Thursday, February 17, 2011

Fan Fiction.. I'm Crazy.. YunJae..

Cast

- Jung Yunho





- Kim Jaejoong (bebeku tercinta)





- Choi Ahnka (author yang pengen eksis)


Let' s get the story..

----------------------------------------------------------------------------------------


-Yunho POV-

Aku duduk di meja pojok restaurantku yang sudah ku rintis selama 1 tahun belakangan ini. Aku senang menjalankan usahaku dan yang lebih menyenangkan karena semua pekerja disini adalah wanita. Memang itu syarat yang sudah aku tentukan. Dan diantara mereka, ada satu pelayan yang menarik hatiku, namanya Kim Jae Hye. Wanita yang kini sedang aku perhatikan dari posisiku sekarang.

"Annyeong haseyo.", sapanya pada tiga orang pengunjung yang masuk restaurantku. Senyumnya manis sekali, tidak hanya itu. Wajahnya, bibirnya, lekuk tubuhnya, hidungnya, matanya, bahkan tai lalat di pipi kirinya terlihat sangat manis. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya. Karenanya, kini aku lebih semangat lagi bekerja, agar aku dapat melihat wajahnya setiap hari. Walaupun ia tidak tau perasaanku. Mataku tak pernah lepas dari setiap gerak-geriknya. Aku memejamkan mataku dan tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila membayangkan dia.

"Songsaengnim, terjadi kecelakaan kecil didapur.", seorang pelayan membisikanku sesuatu padaku.

"Waeyo?", tanyaku.

"Jae Hye-ssi, tersiram air panas.", katanya melanjutkan. Mendengar itu aku langsung pergi ke dapur. Disana sebagian pelayan merubungi Jae Hye.

"Aish, kenapa kalian hanya melihat. Bukannya membantu.", kesalku dengan kelakuan bodoh semua pekerjaku.

"Ikut aku kita ke rumah sakit saja.", kataku padanya sambil memapahnya pelan.

"Aku tidak apa songsaengnim. Hanya tanganku dan kakiku yang kena. Tidak perlu ke rumah sakit.", katanya menahan rasa sakitnya.

"Yasudah, aku obati di ruanganku saja.", kataku. Walaupun sebenarnya ia berusaha menolak untuk aku bantu, namun aku tetap saja memaksanya. Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya.

Akupun membawanya ke ruanganku. Disana aku mengolesi kulitnya yang merah melepuh dengan pasta gigi. Pasti itu menyakitkan di kulitnya yang putih halus.

"Lain kali hati-hati Jae hye-ssi, mengapa bisa sampai seperti ini?", tanyaku penasaran.

"Maaf songsaengnim, tiba-tiba saja kepalaku pusing.", katanya sambil menundukan kepalanya mungkin karena menyesal.

"Huah, kau kenapa? Kau sakit?", tanyaku lagi. Aku menyentuh keningnya dengan punggung tanganku. Keningnya panas sekali. "Kau pulang saja ya. Tubuhmu benar-benar panas.", kataku. Aku khawatir dengannya, aku ingin dia istirahat saja.

"Tapi songsaengnim, aku masih harus kerja.", ngeyelnya. Dia keras kepala sekali.

"Sudah seperti ini masih saja. Kau harus istirahat. Biar aku antar pulang.", paksaku lagi.

"Ne, tapi tidak usah repot-repot, biar aku pulang sendiri saja.", sergahnya. Namun aku tidak peduli, aku mengambil mantelku dan kurekatkan di tubuhnya agar terasa hangat. Aku membantunya berjalan sampai mobilku.

Kamipun tiba disebuah rumah, sangat kecil untuk disebut rumah. Dengan kamarku, mungkin lebih besar kamarku. Ia tinggal ditempat seperti ini. Tidak bisa aku terima. Aku memapahnya masuk ke dalam rumahnya. Walau kecil, namun rumah ini benar-benar terurus. Tata letaknya benar-benar sangat rapih dan sangat bersih. Aku menidurkannya di tempat tidurnya.

"Ini siapa?", tanyaku. Saat melihat foto seorang pria di nakas kecilnya. Tapi tunggu. Wajahnya mirip sekali dengan Jae Hye. "Wajahnya mirip sekali denganmu?", tanyaku lagi.

"Uhuk. Uhuk.", tiba-tiba ia tersedak. Wajahnya langsung memerah.

"Ah, itu kembaranku. Kim Jaejoong.", jawabnya dengan gugup, aneh sekali. Aku baru tau ternyata dia punya kembaran.

"Mirip sekali ya denganmu. Cantiknyapun sama, namun sayang ia pria. Kalau wanita, pasti aku sudah jatuh cinta padanya.", gurauku. Sebenarnya secara tidak langsung aku mengatakan aku menyukainya.

--------------

-Ahnka POV-

Aku mendapati sahabatku sedang memperhatikan Yunho songsaengnim secara sembunyi-sembunyi. Aku punya sahabat sudah gila. Dia ini pria masih saja menyukai pria, padahal sudah aku nasehati. Seandainya ia tau, kalau aku menyukainya.*uda tau kali*

"Yaaaa. Jaejoonggie. Kau sudah gila, sadar. Dia itu pria.", kejutku namun berbisik. Aku tidak ingin semua rahasianya terbongkar. Dia berkerja di restaurant tempatku berkerja. Sebenarnya restaurant kami tidak menerima pekerja pria, namun karena ia sangat membutuhkan uang jadi terpaksa ia menyamar menjadi perempuan, semua berjalan sempurna karena memang wajahnya begitu cantik, dan aku akui dia paling cantik diantara pekerja di restaurant ini. Hanya aku yang tau, ia pria. Karena aku yang membawanya ke restaurant ini sebagai waita.

"Ahnkaku, jagiyaku.*haha* Iya aku tau, tapi aku hanya ingin menikmati wajah tampannya, tidak apa kan. Dia itu tampan sekali. Memangnya kau tidak menyukainya.", katanya malah bercanda. Yang aku sukai kau bukan dia. Bodoh sekali.

"Terserahmu saja. Tapi, hati-hati. Aku yakin sebentar lagi, kau akan jatuh cinta dan menjadi pria tidak normal.", kesalku berkata asal-asalan.

"Memang aku sudah jatuh cinta padanya. Sudah ah, aku mau kembali bekerja.", katanya. Lalu mengecup pipiku sekilas*walau yunjae, tp tetep bebe forever* sebelum ia benar-benar berlalu dari hadapanku. Wajahku pasti merah sekali.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


-Author POV-

Saturday night, dengan penampilan yang menunjang ketampanannya, Yunho memberanikan diri berkunjung ke rumah Jae Hye alias Jaejoong.

Tok.tok.tok
Yunho mengetuk pintu rumah Jaejoong. Dan tak lama sesosok pria tampan nan cantik muncul membukakan pintu hanya menggunakan singlet saja yang tak lain adalah Jaejoong. Ia terkejut bukan main, mendapati Yunho dengan ia sebagai pria.

"Annyeong, Jaejoong-ssi.", sapa Yunho membungkukan badannya.

"Ah an.nyeo.ng.", saut Jaejoong terbata-bata.

"Jae hyenya ada?", tanya Yunho.

"Ada, eh..eh tidak ad..a. Emmm.. Dia sedang keluar.", jawab Jaejoong semerawut tidak tau apa yang mau dikatakan. "Silahkan masuk.", ajak Jaejoong.

Setelah berganti pakaian dan membuatkan minum, Jaejoong menemani Yunho berbincang.

"Gamsa hamnida. Oh ya Jaejoong-ssi. Aku Yunho, temannya Jae hye di restaurant.", Yunho memperkenalkan diri.

"Ooh. Kau sudah tau namaku kan, jadi aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi kan? Hehehe.", gurau Jaejoong. "Ada apa mencari Jae Hye?", tanya Jaejoong.

"Kau ini humoris juga ya.", sindir Yunho. "Aku mau mengajaknya pergi. Boleh kan?", Yunho meminta ijin.

"Boleh sekali. Aku, eh dia pasti senang.", riang Jaejoong hampir keceplosan.

Setelah tak lama berbincang.
"Yunho-ssi, aku mau pergi. Tidak apa kan aku tinggal. Sebentar lagi Jae hye juga pulang.", tanya Jaejoong.

"Ah, gwaenchana.", saut Yunho. Jaejoong langsung ke kamar dan memasukan perlengkapan yang biasa dipakai Jae hye ke tasnya. Lalu pergi dari rumahnya.

Tak lama Jaejoong muncul sebagai Jae Hye, wanita yang amat sangat cantik.
"SONGSAENGNIM?", ujar Jaejoong berpura-pura terkejut, akan adanya Yunho dirumahnya.


-Yunho POV-

Akhirnya dia pulang juga. Dia cantik sekali, tidak salah dia membuatku segila ini. Iapun menghampiriku.
"Ne, Jae hye-ssi. Ah, Oppamu baru saja pergi.", kataku memberitahu.

"Oh, kalian sudah bertemu. Mian, kau jadi harus menunggu rumahku. Dia biasa seperti itu, memang namja gila.*ember,hehe*", guraunya. Ternyata mereka anak kembar yang memang lucu. "Maklumi saja, songsaengnim.", lanjutnya lagi.

"Kau ini, kalau diluar jangan panggil aku songsaengnim. Panggil Yunho saja.", kataku tersenyum padanya.

Setelah banyak berbincang dan menyampaikan maksudku. Akhirnya kamipun pergi ke sebuah restaurant bersuasana romantis.*wakakakak*

"Kau cantik sekali Jae hye-ah.", pujiku. Iapun tersenyum padaku. Karena itu, aku memberanikan menggenggam tangannya. "Jae hye, apa kau mau jadi kekasihku?", tanyaku. Aku harap iya. Aku lihat matanya terbelalak saat aku mengatakan itu.

"Jae hye, bagaimana? Kau mau tidak?", tanyaku lagi. Karena dia hanya diam. Cukup lama, namun akhirnya aku temukan juga anggukan darinya. Dan ini sangat membahagiakanku.


-Jaejoong POV-

Aku sudah gila, benar-benar gila. Pria macam apa aku. Ahnka~yah tolong aku. Aku tidak bisa menyangkal ketampanan dan kebaikannya membelenggu otak dan hatiku. Sampai aku menutup telinga dan akal sehatku. Aku tau dia menyukaiku sebagai wanita, tapi rasa ingin bersamanya, tidak terelakkan lagi. Aku benar-benar gila. Ia tersenyum padaku saat aku mantapakan hatiku untuk menerima cintanya. Malam ini aku bahagia.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Karena tidak sabar untuk bercerita. Saat melihat Ahnka masuk ruang loker pekerja aku langsung menghampirinya dan memeluknya.*asik*

"Hiyah, Jaejoonggie kau ini.", kesalnya mencoba melepas pelukanku.*padahal demen bgt* Namun aku tidak peduli, aku semakin mengeratkan pelukanku padanya.

"Aku senang sekali. Tadi malam Yunho songsaengnim, memintaku menjadi kekasihnya. Dan aku menerimanya.", kataku masih memeluknya. Namun dengan cepat ia mendorong tubuhku kencang.

"APA? Kau gila ya. Otakmu dimana Joonggie? Dia wajar, karena menganggapmu wanita. Tapi kau ini, sudah gila. Bagaimana kalau dia tau kau pria.", bicaranya panjang lebar. Sepertinya dia benar marah padaku.*aku ga marah kok be,cuma heran aja* Benar juga ya, tapi aku terlanjur menyukainya.

"Tapi, aku senang. Tentang itu, lihat nanti saja.", ngeyelku masih dengan wajah riangku.

"Terserahlah kalau kau senang, tapi aku tidak ikut campur.", katanya lepas tangan. Itulah yang aku suka darinya, apapun yang aku lakukan dia selalu mendukungku.*abisnya dblgin jg percuma. Keras kpala*

"Ini baru temanku. Aku menyayangimu.", senangku, lalu aku memeluknya lagi.*always demen dpeluk*

"Iya, apa katamu saja. Tapi aku sudah mengingatkanmu ya.", katanya lagi, wajahnya serius sekali.

"Iya, aku ingat Ahnkaku.", sautku bergurau.

"Sudah sana ganti seragam. Nanti kita dimarahi kekasihmu itu.", sindirnya jahil.

--------------------------------------------------------------------------

-Author POV-

Jaejoong sedang mengelap meja-meja, itu memang perkerjaannya setiap hari. Tiba-tiba sebuah tangan kekar menggenggam tangannya, dan itu membuat ia menghentikan pekerjaannya. Iapun menoleh ke arahnya.

"Songsaengnim? Annyeong.", sapa Jaejoong pada Yunho lengkap dengan senyumnya.

"Annyeong.", Yunho tersenyum. "Jagiya, jangan terlalu lelah. Nanti kau sakit lagi. Biar aku suruh yang lain menggantikan pekerjaanmu.", kata Yunho begitu perhatian.

"Yaaa, songsaengnim. Tidak boleh seperti itu. Aku ini kan pekerjamu. Jadi tidak boleh pilih kasih.", kata Jaejoong, namun dalam hatinya ia begitu senang. "Lepaskan tanganku, tidak enak jika dilihat yang lain Yunho~yah.", bisik Jaejoong. Yunhopun tersenyum, lalu melepaskan genggamannya.

"Jagiya, saranghaeyo.", kata Yunho pelan sebelum meninggalkan Jaejoong. Jaejoong benar-benar senang.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Jaejoong akan beranjak pergi kerja. Baru saja ia membuka pintu rumahnya. Ia sudah dikejutkan oleh Yunho yang kini berdiri di hadapannya.

"Pagi, Jae hye. Bagaimana kalau hari ini tidak usah masuk kerja. Kita habiskan waktu bersama saja ya.", kata Yunho dengan senyum memaksanya.

"Yunho~yah, kau ini. Kau tidak bisa seperti ini. Jangan mentang-mentang, aku ini.....", protes Jaejoong namun ia menggantungkan kata-katanya.

"Mentang-mentang kau ini apa? Kekasihku. Bukannya memang seperti itu. Ayolah, aku yang akan bertanggung jawab jika bosmu marah.", rajuk Yunho yang sedikit bergurau. Karena geli dengan perkataan Yunho, Jaejoong mencubit lengan Yunho.

"Iya, tapi benar ya kau tanggung jawab. Bosku galak sekali soalnya.", Jaejoong menimpali candaan Yunho.

"MWO? Galak?Tapi tampan kan?", goda Yunho.

"Iya mungkin.", goda Jaejoong. "Sudah, kita jadi pergi tidak?", tanya Jaejoong.

Merekapun seharian menghabiskan waktu bersama sampai hari sudah malam. Perasaan Jaejoong benar-benar sangat senang. Terlebih Yunho, ini benar-benar hari yang membahagiakan. Sebelum mengantarkan Jaejoong pulang mereka menikmati suasana malam di tepi sungai Han dulu. Di sana mereka saling berbincang.

"Kau ini Yunho~yah. Dasar gila. Hahahahaha", gurau Jaejoong. Ia tertawa puas sekali karena merasa geli mendengar gombalan-gombalan Yunho.

Cuuuppp
Yunho mendaratkan ciuman di pipi Jaejoong. Wajah Jaejoong kini benar-benar memerah. Ia terkejut sambil menyentuh pipinya yang terasa panas. Dan Yunhopun benar-benar salah tingkah. Ia menutup bibirnya dengan telapak tangannya.

"Huah dia menciumku, bisa tambah gila aku ini.", pikir Jaejoong dalam hati.

"Mian jagiya, tidak sengaja.*sok iye*", kata Yunho dengan senyum menyesalnya. Sebelah tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Empuk sekali pipinya.", batin Yunho.

"Kau ini memang genit.", canda Jaejoong. Yunho hanya tersenyum geli.

Yunho mengantarkan Jaejoong pulang. Sesampainya didepan rumah Jaejoong, Yunho mendapati 'wanita'nya sudah tertidur pulas. Ia membiarkan saja, karena tidak tega untuk membangunkannya.


-Yunho POV-

Cantik sekali, benar-benar seperti malaikat saat ia tidur. Aku membelai lembut wajahnya dengan punggung jari-jariku. Kulitnya halus sekali. Akupun mendekatkan wajahku. Ingin sekali mencium bibir mungilnya yang merah.

"Ehhhmmmm.", ia menggeliat dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Dengan refleks aku menjauhkan wajahku, membuatku mengurungkan niatku. Tau saja kalau aku ingin menciumnya. Dasar.

"Ah, sudah sampai ya? Aku ketiduran. Kenapa tidak membangunkanku.", katanya saat benar-benar sadar.

"Tidurmu pulas sekali jagi.", kataku. Ia hanya tersenyum.

"Aku masuk ya, terimakasih hari ini.", ujarnya. Akupun mengantarnya sampai pintu rumahnya.

"Lanjutkan tidurmu ya. Sampai bertemu besok.", kataku. Aku mencium telapak ibu jariku lalu ku tempelkan ibu jariku di bibirnya. "Selamat malam jagiya.", lanjutku. Lalu aku beranjak ke mobilku. Namun tangannya menahan kepergianku dengan tangannya yang menggenggam tanganku. Akupun membalikan badanku. "Ada apa?", tanyaku.

"Hati-hati ya. Selamat malam.", ucapnya. Lalu melakukan hal yang sama denganku tadi. Namun sifat jahilku muncul, saat ibu jarinya menempel di bibirku. Aku menggigitnya dengan keras.

"Ah Yunho~yah, sakiiittt.", teriaknya manja.

"Hehehe, iseng jagi. Aku pulang ya. Selamat malam.", pamitku. Namun sebelum pergi, dengan berani aku mengecup bibirnya singkat. Lalu langsung kabur karena ternyata aku malu. Aku tidak berani menatap wajahnya.


-Jaejoong POV-

Aish, tadi itu. Aku bisa merasakan bibirnya walaupun hanya sekejap. Aku kini terpaku menatap punggungnya yang semakin lama lupu dari pandanganku.

-----------------------------------------------------------------------------------

Yunho berkunjung ke rumahku mengejutkanku, dan lagi- lagi aku berdalih kalau Jae hye tidak ada dirumah.

Yunho masuk ke rumahku. Ia mau menunggu Jae hye, sampai kapanpun tidak akan datang. Karena aku lagi malas menyamar.

"Sedang apa?", tanyanya padaku yang daritadi memang sedang memasak. Aku lapar.

"Memasak.", kataku dengan lagak asliku, TENGIL.

"Kau bisa memasak?", ujarnya tidak percaya. Dia menghampiriku ke dapur.

"Bisalah. Memangnya kau tidak bisa? Payah sekali.", ledekku dengan senyum jahil.

Aku ingin mengambil wajan di rak paling atas, tanganku menggapai-gapai, namun tidak sampai. Tiba-tiba dari belakang sebuah tangan membantuku mengambilkan wajan yang kumaksud. Kepalaku menoleh ke belakang, jarak kami terlalu dekat. Harum tubuhnya menusuk penciumanku. Aku terus saja memandangi kekasihku itu. Bukan, tapi kekasihnya Jae hye. Tapi aku dan Jae hye sama saja.

"Ini, begitu saja tidak sampai. Sekarang yang payah siapa? Hahaha.", ejeknya. Menyodorkan wajan padaku. Aku memicingkan mataku.

"Jangan meledek, aku tidak restui dengan Jae hye nanti. Itu kan karena tanganku tidak sepanjang tanganmu, tapi aku tidak pendek. Hanya beda sedikit darimu.", kesalku. Aku lihat dia tersenyum lebar, dan kedua tangannya saling menepuk sebagai permintaan maaf.

"Jaejoong-ssi, apa Jae Hye suka membicarakanku?", tanyanya sambil menopang dagunya di meja sembari memperhatikanku.

"Hah? I.ya. Katanya kau tampan, baik, dan ia begitu mencintaimu. Jangan bilang-bilang padanya, aku membocorkan ini padamu.", gurauku. Ia tersenyum geli. Itu memang benar adanya.

"Yang benar?", tanyanya meyakini.

"Iya, kau tidak percaya pada kakak iparmu?", sinisku. Aktingku sepertinya sempurna sekali. Bagaimana kalau ia tau, aku Jae hye? "Apa kau benar mencintai adikku?", tanyaku.

"Sangat. Setiap aku melihat wajah dan matanya, aku semakin mencintainya.", katanya. Aish, Yunho~yah aku mencintaimu.


-Yunho POV-

Setiap aku melihat mata dan wajah pria dihadapanku juga membuat hatiku tidak jelas. Mungkin, karena aku jadi teringat Jae Hye. Tapi tatapan matanya benar-benar seperti Jae hye. Tidak ada bedanya sama sekali.

Kami sudah selesai makan. Sambil menunggu Jae Hye pulang, kamipun main kartu. Yang kalah di coret dengan bedak.Tapi sayangnya aku terlalu sering kalah, wajahku benar-benar penuh bedak. Sedangkan dia hanya beberapa kali.

"Asik aku menang.", senangku. Saatnya balas dendam. Ia memejamkan matanya, berusaha menghindar. Cantik sekali, tanpa sadar aku mendekatkan wajahku. Nafas hangatnya berhembus di wajahku.

"Yunho-ssi lama sekali.", serunya. Ia membuka matanya.

Dengan segera aku mencoret wajahnya dengan bedak. Aku sudah gila, dia bukan Jae hye, walaupun kembar.

"Aish, ini sudah sangat malam. Mengapa Jae hye belum pulang.", tanyaku mengalihkan kesalah tingkahanku.

"Kalau jam segini belum pulang, biasanya dia menginap dirumah Ahnka, temannya.", beritahunya. Ternyata begitu, malam ini tidak bertemu dengannya. Padahal aku merindukannya.

"Kalau gitu aku pulang ya.", pamitku lesu.

"Lebih baik begitu. Sudah sana pulang. Hehe.", usirnya. Namun bercanda.

"Jaejoong-ssi, bilang padanya. Aku mencintainya.", kataku iseng.

"Huah, kau di depanku berani seperti itu.", sautnya. Sambil sebelah tangannya hendak memukul kepalaku. Namun aku keburu kabur.

"Selamat malam kakak ipar.", teriakku sedikit berlari.


-Author POV-

"Dasar Yunho~yah.", dumel Jaejoong.

-------------------------------------------------------------------------------

Jaejoong hari itu sangat lelah, ia beristirahat di ruang loker pekerja.
"Kenapa? Tadi malam tidak tidur lagi?", tanya Ahnka yang duduk disamping Jaejoong.

"Ya begitulah, ah panas sekali.", eluh Jaejoong. Ia melepas wignya.

Yunho yang memang seharian belum bertemu Jae hye, mencari tau dimana keberadaan Jae hye, dan semua mengarah ke loker pekerja. Yunho yang sudah merindukan Jae hye langsung pergi kesana.
Saat hendak membuka pintu, ia mendengar Ahnka memanggil Jae Hye dengan Jaejoonggie. Dengan perlahan ia membuka pintu sedikit untuk mengintip. Matanya terbelalak melihat Jaejoong dengan wujud Jae Hye, lebih tepatnya Jae Hye dengan wujud Jaejoong.
"Jaejoonggie pakai wigmu, kalau ketahuan pekerja lain. Bisa gawat.", tegur Ahnka.

"Tidak akan ada yang lihat, aku terlalu kepanasan.", ngeyel Jaejoong.

"Terserahlah. Tadi malam kenapa tidak bisa tidur?", tanya Ahnka lagi.

"Karena aku terus memikirkan kekasihku itu. Tadi malam dia ke rumahku, dan kami habiskan malam bersama dengan aku sebagai Jaejoong.", jelas Jaejoong.

"MWO? Kenapa bisa seperti itu?", heran Ahnka.

"Bisalah, kan aku mengaku kembarannya Jae Hye. Padahal aku adalah Jae Hye. Aku senang sekali bersamanya tadi malam. Aku benar-benar mencintainya. Tidak bisa aku bayangkan. Jika ia tau aku dan Jae Hye satu orang.", ujar Jaejoong. Ia menyandarkan diri ke sandaran kursi.

Yunho semakin terkejut mendengar pernyataan Jaejoong. "Sial selama ini aku dibohongi. Dan bodohnya aku mencintai seorang pria.", kesal Yunho. Ia membuka kasar pintu selebar-lebarnya.

"SONGSAENGNIM?", kaget Jaejoong dan Ahnka. Mata mereka benar-benar terbelalak. Dengan cepat Jaejoong menggunakan wignya lagi.

"Bisa tinggalkan kami.", pinta Yunho pada Ahnka. Ahnkapun menurut, ia keluar. Namun ia menguping pembicaraan mereka dari luar.

"Jadi ini? Apa maksudmu melakukan ini semua JAE HYE?", teriak Yunho tepat depan wajah Jaejoong. "Bukan, Jae hye. Tapi Jaejoong.", sindir Yunho. Jaejoong menunduk ketakutan.

"A..ku.. bu..tuh.. ua..ng..", jelas Jaejoong terbata-bata.

"Aish, bukan itu. KENAPA KAU MEMBUATKU JATUH CINTA PADAMU? KENAPA KAU MENERIMA CINTAKU? Padahal kau tau, kau ini pria. Apa kau memang suka mempermainkanku? Selama ini aku bersama pria. KENAPA?", bentak Yunho. Terkadang nadanya tinggi, melemah, kemudian meninggi lagi.

"Itu karena.....", Jaejoong menggantungkan kata-katanya. Ia tidak tau mau menjelaskan apa.

"Mulai sekarang jangan pernah kau munculkan lagi wajahmu dihadapanku. Mulai detik ini kau aku PECAT. Sekarang kau pergi. PERGI.", teriak Yunho membentak. Karena tak kuasa menahan emosinya, Yunho menyandarkan keningnya di tembok. Dan tangannya terus saja meninju-ninju tembok itu. Jaejoong tidak tega melihatnya, ia menyentuh pundak Yunho.

"Yunho~yah, maafkan aku.", kata Jaejoong. Namun, Yunho menepis tangan Jaejoong.

"Aku bilang PERGI.", usir Yunho. Setelah membereskan semua barang-barangnya Jaejoong keluar ruangan dengan berlinang air mata. Di depan pintu ia berpapasan dengan Ahnka.

"Jaejoonggie.", Ahnka menggenggam tangan Jaejoong.*pengennya* Jaejoong hanya tersenyum kecil, tanda ia ingin sendiri. Ahnkapun melepas genggamannya, dan membiarkan Jaejoong pergi.

---------------------------------------------------------------------------------

Tiga hari sudah Yunho tidak pergi ke restaurant. Ia kini dalam depresi tingkat tinggi. Tidak keluar kamar, keadaan wujudnya juga benar-benar berantakan. Ia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan, bahwa wanita yang ia cintai merupakan seorang pria. Ia merasa dibohongi mentah-mentah olehnya.

"Kim Jae Hye, kau SIALAN.", umpat Yunho. Ia melempar foto Jae Hye ke lantai sampai kacanya hancur berkeping-keping. "Namun aku terlanjur mencintaimu.", lirih Yunho. Bayang-bayang Jae Hye sulit dilupakan.

Begitupun Jaejoong, ia benar-benar malas melakukan apapun. Ia lebih senang di dalam kamarnya merenungi kebodohannya selama ini. Bahkan rumahnya berantakan, tidak terurus olehnya.

"Seharusnya aku mendengarkan kata-katanya. Seharusnya aku tidak mencintaimu. Yunho~yah, maafkan aku.", sesal Jaejoong. Ia menutup dirinya dengan selimut. Air matanya jatuh berlinang.

--------------------------------------------------------------------------------

Kini Yunho sudah mulai bisa mengontrol perasaannya, ia kembali mulai dengan aktivitas.

-Yunho POV-

Aku memulai lagi aktivitasku. Sialnya, bayang-bayang Jae Hye tetap menghantuiku. Saat aku memperhatikan pekerja, yang muncul wajahnya. Saat aku ke dapur, bayangannya memenuhi dapur. Setiap sudut restaurant dipenuhi olehnya.

Namun yang aku bingung setiap aku menutup mataku, pasti selalu muncul wajah Jaejoong yang tersenyum padaku dengan tatapan mata dalamnya. Aku menyentuh bibirku, bibir ini mengecup bibir seorang pria. I'm Crazy. Terlebih dia, he's so crazy.

Aku tidak bisa melupakannya. Entah Jae Hye ataupun Jaejoong, tak bisa aku lupakan. Aku rasakan hembusan nafas hangatnya di wajahku. Mengingat tubuhnya hanya dengan kaos singlet. Saat aku menyentuh wajahnya ketika mencoretnya dengan bedak. Tawanya yang lepas, saat aku kalah main kartu. Masakannya. Bibir merahnya yang polos. Huah, itu semua saat dia menjadi Jaejoong. Aku benar-benar gila.

Aku memanggil Ahnka ke ruanganku. Ia datang dengan wajah yang tegang.

"Bagaimana kabarnya?", tanyaku langsung. Sepertinya ia mengerti siapa yang ku maksud.

"Tidak baik Songsaengnim.", jawabnya.

"Maksudmu?", tanyaku tidak mengerti.

"Ia terus menangis jika mengingatmu.", jelasnya. Aish, kenapa harus seperti itu.

"Bisa jelaskan padaku, mengapa dia jadi seorang wanita.", pintaku. Iapun menjelaskan panjang lebar apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata ia sendiri, tanpa keluarga. Ia rela seperti itu hanya untuk memenuhi kehidupannya. Aku merasa bersalah memecatnya, tapi jika ku ingat dia membohongiku. Rasanya, ingin sekali aku marah.

"Maafkan, aku lancang Songsaengnim. Tentang, hubungan kalian. Ia menerimamu, karena ia benar-benar mencintaimu. Ia hanya ingin bersamamu, walaupun ia tau, ia harus menanggung resikonya. Salahnya hanya satu, ia menutup akal sehatnya. Ia terlalu berani untuk mencintai seorang pria.", kata Ahnka panjang lebar. Aku lihat matanya berkaca-kaca saat menceritakan ini padaku. Perasaanku semakin tidak menentu.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku tidak tahan dengan semua perasaanku. Aku berusaha membencinya, namun apa yang terjadi. Aku malah semakin mencintainya. Mencintai seorang pria yang dulu aku anggap seorang wanita. Mata dan wajahnya selalu menghantui hari-hariku. Aku memang sudah gila, namun aku tidak bisa menyangkalnya. Aku merindukan KIM JAEJOONG.

Aku memakirkan mobilku di depan rumahnya. Halaman rumahnya berantakan sekali, dan rumahnya terlihat remang. Aku masih menimbang keinginanku. Apakah aku harus bertemu dengannya? Kerinduanku mendorongku untuk mengatakan IYA.

Tok.tok.tok
Aku mengetuk pintu rumahnya. Tak lama muncul pria yang aku cintai membukakan pintu. Sudah lama tidak melihat wajahnya. Bisa aku lihat jelas, ia benar-benar terkejut mendapatiku berdiri di hadapannya. Tapi kantung matanya terlihat jelas sekali. Matanya jadi tidak seindah biasanya.

"Malam Jagiya.", sapaku. Matanya semakin membulat. "Kenapa diam? Aku kan masih kekasihmu. Boleh aku masuk?", lanjutku sambil menggibaskan tanganku di depan wajahnya.

"Silahkan masuk.", ramahnya. Aku yakin dia heran dengan sikapku. Aku sendiri saja heran apalagi dia. Akupun masuk ke rumahnya. Benar-benar berantakan.

"Jaejoong~yah, aku mencintaimu.", kataku langsung tanpa babibu lagi. Entah mengapa kata-kata itu keluar begitu saja. Tidak bisa ditahan lagi. Akupun memeluknya erat. Terserah dia mau bilang apa, aku mencintainya.

"Yunho~yah, bukannya kau marah padaku?", tanyanya. Aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Kata siapa? Aku marah pada kembaranmu, tidak marah padamu.", kataku jahil padanya. Aku meregangkan pelukanku. Aku lihat wajahnya tersenyum.

"Jadi tidak marah. Aku senang mendengarnya.", ia tampak riang. Akupun ikut senang.

"Saranghaeyo, jagiya.", kataku lagi.

"Na do Saranghaeyo.", sautnya. Akupun meraih tengkuknya. Dengan cepat kucium lembut bibirnya. Aku rasa ia terkejut, namun akhirnya. Dapat kurasakan ciuman balasan darinya.


-Author POV-

Yunho mengulum lembut bibir Jaejoong, lidahnyapun ia mainkan di dalam mulut Jaejoong.

"Emmmm.", desah Jaejoong begitu menikmati. Tangan Yunho mengendap-endap ke dalam kaos Jaejoong. Ia membelai lembut punggung Jaejoong dengan gerakan sensual. Jaejoongpun membalasnya dengan melumat bibir Yunho lengkap dengan jilatan-jilatan menggairahkan di bibir Yunho.

--------------------------------------------------------------------------

"Pagi Jagiyaku.", sapa Yunho. Ia memeluk Jaejoong dari belakang.

"Genit sekali. Aku disini pekerjamu songsaengnim. Jadi lepaskan aku. Nanti kalau dilihat para pengunjung bagaimana?", sergah Jaejoong. Ia mencubit lengan Yunho.

"Biarkan saja, apa peduliku. Yang penting aku sedang merindukan jagiyaku.", manja Yunho. Ia melepaskan pelukannya.

"Manja sekali. Tapi aku sedang kerja. Sudah sana.", usir Jaejoong dengan mata melotot.

"Seram sekali. Iya, aku tidak akan mengganggumu. Tapi kalau lihat dari jauh boleh ya?", ngeyel Yunho.

"Iya, sudah sana pengganggu.", gurau Jaejoong. Yunho mengecup pipi Jaejoong, lalu langsung kabur.

Kini Jaejoong berkerja lagi di restaurant milik Yunho. Namun, sebagai Kim Jaejoong bukan Kim Jae Hye.

---------------------------------------------------------------------------------------







END

No comments:

Post a Comment