Thursday, February 17, 2011

Fan Fiction.. Only You.. YooSu..

Park Yoochun





Kim Junsu








Let' s get the story.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Seorang pria dengan pakaian perlente, sibuk menghabiskan malamnya di diskotik dengan wanita disampingnya. Pria playboy papan atas yang tidak ada matinya menebar pesonanya.

"Hargamu berapa? Malam ini kita bermain di apartementku.", tanya pria itu yang bernama Yoochun pada wanita yang memang sudah disediakan oleh pihak diskotik sebagai 'wanita sewaan'.

"Untukmu, aku beri gratis. Kau begitu memikatku oppa.", kata wanita itu menggoda.

"Kau ini, seksi sekali. Tapi akan terlihat lebih seksi jika kau melepas satu lagi kancing bajumu.", goda Yoochun ia melepas kancing wanita itu, sehingga terlihat jelas belahan dadanya.

"Oppa kau benar-benar nakal.", manja wanita itu. Yoochun hanya tertawa dan mencium lembut bibir wanita itu.*sadar oppa*

"Aku ke kamar mandi dulu ya.", pamit Yoochun, namun wanita tadi seakan tidak ingin melepas kenikmatan ciuman Yoochun. Iapun menarik Yoochun dan kembali menciumnya.

"Hanya sebentar seksi.", rajuk Yoochun. Ia mengedipkan matanya dan berlalu pergi ke kamar mandi dengan sempoyongan karena ia terlalu mabuk.

Saat ingin kembali lagi ke ruangannya, ia menabrak seorang pria di depan pintu kamar mandi.
"Ah sial, kenapa dia pingsan.", gerutu pria yang ditabrak Yoochun. Karena mabuknya yang teramat sangat, iapun pingsan ditempat.

"Kalau begini aku yang repot.", ujar pria itu. "Lebih baik aku bawa ke apartementku saja.", karena tidak tau mau berbuat apalagi. Dengan terpaksa pria yang bernama Junsu itu memutuskan membawa Yoochun ke apartementnya.

-------------------------------------------------------------------------------------

Saat sinar matahari sudah mulai menyorot kedua matanya, Yoochun terbangun dari ketidak sadarannya. Matanya mengerjap-ngerjap, dilihat ke sekeliling. Tempat yang asing baginya.

"Aish, dimana aku? Kamar siapa ini?", tanyanya pada dirinya sendiri. Iapun memutuskan beranjak dari tempat tidur dan mencari siapa yang dapat memberinya petunjuk kebingungannya.

"Kau sudah bangun. Mau kopi?", tawar Junsu yang sedang di dapur. Yoochun sedikit terkejut akan wajah asing dihadapannya.

"Ini kopimu.", Junsu menyodorkan secangkir kopi pada Yoochun. "Kau diapartementku, tadi malam kau pingsan dihadapanku, jadi aku bawa kesini.", jelas Junsu yang mengerti wajah bingung Yoochun.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Semakin lama, hubungan Yoochun dan Junsu terjalin persahabatan yang solid. Ditambah bidang usaha yang mereka jalani itu saling berkesinambungan. Junsu membuka usaha restaurant yang cabangnya sudah tersebar dimana-mana. Sedangkan Yoochun memiliki usaha dibidang pemasokan bahan-bahan makanan yang mempunyai lebih dari 200 perusahaan besar yang menggunakan jasanya. Mereka saling berkerja sama dan acap kali bertukar pikiran untuk memajukan usaha yang mereka jalani, dan itu semakin mendekatkan persahabatan mereka.

"Jun-ssi, malam ini aku mau ke diskotik. Kau mau ikut tidak? Ladies night." tawar Yoochun dengan ibu jari yang ia mainkan di bibirnya sebagai isyarat apa yang ia lakukan malam ini.

"Playboy. Iya aku ikut, tapi jangan sampai mabuk. Kau selalu menyusahkanku jika mabuk.", sindir Junsu dengan senyum jahilnya.

"Tenang saja, aku hanya akan membuatmu menggendongku ke apartementmu. Hahaha.", gurau Yoochun, ia mengerling licik.

-------------------------------------------------------

Malam harinya mereka berdua pergi ke diskotik kelas atas yang sangat terkenal. Baru saja selangkah memasuki diskotik, wanita-wanita genit sudah mulai menggoda dua pria tampan nan menawan itu.

"Mau turun denganku?", bisik seorang wanita ditelinga Yoochun.

"Sabar sedikit sayang kami baru datang.", Yoochun mengecup punggung wanita itu sambil mengedipkan matanya. Wanita itu hanya tersenyum dan berlalu. Junsu yang melihat tingkah sahabatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Yoochun turun ke dance floor bersama wanita sedangkan Junsu hanya menenggak minuman di kursinya dan tersenyum heran saat memperhatikan tingkah Yoochun yang sudah tidak canggung lagi pada wanita.

Yoochun merangkul pinggang wanitanya dengan kedua tangannya. Mereka berdua bisa dibilang sudah di bawa pengaruh alkohol.

"Bibirmu begitu menggoda.", kata Yoochun sedikit berteriak karena suaranya bersaik dengan volume musik yang sangat keras. Wanita itu tertawa mendengarnya.

"Kau mau? Coba saja.", ujar wanita itu. Tanpa babibu, Yoochun langsung mencium bibir wanita itu. Wanita itu menikmati saat mereka berciuman dan membiarkan tangan Yoochun membelai punggungnya yang memang sudah terbuka.

"Kau pintar sekali berciuman. Aku sampai kewalahan.", puji wanita itu sesaat ciuman Yoochun diakhiri.
"Itu aku, lain waktu boleh aku menikmati yang lainnya?", tanya Yoochun menggoda.

"Tidak lain waktu, sekarangpun boleh.", saut wanita itu. Yoochun tertawa.

Sudah jam 3 pagi, Junsupun memapah Yoochun yang setengah mabuk ke mobil.

Di dalam mobil, Junsu tidak langsung melajukan mobilnya, ia sibuk menahan tawa saat mengingat tingkah Yoochun. "Heh, Chun-ssi sepertinya kau berpengalaman sekali ya berciuman. Ckckck.", sindir Junsu.

"Hahaha. Bodoh sekali kata-katamu. Umurku hampir 24 tahun dan sepertiganya sudah aku pakai untuk berciuman. Bagaimana aku tidak berpengalaman, kau ini. Lagipula seperti kau tidak saja.", ujar Yoochun ia menepuk-nepuk pundak Junsu.

"Aku tidak sepertimu, playboy. Asal kau tau, aku sama sekali belum pernah berciuman. Tapi, kau jangan bilang siapa-siapa. Aku hanya ceritakan ini padamu, karena kau sahabatku.", cerita Junsu sedikit ragu membuka aibnya.*ini bukan aib oppa*

Yoochun terkejut mendengarnya, matanya terbelalak. "What? SHIT. Kau ini sudah 23 tahun, tapi belum pernah. Bodoh sekali. Ckckck.", ejek Yoochun dengan wajah tidak percaya.

"Kau ini, jangan mengejekku. Aku tidak tau cara berciuman yang baik. Jadi, lebih baik aku menghindari malu.", Junsu memberi alasannya. Yoochun membalikan badannya ke arah Junsu.

"Jun-ssi, kau cukup mendekatkan wajahmu perlahan, dan biarkan bibirmu menyentuh bibirnya. Beri sedikit lumatan. Lalu lidahmu masukan ke dalam mulutnya dan bermain disana. Itu sangat mudah dolphin.", kata Yoochun panjang lebar.

"Aku tetap tidak mengerti.", saut Junsu dengan lugunya. Yoochun mendengus kesal. Entah karena ia mabuk, atau memang kesal pada Junsu. Iapun mendekatkan wajahnya pada Junsu dan mencium lembut bibirnya. Junsu sangat terkejut, tidak menyangka Yoochun akan melakukan itu. Namun, entah mengapa Junsu tidak menolaknya sedikitpun. Yoochun mulai melumat bibir Junsu. Ia melakukannya perlahan namun teratur. Sesekali, ia menyapu dengan bibir bawahnya. Tanpa disadari, Junsu membalas ciuman 'maut' Yoochun bahkan lebih liar untuk seorang pemula. Mereka berdua menikmati permainan mereka, lidah Yoochun memaksa masuk ke dalam mulut Junsu dan mencari-cari lidah Junsu untuk dimainkan. Hisapan, kuluman, lumatan dilakukan mereka secara bersamaan. Cukup lama mereka melakukan itu, dan akhirnya Yoochun melepaskannya.

Ia langsung membalikan badannya lurus memandang ke depan. Jantungnya tidak karuan dibuatnya. "Seperti itu cara berciuman, dan kau ternyata lebih pintar dariku dolphin.", kata Yoochun dengan pelan. Junsu wajahnya kini memerah, rasa panas mulai menjalar di tubuhnya.

"Mengapa berciuman dengannya lebih nikmat dibanding biasanya?", pikir Yoochun dalam hati.

"Tadi itu apa?", tanya Junsu dalam hati. Nafasnya tidak teratur.

-----------------------------------------------------------------

Hari ini Junsu berniat mensurvey cabang restaurantnya. Saat membuka pintu, tepat di hadapannya berdiri seorang pria yang tersenyum padanya. Junsu langsung mengalihkan pandangannya. Tidak berani dengan tatapan mata dalamnya.

"Mau kemana pagi-pagi seperti ini?", tanya pria itu, ternyata Yoochun.

"Aku mau ke restauran. Kau kesini pasti karena malas masuk kantor lagi.", sindir Junsu yang sudah tau kebiasaan Yoochun. Dan nantinya Yoochun akan mengajaknya main games seharian.

"Itu kau tau.", jawab Yoochun santai.

"Tapi sayangnya aku tidak bisa Chun-ssi.", tolak Junsu.

"Kalau begitu aku ikut kau saja. Sekalian sarapan gratis.", ujar Yoochun sambil memainkan alisnya. Junsu mengunci apartementnya. Dan mendahului Yoochun.

"Huah, dolphin tunggu aku.", eluh Yoochun yang ditinggal Junsu. Iapun langsung merangkul pundak sahabatnya itu.


-Junsu POV-

Deg.deg.deg, kini jantungku berdetak kencang seperti ini. Saat ia merangkulku, aish. Kenapa setelah itu, aku jadi selalu aneh.

"Chun-ssi tidak ada yang mau memberimu sarapan gratis.", gurauku mengerjainya.
"Pelit.", ejeknya. Akupun hanya tertawa.


-Yoochun POV-

Kami sudah sampai, untuk ukuran sebuah cabang, ini benar-benar besar. Ternyata, ia bisnisman yang tak tanggung-tanggung.

"Chun-ssi, kita ke ruanganku saja, kau mau makan apa?", tanyanya.

"Makanan andalan disini.", sautku.

"Aish, yang benar? Kau kan tidak suka sayur. Makanan andalan disini isinya sayur semua.", katanya. Tau darimana dia aku tidak suka sayur.

"Hehe, yasudah makanan yang tanpa sayur saja.", kataku, tersenyum karena malu. Akupun mengikutinya dari belakang. Ruangannya di lantai atas berdinding kaca, sehingga kita bisa mengawasi keadaan dibawah seperti apa. Makananpun datang.

"Jun-ssi, darimana kau tau aku tidak suka sayur?", heranku. Karena aku tidak pernah memberitaunya.

"Aish, setiap kau makan. Kau selalu menyingkirkan sayur sekecil apapun dari makananmu. Karena itu aku tau kau tidak suka sayur.", jelasnya. Aku terkejut, ia begitu memperhatikan padahal hanya hal kecil seperti itu. Orangtuaku saja bahkan tidak tau.

"Makanlah, kau kan belum sarapan.", suruhnya membuyarkan lamunanku. "Chun-ssi, coba cicipi ini. Ini menu baru, enak tidak?", ia menyuapiku makanannya. Rasanya sangat enak, ditambah rasa lain karena makan dari tangan orang lain. Terakhir kali aku merasakannya mungkin 20 tahun yang lalu.

"Enak sekali.", pujiku. Iapun tersenyum. Entah mengapa aku jadi malu saat melihat senyumnya.

----------------------------------------------------------

Kami janji bertemu di Coffe Shop untuk membicarakan bisnis. Dari sebrang sana dia sudah melambaikan tangannya. Aku hanya tersenyum bersandar di mobilku. Saat melihat ke arah belokan tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju cepat. Dengan cepat aku berlari ke arahnya, dan menariknya secepat kilat dalam pelukanku. Saat itu jantungku seperti akan copot, takut terjadi apa-apa.

"STUPID DRIVER. BRENGS*K. Sudah buta matamu.", umpatku kasar kesal bukan main.


-Author POV-

Yoochun terus saja mengumpat, walaupun mobil tadi terus saja melaju. Sementara Junsu membeku dalam pelukan Yoochun. Entah karena kaget atau karena pelukan Yoochun yang begitu erat kini membuatnya 'sesak'.

"Kau juga Jun-ssi kalu menyebrang lihat-lihat. Bagaimana jika tadi kau tertabrak. Bodoh.", kesal Yoochun pada Junsu. Karena ia khawatir setengah mati. "Yasudah ayo masuk.", Yoochun menggenggam tangan Junsu masuk ke dalam Cofee Shop. Yoochun masih dalam amarahnya, sedangkan Junsu dalam perasaan yang tidak karuan.

-------------------------------------------------

Setiap harinya, mereka mendapatkan perasaan yang tidak mereka mengerti jika mereka saling menatap, saling tersenyum bahkan hanya saat mendengar suara masing-masing. Tanpa Junsu sadari, ia semakin perhatian pada Yoochun. Bahkan hanya untuk menanyakan kesehatannya setiap hari. Karena Junsu tau, Yoochun memiki asma. Yoochunpun senang akan perhatian Junsu, ia merasa hidupnya kini untuk seseorang dan lebih berarti. Sebagai balasan, Yoochun selalu siap menjaga dan ada disamping Junsu kapanpun dibutuhkan.

"Kenapa kau hujan-hujanan. Kalau dingin, asmamu bisa kambuh. Cepat mandi.", suruh Junsu yang mendapati Yoochun basah kuyup saat datang ke apartementnya.

"Hehehe, maaf.", Yoochun tersenyum lebar. Junsu mendengus, ia mendorong Yoochun masuk kamar mandi. "Jangan lupa pakai air hangat.", teriak Junsu dari luar.

"Iya dolphin, cerewet sekali seperti wanita.", canda Yoochun. Junsu tertawa kecil.

"Ini coklat hangatmu.", Junsu menyodorkan secangkir coklat pada Yoochun yang baru keluar kamar mandi.

"Gomawo.", sautnya meraih cangkir ditangan Junsu.

"Aku mandi dulu.", pamit Junsu. Yoochun hanya mengangguk.

Setelah menghabiskan coklat hangatnya, ia membuka kulkas. Mencari soju simpanan. Ia mengambil tiga botol soju sekaligus. Ia tidak bisa lepas dari minuman keras itu. Ia menenggak habis soju-soju itu dengan cepat. Kini tubuhnya benar-benar sudah terasa panas. Yoochun hampir sepenuhnya mabuk bahkan sudah tidak sadar. Dengan gontai ia masuk ke kamar Junsu.


-------------------------------------------


Junsu keluar kamar mandi hanya dengan handuk yang dililit di bagian pinggangnya. Kini kulit putih mulusnya benar-benar terlihat jelas. Ia melihat ke arah tempat tidur dan mendapati Yoochun terkapar*lebay* disana.

"Yoochun-ssi, kalau mau tidur yang benar.", protes Junsu, ia membenarkan letak tidur Yoochun yang semerawut, tercium jelas aroma alkohol menyengat dari tubuh Yoochun.

"Mabuk lagi. Kau ini.", kesal Junsu.

"Jangan berisik Jun.", gumam Yoochun. Iapun menarik Junsu ke dalam pelukannya.

"Yaa, apa yang mau kau lakukan!", sergah Junsu. Ia mencoba melepaskan pelukan Yoochun. Namun tenaga Yoochun lebih besar. Iapun membalikan badannya dan menindih Junsu.

"Chun-ssi ka....", belum selesai Junsu berkata bibir Yoochun sudah mengunci bibir Junsu. Ia melumat kasar bibir Junsu. Tadinya Junsu menolak, namun ia sudah dibuai rasa nikmat yang diberikan Yoochun. Iapun membalas ciuman Yoochun, bahkan tangannya kini memeluk erat punggung pria di atasnya.

"Jun-ssi.", desah Yoochun sebelum ia menikmati leher Junsu dengan ciuman-ciuman nakalnya. Hisapan dan gigitan di lehernya terasa menyakitkan bagi Junsu, namun ia tidak ingin kenikmatan itu cepat berakhir ia rasakan. Yoochun beralih ke perut Junsu ia mengecupnya berkali-kali menjilatnya sampai air liurnya membasahi tubuh Junsu. Akhirnya ia benar-benar menjelajahi setiap inci tubuh Junsu. Karena merasa ada yang menghalangi, ia melepas semua pakaian yang ia kenakan dan handuk yang melilit bagian bawah Junsu. Sehingga mereka benar-benar polos tanpa sehelai benangpun.

"Kita lakukan sekarang ya.", ujar Yoochun dengan nada menggoda.

"Aaaaarrgh.", erang Junsu, sambil menjambak pelan rambut Yoochun. Akhirny mereka benar-benar bergumul malam itu, dengan nafsu keduanya yang sudah tidak tertahan.*ampun dah gw, stres bikinnya neh, maaf gak akan ada kata2 yg merangsang, hahaha. gak berani.*

------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi hari dua pria tanpa pakaian dibalik selimut masih tertidur pulas dengan peluh yang menghiasi tubuh mereka. Seprai yang berantakan, bercak-bercak noda tertempel jelas disprei. Junsu menggeliat, tangannya kirinya jatuh di wajah Yoochun. Dan itu membuat Yoochun dan Junsu terbangun. Mereka mengerjap-ngerjapkan mata mereka. Saat benar-benar tersadar, mereka terkejut dan berteriak bersamaan. Mereka langsung bangkit dari tempat tidur, dan sialnya mereka berdua malah benar-benar melihat masing-masing tanpa busana.

"Aish, apa yang kita lakukan.", ujar Yoochun yang menyadari benar kejadian tadi malam.

Yoochun melihat Junsu sedang membasuh wajahnya. Wajahnya merah karena kekesalan yang dipendam.

"Aish, kau kenapa Jun-ah?", tanya Yoochun sambil membalikan badan Junsu mengarah padanya.
"Tidak apa-apa.", Junsu menyembunyikan kekesalannya.

"Jangan bohong, kau pasti cemburu. Aish, itu hanya iseng sayang. Jangan kau pikirkan.", rajuk Yoochun. Ia memeluk Junsu untuk menenangkan 'kekasihnya' itu.

"Aish, iya aku tau. Tapi tetap saja. Jangan lakukan lagi.", kesal Junsu.

"Kau iri ya.", goda Yoochun. Wajah Junsu makin merah, namun kali ini karena malu. Yoochun tersenyum lalu mencium lembut bibir Junsu. Pengunjung lain yang ada di toilet, terkejut dan merasa sangat jijik melihat kejadian itu.*hahaha, termasuk gw*


--------------------------------------------------------------------------------------------------


Semua kembali biasa, mereka bisa kembali mesra tanpa rasa kesal satu sama lain. Anehnya terkadang mereka seperti sepasang kekasih, namun terkadang mereka hanya terlihat sebatas rekan kerja.

"Jun-ssi aku kira, kalau kau membuka cabang baru di Chungnam. Kau akan bisa meraup keuntungan, disana restaurant tidak terlalu banyak.*sok tau gw* Sementara saat aku survey, banyak sekali penduduk dan pengunjung disana yang mencari tempat makan.", usul Yoochun saat bertukar pikiran dengan Junsu.

"Tapi aku harus lihat grafik penjualan restaurantku yang lain. Kalau aku membangun lagi, berarti banyak biaya yang harus ku keluarkan.", jelas Junsu menimbang-nimbang.

"Ya, tapi aku ingin tanam saham jika kau membuka cabang disana.", Yoochun masuk dalam niatnya. Merekapun berbincang panjang lebar membahas bisnis mereka.


-----------------------------------------------------------------------------------------


Yoochun benar-benar tidak bisa lepas dari yang namanya wanita. Kali ini ia pergi ke diskotik sendirian, dan berhasil memikat wanita cantik untuk dibawa ke apartementnya.

Junsu, tanpa memberitahu datang ke apartement Yoochun. Ia mempunyai kunci duplikat apartement Yoochun. Ia datang dengan perasaan rindu yang membelenggunya. Sudah dua minggu ia tidak bertemu dengan Yoochun. Karena kesibukan keduanya. Ia mengendap-endap masuk untuk memberi kejutan.

"Aaaaahhh.. Yoochun-ssi...", desah seorang wanita dari kamar tidur Yoochun.*najis dah ah*


-Junsu POV-

Aku mendengar suara wanita dari kamar tidurnya.

"Santai sedikit sayang...", itu suara Yoochun. Aku langsung ke kamarnya. Namun alangkah terkejutnya aku melihat ia sedang bersetubuh dengan seorang wanita. Kini aku benar-benar marah.

"Chunnie.", teriakku, lalu aku membanting pintu dan meninggalkan apartementnya.

"DOLPHIN, TUNGGU AKU.", teriaknya menahanku. Namun, aku tidak peduli.

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan penuh. Kembali ke apartementku. Aku menangis sejadi-jadinya. Seharusnya ini tidak perlu terjadi, aku tau dia. Dia seorang playboy. Sebelum bersamakupun dia seperti ini. Tapi aku tidak bisa, entah mengapa ini menyesakan sekali. Aku menangis dibalik selimutku. Aku kira malam ini aku bisa bersamanya.

"Bodoh, bodoh.", kesalku sambil memukul kepalaku.

"Siapa yang bodoh? Aku.", ucap seseorang yang suaranya sudah sangat ku kenal. Ia kini tepat di kamarku. Aku tidak mau membuka selimutku, walaupun ia menarik-narik selimutku.

"Jun, buka selimutnya. Aku ingin melihat wajahmu.", rajuknya. Tetap tidak mau. Aku tidak mau melihat wajahnya. Ia naik ke tempat tidur dan memelukku.

"Jangan marah, maafkan aku. Benar-benar maafkan aku. Aku bingung kau ini kenapa?", tanyanya. Air mataku tetap saja mengalir terlebih saat ia memelukku. Itu membuatku semakin mengingat kejadian tadi.


-Yoochun POV-

Dia diam saja, aku bingung.
"Jun, masa karena hal tadi kau marah. Itu kan hal biasa.", kataku membujuknya. Ia menyibakan selimut, aku lihat matanya merah sembab, aku tau ia habis menangis hebat.

"BIASA? Untukmu, tapi tidak untukku. Mulai sekarang lebih baik kita tidak usah berhubungan, jika kau tetap seperti ini. Dari awal aku tau sikapmu, aku tau tentangmu. Tapi aku tidak tau ini akan begitu sakit. Kau mengerti. Jadi lebih baik kau pergi saja. Jangan pernah mendekatiku lagi.", bentaknya. Nadanya begitu tinggi sehingga tepat menusukku. Ia mencoba melepas pelukanku.

"Dolphin, aku tidak tau kau akan semarah ini. Aku tidak akan mau. Tidak akan pernah pergi darimu. Tidak akan.", kataku tak kalah tinggi. Aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Percuma, sudah berulang kali kau lakukan ini. Merajukku. Tapi tetap saja. Kau pilih tinggalkan sifatmu itu atau tinggalkan aku selamanya.", tanyanya membuat pilihan. Sekali aku mencintai seseorang walaupun itu seorang pria. Tak akan pernah aku lepaskan dia.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku tidak akan bermain-main dengan wanita lagi. Hanya kau, hidupku hanya kau. Kau mengerti.", bentakku lagi. Aku lihat ia menundukan kepalanya. ia tidak berani memandangku lagi.
"Aku janji. Aku mencintaimu Kim Junsu.", kataku melemah. Iapun membalas pelukanku. Aku tersenyum senang karenanya.

---------------------------------------------------------------------------------------------

-Author POV-

Semenjak itu tidak ada lagi Playboy bernama Park Yoochun. Yang ada hanyalah seorang pria bernama Park Yoochun yang mencintai seorang pria bernama Kim Junsu. Entah apa yang terjadi, mereka akan tetap saling mencintai.

"Only you in my heart, my Dolphin.", gumam Yoochun saat memeluk Junsu dalam tidurnya.

"Aku tau. Akupun mencintaimu, micky mouseku.", saut Junsu.

Merkapun akhirnya mengambil tidur lelap mereka.

-----------------------------------------------------------




The End..

No comments:

Post a Comment