jagiyaku sudah tidak sabar ternyata. Kalau aku wanita, aku pasti sudah melahirkan banyak anakmu.", gurau Heechul, ia mengecup bibir Hangeng. Dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Hangeng.

"Aku tunggu di kamar.", teriak Heechul dari dalam, dengan cepat Hangeng menyusul masuk.*sisanya bayangin aja sendiri*

Akhir-akhir ini Hangeng selalu merindukan Heechul. Sehingga jarang sekali ia masuk kerja.

................


-Hyo In POV-

Sudah malam, jagiya belum juga pulang. Apa mungkin dia tidak pulang lagi. Akhir-akhir ini dia jarang sekali pulang. Dan yang pasti setiap hari Rabu dan Sabtu dia tidak pernah pulang. Kasian sekali dia harus lembur kerja.*maunya si hilda diboongin*

Aku mengenalnya empat bulan yang lalu, karena dia temannya Jaejoong-ssi suaminya Ahnka.*bube exis* Saat itu kami berempat tidak sengaja bertemu, aku sedang makan dengan Ahnka di sebuah restaurant Jepang. Yang ternyata mereka juga disana.*bebe ngapain sama gege?curiga.* Dan kami berkenalan. Tampan, itu yang ada dipikiranku saat itu. Hanya tiga kali kami tidak sengaja bertemu.
Namun yang aku heran.....

Namun yang aku heran, sebulan kemudian. Ia langsung melamarku, dengan berbagai kata-kata yang membuatku terbuai dan mengatakan iya.*itu kata2ny diajarin ichul* Kami menjalani hubungan kekasih setelah ia melamarku.*huah si hilda mau aja lg* Selama dua bulan aku menikah, ia baik padaku. Akupun sangat mencintainya. Jika aku boleh menyimpulkan dari sikapnya, ia juga mencintaiku. *pd bgt* Walaupun ia tidak pernah mengatakannya. Aku tau sulit untuk pria mengatakan itu.

Tak lama ada pesan masuk dari dia.

From : Jagiya
Hyo In, aku lembur. Jadi tidak usah menungguku. Kau tidur saja. Sleeptight.. :-)

Akupun membalasnya.

To: Jagiya
Jangan terlalu lelah. Selamat malam jagiya.


-Heechul POV-

Aku menahan tawaku, membaca pesan yang ia kirimkan pada istrinya.

"Kejam sekali, memangnya lembur apa? Masuk kerja juga tidak.", sindirku. Ia tertawa. Dan menyerangku. Kini ia ada diatasku.

"Lembur denganmu jagiya. Pekerjaan kita belum selesai.", katanya. Ia mengerling nakal. Terlalu lelah aku meladeninya. Ini sudah ronde ke empat.*wakakakak, gempor2 dah*

"Sudah cukup, minta pada istrimu saja nanti. Aku mau tidur.", tolakku. Namun ia tidak ada matinya. Tetap memaksa, ya akhirnya aku turuti.*ronde 5 dimulai*

..............

Seminggu aku tidak bertemu dengannya, aku melarangnya. Terserah ia mau merengek atau apalah, tapi aku tetap melarangnya. Aku tau akhir-akhir ini dia selalu bersamaku. Aku tidak mau ia melupakan istrinya.*sok bae* Ini juga demi kelancaran hubungan kami, agar istrinya tidak curiga.

From: My lovly gege
Aku benci padamu. Aku merindukanmu, tapi kau jahat.

Ini pesan yang sama setiap jamnya ia kirimkan padaku. Sampai bosan aku membacanya. Kasian juga, mungkin seminggu sudah cukup untuknya.

To: My lovly gege
Kasian sekali, yasudah aku akan ke kantormu. Saranghaeyo jagiya. Jangan marah-marah.

Tak lama ia meneleponku, inti dari pembicaraan kami. Dia senang sekali karena kami akan bertemu. Dan yang pasti ia sangat menunggu kedatanganku. Akupun langsung melaju ke kantornya.


-Hangeng POV-

Seminggu tanpa wajahnya membuatku stres. Magnet antara kami terlalu kuat, jadi selalu inginnya tarik menarik. Empat hari dalam seminggu aku habiskan dengan istriku. Rasanya menyenangkan tapi lebih memuaskan saat bersama Heechulku.

Aku berpesan pada sekretarisku, tidak boleh ada yang masuk ruanganku, siapapun itu. Dan sepenting apapun. Aku beralasan ada meeting sangat penting. Aku tidak mau ada yang mengganggu kami. Aku sudah merindukannya.

"Baru tidak bertemu seminggu, sepertinya semakin cantik saja.", pujiku padanya saat ia baru masuk ruanganku dan mendekat pada tempat dudukku. Ia menyunggingkan senyumnya.

"Terus, kau semakin jatuh cinta kan padaku?", tebaknya. Dan itu memang benar. Aku mengangguk. Tanganku meraih pinggangnya. Wajahku kini tepat di perutnya. Aku membuka satu kancing kemejanya. Dan aku ciumi perutnya.

"Aish, puasa satu minggu, membuatmu jadi seperti ini. Aku baru datang jagiya.", tegurnya. Aku tidak peduli, aku jilati saja perutnya.

"Sudah cukup, ini di kantormu.", ia melepaskan pelukanku. Dan menjauh. Namun, aku menariknya lagi. Kini ke dalam pangkuanku dengan ia mengahadapku. Aku mengedipkan mataku. Ia tersenyum, kedua tangannya mencengkram kepalaku, dan dengan liar ia mencium bibirku. Mungkin hasrat ini ia tahan selama seminggu. Sama sepertiku, aku membalas semua gerakan liarnya. Tanganku masuk ke dalam kemejanya. Perutnya becek dengan air liurku tadi. Dengan nakal, tanganku turun masuk ke dalam celana dalamnya.*cukup*

Cekleeekk.
"Jagiya aku baw....", suara riang seseorang membuka gagang pintu ruang kerjaku.

Praaangg.
Suara besi terjatuh membentur lantai.

Dengan keterkejutan, kami menghentikan kenikmatan kami. "Hyo In..", dengan cepat, aku langsung memakai kemejaku. Heechulpun bangkit dari meja kerjaku. Ia menutup resleting celananya dan mengancingkan kemejanya. Aku tertangkap basah olehnya, sedikit bersetubuh dengan Heechul di atas meja kerjaku. Mengapa aku lupa, dia akan ke kantorku. Padahal tadi pagi dia bilang, akan mengantar makan siang. Kalau seperti ini, aku tidak tau apa yang terjadi.

"Jagiya, apa yang kalian lakukan?", geramnya. Raut wajahnya antara marah, jijik, sedih, dan terkejut. Sambil menangis, ia pergi berlari dari ruanganku. Aku hanya terpaku.

"Aish, kenapa diam. Kejar dia.", suruh jagiya sambil mendorong-dorongku.

"Percuma jagiya, aku tidak tau apa yang harus aku katakan padanya saat ini. Nanti malam saja, aku bicara dengannya.", jelasku. Aku melihat wajahnya merasa bersalah. "Maaf ya, aku tidak bisa menahannya tadi.", kataku sambil membelai wajahnya untuk menenangkannya.

............

Aku pulang ke rumah, aku sudah sangat siap untuk menceritakan semuanya. Aku melihat ia menangis di tempat tidur. Aku menyentuh pundaknya namun ia menepisnya dengan raut jijik padaku.

"Jangan dekati aku, kau menjijikan.", bentaknya. Ia mengalihkan wajahnya dariku.

"Mianhae. Aku memang seorang...", aku menggantungkan kata-kataku.

"Aku seorang gay, sebelum menikah denganmu, aku sudah menjadi seorang gay. Dan Heechul adalah kekasihku jauh sebelum aku bertemu denganmu.", jelasku. Aku tidak peduli lagi, apa yang akan terjadi.

"Tidak menyangka aku menikahi pria sepertimu. Menjijikan.", makinya. Intinya ia tidak dapat menerima semua keadaanku. Dan aku menyesal akan itu. Apalagi saat aku jelaskan mengapa aku menikahinya.

.............

-Three years later-

"Pagi jagiya.", sapanya. Sambil mengecup pipiku.

"Pagi.", sapaku balik. Aku tersenyum padanya.

"Ayo sikat gigi, cuci muka. Aku lapar. Buatkan nasi goreng Beijing untukku.", pintanya manja. Aku menariknya kepelukanku.

"Masih dingin.", manjaku balik, aku mengecup bibirnya.

"Aish, gege. Kau belum sikat gigi. Jorok.", ejeknya bergurau. Dasar cinderelaku. Mendengarnya, aku malah menciumnya lagi, lalu bangkit dan masuk kamar mandi.

Saat sedang menyikat gigiku, tiba-tiba ia datang memelukku hangat dari belakang.

"Mianhae, jadi seperti ini.", katanya. Setelah kejadian itu. Dalam waktu singkat, aku bercerai dengan Hyo In karena ia tidak bisa menerima semuanya. Akupun sudah meyakini itu. Aku tidak bisa memaksanya untuk terus bersamaku. Cukup aku menyakitinya. Tapi yang lebih membuatnya merasa bersalah. Keluargaku tidak menerima semua ini. Dan aku sudah dicoret dari daftar keluarga. Semua sudah berlalu, aku tidak peduli akan semua, yang terpenting, ia tetap disampingku. Bersamaku, dan tetap mencintaiku. Kami kini benar-benar tinggal bersama.

Aku sudah membersihkan mulutku. Aku membalikan tubuhku. Dan menatap dalam matanya.
"Jangan kau pikirkan lagi jagiya. Ayo kita masak. Kau kan lapar.", ajakku. Namun, manjanya keluar. Ia memajukan bibirnya. Aku tau yang ia inginkan, akupun mencium bibirnya.

Saat sedang asik-asiknya. "Ummaaaa!", teriak Hanchul saat memasuki kamar kami. Dia anak lelakiku dengan Heechul, kami mengadopsinya dua tahun yang lalu. Aku dengar tawanya yang keras saat melihatku kesal karena Hanchul mengganggu kegiatan kami.*haha,anak sendiri jg*

"Aish, anak umma sudah bangun.", katanya sambil menggendong Hanchul. Dia baru berumur 2,5 tahun namun sudah sangat pintar.

"Appa, kenapa cemberut seperti itu?", tanya Hanchul padaku. Akupun mencubit pipinya.

"Ini karenamu, mengganggu appa dan umma.", gurauku. Aku dengar dan lihat tawa kecilnya keluar dari bibir mungilnya. Sangat menggemaskan.

...........





The End.

Fan Fiction.. My Teacher is My Love.. MinKyu..

I'm back with a new story.

YAOI againt.
Now, MinKyu' s times.

Si GENIUS COUPLE...


- Shim Changmin



- Cho Kyuhyun




Let' s get the story..

>>>>>>>>>>>>


-Kyuhyun POV-

Aku heran, sebenarnya aku tidak membutuhkan seorang guru private. Karena memang otakku ini sudah jauh diatas kemampuan rata-rata manusia seumuranku. Setiap semesternya, aku mendapatkan nilai sempurna dan selalu jadi rangking pertama. Namun sialnya, semester ini aku mendapatkan ranking kedua. Ini karena nilaiku berselisih 0,2 point lebih kecil daripada Siwon. Jagoan Fisika di sekolahku. Namun itu semua sudah membuat umma kalang kabut. Ia tidak suka aku hanya menjadi nomer dua. Ia benar-benar orang yang perfeksionis dan menuntut kesempurnaan padaku. Dan itu pula, ia mencarikanku seorang guru private. Umurnya hanya berbeda lima belas hari lebih muda dariku. Namun, aku akui dia memang benar-benar genius. Segala macam kejuaraan tingkat internasional dari berbagai macam jenis mata pelajaran ia menangkan dengan mudah.

"Kyuhyun-ssi, bisa tolong perhatikan saya.", tegurnya begitu dingin saat aku hanya mengetok-ngetok pulpenku di meja. Sayangnya dia begitu kaku seperti es.

"Oke, CHANGMIN SONGSAENGNIM, bisa kan santai sedikit.", jawabku sedikit mengeyel. Dengan gaya seenakku.


-Changmin POV-

Kapan sih dia bisa serius, memangnya hidup ini untuk bersantai. Menjengkelkan sekali melihat dia tersenyum-senyum tanpa dosa. Anak orang kaya ini sebenarnya maunya apa? Apa dia tidak bisa menghargaiku sama sekali. Aku tau kami seumuran, tapi kan disini aku gurunya. Sebenarnya dia pintar, namun sikapnya tidak sesuai dengan otaknya.

"Saya disini, untuk benar-benar mengajar. Bukan untuk bersantai.", jelasku seakan menyindirnya.

"Aish, kau ini. Apa tidak bisa diajak bercanda sedikit.", katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


-Author POV-

Changmin hanya mengganggap perkataan Kyuhyun seperti angin lalu.

"Bisa kita lanjutkan.", tanya Changmin masih dalam ke'dingin'annya. Dia adalah pria yang mengutamkan sebuah ilmu, orang yang idealis, perfeksionis, dan datar. Ia sama sekali tidak tau bagaimana menikmati hidup sesungguhnya. Berbalik dengan Kyuhyun, ia pria yang tau bagaimana caranya menikmati hidup. Ia tau kapan ia harus bersenang-senang dan kapan ia harus mengejar sebuah ilmu, itupun dengan cara yang menyenangkan.

"Tenang saja. Tidak perlu sedingin itu. Ayo kita lanjutkan.", saut Kyuhyun. Ia mengedipkan matanya, karena ia tau ini akan semakin membuat Changmin jengkel.

...........................

Saat hendak sarapan pagi. Kyuhyun yang baru turun dari kamarnya, segera ke meja makan.

"Pagi umma.", sapa Kyuhyun sambil mencium pipi ummanya dan segera duduk di kursinya.

"Bagaimana les privatemu?", tanya ummanya.

"Ya, menyenangkan.", jawab Kyuhyun santai sambil mengunyam rotinya.

"Kalau semester depan nilaimu masih turun, aku kirim kau ke Amerika bersama appamu.", ancam ummanya. Kyuhyun paling malas jika harus ke Amerika, ditambah appanya yang terlalu disiplin. Sehingga, ia terkadang menjadi tentara dadakan jika appanya pulang ke Korea.

"Tenang saja umma, kemarin kebetulan saja nilaiku turun. Siwon benar-benar sedang beruntung.", Kyuhyun malah menghiraukan ummanya dengan bergurau.

"Jangan main-main nak.", tegur umma Kyuhyun. Kyuhyunpun tersenyum lebar.

..........................

Kyuhyun mengantar Changmin sampai pintu, karena kebetulan ia memang ingin keluar rumah.

"Changmin-ssi, aku mau tanya kapan terakhir kali kau tersenyum?", tanya Kyuhyun sambil mengenakan kacamata hitamnya.

"Entahlah, aku lupa. Lagipula kurasa itu tidak penting.", jawab Changmin dingin. Sudah terlalu lama Changmin tidak pernah memamerkan senyumnya. Ini karena ia sudah terlalu sibuk dengan kejuaraan-kejuaraan olimpiade yang ia ikuti. Sampai ia lupa bagaimana cara tersenyum disaat harus tersenyum.

"Hidup ini indah. Aku sarankan, agar kau menikmati hidupmu.", Kyuhyun tersenyum sambil menepuk pundak Changmin. Lalu berlalu mendahului Changmin beranjak masuk ke dalam mobilnya. Tanpa sadar, ujung bibir Changmin tersenyum kecil.

..............................

"Sudah lama menunggu, Changmin-ssi?", tanya Kyuhyun yang baru saja datang karena tadi di sekolahnya, ia dipanggil guru untuk membicarakan Kyuhyun yang ditunjuk menjadi wakil sekolah di olimpiade matematika. Ia membungkukan sedikit badannya pada Changmin.

"Ini sudah terlalu sore untuk telat.", saut Changmin. Aura tampannya terlihat jelas saat prince of ice itu menampakan kedinginannya.

"Masih dingin ternyata. Songsaengnim, sudah aku bilang nikmati sedikit hidupmu.", gurau Kyuhyun sambil merangkul pundak Changmin.

"Bisa kita mulai?", tegur Changmin. Kyuhyunpun hanya tertawa kecil. Lalu kembali ke tempat duduknya.

Pelajaran selesai, seperti biasa Kyuhyun mengantar Changmin sampai pintu karena iapun ingin keluar rumah.

"Changmin-ssi aku mau keluar, apa kau mau aku antar pulang?", tawar Kyuhyun dengan jari yang memutar-mutar kunci mobilnya. "Kau terlalu lama berpikir, ayo masuk mobil.", Kyuhyun menarik masuk Changmin.

Kyuhyun memperhatikan sikap Changmin yang hanya bisa duduk tegak, memandang lurus ke depan.

"Changmin-ssi, aku bosan dengan sikapmu. Ayolah, sesekali bersikap menyenangkan.", tegur Kyuhyun sambil sesekali menengok ke arah Changmin.

"Ini memang aku, dan aku tidak mengerti maksudmu dengan sikap yang menyenangkan.", ketus Changmin, nadanya begitu datar.

"Aish, bagaimana kalau kau ajarkan aku tentang pelajaran dan aku mengajarkanmu cara bersenang-senang. Kau mau?", tawar Kyuhyun. Changmin hanya diam sambil menaikan sebelah alisnya. "Oke deal.", kata Kyuhyun sambil tersenyum penuh kemenangan.

............................

Setelah perjanjian itu, Kyuhyun mengajari bagaimana cara bersenang-senang pada Changmin, yang mereka lakukan saat hari libur atau setelah selesai kegiatan belajar mereka. Main bowling, surfing, dan segala macam cara bersenang-senang yang biasa Kyuhyun lakukan.

Malam itu mereka pergi main biliard, namun siapa sangka. Changmin begitu mahir permainan bola sodok ini. Ia tahu cara bermain yang benar dari buku yang ia baca dan menonton video para atlet biliard berlomba.

"Caramu kurang bagus Kyuhyun-ssi, jika bermain yang benar. Sikumu tidak boleh sekaku ini.", tegur Changmin. Ia membantu memposisikan cara yang benar-benar. Dan secara tidak langsung, ia memeluk Kyuhyun dari belakang.

Deg. Deg.
Kini jantung Kyuhyun berdetak begitu kencang, karena perlakuan ini. Kyuhyun terus saja menatap wajah Changmin. Rasa yang aneh kini muncul dalam hatinya.

.............................

"Kelajuan rata-rata didefinisikan sebagai hasil antara jarak total... Blablabla..", jelas Changmin begitu serius saat mengajar. Namun, Kyuhyun menganggap itu seperti angin lalu, kedua matanya dan pikirannya tidak bisa lepas dari sosok dihadapannya. Ia tersenyum-senyum sendiri.

"Tampan sekali.", puji Kyuhyun dalam hati. Changmin sadar, kalau ia terus saja diperhatikan. Saat Kyuhyun beralih pandang. Kali ini ia yang memperhatikan Kyuhyun. Dan tanpa sadar senyum kecilnya muncul kembali.


Sudah selesai kegiatan mengajar Changmin, kini saatnya ia yang di ajar oleh Kyuhyun. Kyuhyun mengajak Changmin ke sebuah tempat karaoke. Disana ia mencekoki banyak minuman pada Changmin.*wah parah si babykyu*

"Suaramu bagus sekali Changmin-ssi.", puji Kyuhyun saat Changmin selesai bernyanyi. Ia menenggak sojunya.

"Hahahahaha.", Changmin tertawa keras. Lalu menjatuhkan dirinya duduk disamping Kyuhyun.

"Akhirnya ia tau bagaimana tertawa.", senang Kyuhyun dalam hati. "Ayo minum lagi.", ajak Kyuhyun, merekapun bersulang.

"Kyu, apa yang kau ajarkan selama ini adalah bersenang-senang?", tanya Changmin sudah 100% mabuk. Karena, ini pertama kalinya ia minum. Dan dengan cepat, ia sudah mabuk.

"Iya. Dan ini menyenangkan bukan?", saut Kyuhyun, sambil tersenyum sangat manis.

"Kyuhyun-ssi.", panggil Changmin.

"Yee!", Kyuhyun menolehkan wajahnya. Dengan cepat Changmin mencium bibir Kyuhyun. Sontak Kyuhyun terkejut. Ia melepas ciuman Changmin.

"Changmin-ssi, kau sudah gila.", tegur Kyuhyun. Namun, Changmin malah merengkuh leher Kyuhyun.

"Kau bilang aku harus bersenang-senang. Ini menyenangkan untukku.", kata Changmin, sebelum mencium bibir Kyuhyun lagi.

"Aish, aku salah mencekoki minuman pada pemuda lugu ini.*pret, kata bebe jg changmin kalo soal minum lebi jago daripada bebe* Dia benar-benar sudah mabuk.", pikir Kyuhyun dalam hati. Dan membiarkan Changmin merasakan kesenangannya.


-Kyuhyun POV-

Aku membiarkan dia melumat bibirku semaunya, namun ini sudah terlalu lama. Apa ia benar-benar menikmatinya? Aku mencoba membalas lumatannya. Sial, ini lebih menyenangkan dari apapun.*dua namja gila*

Ciuman kami lebih brutal dari sebelumnya. Yang tadi hanya lumatan lembut, kini menjadi kasar. Lidah kamipun bermain di dalam mulutku. Gigitan-gigitan aku berikan di bibir bawahnya.

"Awwwwwww.", erangnya sepertinya kesakitan. Aku bisa merasakan dengan jelas darah keluar dari bibirnya yang aku jilati dan aku telan. Akhirnya ia melepas ciuman kami. Iapun tersenyum padaku dan menyandarkan diri di sandaran sofa. Aku meletakan kepalaku di pundaknya. Senyumnya tadi manis sekali, seperti bukan dia. Ini sisi lainnya yang aku temukan.

............................

Semakin hari, setiap aku perhatikan. Manusia di hadapanku ini terlihat begitu tampan. Membuatku selalu menginginkannya.

"Fokus Cho Kyuhyun.", tegurnya, wajahnya ia letakan tepat dihadapanku. Aku yakin ia dapat menemukan semburat merah di wajahku.


-Changmin POV-

Wajahnya memerah, dia terlihat lucu sekali. Tapi selalu seperti ini, tidak pernah fokus saat aku mengajar.*iyalah*

"Sudah jauhkan wajahmu, dasar.", katanya sambil mendorong wajahku menjauh.

"Tidak sopan, akukan gurumu.", kesalku dengan mata yang aku picingkan.

"Iya songsaengnimku, jangan galak-galak. Nanti kau cepat tua.", guraunya sambil tersenyum manis. Dia yang merubahku, aku tau bagaimana rasanya bersenang-senang. Terlebih bagaimana rasanya mencintai seseorang.


-Flashback-

Kami pergi ke bukit kecil, cukup lama kami berbincang, tertawa riang. Ia merebahkan tubuhnya di rumput dengan berbantalkan tangannya.

"Aku menyukaimu Kyuhyun-ssi. Aku tau bagaimana hidup ini sebenarnya, karenamu.", kataku menatap lurus ke depan. Ia langsung terperanjat dan bangkit dari tidurnya.

"Apa? Kita sama-sama pria. Apa kau yakin?", kejutnya ragu. Mungkin aku sudah gila saat itu. Tapi memang itu yang aku ingin katakan. Aku sadar saat menciumnya di tempat karaoke malam itu, dan aku senang ia membalas ciumanku.

Aku menoleh padanya, menatap dalam matanya dan aku anggukan kepalaku, tanda aku yakin akan semua kata-kataku.

"Tapi ak....", katanya belum terselesaikan, karena aku memotong dengan mengunci bibirnya dengan bibirku. Aku lepaskan ciumanku, saat tangannya membelai pipiku. Aku lihat senyum manisnya. Hancurlah semua jati diriku, yang selama ini aku pegang teguh.

-End of Flashback-

"Bukan saatnya bercanda. Kau harus belajar sungguh-sungguh. Aku tidak mau kau tinggal ke Amerika. Arraseo?", kataku penuh keseriusan. Ia malah mencibirkan bibirnya padaku.

"Iya cerewet.", ngeyelnya malah mengejekku. Lalu ia mencium ujung bibirku. "Ayo belajar.", katanya sambil cengengesan, melihatku yang terus saja memicingkan mataku padanya. Saat seperti ini masih saja bercanda, tapi dia genit sekali.*namanya jg kyu*

.............................


-Author POV-

Segala macam ujian akhir semester sudah ditempuh dengan lancar oleh Kyuhyun, memang seperti biasanya. Dan kini tiba saatnya untuk Changmin dan Kyuhyun menjadi rival. Changmin dikirim sebagai wakil olimpiade matematika dari sekolahnya, begitu pula dengan Kyuhyun. Dari jauh Changmin dan Kyuhyun sudah memberikan hawa persaingan yang ketat. Untuk ini, mereka berdua tidak akan pernah mengalah.*sial, genius couple. Seneng dah gw*

Namun sebelum acara dimulai mereka bukan rival. Tetap saja sepasang 'kekasih'.

"Semangat ya minnieku.", support Kyuhyun. "Tapi aku yang akan menang, hehe.", guraunya lanjut. Changmin tersenyum mendengarnya.

"Iya, tapi kau harus menghadapiku, terlebih dahulu.", tantang Changmin bergurau dengan senyum jahilnya. "Kau benar-benar mempersiapkan ini dengan baik kan?", tanya Changmin.

"Mulai cerewet lagi, setiap hari siapa yang mengajarkan aku panjang lebar. Sampai aku pusing.", sindir Kyuhyun dengan senyum tidak bersalahnya.

"Aish, tidak lucu. Kau ini.", kesal Changmin.

"Siapa yang melucu.", ngeyel Kyuhyun cengengesan, sambil membenarkan gaya rambut Changmin. "Kalau begini kan, minnieku lebih tampan.", genit Kyuhyun lengkap dengan senyum menggodanya. Changmin balas tersenyum dengan mata yang berkeling. Ia mendekatkan wajahnya pada Kyuhyun. Namun, Kyuhyun segera mendorong wajah Changmin.

"Nanti saja, sudah mau mulai. Ayo masuk.", ajak Kyuhyun terkekeh-kekeh, melihat Changmin memajukan bibirnya.*si kyu jahat bener*

..............................

Olimpiade itu menjadikan Changmin keluar sebagai juaranya dan Kyuhyun sebagai juara dua. Walau seperti itu, Kyuhyun senang akan itu.

"Chukkae ya Minnie. Tapi aku belum memberimu hadiah. Kau mau apa?", kata Kyuhyun panjang lebar. Namun, Changmin hanya diam. "Ini saja ya.", Kyuhyun mencium pipi Changmin sampai bekas air liurnya masih menempel disana.*jorok*

"Huh.", Changmin menghela nafasnya.

"Aish, kau tidak senang?", heran Kyuhyun yang aneh pada Changmin karena merengut.

"Belajarmu belum benar Kyu. Seharusnya kau bisa mengalahkanku.", jelas Changmin sedikit kesal. Namun Kyuhyun malah tersenyum.

"Sulit sekali mengalahkan jawaranya olimpiade internasional.", gurau Kyuhyun. "Kau selalu galak kalau berhubungan dengan pelajaran seperti ummaku saja.*baru tau ya? changmin kan galak kalo uda urusan sekolah/pelajaran*", sindir Kyuhyun. Baginya, menggoda Changmin adalah hal menyenangkan. Mau bagaimanapun, sikap serius Changmin tidak bisa dihilangkan.

"Kau selalu ngeyel, kalau aku memberitahumu.", kesal Changmin.

"Iya, kau ini. Maafkan aku. Hehehe.", saut Kyuhyun dengan kedua telapak tangannya saling menepuk tepat di dadanya. Changmin hanya memutar kedua bola matanya.

"Besok, nilaimu keluar kan? Aku yakin nilaimu pasti akan sempurna lagi.", kata Changmin mengganti topik. Dalam hatinya ia masih khawatir. Ia tidak ingin Kyuhyun meninggalkannya ke Amerika.

"Pasti Minnie, otak pintarku kini semakin pintar.", jawab Kyuhyun mantap. Tapi tetap saja Changmin menunggu-nunggu esok hari. Agar dia benar-benar bisa bernafas lega.

.........................

Changmin terus saja mondar-mandir tidak karuan. Ia menunggu Kyuhyun di bukit kecil dimana mereka mengungkapkan perasaan mereka untuk pertama kali.


-Changmin POV-

Hari ini pengumumannya, seharusnya dia sudah datang dari satu jam yang lalu. Namun sampai saat ini, belum juga datang. Aku sebenarnya yakin, dia akan dapatkan nilai sempurnanya kembali. Namun, kata Amerika selalu menghancurkan keyakinanku lagi. Itu mengesalkan.

Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang. Aku tau itu pasti dia.
"Jangan membalikan badanmu, aku tidak ingin kau melihatku dengan mataku yang seperti ini.", sergahnya saat aku hendak membalikan tubuhku. Suaranya serak, seperti habis menangis. Ia memelukku dari belakang.

"Maafkan aku, aku tidak bisa dapatkan nilaiku.", katanya lirih dengan suara yang bergetar. Aku lemas mendengar kata-katanya. Aku harus terpaksa melepasnya ke Amerika. Karena ancaman ummanya bukanlah main-main. Aku membalikan tubuhku.

"Kau bercanda kan?", kataku meyakinkan diriku. Dia menggelengkan kepalanya. Aku memeluknya erat. Tidak mau melepaskannya sama sekali. Tak terasa, setetes air mataku jatuh.

Tapi tiba-tiba, "Hahahahaha.", aku dengar ia tertawa benar-benar keras sekali. Aku heran, dan langsung meregangkan pelukanku.

"Kenapa tertawa?", heranku tidak mengerti.

"Lucu melihatmu ketakutan seperti itu.", sautnya. Lalu memelukku lagi. "Tenang saja tadi aku hanya bercanda. Lihat ini.", katanya. Ia memamerkan buku laporan nilainya padaku. Dan dengan sempurna ia mendapatkan nilai 100 disana. Walaupun ada beberapa nilai 95, 98, 92, 90 bertengger melengkapi nilainya.*huah, si kyu pinter banget. Aku mau* Tapi ini sudah terlalu sempurna. Akupun memperlihatkan senyumku padanya. Walaupun sebenarnya aku kesal, dia membohongiku. Tapi yasudahlah.

"Nilaimu lebih bagus dari nilaiku. Aku hanya dapat enam nilai 100.", kataku sambil memajukan bibirku.

"Hehe, ini kan karena guruku adalah cintaku. Jadinya aku semangat belajar.", katanya yang membuatku senang. "Berarti mulai hari ini aku yang akan jadi gurumu. Okeh.", katanya bergurau dengan senyum jahilnya.

"Bukannya, sudah dari dulu kau jadi guruku. Tapi nilaiku malah turun karenamu.", candaku balik sedikit memicingkan mataku. Dia malah jadi merengut.

"Jadi sekarang sudah bisa bercanda, padahal dulu serius sekali.", sindirnya. Ah, dia itu.

"Diam kau. Kenapa datang telat?", tanyaku galak.

"Hehe. Aku, harus berusaha mengeluarkan air mata dulu biar aktingku berhasil. Dan itu susah. Jadinya telat deh.", katanya memberi alasan yang menurutku menyebalkan, ditambah tampangnya yang tidak ada rasa bersalahnya sama sekali.

"Sudah jangan cemberut saja.", tegurnya. "Aku minta hadiahku sekarang.", pintanya. Aduh aku lupa membelikannya hadiah. Karena kata-kata Amerika membuatku stres.

"Aku lupa mempersiapkannya, maaf ya Kyu.", sesalku penuh.

"Aish, aku minta hadiah ini, bukan yang lain.", katanya sambil menunjuk bibirnya yang sudah dimajukan. Aish, ternyata ia meminta ciumanku. Aku tersenyum lalu mencium bibirnya lembut. Kedua tanganku, aku lingkarkan di pinggangnya. Semakin lama aku semakin melumat bibirnya, ditambah kecapan-kecapan darinya yang membuatku semakin liar. Ia membalas ciumanku, dan kami memainkan lidah kami bersama dimulutnya. Kini air liur kami bercampur tidak dapat di bedakan.*sumpah jorok* Dia memang pencium yang ganas, setiap kami berciuman pasti ia selalu menggigit keras bibir bawahku sampai berdarah dan ia menjilati darah yang keluar dan akan ditelannya. Walaupun ini menyakitkanku, tapi aku menyukainya. Terimakasih babykyuku kau yang membuat perubahan padaku, dan kau sudah bersedia melakukan kesungguhan agar tidak meninggalkanku.

"Saranghaeyo.", kataku sesaat setelah aku melepas ciuman kami. Aku lihat dia tersenyum.

"Na do saranghaeyo, Minnie.", balasnya. Akupun kembali memeluknya erat, disini. Di bukit cinta kami.

......................













The End.


Mian bad ending.

Fan Fiction.. Why He Love Him So Much??? YunJaeWon..

Ini terinspirasi dari FF Forever Love.. Itu lho yang authornya sarap, namanya Priyanka Adindanoor*hehe*..

Tapi ini gak ada hubungannya sama Forever Love..


Hehehe, ini just 1shoot. Tidak akan mengganggu MinKyu..



- Siwon (Korban / Tersangka)


- Jaejoong (Konflik)


- Yunho (Alasan adanya konflik)



Let' s get the story..

>>>>>>>>>>>>>>


Ting. Tong.
Ada yang menekan bel pintu rumah. Siwon yang sedang asik menonton televisi dengan malas-malas membukakan pintu rumahnya.

"Oh, Jaejoong hyung.", katanya saat melihat Jaejoong yang muncul dihadapannya. Jaejoong tersenyum manis pada Siwon. "Masuk hyung!", suruh Siwon sopan, dan Jaejoongpun masuk lalu duduk di sofa.

"Tidak perlu berlagak manis padaku. Dasar Wonnie.", ejek Jaejoong bergurau.

"Ah hyung, kau ini. Hyung, kau mau pergi dengan Yunho hyung ya? Penampilanmu rapih sekali.", tanya Siwon sambil cengengesan.

"Ne.. Aku janji mau nonton malam ini.", jawab Jaejoong begitu lembut dengan wajah riangnya karena berhubungan dengan Yunho.

"Oh, mau aku panggilkan?", tawar Siwon.


-Siwon POV-

Pria cantik ini membuatku penasaran. Mengapa Yunho hyung sangat mencintai dia?

"Tidak perlu, dia tau aku akan datang.", tolaknya begitu manis. Ia bukan seperti pria, melainkan wanita yang terperangkap dalam tubuh seorang pria. Dia cantik sekali, bibir merahnya juga menarik, bahkan lebih seksi dibandingkan wanita manapun. Walau begitu, aku tidak tertarik padanya. Karena aku normal. Namun, karena rasa penasaranku membuatku mendekatkan posisi dudukku dengannya. Aku hirup tubuhnya yang beraroma menggoda. Tapi tetap tidak aku temukan alasan yang tepat sampai membuat Yunho hyung seperti ini. Rasa penasaranku semakin menggila. Aku pandangi Jaejoong hyung, dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.


-Jaejoong POV-

Aku mulai menangkap tingkah aneh Siwon. Dia mendekatkan dirinya padaku dengan tatapan yang benar-benar tidak seperti biasanya. Tiba-tiba dia menyergapku dengan tangan kerasnya yang mendorongku jatuh tertidur di sofa.

"Siwon, apa yang mau kau lakukan? Kau sudah gila. Lepaskan aku.", berontakku mencoba terus melawan dari tingkah aneh Siwon.

"Hyung, jangan banyak bicara!", katanya membentakku. Dengan cepat dia melumat bibirku. Ah, dia benar-benar sudah gila dengan semua ini. Aku menggerakan kepalaku agar terlepas dari ciumannya. Namun, tangan kuatnya mencengkram tengkuk leherku. Sehingga, aku tidak bisa menggerakan kepalaku lagi.

Aku semburkan air liurku, agar ia melepas ciumannya. Namun percuma, ia malah lebih liar lagi melumat bibirku dan menekankan tubuh kekarnya pada tubuhku. Aku coba berteriak, namun lidahnya semakin mengunci mulutku. Karena ia melilitkannya dengan lidahku. Aku benci dengan ini.

"Bunny, tolong aku.", jeritku yang tidak sempat keluar dengan suara. Dia semakin ganas menikmati bibirku. Ini bibir Yunho, bukan miliknya. *haha*

"Siwon, hentikan semua ini.", bentakku disela ciumannya. Tapi, ciumannya yang bertubi-tubi, tidak membuat semua itu terdengar jelas. Bibirnya tetap melengket di bibirku. Semua tubuhku benar-benar tidak bisa di gerakan untuk melawannya.

"Bunny, bunny, bunny.", hanya kata-kata ini yang ada dalam pikiranku sekarang ini.


-Author POV-

Belakang kerah baju Siwon ditarik seseorang. Jaejoong segera bangkit dan menghapus bekas ciuman Siwon.

Buuuukk.
Sebuah tinjuan panas melayang di wajah Siwon, kini di sudut bibirnya mengalir darah segar.

"Yunho hyung!", kejut Siwon saat menyadari siapa yang memukulnya.

"Apa yang kau lakukan pada honeyku?", bentak Yunho. Wajahnya penuh dengan amarah. Tangannya masih dengan jelas mencengkram kerah baju Siwon.

"Sudahlah hyung! Jangan marah seperti itu. Aku hanya iseng merasakan bibir honeymu ini, hyung.", kata Siwon santai sangat memuakkan.

"Kau, kurang ajar sekali.", geram Yunho. Tangannya sudah siap meninju lagi. Namun, di tahan Jaejoong. Iapun mengurungkan niatnya. "Masuk kamar! Kau berurusan denganku nanti.", lanjut Yunho sambil memicingkan matanya. Lalu memeluk Jaejoong yang masih terlihat terkejut. Siwonpun masuk kamar dengan gaya tidak bersalahnya.

"Kau tidak apakan honey?", tanya cemas Yunho. Ia membelai rambut Jaejoong. Jaejoong hanya menggelengkan kepalanya. Yunhopun semakin mengeratkan pelukannya.


-Siwon POV-

Sebenarnya, aku bukan seorang seperti kakakku itu yang mencintai sesama pria. Tadi hanya karena rasa penarasanku saja. Dan kurasa, kini aku tau apa jawaban dari pertanyaan yang selalu aku pikirkan. Itu bibirnya, bibirnya seperti magnet bagi siapapun yang menciumnya. Dan kini, aku mencandu bibir itu. Hanya bibirnya, tanpa perasaan apa-apa yang seperti Yunho hyung rasakan padanya.


--------------



THE END