Sunday, March 13, 2011

Fan Fiction.. My Story.. One Shoot.. YAOI

Tittle : MY STORY



Author : Anka 'bubu'



Lenght : One Shoot (11 page MW)



Genre : Romance but Flat



Cast :

- Yunho and Jaejoong

- Yoochun and Junsu

- Changmin and Kyuhyun



................................................................





Tahukah bagaimana rasanya dicintai dan mencintai?



Ini kisahku.

Perjalanan cinta bersamanya.

Bersama seorang yang sangat berarti.

Bersama seorang yang dapat membuat segalanya menjadi indah.

Dimana dia adalah milikku.

Dan aku adalah miliknya.





.....





"Hyung bisakah kau datang?", pinta Junsu yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapanku. Kapan dia masuk ruangan kerjaku? Kim Junsu adalah seorang sahabat yang sudah aku anggap seperti adikku sendiri, karena aku jauh menyayangingnya.



"Kau mengejutkanku.", kesalku, memicingkan mata padanya. Dia malah tersenyum lebar, tidak tahukah itu membuatku semakin kesal.



"Ah hyung begitu saja marah.", ledeknya dengan wajah imutnya. Selalu seperti ini. Bertingkah seperti anak kecil yang menggemaskan. "Bisa datang tidak? Datang ya.", tanyanya lagi, dengan sedikit pemaksaan.



"Datang? Memangnya mau kemana?", heranku. Pasalnya memang aku tidak tahu arah pembicaraannya.



"Pertunanganku dengan Chunnie minggu depan, hyung. Bagaimana sih.", ucap Junsu dengan raut wajah yang kesal.



"Apaaaaa?", teriakku dan seseorang bersamaan. Seseorang? Siapa? Aku menoleh ke arah pintu. Di sana ada Shim Changmin, sahabatku yang lain.



"Yaa Minnie, sedang apa kau di sana?", tegurku galak. Changmin hanya tersenyum lebar. Sama saja dengan Junsu.



"Hehe. Hyung, tadi aku tidak sengaja mendengar, kan aku terkejut jadi seperti itu deh.", alasan Changmin yang terdengar mengada-ada. Aku tertawa kecil.



"Kau ini.", gemasku. Changmin malah memainkan alisnya. "Sudahlah. Hei Su~ie, kenapa kau tidak pernah memberitahuku, kalau kalian akan bertunangan.", marahku pada Junsu. Aku ini kan sahabatnya.



"Padaku juga tidak bilang.", protes Changmin yang ikut-ikutan.



"Hehe. Habisnya Chunnieku baru mengajakku tunangannya tadi malam. Tadi malam Chunnie romantis sekali. Hihi.", ceritanya dengan wajah yang berseri-seri. Tentu saja, sekarang ini ia pasti senang sekali. Aku dan Changmin asik mendengarkan cerita dari Junsu yang penuh semangat, tentang bagaimana Yoochun, kekasihnya menyiapkan makan malam romantis dan saat itu juga Yoochun melamarnya.



"Selamat ya Su~ie.", senangku sambil memeluknya. Aku turut bahagia tentunya. Junsu adalah pria yang manis dan juga imut, semua orang pasti menyukai kepolosannya. Bahkan playboy seperti Yoochun saja sampai jatuh pada Junsu.



"SuSu hyung, aku diundang juga kan?", melas Changmin memajukan bibirnya. Dia memang seorang yang galak, tampak dewasa, tapi tetap saja, dia terlalu manja pada kami, apalagi dengan kekasihnya.



"Tentu saja. Aku akan undang semuanya. Aku kan senang.", saut Junsu dengan kesenangannya. Changmin langsung saja memeluk Junsu dan menggerak-gerakkan tubuh Junsu.



"Chukkae hyung. Pokoknya aku mau pesan makanan yang banyak ya.", senang Changmin yang tak kalah heboh. Tapi tetap saja, kata makanan tidak bisa lenyap dari otaknya.



"Minnie.", teriak kesal seseorang di depan pintu ruanganku yang memang tidak ditutup oleh Changmin.



"Eh ada kau Kyu.", sapaku pada Kyuhyun, kekasih Changmin yang juga teman sekantorku.



"Benci Minnie.", ketusnya sambil menghentakan kakinya, kemudian langsung berlari dengan wajahnya yang kesal. Changmin tampak tidak mengerti, ada apa sebenarnya dengan Kyuhyun. Aku menoleh pada Changmin, sepertinya aku tahu akan Kyuhyun.



"Yaa Minnie, kejar sana. Dia cemburu melihatmu memeluk Junsu.", suruhku gemas karena Changmin diam saja. Ia mengerutkan keningnya. Satu kebodohannya lagi, tidak pernah mengerti kalau kekasihnya itu adalah seorang pecemburu berat.



"Benarkah? Aish. Mati aku.", gumam Changmin menepuk keningnya dan segera melesat mengejar Kyuhyun.



"Yaa Kyu jangan marah.", teriak Changmin yang terdengar olehku, karena teriakan Changmin terlalu keras. Kalau saja kantor ini bukan milikku, mungkin ia sudah di pecat karena membuat gaduh dalam kantor.



"Hahahaha.", tawaku tak tertahankan lagi. Dasar pria-pria konyol. Tapi begitu besar cinta yang aku rasakan dari dan untuk sahabat-sahabatku ini.





.....





Hari ini aku melihat senyum Junsu yang tidak biasa. Senyum terindah di samping pria yang begitu ia cintai.



"Chukkae Su~ie, Chun~ah", ucapku yang sedang berada di tengah Junsu dan Yoochun. Junsu langsung memelukku, sementara Yoochun tersenyum hangat.



"Gomawo hyung.", balas Yoochun selanjutnya. Aku meninju lengan Yoochun.



"Awas sampai macam-macam dengan adikku.", ancamku walau bergurau. Junsu terkikik dan mencubit pipi Yoochun.



"Dengar tuh Chunnie.", tambah Junsu yang merasa senang. Yoochun menggembungkan pipinya.



"Tenang saja, aku kan cinta dolphinku.", ucap Yoochun terdengar menggombal, dasar tukang rayu handal.



"Hyung chukkaeyo.", aku dengar suara Changmin yang sedang berlari hendak memeluk Junsu. Sedangkan Kyuhyun tertinggal di belakangnya.



"Minnie.", tegur Kyuhyun dengan bibir yang mengerucut, sambil menarik jas yang dipakai Changmin. Membuat Changmin urung memeluk Junsu. Dia takut pada kekasihnya itu.



"Iya aku tidak jadi peluk Susu hyung. Peluk Kyuku saja. Jangan marah ya.", bujuk Changmin yang pada akhirnya malah memeluk Kyuhyun. Kyuhyun tersenyum-senyum senang dalam pelukan Changmin. Membuatku, Junsu, dan Yoochun terkekeh melihat tingkah keduanya.



"Chunnie itu Yunho hyung kan?", tunjuk Junsu pada seseorang pria yang entahlah siapa. Yoochun tersenyum mendapati pria itu.



"Hyung.", panggil Yoochun, pria itupun tersenyum dan menghampiri kami.



"Hei, yaa kalian, sudah bertunangan saja. Saat kalian ke Jepang mengaku hanya berteman.", ketus pria itu seakan menyindir, tapi wajahnya begitu senang.



"Itu kan satu tahun yang lalu hyung. Sekarang Su~ie adalah tunanganku.", jelas Yoochun yang nadanya terdengar sedikit sebal.



"Ya apa katamu saja, selamat untuk kalian berdua ya.", ucap pria itu. Entah mengapa pria ini terlihat berwibawa dan sangat tampan di mataku.



"Gomawo hyung. Hehe.", balas Yoochun sambil terkekeh. "Oh iya, ini sahabat-sahabat Junsu, berarti sahabatku juga.", kenalkan Yoochun, mungkin dia baru menyadari ada orang lain, selaìn Junsu dan Yoochun. Pria itu tersenyum kepada kami.



"Yunho hyung ini sepupunya Chunnie yang tinggal di Jepang.", jelas Junsu. Pantas saja aku tidak pernah melihat dia sebelumnya.



"Jung Yunho Imnida. Mannaseo bangeupsumnida.", ucapnya sedikit membungkukan tubuhnya.



"Aku Changmin, dan dia Kyuhyun, kekasihku hyung. Bolehkan kami memanggilmu hyung?", kata Changmin yang memang dari lahir, sedikit tercipta tidak terlalu peduli pada tata krama.



"Ah tentu saja.", saut Yunho ramah. "Kekasihmu cantik.", pujinya kemudian pada Kyuhyun yang wajahnya merona merah. Changmin mengerucutkan bibirnya. Cemburu mungkin.



"Tentu saja dan dia milikku.", balas Changmin yang langsung merangkul pundak Kyuhyun agar mendekat padanya. Aku lihat Yunho menahan tawanya, sebenarnya aku juga ingin tertawa. Aku pukul saja kepala Changmin.



"Jangan berlebihan seperti itu.", tegurku. Changmin malah mendengus dan mencuatkan bibirnya padaku tanda kalau ia kesal padaku.



"Hei. Aku belum tahu namamu.", Yunho memotong kefokusanku pada Changmin. Aku tersenyum dan mengulurkan tanganku padanya.



"Kim Jaejoong imnida, senang bertemu denganmu Yunho~ssi.", kataku memperkenalkan diri. Dia menjabat tanganku dan tersenyum. Manis sekali.



"Terlebih aku, begitu senang dapat bertemu denganmu.", balasnya dengan tatapan teduh langsung menyorot jauh ke dalam mataku. Deg. Deg. Apa-apaan ini?



"Hyung sudah salamannya.", tegur Junsu dan refleks aku menarik cepat tanganku. Fiuh.



"Kau mengganggu saja Su.", gurau Yunho yang membuatku jadi malu sendiri mendengarnya. Junsu menjulurkan lidahnya pada Yunho dan mendekat padaku.



"Hyung harus hati-hati sama Yunho hyung. Kata Chunnie tatapan mata musangnya dapat meluluhkan lawan dengan cepat.", bisik Junsu padaku yang terdengar seperti bergurau. Aku tertawa dan mencubit pipi Junsu.



"Ne aku akan hati-hati.", sautku. Ia tersenyum dan mengacungkan kedua ibu jarinya. Sepertinya benar kata Junsu. Tatapan pria itu begitu meluluhkan. Huft.



.....





Kami semua menikmati pesta pertunangan yang sedang berlangsung. Well. Hanya aku yang tidak mempunyai pasangan. Dan waktunya para pasangan berdansa, sedangkan aku hanya duduk di kursi taman sambil menenggak segelas orange juice. Apakah seperti sedang menikmati? Entahlah.



"Hei.", seseorang menepuk pundakku dan langsung mengambil tempat di sampingku. Aku menoleh padanya.



"Kau sedikit mengejutkanku.", protesku pada pria yang aku ketahui bernama Yunho. Dia terkekeh.



"Kenapa kau menyendiri disini?", tanyanya mengabaikan kata-kataku. Aku mengangkat pundakku dan tersenyum.



"Jika aku terus di dalam sana, aku akan sangat iri pada mereka.", jawabku sedikit bergurau. Dia mengangkat sebelah alisnya.



"Maksudmu?", tanyanya yang seakan tidak mengerti maksudku. Aku tersenyum kembali.



"Mereka berpasangan, sedangkan aku tidak memilikinya. Kau tahu, aku terkadang iri jika berada bersama mereka.", ceritaku berekspresi sedih, hanya bergurau dengan mendramatisirnya saja. Dia kembali terkikik geli.



"Benarkah? Aku kira seorang cantik sepertimu sudah ada yang memiliki.", ucapnya terdengar seperti sebuah rayuan. Entah kenapa, wajahku malah terasa panas.



"Kau jangan merayu Tuan Jung, itu tidak berpengaruh.", gurauku padanya. Dia tertawa mendengarnya, dan kemudian ia bangkit dari duduknya. Apakah ia tersinggung dengan kata-kataku tadi?



"Ayo.", katanya sambil memberikan tangannya padaku. Aku mengerutkan kening.



"Ayo? Memangnya mau kemana?", heranku. Dia tersenyum penuh arti padaku.



"Berdansa denganku. Menikmati pesta ini.", jelasnya sambil memeragakan sedikit cara berdansa dengan tangannya. Aku terkekeh keras melihat tingkahnya. Tak lama aku meraih tangannya.



"Tapi aku tidak pandai berdansa.", jujurku akan kelemahanku tentang ini.



"Apa gunanya Jung Yunho kalau bukan untuk membuatmu pandai berdansa.", angkuhnya membuatku memukul lengannya.



"Kau ini Yunho~ssi.", gemasku padanya. Dia tertawa keras.



"Haha. Kau itu lucu Jae~ah. Jangan panggil aku seperti itu, terkesan aku tua sekali.", balasnya dan langsung membawaku ke dalam gedung. Setiba di lantai dansa, ia langsung merengkuh pinggangku menempelkan tubuhku padanya.



"Seperti ini lebih baik.", ucapnya, sesaat setelah ia meletakan tanganku pada kedua bahunya. Wajahku memerah, jantungku berdetak cepat, jarak ini terlalu dekat untuk kami. Akhirnya aku menyandarkan kepalaku pada bahunya, untuk menyembunyikan wajahku yang sepertinya sudah memerah. Kamipun berdansa mengikuti irama lagu yang mengiring.





.....





Dengan langkah malas, aku menghampiri Junsu, Changmin dan Kyuhyun, yang memang sudah sejak tadi berada di Mirotic Cafe. "Sial sekali menghadapi klien seperti Mr. Han.", gerutuku sambil melempar file-file ke meja dengan keras.



"Yaa hyung baru datang sudah marah-marah.", kesal Junsu, yang menatap tajam padaku. Aku tersenyum lebar.



"Aku kan kesal.", ngeyelku tidak merasa bersalah. Junsu menghela nafasnya.



"Terserah hyung sajalah.", sautnya ketus. Aku mencubit pipinya gemas. Lucu sekali 'adik'ku yang satu ini.



"Hyung sakit. Aku bilangin Chunnie lho.", ancamnya dengan tangan yang sibuk mencoba melepaskan tanganku dari pipinya.



"Tidak takut, Chunniemu itu tidak ada disini.", ledekku sambil terus mencubit pipinya.



"Ssstt. Jae hyung di belakangmu.", bisik Kyuhyun menunjuk-nunjuk ke belakangku. Segera saja aku menoleh.



"Chunnie pipiku dicubit Jae hyung.", adu Junsu pada orang yang ada di belakangku, dia Yoochun. Langsung saja aku melepaskan cubitanku.



"Hyung jangan lakukan itu lagi. Lihat pipinya merah.", omelnya padaku, aku tahu ia hanya bergurau agar Junsu senang. Sok romantis. "Sakit ya?", tanya Yoochun mengusap pipi Junsu. Junsu mengangguk dengan bibir mencuat. Lalu sedetik kemudian Yoochun mengecup pipi kanan dan kiri Junsu. "Sudah tidak sakit lagi kan?", goda Yoochun. Junsu mengangguk manja. Aku ingin sekali tertawa, melihat wajah junsu yang malu-malu seperti ini.



"Yaa kalian ini bermesraan saja.", tegur seseorang yang tak lain Yunho. Kenapa pria ini ada di sini. Bukannya tiga minggu lalu, ia sudah kembali ke Jepang.



"Hai.", sapanya pada semua orang. Lalu langsung mengambil tempat duduk di sampingku.



"Hyung. Bukannya sudah pulang ke Jepang. Kok sekarang ada disini?", tanya Kyuhyun yang secara tidak langsung juga mewakili pertanyaanku.



"Mulai hari ini, aku akan kembali menetap di Seoul.", jawabnya sambil membaca buku menu yang tersedia.



"Lho? Memangnya hyung sudah tidak bekerja lagi?", tanya Kyuhyun lagi. Aku juga serius mendengarkannya.



"Sekarang pekerjaanku dipindah tugaskan kembali ke Seoul. Jadi kalian akan lebih sering bertemu denganku. Dan itu menyenangkan.", ucapnya dengan wajah berbinar. Aku menganggukan kepala, mengerti. Dan entah kenapa, senyumku tersungging dengan sendirinya.



"Ouh begitu.", saut Kyuhyun membulatkan mulutnya. "Yaa Minnie sakit.", kesal Kyuhyun yang tiba-tiba memukul tangan Changmin. Kebiasaan utama Changmin pada Kyuhyun, suka sekali mencubiti gelembir pada lengan kekasihnya itu.



"Ish, terserahku.", galak Changmin, tidak peduli. Kyuhyun mendengus, mulai lagi bertengkar deh.



"Hei, kenapa daritadi kau diam saja?", tegur Yunho menyenggol lenganku. Aku mengerucutkan bibirku.



"Memangnya apa yang harus aku katakan.", ketusku memicingkan mataku. Ia malah tersenyum jahil.



"Apa saja, mungkin mengatakan kalau kau merindukanku. Seperti itu juga bisa.", godanya dengan alis yang dimainkan, dan tangan yang merangkul mesra pundakku. Tentu saja aku bisa merasakan wajahku yang memanas detik itu juga.



"Yaa hyung wajahmu merah.", teriak Junsu dengan wajah mengejek. Aku benar-benar malu saat ini. Sial.



"Apa-apaan sih?", kesalku karena salah tingkah sendiri. Dan serentak semua menertawakanku, dan di sanalah Yunho yang tertawa paling keras dan teramat puas. Menyebalkan.



"Kau semakin cantik, kalau malu begitu.", lagi-lagi Yunho menggodaku bahkan kali ini sambil mencubit pipiku. Aku semakin malu, tapi tak dapat kupungkiri bahwa aku semakin senang dibuatnya.



"Sudah ah, kenapa jadi meledekku.", kesalku yang langsung berpura-pura marah. Padahal hatiku sedang berbunga-bunga. Jatuh cintakah?





.....





Bersantai dengan hanya menyandarkan tubuh pada sandaran kursi kerjaku, sangat-sangat nyaman di saat waktu lengangku sekarang ini. Pekerjaanku sudah aku alihkan pada Junsu dan Changmin. Jahat bukan? Tidak. Karena setiap hari malah mereka yang pekerjaannya sedikit dan melimpahkan semuanya padaku. Sekali-sekali balas dendam, harus dilaksanakan.



Tok. Tok.

Pintu ruanganku di ketuk dari luar. Aku menoleh dan mendapatkan seorang pria tampan yang sedang tersenyum. Dan aku membalas senyuman manisnya itu. Tanpa seijinku, dia masuk ke dalam ruanganku dan duduk di atas meja tepat di hadapanku.



"Aku sedang bosan. Bagaimana kalau kita pergi?", tawarnya dengan gaya 'cool'nya. Aku terkekeh kecil dan bangkit dari dudukku.



"Baiklah. Ayo.", setujuku yang langsung beranjak sambil melonggarkan dasiku. Tapi sepertinya ada yang aneh. Aku menoleh ke belakang, melihatnya yang masih diam di tempat.



"Yunho~yah.", tegurku. Ia tersenyum dan menghampiriku. Diraihnya jari-jemariku yang kemudian di genggamnya.



"Kkajja.", ajaknya yang langsung menarik tanganku ke luar ruanganku. Jantungku berdetak kencang, menyadari tanganku dalam genggamannya.



"Hyung mau kemana?", tegur Changmin yang melihat kami berdua. Kenapa dia ada di meja kerja Kyuhyun. Bukankah pekerjaannya banyak.



"Yaa kau SHIM CHANGMIN, bukannya menyelesaikan pekerjaanmu, malah asik berpacaran dengan Kyuhyun.", omelku pada Changmin. Tapi malah kulihat ia tersenyum lebar.



"Habisnya aku benar-benar sedang merindukan Kyuku, hyung. Lagipula aku di sini baru lima menit kok." , alasannya yang terdengar begitu manja dan seenaknya. Kyuhyun terkekeh di sampingnya.



"Bohong, jangan dipercaya perkataan Minnie, hyung. Dia sudah setengah jam hyung di mejaku. Daritadi Minnie menggangguku terus. Sampai-sampai, aku tidak bisa menyelesaikan pekerjaanku.", elak Kyuhyun dengan wajah meledek pada Changmin.



"Kyu, kau kenapa malah mengadukanku.", kesal Changmin setengah berbisik pada Kyuhyun. Kyuhyun menjulurkan lidahnya pada Changmin. Dan aku menatap tajam Changmin yang tengah ketakutan.





"Kembali ke mejamu Changmin~ah.", suruhku galak. Wajah Changmin terlihat sangat kusut saat itu juga.



"Tidak usah, jangan dengarkan dia. Kalian bermesraan saja sepuas hati. Tidak ada pekerjaan hari ini untuk kalian. Aku yang akan bertanggung jawab pada bos kalian ini.", bicara Yunho seenaknya, seakan dia pemilik kantor ini. Aku menatap tidak mengerti campur kesal pada Yunho.



"Benarkah hyung?", tanya Changmin berbinar-binar sambil memeluk erat Kyuhyun.



"Tid---", ucapanku tidak selesai, karena Yunho memotongnya cepat.



"Tentu saja. Selamat bersenang-senang.", potong Yunho yang langsung menarikku cepat keluar kantor. Apa-apaan sih dia? Menyebalkan sekali.



"Kau apa-apaan sih tadi? Pekerjaan mereka itu menumpuk kau tahu. Itu memang sudah tanggung jawab Changmin~ah, untuk menyelesaikan pekerjaannya. Lagipula kenapa kau mengambil keputusan sepihak seperti itu. Aku kan tidak menyetujuinya.", marahku padanya, tapi ia malah tersenyum dan terus menarikku sampai masuk ke dalam mobilnya. Kemudian memutar dan mengambil duduk di kursi pengemudi di sampingku. "Jangan tampilkan senyum jelekmu itu. Kau itu menyebalkan sekali. Semua pekerjaku akan manja, kalau kau memperlakukan mereka seper----", lagi-lagi ucapanku terhenti, tapi kali ini karena ia telak menciumku tepat di bibir walau hanya singkat. Wajahku kembali memanas, sangat sekali aku tebak pasti wajahku kini benar-benar merah. Sekujur tubuhku seakan membeku karena ini.



"Akhirnya berhenti juga. Kau itu benar-benar cerewet ya.", ledeknya padaku sambil terkekeh kecil. Aku tidak peduli apapun katanya. Karena aku benar-benar masih belum dapat mempercayai ini.



"Ya..ng ta..di itu?", tanyaku terbata-bata. Dia tersenyum manis, tangannya beranjak berhasil menyentuh pipiku.



"Sebagai permulaan untuk kita.", ucapnya begitu lembut. Sedetik kemudian, ia kembali menciumku sekali lagi dengan begitu lembut dan hangat. Kupejamkan mataku, untuk lebih menikmati pergerakan bibirnya. Seperti mimpi dapat berada dalam keadaan seperti ini, dan aku tidak akan pernah ingin terbangunkan dari mimpi ini.



"Kita mau kemana?", tanyanya setelah melepas ciuman kami. Aku membuka kedua mataku. Dan dapapat kulihat ia tersenyum, membuatku menjadi salah tingkah sendiri. Buru-buru kupalingkan wajahku, kearah luar jendela.



"Kemana saja, terserahmu.", sautku cepat. Ia terkekeh, lalu menjalankan mobilnya. Sial. Kenapa aku salah tingkah seperti ini? Jung Yunho menyebalkan. Aku tersenyum saat memikirkannya.



.....





Ini dimana? Sebenarnya pria ini membawaku kemana sih? "Kenapa harus menutup mataku seperti ini sih?", protes kekesalanku padanya, karena aku tidak dapat melihat apapun sepanjang ia menutup mataku dengan tangannya dan entah sekarang ini ia menuntunku kemana.



"Sudah sampai.", beritahunya dan cepat ia menurunkan tangannya. Aku mengerjapkan mataku, masih sulit menerima cahaya di sekitarku. Namun aku langsung terperangah, saat sepenuhnya dapat melihat sekeliling pemandangan di hadapanku.



"Indah sekali.", takjubku melihat hamparan-hamparan padang bunga. Seperti berada di sebuah dunia khayal.



"Memang. Dan bagiku tempat ini jauh lebih indah aku rasakan saat bersamamu, dibandingkan saat aku sendiri.", bisik Yunho tepat di belakang telingaku. Tangannya melingkari pinggangku dari belakang dan kepalanya bersandar pada pundakku. "Sejak dulu, saat aku membutuhkan ketenangan dan kesendirian, aku akan selalu datang ke padang bunga ini.", tambahnya pelan. Aku menoleh padanya, dan dapat kulihat wajahnya penuh dengan arti, tapi aku tidak tahu pastinya.



"Kalau begitu mengapa kau membawaku kesini?", tanyaku yang tidak mengerti dengan tindakannya. Dia tersenyum dan mengeratkan pelukannya padaku.



"Hanya saja aku ingin menjadikan tempat ini sebagai tempat kita berdua.", ucapnya pelan. Aku masih tidak mengerti akan maksudnya itu.



"Maksudmu?", tanyaku lagi untuk meluruskan semua ini. Dia mengangkat bahunya, malah menarikku ke tengah padang bunga. Sore hari yang sejuk, mendukung suasana di tempat ini. Kami terhenti di satu titik. Ia melepaskan tanganku, kemudian langsung merebahkan dirinya di atas rerumputan berbunga untuk menatap indahnya langit luas. Tidak mau hanya terus berdiri seperti ini. Aku juga turut merebahkan diriku di samping Yunho. Hening. Kami hanya memejamkan mata, menikmati semilir angin yang berhembus menyejukkan.



"Jae~ah, apakah kau pernah jatuh cinta sebelumnya?", tanyanya padaku memecah kesunyian yang ada. Aku langsung membuka mataku dan memiringkan tubuhku untuk menatap wajahnya yang masih terpejam. Tampan dan akan selalu seperti itu.



"Dulu dia adalah kekasih pertamaku, dan itu sudah lama sekali.", jawabku jujur. Jika mengingat masa lalu, sedikit menyedihkan memikirkan saat hubungan kami berakhir dulu. Haha. Tapi itu kan hanya masa lalu di kala duduk di bangku kuliah dulu. Aku kembali fokus pada Yunho. Ia kini sudah membuka matanya dan memiringkan tubuhnya, tepat menghadapku.



"Apakah sampai sekarang kau masih jatuh cinta padanya?", tanyanya lagi, wajahnya nampak menyiratkan rasa penasaran yang sangat besar.



"Itu sudah berlalu. Tapi sekarang ini aku memang sedang jatuh cinta pada seseorang.", kataku sambil tersenyum. Ia terkekeh kecil. Berbeda dari wajah tegangnya tadi.



"Apakah orang itu aku?", tanya Yunho dengan percaya dirinya. Aku terkekeh kecil mendengarnya.



"Kenapa kau ini percaya diri sekali.", sindirku sekaligus menggodanya. Dia mencuatkan bibirnya.



"Benarkan? Mengaku saja.", paksanya sambil menusuk-nusuk pipiku.



"Kau ini sok tahu sekali.", elakku semakin menjadi-jadi. Ia menarik tanganku dan meletakannya di atas dadanya. Aku mengangkat sebelah alisku.



"Aku tahu, hatiku yang mengatakannya. Bisa rasakan detakan jantungku? Aku telah jatuh cinta padamu. Sejak pertama kita bertemu, dan sangat terasa sejak kita berdansa waktu itu. Aku mencintaimu Jae~ah.", bicaranya panjang lebar dengan wajah yang menyiratkan keseriusan yang teramat besar. Hatiku mencair diterpa perkataannya barusan. Langsung saja aku peluk tubuhnya itu. Menghirup seluruh aroma khas tubuhnya.



"Maukah kau menjadi kekasihku?", pintaku sambil menatap matanya dalam. Aku tidaklah main-main. Ia mengadukan hidungnya dengan hidungku.



"Seharusnya itu pertanyaanku tahu.", protesnya yang kemudian mencubit hidungku gemas. Aku terkekeh kecil, mengingat tingkahku tadi. Hihi. Siapa peduli.



"Hehe. Biar saja. Aku mencintaimu.", kataku dengan begitu manja. Ia lalu mencium keningku dengan mesra.



"Mulai detik ini, kau adalah kekasihku. Aku mencintaimu apapun itu.", ujarnya lagi dengan tegas. Aku mengangguk kecil dan meletakan kepalaku di atas dada bidangnya.



"Aku bahagia.", ucapku pelan menikmati belaian tangannya pada rambutku.



"Terlebih aku.", balasnya dibubuhi kecupan pada puncak kepalaku. Aku tersenyum kecil. Aku teramat bahagia karenanya. Dan biarkan untuk selalu seperti ini. Kim Jaejoong dan Jung Yunho terus bersama dalam cinta.





.....





Sejak tadi Junsu tak henti-hentinya berkicau, saat aku baru mengatakan hubunganku dan Yunho yang sudah berubah menjadi sepasang kekasih sejak seminggu yang lalu.



"Hyung. Kenapa baru bilang sekarang sih.", protesnya kesal padaku. Aku tersenyum lebar. Tentu saja untuk meyakinkan diriku terlebih dahulu.



"Hehe. Mianhae Su~ie, aku kan hanya menunggu Yunho untuk mengatakannya lebih dahulu kepada Yoochun~ah. Kau harus mengerti posisiku di sini, mau tidak mau harus menunggu tindakannya terlebih dahulu. Baru aku bisa berbicara luas.", jelasku padanya sambil mencubit pipinya. Aku harap dia mau mengerti. Tapi Junsu malah mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.



"Menyebalkan.", eluhnya yang tetap saja menatap kesal padaku. Hah. Dasar Kim Junsu, sedang marahpun terlihat imut.



"Jangan marah Su~ieku.", bujukku dengan memanjakannya. Dia memalingkan wajahnya dariku. Aku melihat ke arah jam tanganku, dan segera mendapatkan ide. "Sebentar lagi makan siang. Bagaimana kalau aku traktir, sekalian merayakan hubunganku dengan Yunho. Yoochun~ah pasti akan datang. Mau kan?", tawarku sedikit merayunya. Ia langsung tersenyum dan memelukku erat.



"Chunnie ada? Yeay. Aku mau hyung. Aku rindu Chunnieku.", senangnya yang tak terkira. Berhasil. Yoochun memang senjata ampuh untuk merajuk Junsu.



"Hyung. Aku dan babyKyuku di traktir juga kan?", tanya Changmin yang tiba-tiba ikut nimbrung. Aku tersenyum dan memberikan anggukan kepala.



"Tentu saja. Apapun yang kau makan, aku yang akan membayarnya.", ucapku mantap. Walau sebenarnya aku tahu pasti, untuk mentraktir pasangan MinKyu, yang notabene adalah monster makanan, uangku akan habis sepuluh kali lipat lebih banyak dibanding pengeluaran satu hari biasanya. Tapi tak apalah. Sekali-kali, membagi kebahagianku dengan mereka.



Aku beranjak mengambil ponselku yang terletak di atas meja, bermaksud untuk menghubungi Yunho. Tapi belum sempat aku meraih ponselku, aku merasakan pinggangku sudah dilingkari sepasang tangan dari belakang.



"Bogoshippo nae boojae.", bisiknya lembut tepat di telingaku. Aku tahu siapa dia. Siapa lagi yang akan memanggilku boojae kalau bukan dia. Aku membalikan tubuhku dan mendapatkan kekasihku sedang tersenyum manis untukku.



"Ya Yunnie, baru saja aku mau meneleponmu.", kataku mengadu padanya. Ia mengecup keningku mesra.



"Aku sudah tahu, kalau kekasihku ini akan membutuhkanku.", bicaranya sok tahu. Aku terkekeh dan memeluknya erat. Aku rindu padanya, sudah dua hari tidak bertemu.



"Ih ini jam kerja hyung bermesraan saja.", tegur Junsu mengerucutkan bibirnya. Aku tahu dia iri, pasalnya dia jarang sekali bisa bermesraan dengan Yoochun. Kekasihnya itu terlalu sibuk.



"Sirik saja.", ledekku sambil menjulurkan lidahku. Junsu mendengus padaku.



"Hyung. Chunnie kemana? Apa tidak bersamamu?", tanya Junsu lemas. Yunho berbalik menghadap Junsu, namun tetap merangkul pinggangku. Ia tersenyum geli.



"Tuh di belakangmu.", beritahu Yunho dengan gerakan kepala sebagai isyarat. Junsu langsung berbalik dan langsung menubruk Yoochun.



"Chunnie.", manja Junsu dalam pelukan Yoochun. Yoochun terkekeh kecil dan mengecup puncak kepala Junsu.



"Merindukanku?", godanya pada Junsu. Junsu mengangguk dengan wajah yang memerah, namun berseri-seri.



"Aku juga merindukanmu.", balas Yoochun. Aku dapat merasakan cinta yang penuh diantara mereka. Dan aku bahagia akan itu.



"Huah. Kyu aku mana? Mau peluk juga.", heboh Changmin yang merasa iri pada kami. Bocah gila.



"Berisik Minnie, aku ada di belakangmu daritadi juga.", kesal Kyuhyun yang mungkin merasa Changmin terlalu berlebihan. Changmin tersenyum dan langsung menerjang Kyuhyun yang sedang duduk di sofa dalam ruanganku.



"Jangan jauh-jauh dari aku. Kan kau tahu, kalau aku tidak bisa jauh darimu.", manja Changmin menggerakan kepalanya di lekukan leher Kyuhyun. Aku terkekeh, baru kali ini aku melihat pria tampan yang terlalu manja pada pria cantiknya. Dasar Changmin.



"Berlebihan.", saut Kyuhyun kesal. Changmin mencuatkan bibirnya, memelas teramat sangat diejek seperti itu.



"Sudah saatnya makan siang. Kkaja kita pergi.", ajakku untuk menghentikan suasana yang menciptakan banyak tawa untukku. MinKyu dan YooSupun lebih dahulu keluar dari ruanganku. Aku hendak menyusul dibelakangnya, namun langkahku terhenti, karena tanganku di cekal oleh Yunho. Aku menoleh padanya dan tersentak karena ia tiba-tiba mencium bibirku. Awalnya aku masih belum menerima semuanya dengan alam sadarku. Namun lama-kelamaan aku malah menikmati semua permainannya. Aku kaitkan tanganku pada lehernya untuk lebih memperdalam ciuman kami. Aku membalas semua ciumannya, bahkan aku sengaja membuka mulutku agar lidahnya dapat masuk ke dalam mulutku dan mempermainkan seluruh sudut ruang dalam mulutku. Lidah kamipun bergumul di dalam mulutku. Untuk pertama kalinya aku melakukan ciuman teramat intim seperti ini, dan aku melakukan ini dengannya yang aku cintai. Aku rasa kami sudah benar-benar kehabisan nafas, dengan terpaksa kami harus melepas ciuman kami. Aku tersenyum ke arahnya.



"Aku benar-benar mencintaimu boo.", ucapnya padaku sambil membelai wajahku dengan lembut. Aku mengangguk dan kembali memeluknya.



"Aku juga benar-benar mencintaimu. Sangat mencintaimu.", balasku jujur. Ia terkekeh dan merenggangkan pelukan kami.



"Senang sekali memelukku. Tidak tahu apa, semua orang sudah menunggu kita.", guraunya padaku. Aku mengerucutkan bibirku. Siapa coba yang memulainya tadi, malah sekarang ia berani-beraninya meledekku.



"Hah. Dasar pria jelek. Ya sudah cepat pergi.", kesalku yang lalu menariknya kasar keluar ruanganku. Ia terkekeh kecil. Aku masih kesal, tapi tidak terlalu peduli. Yunhoku memang selalu menyebalkan. Dan aku suka itu. Hihi.





.....





Perlahan kubuka kedua mataku, ketika aku merasakan hangatnya sebuah kecupan pada keningku.



"Yunnie.", eluhku berpura-pura marah, karena sudah berani-beraninya dia menggangguku. Tapi dia malah tersenyum lebar.



"Mianhae my boo. Aku kira kau sudah tidur.", ucap Yunho dengan wajah penuh penyesalannya. Aku terkik kecil dan langsung memeluk tubuhnya yang berada di sampingku. Aroma maskulin terhirup dari tubuhnya yang baru saja selesai mandi.



"Hehe. Gwaenchana. Aku tadi hanya sedang melamun saja.", ucapku sambil mencubit pipinya kecil. Kembali kuhirup aroma tubuhnya. Aroma yang sudah menjadi canduku setiap harinya.



"Benarkah? Pasti daritadi kau sedang memikirkan aku kan?", percaya dirinya dengan tatapan yang ingin menggodaku. Selalu seperti ini, tingkat kenarsisan dan kejahilannya tidak pernah surut.



"Kata siapa? Aku hanya sedang memikirkan masa-masa kita dulu. Kalau diingat-ingat, kau itu orang yang sangat menyebalkan Yunnie.", kesalku padanya namun terkesan begitu manja. Ia terkekeh dan mengecup pipiku dengan gemas.



"Memangnya aku pikirkan. Walau begitu tetap saja, kau mau padakukan? Buktinya kau mau menikah denganku.", ngeyelnya yang merasa menang. Aku mengerucutkan bibirku.



"Kau yang mengajakku menikah.", tak mau kalahku. Aku picingkan mataku tajam. Dia tersenyum geli, kemudian menangkup kedua pipiku dengan tangannya agar wajahku tepat di hadapannya. Tatapan itu yang ia berikan. Tatapan mata musangnya yang selalu membuatku luluh detik itu juga.



"Aku mengajakmu menikah, karena aku mencintaimu boojae.", ucapnya lembut. Membuatku tersenyum dan tulus menganggukan kepalaku. Aku selalu percaya akan itu.



"Dan aku mau menikah denganmu juga karena aku mencintai Yunnie bearku.", balasku dan berusaha menampilkan wajah yang imut di hadapannya. Ia menahan tawanya dan mengecup bibirku sekilas, sebagai ucapan selamat malam sepertinya.



"Sudah malam boo. Tidurlah. Yunnie bearmu akan memelukmu dan selalu berada di sampingmu.", suruhnya dan menarikku ke dalam pelukan hangatnya. Aku menggerakan kepalaku, mencari kenyamanan pada lengannya yang menjadi sandaranku.



"Selamat malam, Yunnie. Saranghaeyo.", ucapku yang kemudian dilanjutkan dengan memejamkan kedua mataku. Menutup hari dengan kebahagiaan, seperti biasanya.



"Na do boo. Saranghaeyo yeongwonhi.", balasnya dengan tangan yang tengah membelai lembut rambutku. Dan di sinilah aku. Di kehidupanku yang sekarang. Menjadi seorang istri untuknya. Menata kesempurnaan hidup bersamanya. Dimana akan selalu ada cinta mengiring kebersamaan kami. Aku tercipta untuknya dan dia tercipta untukku.





Seperti itulah kisahku.

Bagaimana denganmu?







The End

2 comments:

  1. Hahahahaha, KEREN!! Terus berkarya!

    Junsu imut banget kayaknya? Pengen punya uke kayak begono. #plak!

    Hahaha, kisahku?

    Hmm, aku ini hanya stalker bagi 'dia'. Bodoh ya? Hahaha -eh, jadi curhat.

    Sudahlah. Yg pasti, ini Keren!! Bikin lagi~~

    ReplyDelete
  2. keren banget ini cerita!!

    alurnya bagus n ga buru2..

    berkarya terus yaa, HWAITING!! (^^)

    ReplyDelete