Sunday, March 13, 2011

Fan Fiction.. Story.. Part 2.. YAOI

Title: Story



Author: Anka 'bubu'



Lenght; 2 of ?



Cast:



- Kim Jaejoong (Female)



- Jung Yunho



- Kim Heechul (Female)



- Hangeng



- Kim Junsu (Female)



- Park Yoochun



- Cho Kyuhyun (Female)



- Shim Changmin



- Kim Ki Bum (Female)



- Lee Jin ki



- Lee Taemin (Female)



- Choi Minho







cekidot.



.................................................................





Hangeng, pria yang sudah menyukai Heechul, lebih tepatnya mencintai gadis itu sejak lama. Tapi tidak pernah sekalipun Heechul menganggapnya ada. Hangeng tidak peduli, baginya menjadi seorang pemuja Hèechul sudah cukup. Ia tidak berkhayal banyak. Ia sadar tidak mungkin, Kim Heechul yang begitu cantik mau dengan seorang kutu buku seperti dirinya.



Ia memperhatikan gadisnya dari salah satu sudut club malam yang Heechul datangi. Ini sudah biasa baginya, karena hampir setiap waktu dia mengikuti kemanapun Heechul pergì. Segelas orange juice kini dalam genggamannya. Rasa sakit pasti ada, saat melihat tubuh gadisnya itu dijamah pria lain.



"Cantik. Bagaimana kalau sekarang saja kita ke hotel.", ajak pria tampan yang kini tengah memeluk Heechul sambil menari di dance floor.



"Sebentar lagi. Kau santai saja. Oh ya, siapa namamu?", tanya Heechul sambil menenggak botol bir di tangannya. Beginilah kebiasaan seorang Kim Heechul, mabuk-mabukan, menari, mendapatkan pria tampan, yang kemudian tidur dengan pria itu. Hidup yang menyenangkan baginya.



"Lee Hong Ki. Tapi aku sudah tidak sabar. Kau menggoda.", kata Hongki mendesah. Heechul tertawa kemudian ia mencium bibir pria itu yang sepertinya lebih muda darinya.



"Uhmmm.", desah keduanya. Ciuman, lumatan, gigitan pada bibir keduanya tidak terelakan. Tangan Hongki membelai-belai punggung Heechul. Lidah Heechul menelusup masuk ke dalam mulut Hongki. Ciuman mereka panas sekali. Hangeng menutup matanya, ia tidak ingin pemandangan itu menaikan emosinya.



"Hongki kau pintar juga berciuman.", puji Heechul sesaat melepaskan ciumannya. Hongki tersenyum.



"Kau akan merasakan kepintaranku yang lain.", nakal Hongki mengedipkan matanya pada Heechul.



"Baiklah aku jadi penasaran. Kkaja.", Heechul meletakan botol birnya dan segera menarik Hongki keluar club. Ia melempar kunci mobilnya pada petugas disana.



"Antarkan ke rumahku.", suruhnya. Sang petugas membungkuk.



"Baik nona Heechul.", saut petugas itu. Ia sudah biasa mengantarkan mobil Heechul ke rumahnya. Jika malam itu Heechul bersama pria. Karena tip yang Hèechul beri hampir setengah dari gajinya bekerja di club dan itu sangat luar biasa.



Hangeng yang sudah tidak mendapati Heechul di dalam, segera keluar dan mengikuti kemana Heechul dan pria itu pergi.



Di dalam mobil, ia sangat tidak tenang. Tangannya mengetuk-ngetuk stir mobilnya. Ia kini berada di lahan parkir sebuah hotel bintang lima. Menunggu Heechul, yang sebelumnya ia mengecek dulu di kamar berapa Heechul melakukan aktifitasnya. Ia tidak mau terjadi apa-apa pada gadisnya, karena ia sudah hapal bagaimana Heechul setiap dari club atau hotel, akan mabuk berat.



"Chullie sudah lima kali dalam dua minggu ini kau berganti pria.", gumamnya kesal namun juga khawatir. Tak tertahan akhirnya lama-lama ia tertidur di mobil.



Jam tiga malam, Hangeng terbangun dari tidurnya. Ia menunggu lagi dan berusaha untuk tidak tidur. Tak lama, ia melihat pria yang tadi bersama Heechul keluar dari hotel.



"Aish, main meninggalkan saja.", kesal hangeng. Ingin ia pukul pria itu. Ia segera masuk ke dalam hotel dan menuju ke kamar hotel yang di dalamnya terdapat Heechul.



Hangeng menutup matanya. Ia tau pasti Heechul di dalam tidak memakai sehelai pakaianpun. Setelah menutup tubuh Heechul dengan selimut, Hangeng membuka matanya. Berbotol-botol soju kosong berserakan di kamar hotel, botol wine kosongpun berdiri tegak di meja bundar dekat lampu hias di pojok kamar. Ia pandangi seraut wajah Heechul yang tertidur.



"Kau ini keterlaluan merusak tubuhmu.", sedih Hangeng. Ia membelai wajah Heechul yang tertidur.



"Kita pulang.", ucap Hangeng. Ia membopöng tubuh Heechul ke mobilnya, setelah sebelumnya ia sudah mengenakan pakaian Heechul.



Sampai di rumah Heechul, ia membawa Heechul ke kamarnya. Tentu saja setelah pembantu di rumah Heechul membukakan pintu. Ini bukan pertama kali, Hangeng mengantarkan Heechul pulang.



"Bi, jangan bilang saya yang mengantar ya.", pesan Hangeng. Pelayan itu mengangguk.



"Baik tuan.", patuhnya. Hangeng tersenyum.



"Kalau begitu saya permisi.", pamit hangeng lalu pergi dari rumah Heechul. Pria ini selalu bertindak di belakang, itu bodohnya.





......





"Oppaaa.", teriak Taemin berlari memeluk Minho yang sudah berdiri di depan mobilnya. Pagi ini seperti biasa, seorang Choi Minho harus mengantar Tuan Putri Taemin ke sekolah.



"Aish, berisik jagiya.", kesal Minho. Ia mengusap kedua telinganya, yang hampir pecah karena teriakan Taemin. Taemin langsung mengerucutkan bibirnya.



"Huhu. Oppa.", kesal Taemin. Minho membuang nafasnya.



"Jangan marah.", bujuk Minho. Taemin menggeleng.



CupMinho mengecup pipi Taemin dengan mesra.



"Masih marah?", tanya Minho. Wajah Taemin bersemu merah.



"Aniya. Aku. Oppaaa. Ih kan malu.", malu Taemin seperti anak kecil. Ia memukul-mukul pelan tangan Minho.



"Begitu saja malu. Kkaja pergi sekolah.", kata Minho. Ia mendorong pelan tubuh Taemin dan masuk ke dalam mobil dengan santai.



"Oppaaa.", teriak Taemin manja. Minho berbalik menghadap Taemin.



"Apa?", tanya Minho.



"Bukakan pintuku.", manja Taemin. Minho mengacak rambutnya.



"Kau kan bisa buka sendiri.", kesal Minho. Taemin menghentakan kakinya.



"Oppaaaa.", rengeknya memajukan bibir. Minho berjalan ke arah Taemin dan membukakan pintu dengan kesal.



"Silahkan masuk tuan putri.", suruh Minho dengan nada yang dibuat-buat manis.



"Ne. Gomawo oppaku.", senang Taemin yang kemudian masuk ke dalam mobil. Minho tersenyum terpaksa dan memutar masuk ke dalam mobil.



"Oppa aku sayang oppa.", kata Taemin dengan senyumnya. Minho balas tersenyum.



"Ne. Aku juga sayang Taemin.", balas Minho. Taemin memeluk Minho erat.



"Oppa beli ice cream yuuk.", ajak Taemin. Minho tersenyum kecil.



"Nanti pulang sekolah ya.", saut Minho. Taemin menggelengkan kepalanya.



"Maunya sekarang.", ngeyel Taemin. Minho menyentuh wajah Taemin dengan kedua tangannya.



"Kau kan harus sekolah jagi.", tolak Minho memberi pengertian. Taemin mengembungkan pipinya.



"Oppaaa.", rengek Taemin menarik-narik baju Minho. Minho mendengus.



"Pokoknya tidak.", galak Minho, memberikan tatapan tajam. Lalu menjalankan segera mobilnya.



"Oppaaaa sekarang.", kukuh Taemin semakin merengek.



"Nanti pulang sekolah.", kukuh Minho pula.



"Sekarang.", teriak Taemin. Bibirnya mencuat seksi.



"Aniya.", tolak Minho tak kalah keras.



"Oppaaa.", Taemin tetap merengek manja.



"Aniya.", keputusan Minho sudah bulat.



"Oppa menyebalkan", kesal Taemin memukul-mukul lengan Minho.



"Memang.", tidak peduli Minho.



"Yasudah aku mau turun.", ngambek Taemin mengancam. Minho memberhentikan mobilnya.



"Turun sana.", gertak Minho galak.



"Oppaaa.", tidak percaya Taemin. Matanya berair.



"Apa?", ketus Minho. Taemin membuang mukanya.



"Jahat.", teriak Taemin lalu menangis terisak-isak. Minho jadi panik.



"Aish jangan menangis.", rajuk Minho. Susah memang menghadapi Taemin yang harus dituruti maunya.



"Tidak mau.", tolak Taemin menepis sentuhan Minho.



"Maafkan aku.", sesal Minho. Taemin mendongak, menghadap Minho.



"Ice cream.", manjanya dengan bibir mengerucut sok imut.



"Huah. Iya ice cream. Jangan menangis lagi.", kalah Minho yang terpaksa harus menurut.



"Asik. Ne, tidak menangis.", senang Taemin, ia langsung menghapus air matanya.



"Kau ini.", kesal Minho.



"Hehehe. Oppa.", Taemin hanya tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. Lagì-lagi Taemin mendapatkan maunya dengan caranya yang begitu banyak. Minho hanya tersenyum terpaksa dan mengacak rambutnya frustasi.





.....





Junsu kini sedang heboh-hebohnya bercerita tentang Yoochun yang kemarin mengantarnya sampai pintu rumahnya. Junsu begitu senang, jika mengingatnya lagi. Ditambah sikap Yoochun yang begitu manis terhadapnya. Lengkap sudah.



"Aku bahagia. Tau kan, tau kan. Pasti. Kau, kau, kau harus tau.", kata Junsu dengan wajah seriusnya menunjuk-nunjuk wajah Kyuhyun, tapi terdengar berlebihan. Kyuhyun yang menjadi pendengarnya menahan tawanya yang tak tertahankan.



"Aish onnie. Baru juga seperti itu. Apakah dia memintamu jadi kekasih?", bicara Kyuhyun membuat Junsu mengerucutkan bibirnya.



"Itu kan. Aish, Kyuhyun. Ini kan baru awal. Pasti nanti dia memintaku jadi kekasihnya. Tenang saja.", percaya diri Junsu dengan alis yang dimainkan.



"Apa kata onnie saja. Lihat dibelakangmu.", senang Kyuhyun menunjuk-nunjuk orang dibelakang Junsu. Ia menahan tawa saat melihat ekspresi Junsu saat itu.



"Siapa yang mau menjadi kekasihmu? Apakah aku akan terlambat?", bisik Yoochun dengan suara super duper seksinya. Junsu menggeleng dengan cepat.



"Aniya kau tidak terlambat, kau masih bisa menjadi kekasihku. Benar deh.", jawab Junsu cepat, seakan takut Yoochun salah paham terhadapnya. Yoochun tertawa kecil.



"Eh apa yang aku katakan. Aniya. Bukan seperti itu. Huah. Aku bingung.", pusing Junsu setelah menyadari perkataannya. Kyuhyun menepuk keningnya, 'betapa babonya', itu yang ada dalam pikirannya saat ini.



"Benarkah? Jadi aku bisa menjadi kekasihmu?", goda Yoochun. Wajah Junsu bersemu merah seketika. Kyuhyun yang menyadari akan menjadi pengganggu, lebih baik memutuskan pergi dari sana.



"Chunnie.", malu Junsu. Yoochun nampak heran dengan panggilan itu.



"Tadi kau memanggilku apa?", tanya Yoochun untuk membenarkan panggilannya. Junsu menunduk malu.



"Chunnie. Itu panggilanku untukmu. Hehe.", jawab Junsu. Yoochun tersenyum penuh arti. Si playboy ini mendapatkan lagi seorang gadis dalam genggamannya tanpa harus melakukan sesuatu yang berarti terlebih dahulu.



"Kau lucu, namaku juga begitu lucu.", senang Yoochun. Junsu tersenyum manis.



"Chunnie membuatku malu.", malu Junsu menundukan kembali kepalanya.



"Kau ini.", yoochun mengusap puncak kepala Junsu. "Hei jadi mau tidak menjadi kekasihku?", tawar Yoochun sekali lagi. Terlalu cepat bukan? Tapi baginya, jika seekor ikan sudah tersangkut di kail, untuk apa berlama-lama lagi mengangkat pancingnya dan ia simpan dalam box berisi es.



"Ne aku mau Chunnie.", jawab Junsu penuh semangat, sambil mengangguk-anggukan kepalanya cepat. Akhirnya keinginan menjadi seorang kekasih Park Yoochun terwujud. Dan itu benar-benar membuatnya bahagia. Yoochunpun tampak senang. Ia merengkuh dagu Junsu dan mulai mendekatkan wajahnya pada Junsu. Ia ingin mencicipi bibir menggoda Junsu. Dasar playboy. Jantung Junsu berdegup kencang, namun tak lama Junsu memalingkan wajahnya.



"Jangan lakukan itu Chunnie.", sergah Junsu mengembungkan pipinya.



"Waeyo? Kau akan menyukai ini.", Yoochun meraih dagu Junsu lagì dan mendekatkan wajahnya lagi. Dan lagì-lagi Junsu memalingkan wajahnya.



"Aku malu Chunnie.", malu Junsu yang wajahnya sudah sangat merah. Yoochun akhirnya menyerah. Ia tersenyum pada Junsu.



"Kau membuatku gemas Su.", Yoochun mencubit pipi Junsu dengan gemasnya.



"Appo Chunnie.", manja Junsu, wajahnya dibuat imut sekali.



"Mwo? Aku kan hanya sedikit mencubitnya.", heran Yoochun. Junsu tersenyum kecil.



"Aku kan hanya berlebihan.", Junsu menjulurkan lidahnya meledek Yoochun. Yoochun memicingkan matanya.



"Aish kau ini.", Yoochun memeluk Junsu gemas. Sedangkan Junsu tertawa kecil di pelukan Yoochun. Gadis ini begitu bahagia sekarang ini. Yoochunpun ikut tertawa karenanya. Gadis yang lucu bukan.





.....







"Key bisakah aku meminjam catatanmu? Aish, aku tidak mencatat tadi.", pinta seorang pria dengan wajah memelasnya. Kibum menyipitkan matanya lalu memajukan sedikit bibirnya. Imutnya.



"Aku tau. Kau kan tidur saat kuliah tadi. Dasar kau ini. Pasti tadi malam kau habis mabuk ya.", ejek Kibum namun bergurau. Pria itu menggaruk belakang kepalanya karena malu.



"Masih terciumkah bau alkholnya? Aku jadi malu.", malu si pria. Kibum tertawa kecil.



"Sangat. Sudah ah. Ini catatanku. Tapi jangan lama-lama ya. Oke.", kata Kibum menyerahkan bukunya pada temannya itu. Pria itu mengacak rambut Kibum pelan.



"Baiklah gadis cantik. Gomawoyo. Besok pasti aku kembalikan.", saut pria itu bergurau. Kibum menyunggingkan senyumnya.



"Eheemm.", deham seseorang dari belakang tubuh Kibum. Kibum berbalik dan tersenyum pada seseorang yang tak lain adalah Jinki. Tapi Jinki tidak menampilkan wajah bersahabatnya. Ia memandang sinis pada Kibum dan teman Kibum itu. Merasa Jinki tidak suka padanya, pria itu segera beranjak pergi dari sana.



"Key aku pergi ya. Terimakasih bukunya.", kata pria itu yang kemudian lenyap dari pandangan Jinki dan Kibum.



"Baby. Kelasmu sudah keluar ya?", basa-basi Kibum yang bergelayut manja di lengan Jinki. Tapi Jinki hanya diam saja.



"Baby. Kok diam saja.", tegur Kibum memainkan pipi Jinki agar tersenyum.



"Gadis cantik sudah berapa kali aku bilang. Aku tidak suka kau dekat-dekat dengan namja lain.", sindir Jinki yang sudah kesal. Kibum tersenyum menyesal akan itu. Ia lupa kalau kekasihnya itu teramat sangat cepat cemburu.



"Dia hanya meminjam catatanku.", jelaskan Kibum. Jinki tetap tidak bisa menerima.



"Haruskah seperti tadi. Gadis cantik.", sindirnya lalu mengacak rambut Kibum seperti yang pria tadi lakukan dan katakan pada kekasihnya. Kibum menunduk.



"Mianhae baby.", sesal Kibum. Jinki mendengus.



"Sudahlah.", kesal Jinki lalu pergi meninggalkan Kibum dalam kelas. Kibum mengambil nafasnya, lalu mengejar Jinki. Ia tau kekasihnya cemburu.



"Baby aku rindu padamu.", rayu Kibum yang memeluk lengan Jinki. Jinki melirik Kibum disampingnya.



"Jangan terlalu baik. Aku tidak suka jika namja-namja itu mendekatimu.", kecam Jinki. Kibum mengangguk.



"Ne, aku tidak akan dekat-dekat dengan namja lain. Aku janji.", ikrar Kibum dengan senyumnya.



"Dan jangan biarkan mereka dekat-dekat denganmu.", tambah Jinki serius.



"Ne baby. Sudah jangan marah terus.", rajuk Kibum menangkup wajah Jinki dengan kedua tangannya. Lalu menatap mesra pria di hadapannya. Jinki tersenyum.



"Aku tidak marah.", sangkal Jinki. Kibum tersenyum licik.



"Kalau tidak marah, ayo cium aku.", goda Kibum memajukan bibirnya. Jinki membulatkan matanya.



"Beib ini di tempat umum.", malu Jinki. Kibum melihat sekitarnya, memang ada beberapa orang tapi hanya sedikit, dan itupun tidak ada yang memperhatikan mereka.



"Yasudah jika tidak mau cium.", pura-pura marah Kibum. Ia melepaskan tangannya dari wajah Jinki. Ia berbalik dan jalan berdampingan lagi dengan Jinki. Jinki merasa kekasihnya marah.



"Marah ya?", tanya Jinki menyenggol bahu Kibum. Kibum menggeleng. Jinki menarik tangan Kibum dan membuat Kibum menghadapnya. Dan detik itu juga Jinki mencium telak bibir Kibum. Kibum tertawa kecil dalam hati.



"Genit. Susah kalau punya kekasih yang genit.", gurau Jinki. Kibum tersenyum tidak peduli.



"Bodo.", ngeyel Kibum menjulurkan lidah. Jinki yang gemas, akhirnya mengacak rambut Kibum sayang. Kibum hanya tersenyum lebar tidak merasa.





.....





Kini kelima gadis itu sedang asik-asiknya berbincang di kantin kampus. Mereka bernafas lega, karena Yoochun sudah menjadikan dirinya sebagai kekasih Junsu. Membuat mereka jauh dari rengekan Junsu. Mereka juga senang jika Junsu bahagia.



"Kenapa si playboy itu mau dengan dolphin sepertimu ya?", ledek Jaejoong. Heechul tertawa keras sekali.



"Iya aku juga heran.", tambah Heechul. Mereka tau semua hanya gurauan. Junsu tersenyum-senyum kecil.



"Kalian terus saja meledek, kenyataannya aku memang memikat. Hahaha. Aku kan seksi.", jawab Junsu dengan percaya dirinya. Membuat air yang diminum Kibum menyembur keluar saking tidak bisanya menahan tawa.



"Aish, kau jorok sekali Kibum.", Jaejoong menatap jijik. Kibum hanya tersenyum kecil.



Drrrt. Drrrt.Ponsel Jaejoong berbunyi. Ia menatap layar ponselnya dan tersenyum.



"Aku sudah di mobil jagi.", beritahu seorang, nadanya terdengar mesra.



"Ne, iya sebentar aku kesana.", kata Jaejoong pada seseorang itu. Jaejoong langsung menutup flip ponselnya.



"Aku pergi ya.", pamit Jaejoong. Heechul mengangguk pasti.



"Yunho?", tanya Heechul. Jaejoong hanya tersenyum kecil, tidak menjawab sambil merapihkan buku dan isi tasnya.



"Onnie nanti belikan aku coklat ya. Yunho oppa punya hutang coklat padaku.", pesan Kibum. Memang Yunho sudah begitu dekat dengan 'keluarga' Jaejoong ini.



"Iya. Sudah ya aku pergi. Sudah ditunggu.", kata Jaejoong yang lenyap dalam seketika. Dia mengarah pada lahan parkir kampusnya. Memang kelasnya juga sudah berakhir untuk hari ini. Ia melambai pada pria yang berdiri di samping mobil.



"Jagi.", pria itu mengecup pipi Jaejoong. Jaejoong tersenyum kecil.



"Kita mau kemana sekarang?", tanya pria itu. Jaejoong menggeleng seperti anak kecil.



"Tidak tau. Aku terserahmu saja. Oke.", saut Jaejoong. Pria itu tersenyum, lalu membukakan pintu mobilnya untuk Jaejoong. Kemudian memutar, dan duduk di belakang kemudi.





Yunho yang melihat kelompok gadis cantik itu, langsung berlari. Tentu saja untuk menemui kekasih hatinya.



"Annyeong.", sapa Yunho ramah. Semua memandang heran Yunho.



"Yunho... Oppa...", ujar mereka bersamaan.



"Kalian kenapa sih? Joönggieku dimana?", tanya Yunho. Junsu memandang heran ke arah Kibum.



"Bukannya dia pergi bersamamu?", tanya balik Junsu. Yunho menggeleng.



"Mau bagaimana pergi bersamaku. Hari ini saja aku tidak bertemu dengannya.", jelas Yunho. Heechul menaikan alisnya dan menatap Kyuhyun yang sepertinya juga memiliki pemikiran yang sama. Jika Yunho bersama mereka, lalu Jaejoong bersama siapa.





"Wonnie, jangan bicarakan Yunho.", sergah Jaejoong. Pria yang sebenarnya bernama Siwon itu tertawa kecil.



"Baiklah. Nyonya Jung.", gurau Siwon. Jaejoong menggembungkan pipinya, karena diledek menggunakan marga keluarga Yunho, Jung.



"Wonnie. Iih.", kesal Jaejoong mencubit pinggang Siwon.



"Jagiya hentikan. Aku sedang mengemudi.", suruh Siwon yang terusik. Jagiya? Ya Siwon adalah kekasih dari seorang Kim Jaejoong. Dia mengetahui dengan pasti hubungan Jaejoong dengan Yunho. Jelas, karena Siwon adalah sahabat Yunho.



"Jangan meledekku lagi.", kecam Jaejoong galak. Siwon mengangguk, lalu mengacak rambut Jaejoong sayang.



"Ne nyonya Choi.", patuh Siwon. Jaejoong memicingkan matanya.



"I'm not your wife. Sudah menyetir saja.", galak Jaejoong. Siwon menyunggingkan senyum kecilnya. Ia tau dia hanya orang kedua.





Yunho tidak bisa konsentrasi saat ini. Pasalnya tingkah aneh Jaejoong semakin menjadi-jadi. Ia masih terus memikirkan dengan siapa Jaejoong pergi.



"Hah.", desahnya. "Sampai malam begini, belum juga pulang.", gumamnya. Ia memandang pintu gerbang rumah Jaejoong. Yunho memang dari rumah Jaejoong dan saat ditanya pada orang rumah, Jaejoong belum juga pulang. Ia letakan tangannya pada kemudi, kakinya siap menginjak pedal gas. Ia pikir lebih baik pulang sekarang ini. Mobilnya berjalan pelan meninggalkan, tapi tampak dari spion mobilnya, sebuah mobil-yang sepertinya ia kenal-berhenti tepat di depan rumah Jaejoong dan saat itu juga ia menghentikan mobilnya. Turun seorang pria yang membukakan pintu untuk seorang gadis cantik.



"Selamat malam.", ucap sang pria. Gadis itu tersenyum.



"YAAA CHOI SIWON.", teriak Yunho mengarah pada pasangan kekasih yang tengah berciuman itu. Wajahnya merah padam menahan amarah. Pasangan yang tak lain adalah Jaejoong dan Siwon itu segera melepaskan ciuman mereka.



"Yun.. Yun.. Ho..", terbata-bata Siwon. Jaejoong memejamkan matanya, sudah tau apa yang akan terjadi.



Buukkk.Pukulan Yunho tepat di pelipis kanan Siwon.



Buukkk.Kini kembali dilayangkan pada perut Siwon.



Dirasa lelah Yunho menghentikan pukulannya pada Siwon. Ia menatap marah ke arah Jaejoong.



"Kau harus menjelaskannya padaku.", bentak Yunho. Jaejoong mengangkat wajahnya menatap Yunho.



"Tidak ada yang harus aku jelaskan.", katanya seakan menantang kemarah Yunho.



"Kim Jaejoong.", geram Yunho mengepalkan tangannya sampai buku-buku tangannya memutih.



"Aku ingin kita berakhir.", keluar kata-kata itu dari mulut Jaejoong. "Aku bosan padamu yang selalu bersikap manis.", tambahnya. Yunho mengambil nafasnya dan membuangnya kasar.



"Baiklah. Bersenang-senanglah dengannya. Kau puas.", timpal Yunho. Ia meninju dinding mobil Siwon dengan keras. Jaejoong menutup matanya, saat Yunho meninju dinding mobil itu. Yunhopun kembali ke mobilnya dengan amarah. Sedangkan Jaejoong hanya menatap punggung Yunho yang semakin menjauh tanpa terpikir Siwon yang kini terluka.



.....





Kyuhyun terlihat sangat cantik, saat ia tertidur sekalipun.



CekleekPintu kamar Kyuhyun terbuka dari luar dan terlihatlah wajah Changmin yang tersenyum. Ia masuk ke dalam kamar Kyuhyun, duduk di samping tempat tidur Kyuhyun, memandang wajah cantik yang tertidur itu. Ini sudah jadi kebiasaannya sejak ia berumur 15 tahun. Mengendap-endap masuk ke dalam kamar Kyuhyun, hanya untuk memandang puas wajah cantik Kyuhyun. Walau begitu tidak sekalipun Kyuhyun mengetahui tingkah Changmin ini.



"Cantik.", puji Changmin sambil merapihkan poni Kyuhyun yang jatuh. Lalu terdiam kembali, menyelam dalam pikirannya.



"Kenapa kau selalu bersikap tidak tau tentang perasaanku Kyu?", bisiknya pada wajah tertidur itu. Changmin membelai wajah Kyuhyun dengan hati-hati, tanpa menyadari ada sepasang mata yang melihat kelakuannya dari celah pintu.



'Sudah aku peringatkan kau nak. Dia tidak pantas untukmu.', kata seseorang itu dalam hati. Ia menutup rapat kembali pintu kamar Kyuhyun.





Pagi-pagi sekali sebelum Kyuhyun berangkat ke kampus. Kyuhyun dipanggil untuk menghadap Mrs. Shim di kamarnya.



"Permisi nyonya.", sopan Kyuhyun membungkukan badannya. Mrs. Shim tersenyum.



"Kyu, kau tau mengapa aku panggil?", tanya Mrs. Shim. Kyuhyun menggeleng.



"Aku tidak tau nyonya.", saut Kyuhyun.



"Soal Changmin.", sambar Mrs. Shim. Kyuhyun sudah mengerti arah pembicaraannya.



"Ne nyonya. Saya akan menjauhi tuan muda.", kata Kyuhyun walau tidak sejalan dengan perasaannya.



"Bukan menjauhinya. Tapi jangan pernah membalas cintanya.", terang Mrs. Shim. Kyuhyun mengangguk.



"Baik nyonya.", jawab Kyuhyun. Mrs. Shim tersenyum.



"Keluarlah Kyu.", suruh Mrs. Shim. Kyuhyun membungkukan tubuhnya.



"Saya permisi.", pamitnya keluar kamar. Ada air mata yang keluar dari sudut matanya. Saat Kyuhyun keluar kamar, Changmin melihatnya. Karena penasaran, ia segera masuk ke dalam kamar ibunya.



"Umma, untuk apa Kyu kesini?", tanya Changmin.



"Mengingatkannya untuk tidak berhubungan denganmu.", jawab Mrs. Shim santai. Changmin membuang nafasnya.



"Umma aku mencintainya.", kata Changmin lemas.



"Tapi tidak pantas untukmu. Umma tidak masalah jika kau berteman dengannya. Tapi untuk menjadi kekasihmu. Minnie, dia hanya anak pelayan. Kau ingat kan?", bicara Mrs. Shim. Changmin mendesah pelan.



"Aku tidak peduli. Umma biarkan aku bersamanya.", mohon Changmin. Mrs. Shim memalingkan wajahnya.



"Tidak Minnie.", tolak Mrs. Shim. Changmin menutup matanya.



"Terserah umma. Yang pasti aku akan tetap mencintainya.", teriak Changmin keluar dari kamar Mrs. Shim. Ia beranjak ke kamar Kyuhyun. Kyuhyun segera menghapus air matanya saat Changmin masuk kamarnya.



"Selamat pagi tuan muda.", sapa Kyuhyun tersenyum manis. Tanpa aba-aba Changmin langsung memeluk Kyuhyun.



"Katakan kau mencintaiku.", bisik Changmin di telinga Kyuhyun.



"Tuan muda. Saya harus pergi ke kampus.", ronta Kyuhyun dalam pelukan Changmin. Ia mendorong tubuh Changmin.



"Kyu.", lirih Changmin. Kyuhyun menatap tajam Changmin.



"Saya memang anak pelayan tuan. Tapi tuan tidak berhak memeluk saya semaunya. Permisi.", ketus Kyuhyun. Ia menyambar tasnya dan kemudian pergi dari sana. Changmin yang melihatnya hanya memejamkan mata.



"Hah.", desahnya lelah.





.....



tbc

No comments:

Post a Comment