Sunday, March 13, 2011

Fan Fiction.. Story.. Part 10.. YAOI

Title: Story



Author: Anka 'bubu'



Lenght: 10 of 10



Cast:



- Kim Heechul (female)



- Tan Hangeng



- Kim Jaejoong (Female)



- Jung Yunho



- Kim Junsu (female)



- Park Yoochun



- Cho Kyuhyun (fémale)



- Shim Changmin



- Kim Kibum (female)



- Lee Jinki



- Lee Taemin (female)



- Choi Minho





Cekidot.



___________________________________



"Oppa. Aaaaa.", manja Taemin yang kini sedang merengek minta disuapi oleh Minho. Minho menatap malas, tapi mau tak mau dia memang harus memenuhi permintaan tuan puterinya. Disendoknya sedikit nasi goreng dalam piring yang ada di hadapan Taemin, dan dengan malasnya Minho menyuapkan pada Taemin.



"Ammm. Oppa enak.", kata Taemin sambil terus mengunyah makanannya. Minho tersenyum, dan mencubit sedikit ujung hidung gadis manja itu, ia gemas, jika Taemin bersikap manis seperti ini. Taemin langsung seperti begitu riang bukan main. Jaejoong menatap keduanya dengan tawa yang tertahan. Taemin seperti anak kecil sekali, sedangkan Minho seperti pria yang repot mengurus bayi kecilnya. Pasangan yang aneh.



"Dasar bayi manja.", umpat Jaejoong sambil menjulurkan lidahnya pada Taemin yang menatap kesal pada Jaejoong. Mengapa bisa ada Jaejoong? Tentu saja, karena 'keluarga' itu sedang berkumpul. Kini bukan hanya para gadis, tapi para pria turut datang. Maklum, karena semua sudah memiliki kekasih, jadi Heechul menentukan tidak ada alasan apapun, semua adiknya harus membawa kekasihnya. Sebenarnya gadis ini, hanya ingin memamerkan ayah sang bayi yang begitu tampan. Tapi sepertinya belum lengkap, karena Changmin dan Kyuhyun sudah bilang akan datang telat, mereka harus menghadiri pesta ulang tahun teman Changmin.



Suasana hangat dalam keramaian jumlah yang berkumpul, terlihat begitu tampak indah untuk semua yang menyaksikannya. Bagai sekurumunan para muda-mudi yang begitu akrab, tapi jauh dari kasat mata, kalau mereka adalah memang sebuah 'keluarga'.





"Oppa. Aku di ledek tuh.", adu Taemin pada Minho dengan wajah yang dipasang teramat menderita. Minho mengatup kedua pipi Taemin dengan tangannya, lalu tersenyum manis.



"Tenang ya, ada aku chagiya.", tenangkan Minho dengan penuh percaya diri, Taemin mengangguk, mempercayai dengan seluruh jiwa raga kepada Minho. Tapi baru saja Minho mendongak untuk menegur Jaejoong, Yunho sudah memasang wajah sangarnya terlebih dahulu.



"Ada apa?", tanya Yunho teramat sinis. Minho yang nyalinya segera menciut, langsung tersenyum lebar penuh ketakutan. Ia kembali menatap mata Taemin.



"Pengawal Jae nonna, lebih menyeramkan chagi.", bisik Minho dengan wajah bodoh, tentu saja itu langsung membuat Minho turun pamor di mata Taemin. Taemin mengerucutkan bibirnya.



"Oppa payah! Sama Yunho oppa saja takut.", ejek Taemin yang meremehkan Minho. Ia beranjak dari kursinya, menghampiri Yunho, dan saat itu juga ia langsung memukuli punggung Yunho dengan membabi buta.



"Aduh. Yaa, hentikan Taemin. Sakit.", pinta Yunho yang benar-benar kesakitan, semua yang ada di sana langsung tertawa terpingkal-pingkal, apalagi Jaejoong orang yang akan merasa paling puas seumur hidupnya melihat Yunho yang kesakitan seperti itu.



"Haha. Selesai.", ucap Taemin santai sambil menepuk-nepuk telapak tangannya, seakan tangannya kotor.*ngerti kan* Ia kembali duduk ke tempat duduknya. "Jadi kalau Yunho oppa macam-macam sama oppa. Pukul saja seperti aku tadi. Mengerti kan oppa? Tidak usah takut, tenang saja. Yunho oppa itu tidak ada apa-apanya.", nasihat Taemin pada Minho dengan nada bicara yang begitu meremehkan Yunho, apalagi ditambah gayanya yang menyilangkan kedua tangan di dada sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi, aish angkuhnya. Yunho hanya dapat menggerutu kesal dalam hatinya. Junsu tertawa mendengar dan memperhatikan perilaku adiknya, memang adiknya itu bodoh sekali.



"Hahahaha. Min-ah, kau membuatku tidak dapat berhenti tertawa.", ucap Junsu yang kini tengah memegangi perutnya karena sakit terlalu banyak tertawa. Taemin malah tersenyum dengan angkuhnya, merasa bangga yang teramat sangat. Sedangkan Minho menghela nafasnya, aneh-aneh saja tingkah kekasihnya itu.



"Oh iya Min-ah. Aku saranin lain kali, pukulin saja Yunho sampai babak belur. Oke.", suruh Jaejoong dengan wajah yang berbinar-binar. Taemin yang mendengarnya langsung mengacungkan kedua ibu jarinya.



"Tentu saja onnie, dengan senang hati.", setuju Taemin begitu senang menerimanya. Yunho menyipitkan matanya, saking tidak percaya dengan apa yang dibicarakan Jaejoong dan Taemin.



"Yaa kau tega sekali honey! Masa senang sekali aku dipukuli Taemin.", melas Yunho dengan wajah sedihnya. Jaejoong terkekeh kecil, lalu menaikan sebelah alisnya.



"Lebih baik Taemin yang memukulimu atau aku?", tanya datar Jaejoong namun tepat menusuk dan penuh ancaman. Yunho menggaruk belakang kepalanya. Kenapa pilihannya tidak ada yang enak?



"Sepertinya, lebih baik Taemin saja daripada kau honey.", jawab Yunho yang ketakutan, wajahnya menjadi pucat pasi. Jaejoong langsung tersenyum puas mendengarnya.



"Itu baru Bunnynya aku.", dengan bangganya Jaejoong berkata seakan mengejek Yunho. Yunho hanya mencibir malas.



"Buahahahahaha. Susah ya. Memang tidak ada yang semanis Hangengku.", angkuh Heechul sambil memeluk lengan Hangeng erat. Semua orang memandang heran ke arah Heechul yang tertawa keras seperti itu, ditambah sikapnya yang begitu manja pada Hangeng.



"Onnie. Onnie kenapa? Onnie sedang sakit ya?", tanya Junsu dengan polosnya atau bodoh ya?*dua-duanya* Tapi sepertinya itu adalah pertanyaan wajar yang berasal dari orang-orang yang mengenal Heechul. Heechul menepuk kening Junsu saat itu juga, karena kesalnya.



"Enak saja. Bilang saja kau sirik kan dolphin? Mentang-mentang Hangengku ini paling manis dan paling baik di seluruh dunia.", ketus Heechul sambil memamerkan sosok Hangengnya, seperti anak kecil yang memamerkan boneka kesayangannya. Junsu merengut, seakan tidak terima dengan pernyataan Heechul.



"Enak saja onnie, Chunnieku yang paling manis tahu. Dia lebih manis daripada Hangengnya onnie. Week.", tidak mau mengalah Junsu sambil menjulurkan lidahnya, kemudian beralih menatap Yoochun butuh pembelaan. "Iya kan Chunnie?", tanya Junsu yang memelas. Yoochun tersenyum, ia membelai rambut Junsu.



"Iya dolphinku.", saut Yoochun singkat. Dengarkan? Junsu tersenyum menang menatap Heechul, sedangkan Heechul langsung memicingkan matanya.



"Apa kau bilang, playboy seperti itu manis? Jangan harap. Kalau Hangengku kan memang appa yang baik. Tanya saja sama babyku. Malah kata baby, appanya manis dan tampan. Tuh kan perutku di tendang-tendang, berarti baby bilang iya.", angkuh Heechul dengan alasan yang terlalu mengada-ada. Sebenarnya apa yang mereka perebutkan? Hangeng terkekeh mendengar kekonyolan gadisnya, ia menyentuh perut Heechul dengan sayang. Heechul tersenyum, ia senang kalau Hangeng sudah menyentuh perutnya



"Baby baru empat bulan Chullie, apakah iya dia bisa menendang?", sindir Hangeng sambil tersenyum, yang saat itu juga langsung mematahkan argument Heechul. Junsu terkekeh, kakak perempuannya itu kalah telak darinya. Heechul mendengus kesal pada Hangeng dan Junsu.



"Appa, bukannya membelaku. Huh.", kesal Heechul pada Hangeng, bibirnya mencuat beberapa senti, saking kesalnya. Hangeng mengacak rambut heechul gemas.



"Week onnie. Terbukti kan? Kalau Chunnieku yang paling manis. Dia selalu membelaku. Hehe.", senang Junsu menjulurkan lidahnya dengan kepala yang bersandar manja pada bahu Yoochun, membuat Heechul semakin panas.



"Tidak bisa, tetap Hangengku yang paling manis, baik, tampan, dan segalanya.", kukuh Hèechul yang tetap tidak mau mengalah pada Junsu. Junsu juga tidak mau mengalah, kedua gadis yang seperti anak kecil itupun bertengkar mulut, sampai yang di sekitarnya merasa pusing dan heran sendiri akan tingkah mereka.



"Yaa onnie. Kalian berisik sekali.", sela Kibum yang sudah benar-benar pusing. Heechul dan Junsu langsung menghentikan pertengkaran mereka saat itu juga. "Pada kenyataannya yang paling manis itu Onewku, jadi kalian tidak usah ribut lagi.*gubrak*", ucap Kibum dengan niat meneengahi permasalahan yang ada, tapi sepertinya cara yang digunakan salah. Lihat saja buktinya, Heechul dan Junsu langsung memberi tatapan membunuh pada Kibum.



"Tidak perlu ikut-ikutan.", bentak keduanya bersamaan. Kibum langsung beringsut ketakutan, ia memeluk erat Jinki di sampingnya.



"Baby, mereka menakutkan.", adu Kibum menggerak-gerakkan kepalanya di dada Jinki, mencari sebuah rasa nyaman.



"Ada aku beibi. Tenang saja.", hibur Jinki berbisik pelan, sambil membelai rambut Kibum, mengecup puncak kepalanya singkat. Kibum mengangguk, rasa aman langsung terasa hadir membelenggunya. Jaejoong terkikik dengan tingkah semuanya. Lucu! Sepertinya yang waras di sini hanya dirinya seorang. Yunho menyenggol bahu Jaejoong. Jaejoong segera menoleh dan memberikan tatapan yang tidak mengerti.



"Kau tidak memperebutkan aku yang paling manis, seperti mereka?", tanya Yunho yang heran sekaligus iri, karena Jaejoong tenang-tenang saja. Jaejoong menaikan sebelah alis matanya.



"Untuk apa? Memangnya penting? Malas sekali. Lagipula sekarang-sekarang ini, kau selalu menjadi pria paling menyebalkan.", jawab Jaejoong dengan ketusnya yang luar biasa. Yunho menghembuskan nafasnya kasar berulang kali. Harus sabar dan sabar menghadapi gadis seperti Jaejoong. Setelah perasaannya kembali netral, ia tersenyum dan merangkul pundak Jaejoong agar lebih mendekat padanya.



"Jangan jauh-jauh, aku selalu begitu cepat merindukanmu.", bisik Yunho tepat di telinga Jaejoong. Merayukah? Jaejoong tersenyum tipis, dia selalu suka akan perlakuan Yunho yang seperti ini kepadanya. Baginya biar saja semua sibuk memperebutkan tempat siapa pria yang paling manis, karena sebenarnya hanya dia yang tahu, kalau Yunhonya adalah yang termanis. Tapi tetap saja di matanya.



"Kau menggombal terus Jung Yunho.", manja Jaejoong yang kemudian menggenggam jemari Yunho, merasakan belaian Yunho pada jemarinya.*inget arieluna+so swet* Yunho mengangkat bahunya, tidak memberikan kata-kata apapun sebagai sautan.



"Omo! Kyuhyun Onnie.", mata Taemin terbelalak besar melihat Kyuhyun di depan matanya. Semua yang membelakangi akhirnya menoleh ke arah yang Taemin lihat. Ekspresi para gadis langsung tidak jauh berbeda dengan ekspresi Taemin.



"Ada apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?", heran Kyuhyun yang menggembungkan pipinya karena tidak suka ditatap demikian, seakan dirinya seorang terdakwa saja. Changmin tertawa kecil, menyadari keadaan ini.



"Kyuhyunku cantik bukan? Dia memang cantik tuh, jadi kalian tidak usah heran.", saut Changmin penuh kebanggaan yang kini melingkari pinggang Kyuhyun dari belakang dengan tangannya dan menaruh dagunya di pundak Kyuhyun, terlihat sangat manja. Benar! Semua mengerjap takjub dengan penampilan Kyuhyun. Bagai seekor itik buruk rupa yang menjelma menjadi seekor angsa cantik. Gadis yang biasanya hanya mengenakan celana Jeans, kaos, dengan rambut yang di kuncir kuda tanpa make-up, kini menjelma menjadi gadis dengan mini dress cantik berwarna biru muda yang melekat sempurna, rambut hitam yang tergerai berhiaskan jepit berbentuk pita, dan polesan make-up minimalis membuat gadis itu sangat berbeda dari biasanya, aura kecantikan luar biasanya lebih terpancar.



"Onnie cantik sekali.", puji Kibum yang masih terpana, wajah Kyuhyun langsung memerah. Masih malu, karena tidak terbiasa dengan penampilannya sekarang ini. Changmin membawa Kyuhyun ke kursi yang masih kosong di samping Taemin.



"Benarkah?", sangsi Kyuhyun yang merasa tidak percaya diri. Kibum mengangguk mantap.



"Benar cantik. Iya kan baby?", tanya Kibum pada Jinki untuk mendukungnya. Jinki mengacungkan kedua ibu jarinya.



"Benar nonna, kau memang cantik.", timpal Jinki jujur. Kibum tersenyum mendengarnya dan mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.



"Siapa dulu, Kyuhyunku.", angkuh Changmin dengan senyum puasnya. Betapa tidak angkuh? Kalau pada nyatanya gadis cantik itu adalah miliknya. "Tapi aku kesal, saat di pesta tadi, dia terus saja memarahiku karena membuatnya seperti badut. Tidak percaya saat aku bilang cantik. Sekarang kau percaya bukan, kalau kau memang cantik?", cerita Changmin bernada teramat ketus hanya dengan maksud untuk menyindir Kyuhyun. Kyuhyun mencuatkan bibirnya, lalu mencubit perut Changmin. Ia malu, benar-benar sadar akan kelakuannya pada Changmin di pesta tadi, tapi tidak perlu disindir.



"Iya aku percaya. Tapi tetap saja, aku kan malu.", pasrah Kyuhyun yang sudah merasa terpojok. Taemin terkekeh mendengar kekasihnya itu merengek.



"Onnie lucu deh, seperti anak kecil. Malu-malu seperti ini, wajah onnie merah tuh.", ledek Taemin sambil menusuk-nusuk pipi Kyuhyun berniat menggoda kakaknya. Kyuhyun mencuatkan bibirnya menahan agar wajahnya tidak bertambah merah lagi.



"Kau juga cantik chagi.", puji Minho pelan pada Taemin. Blush. Saat itu juga, wajah Taemin langsung memerah. Junsu tertawa terbahak-bahak, ia senang jika ada kejadian senjata makan tuan seperti ini.



"Yaa Taemin manja. Kau sendiri juga memerah tuh wajahmu, padahal baru dipuji seperti itu.", sindir Junsu menunjuk hidung Taemin dengan sumpit. Berhasil membuat musuh bebuyutannya kesal. Taemin mencuatkan bibirnya karena kesal itu.



"Aku kan memang masih kecil onnie gendut.", elak Taemin yang mencoba memenangkan harga dirinya. Minho memicingkan matanya. Bukankah waktu itu, Taemin bilang dia sudah besar?



"Hei. Waktu itu kau bilang padaku sudah besar.", sindir Minho kali ini, ia ternyata ingin menggoda Taemin. Dan saat ini kesempatannya. Taemin memukul lengan Minho keras. Kekasihnya jahat sekali.



"Oppa, kalau untuk ini pokoknya aku masih kecil.", teriak Taemin yang begitu memaksa, karena ini begitu mendesak. Langsung saja mulut Taemin dibekap oleh tangan Kyuhyun.



"Berisik Min-ah.", tegur Kyuhyun yang malu, langsung saja Taemin menggigit tangan Kyuhyun keras agar dilepaskan.



"Awwwww.", ringis Kyuhyun yang sedikit kesakitan akibat gìgitan mönster manja. Taemin tertawa senang dan puas.



"Rasakan. Hihi.", senang Taemin sambil bertepuk tangan seperti anak kecil yang lucu. Sementara Minho hanya dapat menggelengkan kepala, melihat tingkah ajaib gadisnya. Ya Tuhan, kenapa begitu mengenaskan.



"Su, aku bahagia memilikimu.", bisik Yoochun tepat di telinga Junsu, saat dimana semua orang takjub akan tingkah Taemin. Junsu langsung menoleh pada Yoochun dan tersenyum manis.



"Tampan. Aku suka padamu dari dulu.", saut Junsu yang tidak menyadari perkataannya, lagipula sepertinya tidak nyambung. Yoochun menaikan sebelah alisnya, tidak mengerti. Junsu yang pada akhirnya menyadari kejanggalan perkataannya, langsung tersenyum lebar.



"Hehe maksudku. Chunnie, manis sekali. Aku kan malu.", ralat Junsu yang mengerjap-ngerjapkan matanya. Yoochun mengacak rambut Junsu sedikit.



"Lucunya.", goda Yoochun, Junsu malah tersenyum lebar dan memeluk lengan Yoochun. Bolehkan kalau ia ingin manja? Tentu saja.



"Noona kandunganmu bagaimana?", tanya Jinki yang penasaran dengan calon keponakannya. Heechul tersenyum, ia mengelus-elus perutnya.



"Baik-baik saja. Babyku tidak merepotkan, aku jarang mual. Tapi sedikit membuatku mengidam. Harus menuruti kemauan baby bukan?", jelas Heechul sedikit bergurau. Kibum mengangguk.



"Onnie harus menjaga kesehatan kalian ya. Ini kan kehamilan pertama.", pesan Kibum yang tampak sedikit cemas. Heechul tersenyum mendengar nasihat Kibum.



"Tenang saja. Aku kan selalu menjaga bayiku dengan baik.", angkuh Heechul dengan nada bergurau. Hangeng menyipitkan matanya saat itu juga.



"Apa benar seperti itu? Ouh. Sekarang aku akan bertanya padamu, apakah kau sudah meminum vitaminmu malam ini?", tanya Hangeng dengan wajah yang menakutkan. Heechul menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana ini? Ketahuan deh oleh Hangeng.



"Belum. Hehe.", jawab Heechul yang malu. Hangeng semakin menyipitkan matanya tajam. "Tapi pasti aku minum sayang. Jangan marah ya. Oke.", rajuk Heechul yang kini menjadi sangat ketakutan. Semua tertawa, seorang Heechul yang sangat menakutkan bagi mereka, kini bisa ketakutan hanya karena seorang Tan Hangeng. Semua gadis senang melihatnya, kakak tertua mereka telah berubah, kecuali Taemin yang masih 'kecil', jadi belum mengerti apa-apa.



"Oppa, terimakasih telah merubah onnieku.", ucap Kibum yang matanya telah berkaca-kaca. Ia begitu bahagia, hingga terharu seperti ini. Heechul tersenyum kecil, ia mengerti maksud adiknya itu.



"Lho? Kenapa aku? Itu semua bukan karenaku. Itu karena Chullie sendiri, aku tidak melakukan apa-apa.", sangkal Hangeng yang merasa terlalu berlebihan untuk sebuah kata terimakasih ditujukan padanya.



"Aniya, mungkin lebih tepatnya kami berterimakasih, karena oppa sudah mencintai onnie begitu besar. Itu sangat berarti untuk kami.", sela Kyuhyun yang memotong Kibum saat mau berkata, Kibum mengangguk, ia sependapat dengan Kyuhyun. Kebahagiaan yang lain adalah kebahagiaan bersama. Salah satu dari mereka dicintai teramat sangat, sudah seperti diri sendiri yang merasakannya.



"Haha. Kalian ini. Seharusnya aku yang berterimakasih pada Chullie karena mau mencintai seorang kutu buku tidak populer sepertiku. Kalau untuk dia, sepertinya banyak yang mencintainya.", balas Hangeng yang merendah dan bergurau. Sebenarnya hanya ingin berkata bahwa Heechulah sosok yang berharga, bukan dirinya. Heechul menggeleng keras, ia menggenggam erat tangan Hangeng.



"Kalau seorang kutu buku itu tampan, baik, dan manis sepertimu siapa yang akan menolak.", gurau Heechul menatap Hangeng lekat-lekat. Hanya ingin meyakinkan Hangeng kalau dirinya jauh lebih berharga. Hangeng terkekeh mendengarnya.



"Apa tadi itu baby yang bilang?", tanya Hangeng sambil menyeringai penuh rasa ingin menggoda. Heechul menggelengkan kepalanya.



"Bukan, tadi memang aku yang bilang.", saut Heechul cepat. Hangeng tersenyum kecil, gadisnya lucu.



"Tumben, biasanya baby yang bilang seperti itu.", sindir Hangeng mencubit hidung Heechul. Heechul mencuatkan bibirnya.



"Oh, jadi sekarang appa menyindir umma.", kesal Heechul yang merasa tersindir. Hangeng terkekeh untuk kesekian kalinya.



"Aku tidak menyindir siapa-siapa. Umma saja yang terlalu perasa." sangkal Hangeng dengan wajah datar. Heechul mendengus kesal.



"Tuh baby, lihat kan? Appa jahat sama umma.", adu Heechul sambil mengelus perut buncitnya, dan saat itu juga Hangeng tidak dapat menahan tawanya. Ia tertawa keras sekali. Mulai lagi kan memperalat sang bayi. Dasar Kim Heechul. Yoochun tersenyum dengan semua hal yang indah di hadapannya dan menurutnya ini adalah saat yang tepat.



"Aku mau meminta maaf, soal waktu itu.", bicara Yoochun memecah suasana yang cair menjadi kaku kembali. Semua mata langsung memandang ke arah Yoochun. "Aku tahu kalian pasti masih sangat membenciku untuk yang lalu. Tapi saat ini aku benar-benar mencintai Junsu. Maafkan aku untuk sesuatu yang buruk dahulu.", sesal Yoochun yang bangkit dari duduknya dan membungkukkan tubuhnya berulang kali. Junsu tersenyum, Yoochun adalah benar-benar seorang pria sejati.



"Hei.", panggil Junsu yang menggenggam erat tangan Yoochun. Yoochun tersenyum pada Junsu dan kembali duduk di kursinya. "Sudah berjanji padaku untuk memulainya dengan awal yang baru bukan? Jadi tidak perlu dibahas lagi.", ingatkan Junsu dengan wajah sendunya. Yoochun mengacak rambut Junsu.



"Aku mengakhiri yang lalu, untuk memulai awal yang baru. Mengertikan dolphin?", jelas Yoochun singkat sambil menangkup wajah Junsu. Junsu mengangguk.



"Tentu, aku kan pintar.", jawab junsu yang mengerti semua maksud Yoochun. Yoochun tersenyum geli, kenapa mesti mengeluarkan kepolosan lagi. Dasar dolphin. Bukan hanya Yoochun yang tersenyum, Heechul, Kibum, Kyuhyun, dan Jaejoongpun turut mengembang senyuman.



"Yeay. Apakah ada yang mau berbicara lagi?", tanya Jaejoong yang menanti seseorang untuk mengungkapkan perasaannya juga, ia menopang wajahnya dengan kedua tangañnya di atas meja. Dia senang melihat wajah-wajah bahagia saat ada yang mengungkap perasaan. Kyuhyun memberikan senyuman menyindir pada Jaejoong.



"Sepertinya harus ada yang mengakui sesuatu. Ehem. Ehem. Iya kan Jae onnie?", sindirnya sambil berpura-pura terbatuk. Jaejoong langsung mengerjapkan matanya, menoleh pada Kyuhyun yang tersenyum licik padanya. Saat itu juga, Jaejoong merasa Kyuhyun menyindirnya, langsung saja ia merengut sebal.



"Hei, kau mau mengakui apa?", penasaran Yunho dengan wajah yang entah kenapa begitu imut di mata Jaejoong. Jaejoong menggelengkan kepalanya.



"Tidak ada.", sangkal Jaejoong cepat. Kyuhyun tertawa melihat tingkah Jaejoong yang masih menjaga gengsi.



"Mau aku ceritakan tidak? Seorang Kim Jaejoong yang menangis meraung-raung, karena seorang Jung Yunho.", goda Kyuhyun dengan wajah seriusnya menatap semua pasang mata. Jaejoong menatap galak ke arah Kyuhyun. Adiknya itu tidak bisa diajak bekerja sama.



"Yaa Kyu, jangan ceritakan apapun.", sergah Jaejoong cepat sambil melempar sebungkus tisu di genggamannya ke arah Kyuhyun, saat gadis itu dengan saengaja mau membuka rahasianya.



"Ya nonna mau kau apakan Kyuku?", tegur Changmin yang berhasil menangkap sebungkus tisu yang dilempar Jaejoong sebelum mendarat ke wajah Kyuhyun. "Jangan harap bisa melukai Kyuku. Enak saja. Susah aku mendapatkan gadisku ini.", ketus Changmin walau hanya bergurau. Jaejoong mendengus kesal kepada Changmin, sedangkan Kyuhyun menepuk pipi Changmin pelan.



"Kau itu berlebihan sekali.", sindir Kyuhyun yang memicingkan matanya tajam pada Changmin. Changmin balas menepuk pipi Kyuhyun, tapi dengan keras.



"Memang benar seperti itu. Harus menunggu dua puluh tahun terlebih dahulu, baru aku bisa mendapatkanmu.", tidak mau kalah Changmin yang berkata dengan dinginnya. Kyuhyun terkekeh dan mencubit hidung Changmin gemas.



"Kau ini marah-marah terus.", sindir Kyuhyun santai yang seakan tidak merasa bersalah sedikitpun.



"Kau duluan yang selalu meremehkan apapun tentang hubungan kita.", tidak suka Changmin yang mulai benar-benar marah. Kyuhyun mencuatkan bibirnya.



"Jahat ih, menyindirku seperti itu. Iya aku minta maaf ya Minnie.", sesal Kyuhyun yang beraut wajah sedih. Changmin menganggukan kepalanya.



"Kau ini.", gemas Changmin mengacak-acak rambut Kyuhyun. "Jangan terlalu sering mengulanginya.", pesan Changmin serius. Kyuhyun tersenyum, ia merasakan cinta yang sangat besar apapun itu dari seorang Changmin.



"Yaa kenapa jadi kalian sih yang ribut.", kesal Yunho, yang membuat rasa penasarannya akan cerita tentang Jaejoong semakin menjadi-jadi. "Honey, memangnya benar kau menangis karena aku?", tanya Yunho yang tidak percaya.



"Tidak.", sangkal Jaejoong cepat. Yunho tersenyum kecil, dia sudah terlalu percaya diri untuk menjadi penyebab Jaejoong menangis. Jaejoong mendapati perubahan air wajah Yunho. "Sebenarnya, waktu itu aku menyesal putus denganmu, apalagi aku cemburu pada Seulgi. Jadi aku menangis karena menyesal. Aku tidak tahu harus bagaimana waktu itu.", terang Jaejoong malu-malu, karena tidak tega melihat wajah sedih Yunho. Tapi kenapa ia harus menceritakan ini, hilang sudah imej gadis tegarnya. Huh.



"Hahahaha.", semua tertawa mendengarnya, bukan karena pengakuan Jaejoong. Tapi lebih pada sikap Jaejöong yang malu-malu saat ini. Sangat jarang untuk ditemui.



"Kalian jangan mentertawakanku. Iya aku mengaku, kalau aku sangat mencintai Yunho. Puas kan kalian? Jahat semuanya padaku.", kesal Jaejoong yang langsung mengerucutkan bibirnya, marah. Yunho terkekeh karenanya, ia mengecup bibir Jaejoong singkat, karena begitu senang. Dan saat itu juga Taemin langsung menutup mata dengan kedua tangannya. Pemandangan yang sama sekali tidak boleh dilihat oleh gadis polos sepertinya.



"Aku juga begitu mencintaimu.", balas Yunho dengan begitu mesra. Jaejoong tersenyum malu dan langsung memeluk erat Yunho dengan sangat manja. Jangan katakan apapun lagi. Malam ini ia sudah sangat bertarung dengan rasa malunya.



"Sepertinya semua sedang bahagia. Aku jadi merasa senang sekali.", sela Heechul yang tersenyum lebar dan semua yang ada di sana juga turut tersenyum, begitupula Taemin walau masih takut-takut untuk membuka matanya, alhasil ia harus mengintip dulu lewat sela-sela jarinya ke arah Yunho dan Jaejoong. Dirasa aman, barulah ia membuka lebar matanya. Untung saja.



"Nonna benar. Dan aku akan membuat beibiku selalu bahagia, aku janji akan berusaha untuk tidak membuat beibiku sedih lagi.", timpal Jinki menatap penuh janji pada Kibum. Kibum mencubit kedua pipi Jinki.



"Baby, jangan diteruskan. Nanti aku menangis lagi seperti waktu itu.", rajuk Kibum dengan nada yang begitu manja. Jinki terkekeh geli mendengarnya.



"Iya tidak diteruskan deh.", gurau Jinki mencubit hidung Kibum gemas. Kibum tersenyum dan memeluk Jinki erat. Ia tidak butuh janji atau apapun. Hanya Jinki sudah cukup.



"Kalian sebenarnya daritadi sedang membicarakan apa sih? Aku tidak mengerti.*bloön ini*", tanya Taemin dengan tampang bodohnya, bibir yang mencuat imut sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dan saat itu juga, semua orang saling berpandangan satu sama lain, tak lama tawa dari merekapun terdengar keras.



"Anak kecil tidak usah tahu.", goda Kyuhyun menepuk kening Taemin walau masih tak dapat menghentikan tawanya. Taemin mengerucutkan bibirnya semakin menjadi, kali ini terlihat kesal.



"Aku sudah besar tahu.", kesal Taemin yang langsung memasang wajah seramnya. Tidak suka diledek.



"Tapi tadi kau bilang masih kecil.", sindir Minho mencubit pipi Taemin. Ia heran dengan Taemin yang plin-plan. Taemin langsung menepis tangan Minho kasar. Ia marah besar.



"Pokoknya, aku sudah besar oppa. Untuk ini aku sudah besar.", marah Taemin yang teriakannya sangat memekakkan telinga. Semua orang mengelus dadanya mendapati tingkah gila Taemin. Harus sabar dengan gadis manja ini. Minho tersenyum lebar.



"Iya sudah besar chagiya. Sudah jangan marah lagi ya.", tenangkan Minho yang memeluk Taemin agar tidak marah-marah lagi. Detik itu juga, Taemin tertawa riang, ia menggerak-gerakkan tubuhnya dalam pelukan Minho seperti anak kecil.



"Gitu dong oppa, jadikan aku tidak perlu lapor sama appa.", senang Taemin menusuk-nusuk pipi Minho. Minho akhirnya harus tersenyum yang dipaksakan. Terserah kekasihnya sajalah, ia sudah pusing. Hah.





.....



Minho membelai rambut Taemin dengan sayang. Taeminnya ini tidak mau turun juga dari mobilnya. Gadis manja itu masih ingin bersama Minhonya, walaupun mobil Minho sudah sampai di pelataran parkir rumahnya sejak lima belas menit yang lalu.



"Oppa jelek.", ledek Taemin tiba-tiba dengan wajah yang teramat mengejek. Minho menaikkan sebelah alisnya dan mencubit hidung Taemin gemas. Taemin mengerucutkan bibirnya dan mengusap-usap hidungnya yang memerah. Sakit.



"Kau berani mengataiku ya.", pura-pura marah Minho, wajahnya dibuat sesangar mungkin. Taemin terkekeh senang melihatnya, matanya sangat berbinar-binar.



"Tidak seperti itu. Aku kan hanya bergurau oppa. Ih begitu saja marah, nanti cepat tua lho.", takut-takuti Taemin, tapi memang gadis lugu, tidak akan pernah Minho takut hanya dengan alasan seperti itu. Minho mencubit pipi Taemin dengan sangat keras.



"Dasar anak nakal. Tidur sana. Besok kita kan harus sekolah.", suruh Minho membujuk Taemin, karena ini sudah malam, kalau sampai Taemin kenapa-napa, dia juga yang akan repot natinya.



"Oppa mengusirku? Jahat sekali.", rengek Taemin yang berpura-pura akan menangis. Minho menggelengkan kepalanya. Bukan seperti itu maksudnya.



"Aku tidak mengusir, hanya saja ini sudah malam chagi.", jelas Minho yang mengadukan hidungnya dengan hidung Taemin. Taemin langsung terkekeh senang.



"Gendong oppa sampai kamar.", pinta Taemin dengan manjanya, tangannya sudah diangkat, minta untuk di gendong. Minho menampilkan senyum terpaksanya. Memangnya tidak berat? Tapi mau bagaimana lagi? Ia keluar dari mobil, mengitar ke sisi lainnya, membuka pintu mobil di sisi Taemin, dan memberikan punggungnya, bersiap untuk menggendong Taemin, Taemin dengan cepat langsung meloncat ke punggung Minho.



"Asik. Oppa memang baik. Taemin sayang sama Minho oppa deh.", racaunya seperti anak kecil dalam perjalanan ke kamarnya. Minho terkekeh geli, mendapati kemanjaan Taemin yang polos*?* ini.



"Oppa sayang Taemin tidak?", tanya Taemin yang penasaran, bibirnya mencuat imut selama menunggu jawaban dari Minho.



"Tidak. Oppa tidak sayang Taemin.", jawab Minho dengan begitu mantap. Kecewa? Taemin jelas kecewa teramat sangat, jawaban itu membuatnya sedih.



"Kenapa oppa?", lirih Taemin yang air matanya sudah mau mengalir. Ia butuh penjelasan, kenapa sampai seperti itu. Minho mengangkat bahunya, tidak memberikan jawaban apapun.



"Sudah sampai. Tidur ya chagi.", pesan Minho yang sudah menurunkan Taemin di dalam kamarnya. Taemin mengangguk pelan. Respon yang datar.



"Iya oppa.", patuh Taemin yang sudah tidak bersemangat. Minho mengacak rambut Taemin gemas dan kemudian beranjak keluar kamar Taemin. Taemin langsung terduduk di atas kasur. Ia ingin menangis sekarang. Saat ia memejamkan mata.



"Oppa tidak sayang Taemin, tapi oppa sangat mencintai Taemin.", bicara Minho yang kini kepalanya menyembul di ambang pintu. Taemin langsung membuka matanya dan tersenyum lebar menatap Minho yang tadi mengedipkan sebelah mata padanya. "Annyeongi jumuseyo chagiya. Love you.", ucap Minho yang lalu menutup rapat pintu kamar Taemin. Taemin mengerjap-ngerjapkan matanya, wajahnya langsung menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa. Dia berdiri di atas kasur.



"Love you too oppa. Saranghaeyo. Yeay. Oppa. Oppa. Oppa. Taemin sayang oppa.", teriaknya dengan penuh keriangan sambil melompat-lompat di atas kasur. Begitu senangnya Taemin. Minhonya yang membuat anak manja ini seperti ini. Tidak peduli. Hoho.





.....





Kibum menangkup kedua pipi gendut milik Jinki. "Aku masuk ya baby.", ucap Kibum pelan sebelum turun dari mobil kekasihnya itu. Jinki tersenyum dan mengangguk.



"Iya beibi. Tidur yang nyenyak. Oke.", pesan Jinki yang balas membelai lembut pipi tirus Kibum. Kibum tersenyum dan mengecup kedua pipi Jinki bergantian.



"Cuci wajahmu, ada jerawatnya. Pemalas.", ingatkan Kibum dengan galaknya, menunjuk jerawat di wajah Jinki. Jinki tersenyum lebar, malu dan takut pada kekasihnya itu.



"Iya aku cuci beibi.", patuh Jinki yang mengecup hidung Kibum mesra. Kibum tetap menahan senyumnya, karena ia sedang serius.



"Kalau seminggu jerawatnya belum hilang. Kau harus mau, aku ajak perawatan wajah. Oke.", kecam Kibum yang sangat cerewet, sebenarnya ini juga untuk kebaikan Jinki. Ia tidak mau, Jinkinya terlihat kotor.



"Iya cerewet beibi. Kau ini. Setiap hari selalu cerewet tentangku.", sindir Jinki dengan nada yang hanya bergurau. Kibum memicingkan matanya.



"Habis kau seperti itu, malas menjaga tubuhmu.", kesal Kibum. "Pokoknya nanti kalau sudah sampai rumah, jangan langsung tidur. Sikat gigi dan minum air putih dulu.", pesan Kibum mencubit pipi Jinki gemas minta ampun. Jinki mengecup bibir Kibum agar gadisnya itu tidak mulai banyak berbicara lagi.



"Iya tuan puteri, kau sudah menasehatiku setiap hari tentang itu. Aku tidak pernah lupa. Siap laksanakan beibiku.", gurau Jinki menatap jahil ke arah Kibum yang mencuatkan bibirnya kesal.



"Yasudah aku masuk baby. Dah.", pamit Kibum setelah memeluk Jinki beberapa saat. Jinki tahu kalau gadisnya itu marah padanya. Langsung saja ia menahan lengan Kibum sebelum gadis itu sempat membuka pintu mobil. Kibum langsung menoleh tidak mengerti.



"Saranghae nae beibi.", lembut Jinki, ia merengkuh dagu Kibum, mendekatkan wajahnya hingga tiada jarak, dan terakhir memberikan kecupan hangat pada bibir Kibum. Kibum tersenyum senang dalam pejaman matanya.



"Na do saranghae baby.", balas Kibum lembut, sesaat bibir mereka terlepas. Jinki menghapus jejak ciuman mereka pada sekitar bibir Kibum. Ouh. Jinkinya manis sekali.



"Malam beibi. Mimpikan aku ya. Dah.", ucap Jinki saat Kibum sudah keluar dari mobilnya. Kibum melambaikan tangannya, saat mobil Jinki perlahan melesat pergi. Ada semburat merah dengan senyum bahagia. Jinkinya membuatnya bahagia malam ini.





.....





"Sudah sampai su-ie.", beritahu Yoochun sesampainya di halaman rumah Junsu. Ia menoleh dan tersenyum manis ke arah Junsu yang sedang bernyanyi-nyanyi tidak jelas seirama dengan lagu yang terdendang dalam tape mobil Yoochun. Junsu langsung berhenti bernyanya dan mengangguk-anggukan kepalanya.



"Terimakasih ya Chunnie. Malam ini aku bahagia sekali.", ucap Junsu dengan sangat malu-malu. Wajahnya memerah saat itu juga. Yoochun terkekeh kecil, lalu mengacak-acak rambut Junsu gemas.



"Iya Su-ieku yang cantik. Aku juga bahagia sekali malam ini, karena bisa bersamamu.", balas Yoochun dengan sedikit merayu. Junsu mengerucutkan bibirnya imut, membuat Yoochun menelan ludahnya. Tapi ia tahu, bibir itu belum boleh menjadi miliknya.



"Chunnie menggombal. Dasar playboy.", ledek Junsu memukul lengan Yoochun pelan. Yoochun memiringkan kepalanya dan menggembungkan sedikit pipinya.



"Menyindirku? Aku kan sudah tidak playboy. Karena cintaku hanya untuk dolphin.", kesal Yoochun yang hanya berpura-pura. Junsu menusuk-nusuk pipi Yoochun sambil tersenyum lebar.



"Marah ya Chunnie? Tapi kan memang Chunnie gombal terus kalau sama aku. Aku kan malu.", rajuk Junsu dengan wajah sendunya. Yoochun masih dalam sandiwaranya, ia membuang wajahnya dari Junsu. Junsu menggembungkan pipinya besar.



"Chunnie. Chunnie.", rengek Junsu mengguncang-guncang tubuh Yoochun pelan. Tapi Yoochun tetap tidak peduli, ia mencuatkan bibirnya. Junsu menggaruk belakang kepalanya, tapi tiba-tiba ia menampilkan senyumnya.



Cup.

Junsu mengecup pipi Yoochun sekilas, wajahnya bersemburat merah karena kelakuannya sendiri. Yoochunpun langsung mengerjap-ngerjapkan matanya, tidak percaya.



"Jangan marah lagi.", pinta Junsu kini sangat memelas. Yoochun terkekeh kecil dan mencubit pipi Junsu.



"Aku tidak marah tuh. Tadi hanya pura-pura.", ledek Yoochun yang kini sedang memainkan pipi Junsu dengan gemas. Junsu merengut manja.



"Nakal. Chunnie nakal.", kesal Junsu yang merasa sangat dikerjai habis-habisan, dia mencubit hidung Yoochun sebagai balasan perlakuan Yoochun padanya.



"Biarin, habisnya Junsuku ngeledekin aku terus.", ngeyel Yoochun dengan wajah liciknya. Junsu langsung tersenyum lebar.



"Tapi karena itukan aku jadi tahu, kalau Chunnie cintanya cuma sama aku.", jawab angkuh Junsu dengan kebanggaannya tersendiri. Yoochun benar-benar gemas pada gadis yang sangat imut di hadapannya.



"Memang. Aku kan cuma cinta Su-ie. Cinta sekali. Saranghaeyo.", mantap Yoochun sambil mengecup kening Junsu mesra. Junsu terkekeh geli karenanya. Ia langsung saja memeluk Yoochun erat untuk berapa lama. Menjulurkan lidahnya kepada Yoochun, lalu meloncat turun dari mobil.



"Week. Aku juga cuma cinta Chunnie. Week. Dadah Chunnie.", ucap Junsu seakan meledek, lansung saja ia menutup pintu mobil Yoochun, secepat kilat berlari ke dalam rumah sambil melambaikan tangannya. Junsu hanya malu, karena dari itu dia bersikap seperti itu. Namun bagi Yoochun, itu begitu membahagiakan untuknya.



"Selamat malam dolphin.", teriak Yoochun yang kemudian langsung mengemudikan mobilnya. Sudah malam.





.....





"Honeyku. Bangun sayang.", bangunkan Yunho pada Jaejoong yang saat ini sedang tertidur pulas pada jok mobilnya. Mungkin sudah menjadi kebiasaan untuk Jaejoong, tertidur di dalam mobil Yunho. Dan akan sulit membangunkan Jaejoong, lìhat saja sekarang ini. Apakah begitu nyaman jok mobil Yunho? Entahlah.



"Honey.", coba Yunho lagi kali ini dengan cara mengecup pipi Jaejoong berulang-ulang. Kalau ini memang akal-akalan Yunho yang senang mengecupi pipi kekasihnya itu.



"Eunggg.", erang Jaejoong yang bergeliat, dan saat ini posisinya jadi menghadap Yunho. Yunho terkekeh, melihat wajah tidur Jaejoong yang imut dengan bibir yang mencuat. Yunho mendekatkan wajahnya pada Jaejoong.



Plaakk.

Pukulan pada wajahnya ia terima, sebelum misi terlaksana. Yunho meringis.



"Jangan ganggu bunny. Aku mengantuk.", racau Jaejoong dalam tidurnya. Yunho terkekeh, ternyata gadisnya hanya sedang mengigau.



"Honey. Kita sudah sampai daritadi di rumahmu.", beritahu Yunho pelan sambil membelai lembut wajah Jaejoong. Jaejoong hanya mengerang karena terusik pada tidurnya. Yunho mengecupi pipi Jaejoong kembali, kali ini agar gadisnya itu terbangun.



"Eunggg. Bunny jahat. Uuh.", kesal Jaejoong yang perlahan akhirnya membuka matanya walau masih berat, didapati wajah Yunho yang tengah tersenyum lebar dan menyebalkan.



"Sudah bangunkah?", tanya Yunho yang menepuk-nepuk pelan pipi Jaejoong. Jaejoong mengangguk-angguk dan menyandarkan kepalanya di pundak Yunho.



"Aku mengantuk tahu.", masih kesal Jaejoong dengan bibir yang mencuat, Yunho tersenyum geli dengan tingkah Jaejoong.



"Iya aku tahu honey, jangan marah padaku.", rajuk Yunho dengan begitu lembut tulus dari hatinya. Jaejoong menggembungkan pipinya besar.



"Aku masih ingin denganmu bunny.", manja Jaejoong yang menggerak-gerakan kepalanya di pundak Yunho. Yunho membelai jemari Jaejoong yang berada dalam genggaman tangannya.



"Tapi ini sudah larut malam Honeyku.", jelaskan Yunho berusaha menatap dalam Jaejoong melalui lirikannya. Jaejoong memasang wajah sedihnya.



"Iya deh. Aku turun ya. Dah bunny.", pamit Jaejoong dengan begitu terpaksa, setelah memberikan kecupan kilat pada bibir Yunho. Yunho tampak asing dengan Jaejoongnya yang saat ini sedang manja-manjanya. Tapi tidak peduli.



"Tidur nyenyak ya honey. Oke.", pesan Yunho mengusap ujung bibir Jaejoong yang basah. Jaejoong mengangguk, lalu turun dari mobil Yunho.



"Aku masuk ya. Hati-hati di jalan nanti bunny. Kalau sudah sampai rumah, kabari aku. Jangan lupa. Dah bunny.", pesan Jaejoong sebelum berlari ke arah pintu rumahnya yang besar. Sepertinya masih berat untuk berpisah. Ingin Yunhonya untuk malam ini.



"Honey.", panggil Yunho membuat langkah Jaejoong terhenti dan berbalik badan mengarahnya.



"Apa?", heran Jaejoong mengangkat sebelah alisnya tanda tidak mengerti. Yunho tersenyum kecil karena itu.



"Ada yang terlupa.", ucap Yunho sedikit terkekeh geli. Jaejoong memutar bola matanya. Terlupa? Ah benar juga. Ia berlari kembali mendekat pada mobil Yunho.



"Apa?", pura-pura Jaejoong seakan masih tidak mengerti. Yunho mengacak-acak rambut Jaejoong, dan tersenyum.



"Aku mencin---", perkataan Yunho terpotong karena Jaejoong terlebih dahulu membungkam bibir Yunho dengan bibirnya. Jaejoong terkekeh kecil karena perbuatannya sendiri.



"Tidak kau katakan, aku juga sudah tahu. Kali ini biar aku yang akan mengatakannya. Aku mencintaimu bunny. Sangat mencintaimu. Hehe. Aku masuk dulu ya. Dah bunnyku.", ucap Jaejoong dengan riangnya, yang harus diketahui, sebelum Jaejoong beranjak masuk rumah, ia sempat mengedipkan sebelah matanya pada Yunho. Yunho terkekeh geli dibuatnya. Jaejoongnya begitu menggemaskan. Dan gadis itu hanyalah miliknya. Sempurna.





.....





"Hehe. Terimakasih ya Minnie.", ucap Kyuhyun saat Changmin sudah mengantarnya sampai di depan pintu kamar. Changmin tersenyum, ia malah ikut masuk ke dalam kamar Kyuhyun dan langsung duduk nyaman di pinggiran kasur Kyuhyun. Kyuhyun berdecak, kekasihnya ini.



"Biasa saja. Asal aku bisa bersamamu.", gombal Changmin sambil tersenyum lebar pada Kyuhyun. Kyuhyun terkekeh saat sedang mengambil piyama tidurnya dalam lemari, setelah itu ia langsung menghampiri Changmin dan menepuk pelan pipi kekasihnya itu.



"Sana kembali ke kamarmu. Aku mau tidur.", usir Kyuhyun yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakainnya dan membersihkan riasan wajahnya.



"Tidak mau.", teriak Changmin yang kemudian merebahkan dirinya di kasur empuk Kyuhyun. Tidak ada perkataan lagi sampai Kyuhyun keluar dari kamar mandi, dan masih mendapati Changmin di kamarnya.



"Yaa Minnie kenapa malah tidur di sini?", protes Kyuhyun kesal sambil menarik tangan Changmin agar bangun. Changmin menggeleng, mengeyel.



"Aku ingin melihatmu sampai kau tertidur dulu Kyu.", ngeyel Changmin yang sangat memaksa. Kyuhyun mengerucutkan bibirnya.



"Aku tidak bisa tidur, kalau menyadari ada orang lain di sampingku.", jelas Kyuhyun yang masih berusaha mengusir Changmin. Changmin mengerutkan keningnya dan memajukan bibirnya kesal.



"Lalu kalau kita sudah menikah bagaimana? Aku kan selalu tidur di sampingmu nanti.", tidak mau mengalah Changmin dengan berbagai alasan sebagai usahanya. Kyuhyun menyentak kasar tangan Changmin.



"Itu berbeda Minnie.", kesal Kyuhyun yang mulai menghentakkan kakinya. Changmin langsung berdiri dan memeluk Kyuhyun yang membelakanginya.



"Makanya kau harus belajar dari sekarang.", bisik Changmin yang menggoda Kyuhyun. Kyuhyun bergidik geli merasakan nafas Changmin berhembus di belakang telinganya.



"Kau mau macam-macam ya Minnie?", tebak Kyuhyun dengan galaknya. Changmin menganggukan kepalanya, hanya ingin menggoda kekasihnya. "Yaa Minnie, aku adukan pada ummamu nanti.", ancam Kyuhyun serius. Changmin langsung mendengus kasar.



"Huh. Mentang-mentang ummaku sekarang lebih sayang padamu.", sindir Changmin yang sudah kesal. Pasalnya ia jadi sering dimarahi sang ibu, jika Kyuhyun sudah mengadu pada ibunya itu.



"Makanya jangan macam-macam. Sudah sana ke kamarmu. Aku mau tidur.", angkuh Kyuhyun yang sekarang sudah merasa menang dari kekasihnya. Changmin melepas pelukannya dengan kasar. Tidak ada perkataan, hanya seperti anak kecil yang sedang marah, langsung berjalan menuju pintu. Kyuhyun tertawa melihat tingkah manja Changmin saat ini.



"Hei. Jangan marah Minnie.", rajuk Kyuhyun yang lebih dulu menggenggam tangan Changmin sebelum keluar dari kamarnya.



"Aku tidak marah.", ketus Changmin menjaga gengsinya. Kyuhyun menahan tawanya, prianya lucu sekali.



"Yasudah kalau begitu. Selamat malam Minnieku.", kata Kyuhyun yang diakhiri kecupan singkat pada pipi Changmin. Changmin langsung mengembang senyum sumringah.



"Malam babyKyuku. Love you sayang.", balas Changmin yang terdengar sangat manis sambil membelai wajah Kyuhyun. Gadis itu terkekeh dan melepas genggamannnya.



"Love you too. Sudah ah, sana pergi. Dah.", saut Kyuhyun sambil mendorong tubuh Changmin keluar kamarnya dan menutup cepat pintu kamarnya kembali. Changmin langsung kembali merengut. Kyuhyunnya menyebalkan. Dengan langkah malas, ia berjalan ke kamarnya. Tapi tak lama, ia tersenyum. Bagaimanapun juga. Tetap saja ia mencintai gadis itu. Hihi.



.....





Heechul bergelayut manja di lengan Hangeng sejak di lahan parkir menuju apartement mereka di lantai lima. Manja dan terus saja manja. "Aku lelah Han. Huhu.", eluh Heechul yang menggerak-gerakkan kepalanya di pundak Hangeng. Memang terlihat begitu lelah dari wajah dan gelagatnya. Hangeng terkekeh mendengarnya. Ia membelai rambut Heechul.



"Apakah ingin aku gendong? Masih kuat berjalankah?", cemas Hangeng saat mereka berada di dalam lift. Heechul menganggukan kepalanya.



"Iya. Uuh, aku mengantuk sekali. Sampai di apartement aku mau langsung tidur.", racau Heechul yang matanya sudah terpejam sedikit demi sedikit. Entah kenapa malam ini, ia terlalu mengantuk. Hangeng dengan sigap menggendong Heechul ala bridal style, sebelum gadisnya itu benar-benar roboh. Heechul langsung melingkarkan tangannya di leher Hangeng.



"Aku berat ya?" tanya Heechul yang sedikit merasa bobot tubuhnya yang bertambah berat membuat sulit Hangeng. Hangeng langsung menggeleng cepat.



"Tidak kok. Sudah jangan dipikirkan. Kalau kau mengantuk tidur saja Chullie. Sebentar lagi sampai.", suruh Hangeng yang teramat khawatir. Ia curahkan seluruh perhatiannya. Heechul mengangguk dan menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Hangeng.



"Sepertinya mama sudah tidur.", bicara Heechul saat mereka sudah memasuki apartement. Hangeng mengecup ujung hidung Heechul.



"Kau masih terbangun? Aku kira kau juga sudah tidur.", terka Hangeng pada awalnya, ternyata salah total. Ia langsung membawa gadisnya ke kamar dan benar sang ibu telah terlelap. Heechul terkekeh kecil mendengarnya.



"Tadi aku memang hampir terlelap. Tapi ternyata, aku ingin melihat wajahmu dahulu sebelum aku tertidur pulas malam ini.", alasan Heechul dengan semua gombalannya. Hangeng tersenyum sambil merebahkan Heechul di atas kasur sementara ia duduk di sisi tempat tidur dekat Heechul.



"Sekarang sudah melihatku bukan? Ayo tidur Chullie. Baby dan umma butuh istirahat.", perintah Hangeng mencoba mengingatkan Heechul. Heechul tersenyum kecil dan meraih guling di sampingnya.



"Temani aku sampai aku benar-benar tertidur ya.", pinta Heechul dengan manja. Hangeng membelai pipi Heechul dengan ibu jarinya, lalu mengecup sekilas jejak ibu jarinya pada pipi Heechul.



"Selamat malam Chullie.", ucap Hangeng lembut, lalu membenarkan selimut sampai menutupi dada Heechul. Heechul mengangguk perlahan.



"I love you appa.", bisik Heechul pelan yang kemudian memejamkan matanya. Hangeng tersenyum melirik tangannya yang digenggam erat oleh Heechul.



"I love you too umma. I love you too baby.", balas Hangeng yang balik berbisik, namun dilengkapi dengan kecupan di kening Heechul dan belaian pada perut Heechul. Iapun tidak beranjak dari tempatnya, seperti permintaan kekasihnya. Hanya menatap wajah Heechul yang tertidur sampai genggaman tangan Heechul terlepas pada tangannya. Hangeng tersenyum, gadisnya benar-benar sudah terlelap. Mengais rambut-rambut yang menutupi wajah Heechul, kemudian bagkit perlahan dari duduknya untuk kembali ke kamarnya sendiri dengan sebuah senyuman menghiasi, karena ia telah berhasil mengantar gadisnya tertidur pulas dengan senyum yang tampak pada bibir merah itu. Sesuatu yang indah di matanya. Selamat malam semua.





.....



Begitulah cinta.

Tercipta dari dasar rasa saling PERCAYA, tanpa ada rasa malu untuk saling MENGAKUI, ditambah rasa saling MENERIMA segala hal yang seharusnya sudah saling DIPAHAMI akan memupuk keinginan untuk saling MELENGKAPI sebagai sebuah KEKUATAN besar dalam suatu jalinan yang mereka sebut CINTA.





Dan inilah akhir dari kisah keenam gadis yang bersahabat kental itu. Namun bukan berarti kehidupan cinta mereka terhenti sampai di sini. Akan ada dan terus mengalir apa yang mereka rasakan dengan nama cinta. Karena ini adalah awal dari sebuah akhir CERITA.







The End.



Akhirnya tamat juga Ya Allah.

Alhamdulillah.

No comments:

Post a Comment