Thursday, February 17, 2011

Fan Fiction.. You're Mine.. HanChul..

Pairing

- Han Geng / Han Kyung


- Kim Hee Chul

- Kim Hyo In (KimHilda Joonggie Cassiopeia)




Let's get the story..

>>>>>>>>>>>>>>>


"Pagi Jagiya.", sapa Hyo In sambil mengecup pipi Hangeng saat mendapati suaminya baru bangun tidur.

"Pagi.", balas sapa Hangeng. Ia tersenyum.

"Ayo sikat gigi, cuci muka. Terus sarapan. Aku sudah memasak.", suruh Hyo In, ia mengedipkan matanya.*kenape lg*

"Masih dingin.", eluh Hangeng. Ia bergelung lagi dengan selimutnya.

Hangeng dan Hyo In adalah pasangan pengantin baru. Baru dua bulan mereka menikah. Dan penuh rahasia dibalik pernikahan mereka.

"Kau ini, yasudah. Aku mandi dulu.", kata Hyo In. Hangengpun menanggapinya dengan acuh tak acuh.

...............


-Hangeng POV-

Setiap dua kali seminggu, pada malam hari aku selalu menyempatkan diri pergi ke sebuah club. Bukan sembarang club, ini club untuk para gay. Yupz, aku seorang gay. Aku memang mempunyai istri, tapi bukan berarti aku menyukai wanita. Aku seorang biseksual. Namun yang aku cintai adalah seorang pria. Aku melihat priaku melambai dari jauh. Dulu dia pekerja disini sebagai penari erotis merangkap pekerja seks komersial pria yang mampu menaklukan hatiku. Sudah lima tahun kami bersama. Sejak kami berhubungan, aku tidak mengijinkannya lagi untuk menjadi semua itu. Aku ingin sepenuhnya ia milikku, tanpa ada pria lain yang menjamah tubuh seksinya. Hanya boleh aku, satu-satunya.

"Lama sekali jagiya.", kesalku berpura-pura marah. Aku kesini agar dengan bebas bertemu dengannya. Selain pria, tidak boleh ada yang masuk.

"Jangan marah, tadi restaurant masih ramai jagiya.", rajuknya sambil membelai wajahku dengan jari-jari tangannya. Aku menikmatinya. Agar ia lepas dari pekerjaan ini. Aku memberinya sebuah restaurant untuk ia kelola. Dengan cepat aku menariknya ke dalam pelukanku, dan seperti kilat aku mencium bibirnya. Ia mendorongku pelan.

"Jangan mulai genit.", protesnya. Ia membalikan badannya dan bersandar di tubuhku. Aku memeluknya dari belakang. Kami menikmati tarian sepasang pria bertelanjang dada yang disuguhkan.

"Dulu aku yang disitu.", celetuknya. Aku mencium puncak kepalanya.

"Iya, dan kau yang terbaik.", gurauku. Ia hanya tertawa kecil.

.........


-Heechul POV-

Selain hari Rabu dan Sabtu aku jarang bertemu dengannya. Tidak seperti dulu, saat dia sepenuhnya milikku. Aku bisa bertemu dengannya setiap hari. Sekarang aku harus membaginya. Tapi aku senang. Walau seperti itu, setiap hari dia selalu meneleponku. Seperti sekarang, suaranya jelas ditelingaku.

HG : Jagiya, sedang apa?

HC : Sedang mencari selingkuhan.

Aku tertawa saat mengatakan itu. Aku tau dia pecemburu berat.

HG : Enak saja, tidak boleh. You' re mine.

HC : Pelit, padahal dihadapanku ada namja imut. Namanya, Lee Hong Ki.*gara2 acara apa gto ichul kan jd deket sm LHK*

HG : KAU TIDAK BOLEH DEKAT-DEKAT DENGANNYA.

Aku dengar nadanya mulai meninggi, selalu seperti ini. Jika, aku menggodanya.

HC : Apa?

Jawabku mengeyel, berlagak tidak peduli.

HG : Kau jangan main-main.

HC: Iya, jagiya. Jangan marah-marah terus.

HG : Ingat, tidak boleh.

Nadanya mulai manja, dan itu membuatku gemas.

HC : Menggemaskan sekali. Jika kau ada disini aku akan mencubitmu.

Aku seperti bicara dengan anak kecil saja. Ia disana tertawa keras sekali.

HG : Aku ke tempatmu ya, jagiya.

HC : Memangnya, tidak kerja?

HG : Seharusnya kerja, tapi aku mau denganmu saja.

Terserahlah apa katanya, aku setuju saja. Karena memang aku merindukannya. Teleponpun ia putus.

Dulu aku adalah primadona di club. Jadwal tampilku selalu dipenuhi pengunjung yang memang sudah terbuai dengan tarianku. Para pria disana memanggilku cinderella karena wajah cantikku bak kecantikan putri-putri di negeri dongeng. Selain itu, aku mendapat julukan si penebar ciuman, karena setiap aku tampil diatas panggung para pria itu selalu meminta ciuman dariku. Tentu saja, dengan berlembar-lembar uang diselipkan di celanaku. Dalam sekali tampil, aku bisa menebar ciuman pada lebih dari 20 pria. Salah satunya dia. Dan, setiap aku menciumnya. Ada getaran lain di hatiku. Semenjak itulah aku tau dia satu-satunya pria yang aku mau. Aku mencintai pria keturunan Cina itu. Hangeng gegeku.

"Aish, jagiya melamun saja.", seseorang mengejutkanku. Itu dia, my lovly gege. Berhubung di ruanganku. Tanpa segan-segan, aku mencium bibirnya dengan kasar dan diapun membalasnya.

"Sudah jagi, aku tidak bisa bernafas.", pintanya tidak jelas. Aku melepas ciumanku. Dan tersenyum padanya. Pangeran tampanku kini dihadapanku. Hanya ada aku dan dia.

Sudah sore, akupun mengantarnya ke depan, ia merangkul bahuku. Namun dengan cepat ia melepaskan, saat dua orang wanita memasuki restaurantku.

"Jagiya.", Hyo In istrinya sedikit terkejut. Namun, ia memberikan senyum termanis untuk suaminya.

"Kau disini Hyo In?", aku lihat gegeku gugup bukan main. Kasian sekali. Mengapa Hyo In harus datang kesini. Aku tau dengan jelas wajah Hyo In, karena itu aku mengenalinya. Tapi, tidak dengannya. Tidak ada yang ia tau tentangku.

"Iya, aku bersama Ahnka*pen eksis* tadi habis dari rumah sakit mengantarnya periksa kandungan. Ku kira kau sedang di kantor.", jelas Hyo In. Ia sedikit mendekat pada gegeku. Aku lihat gege melirik padaku. Aku tersenyum, dan menahan tawa. Aku tau, dia takut aku marah.

"Annyeong haseyo.", kataku menyapa mereka sambil sedikit membungkuk.

"Annyeong. Kau siapa?", tanya Hyo In.

"Naneun Heechul imnida. Rekan kerja Hangeng-ssi.", jelasku. Aku lihat gege merengut padaku. Tapi aku malah tersenyum.

"Hyo In imnida. Ini temanku Choi Ahnka.", katanya. Untuk pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Hyo In. Dan untuk pertama kalinya gegeku, diam tidak bisa berkata apa-apa. Kalau, aku mau kejam. Aku bisa membuka semuanya saat ini juga.

..............


-Author POV-

"Kenapa tidak pernah cerita padaku kau punya teman bernama Heechul.", tanya Hyo In sebelum mereka tertidur.

"Untuk apa aku cerita. Tidak penting kan.", jawab Hangeng.

"Aku kan hanya ingin tau teman-temanmu jagiya.", saut Hyo In. Ia memeluk manja suaminya.

"Pokoknya, dia itu teman dekatku.", Hangeng tersenyum pada Hyo In, ia memeluknya dan sedikit mengecup bibir Hyo In. Agar istrinya diam.

"Aish, aku mencintaimu.", kata Hyo In. Ia menyembunyikan wajahnya di tengkuk Hangeng.

"Hmmm.", Hangeng hanya bergumam. Tanpa memberi balasan apapun.

Hangeng bangkit dari tempat tidur ketika Hyo In sudah tertidur. Ia pergi keluar dan mengambil ponselnya. Ia mendial nomer Heechul.

HG : Yeobohaseyo jagiya.

HC : Jagi, ada apa malam-malam telepon?

HG : Rindu padamu, aku kesal mendengarmu bilang aku rekan kerjamu.

HC : Lalu, aku harus bilang apa?

HG : Seharusnya, kau bilang kau kekasihku. Hehehe.

HC : Boleh aku bilang seperti itu?

HG : Seharusnya boleh, tapi tidak jadi.

HC : Bagaimana istrimu? Dia curiga?

HG : Tidak, maaf ya aku menduakanmu. Jagiya, tapi aku hanya mencintaimu.

HC : Iya aku tau. Aku kan yang menyuruhmu menikah. Kau ini.

Memang Heechul yang menyuruh Hangeng menikah, dikarenakan orang tua Hangeng sudah mendesak. Tadinya Hangeng ingin mengakui semua. Tapi Heechul melarangnya, ia tidak mau Hangeng bermasalah.

HG : Saranghaeyo jagiya. Muaahh.

..........

Selama perjalanan, mata Heechul ditutup dengan kain.

"Jagiya kita sudah sampai. Tidak boleh mengintip.", Hangeng menuntun jalan Heechul.

"Kita dimana? Jagiya, aku tidak bisa melihat, jahat sekali.", kesal Heechul. Hangeng yang melihatnya, hanya terkekek-kekek.

"Taraaaaaa..", teriak Hangeng. Saat membuka kain penutup mata Heechul. Kini dihadapannya terdapat sebuah rumah sebagian berdinding kaca yang terlihat sangat asri dan megah.*rumah di dramkor full house*

"Rumah siapa?", tanya Heechul datar.*bego*

"Ini rumah kita jagiya, aku membelinya. Bagus tidak?", Hangeng memeluk Heechul dari belakang. Heechulpun tersenyum.

"Bagus, tapi kau sudah membelikanku rumah. Kenapa harus menghamburkan uang lagi.", tegur Heechul.

"Itu kan rumah milikmu, kalau ini aku membelinya untuk kita dan anak-anak kita.", ngeyel Hangeng ia tersenyum lebar tanpa rasa bersalah dengan tangan yang mengelus-elus perut Heechul. Heechul tertawa kecil.

"Kau ini. Aku ini pria tidak bisa mengandung anakmu.", ujar Heechul. Ia geli sendiri jadinya.

"Hehehe, tapi kan kita bisa membuatnya.", goda Hangeng. Ia semakin memeluk Heechul. Heechul membalikan badannya.

"Mau ya? Nanti malam aku berikan, asal menginap dirumahku.", kata Heechul dengan kedipan matanya.

"Kenapa harus nanti malam, sekarang saja. Sekalian mencoba tempat tidur baru kita.", protes Hangeng. Ia memajukan bibirnya.

"Jagiyaku sudah tidak sabar ternyata. Kalau aku wanita, aku pasti sudah melahirkan banyak anakmu.", gurau Heechul, ia mengecup bibir Hangeng. Dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Hangeng.

"Aku tunggu di kamar.", teriak Heechul dari dalam, dengan cepat Hangeng menyusul masuk.*sisanya bayangin aja sendiri*

Akhir-akhir ini Hangeng selalu merindukan Heechul. Sehingga jarang sekali ia masuk kerja.

................


-Hyo In POV-

Sudah malam, jagiya belum juga pulang. Apa mungkin dia tidak pulang lagi. Akhir-akhir ini dia jarang sekali pulang. Dan yang pasti setiap hari Rabu dan Sabtu dia tidak pernah pulang. Kasian sekali dia harus lembur kerja.*maunya si hilda diboongin*

Aku mengenalnya empat bulan yang lalu, karena dia temannya Jaejoong-ssi suaminya Ahnka.*bube exis* Saat itu kami berempat tidak sengaja bertemu, aku sedang makan dengan Ahnka di sebuah restaurant Jepang. Yang ternyata mereka juga disana.*bebe ngapain sama gege?curiga.* Dan kami berkenalan. Tampan, itu yang ada dipikiranku saat itu. Hanya tiga kali kami tidak sengaja bertemu.
Namun yang aku heran.....

Namun yang aku heran, sebulan kemudian. Ia langsung melamarku, dengan berbagai kata-kata yang membuatku terbuai dan mengatakan iya.*itu kata2ny diajarin ichul* Kami menjalani hubungan kekasih setelah ia melamarku.*huah si hilda mau aja lg* Selama dua bulan aku menikah, ia baik padaku. Akupun sangat mencintainya. Jika aku boleh menyimpulkan dari sikapnya, ia juga mencintaiku. *pd bgt* Walaupun ia tidak pernah mengatakannya. Aku tau sulit untuk pria mengatakan itu.

Tak lama ada pesan masuk dari dia.

From : Jagiya
Hyo In, aku lembur. Jadi tidak usah menungguku. Kau tidur saja. Sleeptight.. :-)

Akupun membalasnya.

To: Jagiya
Jangan terlalu lelah. Selamat malam jagiya.


-Heechul POV-

Aku menahan tawaku, membaca pesan yang ia kirimkan pada istrinya.

"Kejam sekali, memangnya lembur apa? Masuk kerja juga tidak.", sindirku. Ia tertawa. Dan menyerangku. Kini ia ada diatasku.

"Lembur denganmu jagiya. Pekerjaan kita belum selesai.", katanya. Ia mengerling nakal. Terlalu lelah aku meladeninya. Ini sudah ronde ke empat.*wakakakak, gempor2 dah*

"Sudah cukup, minta pada istrimu saja nanti. Aku mau tidur.", tolakku. Namun ia tidak ada matinya. Tetap memaksa, ya akhirnya aku turuti.*ronde 5 dimulai*

..............

Seminggu aku tidak bertemu dengannya, aku melarangnya. Terserah ia mau merengek atau apalah, tapi aku tetap melarangnya. Aku tau akhir-akhir ini dia selalu bersamaku. Aku tidak mau ia melupakan istrinya.*sok bae* Ini juga demi kelancaran hubungan kami, agar istrinya tidak curiga.

From: My lovly gege
Aku benci padamu. Aku merindukanmu, tapi kau jahat.

Ini pesan yang sama setiap jamnya ia kirimkan padaku. Sampai bosan aku membacanya. Kasian juga, mungkin seminggu sudah cukup untuknya.

To: My lovly gege
Kasian sekali, yasudah aku akan ke kantormu. Saranghaeyo jagiya. Jangan marah-marah.

Tak lama ia meneleponku, inti dari pembicaraan kami. Dia senang sekali karena kami akan bertemu. Dan yang pasti ia sangat menunggu kedatanganku. Akupun langsung melaju ke kantornya.


-Hangeng POV-

Seminggu tanpa wajahnya membuatku stres. Magnet antara kami terlalu kuat, jadi selalu inginnya tarik menarik. Empat hari dalam seminggu aku habiskan dengan istriku. Rasanya menyenangkan tapi lebih memuaskan saat bersama Heechulku.

Aku berpesan pada sekretarisku, tidak boleh ada yang masuk ruanganku, siapapun itu. Dan sepenting apapun. Aku beralasan ada meeting sangat penting. Aku tidak mau ada yang mengganggu kami. Aku sudah merindukannya.

"Baru tidak bertemu seminggu, sepertinya semakin cantik saja.", pujiku padanya saat ia baru masuk ruanganku dan mendekat pada tempat dudukku. Ia menyunggingkan senyumnya.

"Terus, kau semakin jatuh cinta kan padaku?", tebaknya. Dan itu memang benar. Aku mengangguk. Tanganku meraih pinggangnya. Wajahku kini tepat di perutnya. Aku membuka satu kancing kemejanya. Dan aku ciumi perutnya.

"Aish, puasa satu minggu, membuatmu jadi seperti ini. Aku baru datang jagiya.", tegurnya. Aku tidak peduli, aku jilati saja perutnya.

"Sudah cukup, ini di kantormu.", ia melepaskan pelukanku. Dan menjauh. Namun, aku menariknya lagi. Kini ke dalam pangkuanku dengan ia mengahadapku. Aku mengedipkan mataku. Ia tersenyum, kedua tangannya mencengkram kepalaku, dan dengan liar ia mencium bibirku. Mungkin hasrat ini ia tahan selama seminggu. Sama sepertiku, aku membalas semua gerakan liarnya. Tanganku masuk ke dalam kemejanya. Perutnya becek dengan air liurku tadi. Dengan nakal, tanganku turun masuk ke dalam celana dalamnya.*cukup*

Cekleeekk.
"Jagiya aku baw....", suara riang seseorang membuka gagang pintu ruang kerjaku.

Praaangg.
Suara besi terjatuh membentur lantai.

Dengan keterkejutan, kami menghentikan kenikmatan kami. "Hyo In..", dengan cepat, aku langsung memakai kemejaku. Heechulpun bangkit dari meja kerjaku. Ia menutup resleting celananya dan mengancingkan kemejanya. Aku tertangkap basah olehnya, sedikit bersetubuh dengan Heechul di atas meja kerjaku. Mengapa aku lupa, dia akan ke kantorku. Padahal tadi pagi dia bilang, akan mengantar makan siang. Kalau seperti ini, aku tidak tau apa yang terjadi.

"Jagiya, apa yang kalian lakukan?", geramnya. Raut wajahnya antara marah, jijik, sedih, dan terkejut. Sambil menangis, ia pergi berlari dari ruanganku. Aku hanya terpaku.

"Aish, kenapa diam. Kejar dia.", suruh jagiya sambil mendorong-dorongku.

"Percuma jagiya, aku tidak tau apa yang harus aku katakan padanya saat ini. Nanti malam saja, aku bicara dengannya.", jelasku. Aku melihat wajahnya merasa bersalah. "Maaf ya, aku tidak bisa menahannya tadi.", kataku sambil membelai wajahnya untuk menenangkannya.

............

Aku pulang ke rumah, aku sudah sangat siap untuk menceritakan semuanya. Aku melihat ia menangis di tempat tidur. Aku menyentuh pundaknya namun ia menepisnya dengan raut jijik padaku.

"Jangan dekati aku, kau menjijikan.", bentaknya. Ia mengalihkan wajahnya dariku.

"Mianhae. Aku memang seorang...", aku menggantungkan kata-kataku.

"Aku seorang gay, sebelum menikah denganmu, aku sudah menjadi seorang gay. Dan Heechul adalah kekasihku jauh sebelum aku bertemu denganmu.", jelasku. Aku tidak peduli lagi, apa yang akan terjadi.

"Tidak menyangka aku menikahi pria sepertimu. Menjijikan.", makinya. Intinya ia tidak dapat menerima semua keadaanku. Dan aku menyesal akan itu. Apalagi saat aku jelaskan mengapa aku menikahinya.

.............

-Three years later-

"Pagi jagiya.", sapanya. Sambil mengecup pipiku.

"Pagi.", sapaku balik. Aku tersenyum padanya.

"Ayo sikat gigi, cuci muka. Aku lapar. Buatkan nasi goreng Beijing untukku.", pintanya manja. Aku menariknya kepelukanku.

"Masih dingin.", manjaku balik, aku mengecup bibirnya.

"Aish, gege. Kau belum sikat gigi. Jorok.", ejeknya bergurau. Dasar cinderelaku. Mendengarnya, aku malah menciumnya lagi, lalu bangkit dan masuk kamar mandi.

Saat sedang menyikat gigiku, tiba-tiba ia datang memelukku hangat dari belakang.

"Mianhae, jadi seperti ini.", katanya. Setelah kejadian itu. Dalam waktu singkat, aku bercerai dengan Hyo In karena ia tidak bisa menerima semuanya. Akupun sudah meyakini itu. Aku tidak bisa memaksanya untuk terus bersamaku. Cukup aku menyakitinya. Tapi yang lebih membuatnya merasa bersalah. Keluargaku tidak menerima semua ini. Dan aku sudah dicoret dari daftar keluarga. Semua sudah berlalu, aku tidak peduli akan semua, yang terpenting, ia tetap disampingku. Bersamaku, dan tetap mencintaiku. Kami kini benar-benar tinggal bersama.

Aku sudah membersihkan mulutku. Aku membalikan tubuhku. Dan menatap dalam matanya.
"Jangan kau pikirkan lagi jagiya. Ayo kita masak. Kau kan lapar.", ajakku. Namun, manjanya keluar. Ia memajukan bibirnya. Aku tau yang ia inginkan, akupun mencium bibirnya.

Saat sedang asik-asiknya. "Ummaaaa!", teriak Hanchul saat memasuki kamar kami. Dia anak lelakiku dengan Heechul, kami mengadopsinya dua tahun yang lalu. Aku dengar tawanya yang keras saat melihatku kesal karena Hanchul mengganggu kegiatan kami.*haha,anak sendiri jg*

"Aish, anak umma sudah bangun.", katanya sambil menggendong Hanchul. Dia baru berumur 2,5 tahun namun sudah sangat pintar.

"Appa, kenapa cemberut seperti itu?", tanya Hanchul padaku. Akupun mencubit pipinya.

"Ini karenamu, mengganggu appa dan umma.", gurauku. Aku dengar dan lihat tawa kecilnya keluar dari bibir mungilnya. Sangat menggemaskan.

...........





The End.

No comments:

Post a Comment