Sunday, March 13, 2011

Fan Fiction.. Story.. Part 9b.. YAOI

Title: Story



Author: Anka 'bubu'



Lenght: 9B of ?



Cast:



- Kim Heechul (female)



- Tan Hangeng



- Kim Jaejoong (Female)



- Jung Yunho



- Kim Junsu (female)



- Park Yoochun



- Cho Kyuhyun (fémale)



- Shim Changmin



- Kim Kibum (female)



- Lee Jinki



- Lee Taemin (female)



- Choi Minho





Cekidot.





------------------------------------------------



Heechul tampak sangat gelisah. Aish. Rindu teramat pada Hangeng malam ini. Tapi dilihat sang ibu belum juga tidur. Bagaimana ini? Ulah Heechul membuat Ny. Tan sedikit risih, jelas saja Heechul tidak bisa diam sedikitpun.



"Bisakah kau tidur yang benar Chullie?", tegur Ny. Tan yang sedikit kesal. Heechul memajukan bibirnya.



"Ne mama.", ucapnya dengan sangat terpaksa. Di otaknya hanya ada Hangeng dan Hangeng saja. Kapan ibunya itu akan tidur. Aish lama sekali. Cukup untuk membuat matanya sedikit berat. Tapi belum bisa membuatnya mengantuk. Ia ingin Hangeng malam ini.



Heechul membalikkan tubuhnya, menatap punggung milik Ny. Tan. Sepertinya sudah tidur. Heechul tersenyum senang. Ia bangkit dari tidurnya perlahan. Berjinjit seperti pencuri keluar kamar menuju kamar Hangeng. Malam ini, ia mau bersama sang ayah dari bayinya sepuas ia mau.



"Han, kenapa kau sudah tidur? Aish. Aku kan rindu padamu. Huh.", gerutu Heechul sambil memperhatikan wajah tidur Hangeng yang begitu manis. Ia berlutut di lantai, menopang wajahnya dengan kedua tangannya.



"Ouh baby, kau lihat appa? Dia tampan sekali ya? Umma jadi semakin sayang sama appa. Baby juga kan?", ucap Heechul pada bayi dalam perutnya. Heechul terkikik, sayangnya sang buah hati belum bisa memberikan respon. Baru akan bulan ke empat.



"Baby mau mencium appa tidak? Hehe.", gurau Heechul. Gadis ini tampak senang sekali. Ckckckck. Padahal dia sendiri yang ingin mencium Hangeng.



"Baby mau? Baiklah. Kalau begitu ayo kita cium appa. Tapi baby jangan berisik. Nanti appa terbangun.", bisik Heechul seakan ada lawan bicara, kelakuannya seperti orang setengah waras saja.



Cup.

Pelan tapi lama, bibir Heechul mendarat di bibir Hangeng. Rasanya semanis coklat bahkan lebih manis. Tapi kurang beruntung untuk Heechul, Hangeng adalah tipe orang yang mudah terbangun jika sedikit merasa terusik pada tidurnya. Heechul menggaruk kepalanya ketika mata Hangeng terbuka, saat ia masih mencium bibir itu.



"Chullie. Apa yang kau lakukan disini?", kaget Hangeng. Terang saja, mendapati ada orang lain di depan wajahnya, bagaimana tidak terkejut. Heechul tersenyum lebar, ia malah naik ke tempat tidur dan merebahkan diri di samping Hangeng.



"Itu tadi. Katanya baby, dia rindu appa. Jadi dia ingin mencium appa.", alasan Heechul benar-benar mengada-ada. Gadis ini selalu saja mengatas-namakan sang bayi. Tidak dapat dipercaya.



"Baby atau umma? Kau ini. Nakal sekali. Kalau mama lihat bagaimana?", ledek Hangeng setengah kesal juga. Heechul mendekat dan memeluk Hangeng erat, meletakkan kepalanya di dada bidang Hangeng dan memasang wajah imut.



"Mama sudah tidur karena itu aku kesini. Aku benar-benar ingin tidur denganmu malam ini. Boleh ya? Uhmm. Jangan marah lagi.", melas Heechul dengan tingkah manja. Hangeng menggelengkan kepalanya, heran dengan tingkah Heechul.



"Kau ini mengapa menggemaskan sekali. Hah? Yasudah sekarang cepat tidur. Besok kita ada kuliah pagi. Ne.", suruh Hangeng lembut sambil membelai wajah Heechul. Heechul langsung berubah wajah masam, sepertinya hendak menolak.



"Aku tidak mau berangkat kuliah.", tolak Heechul dengan tingkah lucu. Hangeng mengerinyitkan keningnya, tidak mengerti.



"Waeyo tidak mau kuliah?", tanya Hangeng heran. Heechul menyingkap sedikit bajunya, memperlihatkan perutnya yang sudah sedikit membesar.



"Aku gemuk. Kau tahu? Aku jadi terlihat jelek tahu. Kenapa tidak mengerti?", kesal Heechul menunjuk-nunjuk perutnya sendiri. Huh.



"Mwo? Jadi hanya karena kau gemuk.", tidak percaya Hangeng. Heechul menganggukan kepalanya. "Malukah? Kau tahu. Menurutku orang yang sedang hamil, malah terlihat sangat seksi.", ucap Hangeng menggoda Heechul. Uuh. Kali ini ia tidak bergurau, memang seperti itu adanya. Keseksian wanita hamil tampak berbeda di matanya.



"Benarkah? Kau bukan hanya ingin menghiburkukan?", tuduh Heechul yang tidak mempercayainya. Hangeng mengelus perut Heechul dengan lembut, dan mengecup pada kulit perutnya itu.



"Kulit yang melar ini terlihat sangat kencang dan kulitmu terlihat semakin cantik.*kalo orang hamil kan kulitnya jadi ketarik+licin kinclong geto kan!*", goda Hangeng lagi, mengecup kembali kulit perut Heechul. Heechul merasa geli, seperti ada yang menggelitik pada perutnya.



"Uuh. Benarkah? Aku terlihat seksi. Lebih seksi mana dengan saat aku baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk waktu itu?", kali ini Heechul yang menggoda Hangeng. Mengedipkan sebelah matanya dengan nakal. Membuat wajah pria itu memerah, saat berhadapan langsung dengan wajah Heechul yang begitu dekat. Hangeng menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Tidak bisa dipungkiri, saat itu Heechul terlihat sangat menggoda. Sial.



"Lebih baik tidur Chullie. Sudah malam. Ne. Selamat malam baby.", hanya akal-akalan Hangeng untuk mengalihkan topik yang ada saja. Ia gugup jika sudah menjurus ke hal berbau seperti... Uuh. Dasar pria ini, langsung saja ia mengecup kening Heechul dan berbalik memunggungi Heechul dengan cepat. Heechul mencuatkan bibirnya kesal.



"Omo. Baby! Huhu. Umma tidak diacuhkan appa. Lihat. Masa kita dipunggungi.", adu Heechul pada sang bayi untuk menyindir Hangeng. Hangeng menepuk keningnya, lalu langsung berbalik lagi menghadap Heechul. Kalau sudah urusan baby, Hangeng tidak dapat berkutik. Gadisnya punya beribu banyak alasan untuk memperalat si bayi.*ya Allah*



"Kenapa selalu mengadu pada baby? Kalo baby marah, aku yang repot.", takut Hangeng, sebenarnya ia hanya bergurau dalam rangka menyenangkan Hèechul saja. Heechul terkekeh geli.



"Hihi. Appa marah sama umma. Ckckck.", sindir Heechul seperti anak kecil. Hangeng mengacak rambut Heechul gemas. "Han, kata baby, dia ingin dicium. Ayo cium yang banyak.", rajuk Heechul yang mencuatkan bibirnya. Hangeng terkekeh, lalu dikecup sedikit bibir merah Heechul. Heechul langsung merengut. Bukankah tadi baby minta yang banyak, tapi kenapa malah edikit sekali. Akhirnya karena kesal, ia sendiri yang menyambar, dan bermain dahsyat dengan bibir Hangeng. Tanpa mereka sadari, sejak tadi Ny. Tan masih terjaga, ia hanya ingin menjebak Heechul. Benar kan dugaannya? Gadis itu mencuri kesempatan. Tapi yang ia tak habis pikir, gadis itu mengapa begitu lucu? Terlihat sekali, kalau Heechul adalah gadis genit yang begitu mencintai anaknya terlampau besar. Benar! Ny. Tan sejak awal mengintip keduanya di balik pintu. Tapi ia benar-benar harus sangat berusaha untuk menahan tawanya, melihat tingkah konyol keduanya.



"Dasar anak muda jaman sekarang. Tidak bisa diberi nasihat.", gumam Ny. Tan yang melihat keduanya kini sedang berciuman. Ia menyeringai licik. Dibuka lebar olehnya pintu di depannya.



"Yaa Kim Heechul, Tan Hangeng.", teriaknya keras seakan murka. Keduanya terlonjak dengan cepat, dan O.o



"Mama.", teriak keduanya bersamaan. Bagaimana ini? Ny. Tan berkacak pinggang. Heechul semakin mengeratkan pelukannya pada Hangeng.



"Chullie, ayo pindah lagi ke kamar.", suruh Ny. Tan, Heechul menggelengkan kepalanya.



"Tidak mau mama, aku mau tidur sama Hangeng.", ngeyel Heechul dengan bibir dikerucutkan. Ny. Tan menarik Heechul yang sedang bersikap seperti anak kecil.



"Kalau kalian sudah menikah baru kau boleh tidur dengan Hangeng.", jelas Ny. Tan sedikit galak. Apa yang tadi ia dengar? Menikah? Heechul lansung tersenyum tiba-tiba.



"Menikah? Jadi aku boleh menikah dengan Hangeng?", tanya Heechul yang masih belum dapat percaya. Ny. Tan mengangguk. Heechul langsung memeluk Ny. Tan.



"Asik. Terimakasih mama.", senang Heechul, sementara Hangeng terkekeh melihat tingkah Heechul dari belakang. Ia sudah tahu benar, ibunya tidak akan pernah mengecewakannya.



"Sudahlah. Ayo cepat kembali ke kamarmu, sebelum mama nanti berubah pikiran.", ancam Ny. Tan serius. Heechul menggelengkan kepalanya dengan cepat.



"JANGAN!", sergahnya secepat kilat. Lalu tersenyum lagi. "Hangeng sayang. Aku ke kamar dulu ya. Love you appa.", pamit Heechul pada Hangeng, memberi ciuman jarak jauh yang lalu dengan langkah riang kembali ke kamarnya. Ouh Tuhan. Kemana sosok gadis galak, angkuh yang dulu? Haha. Yang ada hanya gadis seperti anak kecil dengan perut yang sedikit membuncit.



"Kau lihat. Ulahmu. Ckckck. Jangan terlalu memanjakan menantu mama. Kau ini.", sindir Ny. Tan pada Hangeng. Hangeng hanya tersenyum lebar. Ouh. Bukankah ibu yang sangat baik?



"Iya mama. Itu kan hanya bawaan bayi. Aslinya mama tidak tahu saja. Dia galak sekali.", gurau Hangeng sambil terkekeh kecil. Ny. Tan hanya menggelengkan kepala. Ada-ada saja.



"Yasudah mama ke kamar dulu. Kekasihmu memang harus diberi pengawasan penuh. Nakal sekali. Ckck. Malam nak.", pamit Ny. Tan, ia menutup kembali pintu kamar Hangeng. Hangeng tersenyum lega. Tinggal menikahi gadis itu, saat bayi mereka telah lahir.



"Wo Ai Ni, Chullie. Haha. Dasar gadisku.", gumamnya pelan saat membayangkan lagi tingkah-tingkah Heechul selama ini. Sungguh, sangat jauh ia mencintai gadis bernama Kim Heechul.





.....



Taemin mengerjapkan matanya, melihat pemandangan yang dilihatnya sekarang ini. Menakjubkan sekali. Hari libur ini, Minho mengajaknya jalan-jalan ke istana es. Benarkah? Sepertinya Taemin yang memerintahnya untuk itu, dan Minho tanpa penolakan dan senyum mengembang, menyetujuinya. Sepertinya, Minho juga tidak masalah membawa Taemin kesini. Bbrrrrr. Dingin sekali, walaupun sudah menggunakan jaket super tebal. Tentu saja semua yang ada di sekitarnya, berasal dari es. Tapi Taemin menyukai ini.



"Oppa, lihat itu. Ayo main kesana.", ajak Taemin menunjuk papan seluncur(perosotan) yang terbuat dari es. Ia menarik tangan Minho dengan penuh semangat. Minho hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, dan mengikuti saja kemauan Taemin.





"Oppa nanti tangkap aku dibawah ya.", teriak Taemin dari atas, sebelum ia meluncur. Minho membulatkan matanya. Yang benar saja? Umurnya sudah tujuh belas tahun, tapi permintaannya masih seperti anak TK. Apa tidak malu.



"Aku tidak mau.", tolak Minho keras. Taemin langsung saja memasang wajah memelasnya yang begitu imut.



"Biar romantis oppa.", rengek Taemin manja. Minho terkekeh, ouh alasan yang lucu. Minho tersenyum.



"Baiklah. Cepat meluncur. Aku tunggu disini Chagi.", seru Minho yang kini sedikit membungkuk, mengambil kuda-kuda untuk menangkap Taemin. Taemin tersenyum senang.



"Aku datang oppa.", teriak Taemin yang sudah meluncur dari atas. Hap. Dapat. Dengan sigap Minho memeluk Taemin. Taemin terkekeh, ia senang bukan main. Memeluk Minho dengan sangat erat dan melebarkan senyumannya.



"Kau senang Chagiya?", tanya Minho sambil menatap wajah manis Taemin. Taemin mengangguk berulang kali. Ya Tuhan. Imut sekali, wajah anak kecil tanpa dosa. Dia baru menyadari, kalau gadisnya itu sebenarnya sangat polos. Hihi.



"Oppa, bagaimana kalau kita berdua meluncur bersama. Kita naik papan seluncur yang lebih tinggi itu. Oppa mau kan?", pinta Taemin penuh harap sambil menunjuk papan seluncur es yang lebih besar, dan lebih berliku-liku. Minho tersenyum, ia mencubit sedikit hidung Taemin.



"Ayo chagi.", setuju Minho tanpa perdebatan dulu pada awalnya. Ouh, sepertinya otak Minho sedang konslet. Ia mau saja, diajak bertingkah seperti anak kecil sekarang ini. Ajaib sekali Taemin bisa merubah si pria dingin ini.



"Oppa, nanti teriak ya pas kita meluncur.", beritahu Taemin yang kini sudah duduk manis di pangkuan Minho ditambah pelukan erat Minho pada pinggangnya. Hanya tinggal meluncur saja.



"Hemmm.", jawab Minho hanya menggumam. Taemin tersenyum senang membuat matanya menyipit.



"Satu, dua, tiga.....", aba-aba Taemin, dan saat itu juga mereka meluncur bersamaan.





"SARANGHAEYOOO, LEE TAEMIN", teriak Minho saat mereka meluncur. Taemin mengerjapkan matanya. Apa yang barusan ia dengar? Pikirannya terganggu, ia tidak dapat menikmati permainan mereka. Karena gadis ini sedang sibuk menengok ke belakang, memandang Minho yang sedang memejamkan matanya sambil berteriak kalau Minho mencintainya. Taemin tersenyum. Ia tidak salah dengarkan? Tidak Taemin. Lihat saja berpuluh-puluh pasang mata melihat ke arah mereka karena teriakan Minho barusan. Minho membuka matanya saat ia rasa tubuh mereka sudah berhenti meluncur. Tapi ia terkejut, mendapati Taemin yang meneteskan air mata. Kenapa? Apakah ia melakukan kesalahan? Sepertinya tidak.



"Chagi waeyo?", heran Minho akan Taemin. Ia tidak mengerti dan jangan membuatnya cemas seperti ini. Taemin menghapus air matanya.



"Aku menangis, karena apa yang oppa teriakan membuatku bahagia. Hikz.", jelas Taemin sambil terisak-isak. Jujurnya gadis ini. Minho menaikkan sebelah alisnya, belum dapat mencerna apapun. Ah. Sebentar. Ia tersenyum, setelah mengingat apa yang ia teriakkan. Benarkah itu begitu mampu membuat Taemin bahagia? Bukankah hanya hal kecil? Pria Bodoh. Tidak untuk Taemin, itu kata-kata paling sempurna dan berarti dalam hidupnya yang dikatakan oleh pria yang begitu dicintainya. Apakah tidak mengerti itu?



"Hahaha. Chagiya. Kau menggemaskan sekali, begitu saja sudah menangis. Aku bisa mengatakan itu setiap hari untukmu.", gurau Minho menarik Taemin ke dalam pelukannya. Taemin menahan isak tangisnya. Kekasihnya itu menyebalkan, kenapa malah meledeknya.



"Oppaaa.", rengek Taemin, mencubit perut Minho. Minho terkekeh dibuatnya. Ia melepas pelukannya dan mengamit jari-jemari Taemin.



"Anak kecil tidak boleh jauh-jauh dariku. Nanti hilang.", gurau Minho, tersenyum lebar. Taemin mengerucutkan bibirnya.



"Oppa jahat. Aku kan sudah besar.", kesal Taemin tapi tetap saja mau mengikuti langkah Minho.



"Chagi mau ice cream? Disana ada ìce cream tuh.", tawar Minho tidak menggubris kekesalan Taemin. Taemin kesal sebenarnya, tapi karena ice cream, ia tidak mengingat lagi akan kekesalannya.



"Mau oppa. Dua ya. Bolehkan?", riang Taemin sedikit melonjak-lonjak. Minho menggeleng-gelengkan kepalanya. Dasar gadis kecil.



"Oke. Tapi ada syaratnya.", kata Minho memainkan alisnya naik-turun alisnya. Taemin menyipitkan matanya. Syarat? Tumben sekali memakai syarat.



"Apa oppa?", tanya Taemin yang sudah penasaran. Minho terkekeh, karena berhasil membuat gadisnya itu penasaran.



"Cium aku dulu.", kata Minho menunjuk pipinya. Ouh. Kenapa Minho menjadi genit seperti ini? Taemin memerah pada wajahnya.



"Oppa genit. Aku malu tahu.", protes Taemin yang kini sedang memilin ujung bajunya. Malu. Malu. Minho terkekeh, gadisnya lucu, kenapa menganggap ini terlalu serius.



"Bergurau chagi. Hehe. Jangan dipikirkan.", sergah Minho mengacak-acak rambut Taemin gemas. Taemin membuat wajah kesal nan imutnya.



"Oppa. Iihh. Kan aku tadi malu. Jahat. Kalau begitu ice creamnya tiga ya oppa.", rengek Taemin menarik-narik lengan baju Minho. Minho merangkul pundak Taemin dengan mesra.



"Berapapun untuk nae Taemin. Hehe.", saut Minho, mendengar itu hati Taemin sangat senang. Minhonya sudah membuatnya sangat senang hari ini. Kalau boleh, ia ingin terus seperti ini, seperti merasakan kalau seluruh dunia memang menyayanginya. Anak tungggal yang manja ini, hanya membutuhkan limpahan kasih sayang. Tidak butuh yang lain. Itu sudah dapat membuatnya sangat senang.





Hah. Cukup untuk Taemin bersenang-senang di istana es. Ia sudah sangat lelah. Waktunya pulang. Minhopun segera menyalakan mesin mobilnya.



"Oppa.", panggil Taemin pelan sambil tersenyum. Minho urung menjalankan mobilnya, ia menoleh ke arah Taemin dan balas tersenyum.



"Ne chagiya?", saut Minho sambil membelai rambut Taemin. Taemin mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia mencium pipi Minho dengan tiba-tiba, sebagai ucapan terimakasihnya. Membuat Minho sedikit terkejut.



"Gomawo oppa. Hari ini aku sangat bahagia.", ucap Taemin dengan perasaan gembira yang tak tertahankan lagi. Minho mengangguk kecil.



"Cheonmaneyo chagi. Aku juga sangat bahagia hari ini. Tentu saja karena Taeminku ini.", timpal Minho sambil mencubit hidung Taemin dengan gemas.



"Appo.", ringis Taemin yang mengusap-usap hidungnya. Minho terkekeh. Taeminnya lucu sekali.



"Mianhae chagiya. Aku gemas padamu.", gurau Minho memeluk Taemin sambil mengusap-usap punggung Taemin. Gadis itu tersenyum. Rasa nyaman kembali ia dapatkan dari Minho.



"Taemin sayang oppa. Sayangnya sangat besar sekali.", ujar Taemin dengan nada manja dalam pelukan Minho. Minho mengangguk. Ia mengerti itu.



"Aku juga menyayangimu, chagiya. Taeminku yang manja. Hehe. Tapi itu memang kau. Ternyata aku tidak bisa jauh dari gadis manja sepertimu. Saranghaeyo chagiya.", balas Minho dengan kata-kata yang teramat manis. Taemin suka itu.



"Jadi aku boleh manja kan oppa? Bolehkan?", tanya Taemin dengan wajah berbinar-binar penuh kemenangan. Minho menghela nafasnya. Sepertinya tadi ia sedikit salah berbicara. Tapi sudah terlambat lagi untuk menariknya.



"Iya chagiya. Boleh.", jawab Minho terpaksa. Taemin bertepuk tangan riang. Senangnya bukan main.



"Asik. Jadi oppa tidak boleh marah-marah sama aku. Harus turuti semua perintah aku. Kalau tidak aku laporin ke appa. Haha.", kecam Taemin senang. Minho hanya tersenyum kecut. Hah. Kembali pada siksaan gadis manja ini lagi. Baiklah. Hah. Berjuang Choi Minho.





.....





Kali ini Kyuhyun berada dalam dekapan erat Changmin. Pria itu semakin mempererat pelukannya dari belakang. Tidak mau melepaskan sedetikpun. Sedikit membuat Kyuhyun risih memang, karena ia belum terbiasa. Tapi siapa yang peduli? Yang penting ia bahagia.



"Minnie. Kenapa daritadi kita hanya disini? Kan tidak seru.", protes Kyuhyun yang sudah mulai bosan hanya memandang laut yang itu-itu saja. Dua jam berada di atas hamparan pasir, tanpa adanya pergerakkan berarti. Bosan. Changmin terkekeh dibuatnya.



"Bukankah berdua saja denganku sudah sangat seru. Bagaimana sih.", goda Changmin sambil memilin ujung-ujung rambut panjang Kyuhyun. Tidak ada kerjaan. Kyuhun tampak kesal, kenapa tidak mengerti sih.



"Tapi memangnya aku tidak pegal terus duduk seperti ini. Apalagi kau tidak memberiku banyak ruang bergerak.", kesal Kyuhyun dengan bibir yang sekarang ini sudah sangat mencuat. Changmin melepaskan pelukannya saat itu juga.



"Jadi maumu aku melepas pelukan? Yasudah. Ayo berdiri. Katanya pegal duduk terus.", sindir Changmin yang sedang menepuk-nepuk belakang celananya yang kotor akan pasir. Kyuhyun nampak bersalah. Ia menatap hangat wajah Changmin.



"Marahkah? Sudah tua, masih saja suka marah-marah.", sindir Kyuhyun, hanya bergurau. Ia mencubit hidung Changmin gemas.



"Hah? Siapa yang marah. Sok tahu sekali.", sangkal Changmin yang menjaga gengsinya. Kyuhyun terkekeh dibuatnya.



"Baguslah. Hehe. Bagaimana kalau kita main air. Ayo Minnie.", ajak Kyuhyun bersemangat, ia menarik tangan Changmin untuk mendekati laut.



"Yaa Kyu. Matahari masih tinggi, nanti kulitku jadi hitam.", protes Changmin yang kesal karena seenaknya saja main menariknya.



"Kenapa sih selalu sensitif tentang kulitmu?", kesal Kyuhyun. Dia saja yang seorang wanita tidak terlalu peduli dengan kulitnya. Tapi ini Changmin selalu saja berisik tentang kulit. Hah, menyebalkan. "Yasudah, kalau tidak mau.", kesal Kyuhyun. Ia melepaskan genggamannya pada tangan Changmin dengan kasar. Mendengus kemudian berlari kecil ke arah laut. Bermain sendiri dengan riak-riak air laut. Changmin tersenyum kecil dan kemudian menyusul Kyuhyun.



Greepp.

Kyuhyun terkejut saat merasakan ada yang memeluknya tiba-tiba. Changmin? Ia memajukan bibirnya saat melihat wajah Changmin di hadapannya.



"Ouh babyKyuku ini masih marahkah?", sindir Changmin yang kini sudah mengangkat tubuh Kyuhyun. Kyuhyun tersentak saat merasa tubuhnya berputar, semakin lama semakin cepat. Ia hanya dapat mendengar samar suara tawa Changmin.



"Pusing.", eluhnya yang memengangi kepalanya. Dan saat itu juga, Changmin berhenti berputar.



"Pusingkah?", tanya Changmin sedikit khawatir. Kyuhyun mengangguk, sambil berusaha menormalkan senut-senut di kepalanya.



"Kau mau membunuhku ya? Sudah cepat turunkan aku.", galak Kyuhyun sambil memukuli pundak Changmin. Dan sesuai perintah Changmin segera menurunkan sang Tuan Putri.



"Hahaha.", senang Changmin meledek Kyuhyun. Kyuhyun memicingkan matanya kesal. Sedikit merunduk, dan ia cipratkan air laut ke tubuh Changmin. Changmin langsung menghentikan tawanya.



"Hah. Kau ini. Bajuku basah tahu.", protes Changmin kesal. Kyuhyun malah menjulurkan lidahnya, tidak peduli.



"Hukuman untukmu karena membuatku pusing. Week.", ledeknya yang semakin banyak menyipratkan air pada Changmin. Changmin memicingkan matanya tajam pada Kyuhyun.



"Oh begitu maumu. Baiklah. Rasakan ini babyKyuku. Haha.", kecam Changmin yang kini berbalik menyipratkan air laut ke arah Kyuhyun dengan penuh dendam. Perang air dimulai. Mereka berdua tidak ada yang mau kalah untuk ini.





"Hentikan! Minnie curang.", protes Kyuhyun karena tidak ada kesempatan baginya menyipratkan air pada Changmin, akibat sibuk menutupi matanya. Cipratan bertubi-tubi yang diciptakan Changmin benar-benar berskala besar membuat Kyuhyun kewalahan.



"Tidak mau. Siapa suruh menyerangku duluan.", ngeyel Changmin yang semakin bersemangat. Kyuhyun kesal, ia mendatangi Changmin dan mendorong tubuh Changmin sampai jatuh, berendam air laut. Baiklah. Ini memang curang. Tapi siapa peduli? Yang penting gadis ini menang. Itu membuatnya puas.



"Yaa kau berani sekali.", murka Changmin yang menatap Kyuhyun seakan ingin membunuh. Kyuhyun memasang wajah meledeknya.



"Biar saja. Memangnya aku pikirkan.", ngeyel Kyuhyun dengan gaya angkuh bertolak pinggang. Changmin memicingkan matanya.



"Kemari kau gadis nakal.", galak Changmin menyeramkan. Ia mencoba bangkit. O.o Kyuhyun tampak sangat takut.



"Tidak mau. Minnie jelek. Week.", ledek Kyuhyun yang lebih dulu berlari menjauh sebelum ditangkap oleh Changmin. Changmin menggelengkan kepalanya, gemas pada kekasihnya.



"Gadis gila.", gumam Changmin kecil, sambil menyungging senyum. Lalu langsung saja ia mengejar Kyuhyun yang berlari.



"Kyu. Kau akan mati bila tertangkap.", teriak Changmin bergurau. Kyuhyun tidak peduli, ia terus saja berlari.



"Aku tidak takut.", tantang Kyuhyun, seakan mengejek Changmin. Changmin menyeringai licik. Lihat saja gadis itu. Changmin semakin mempercepat larinya.



Bruuukk.

Changmin menabrak Kyuhyun, dan akhirnya Kyuhyun terjatuh dalam posisi tidur di pasir dengan Changmin menindih di atasnya.



"Kena kau.", ucap Changmin menyeringai. Sekarang siapa yang menang? Changmin tidak mudah menyerah. Kyuhyun mencuatkan bibirnya.



"Iya aku kalah. Sekarang menyingkir dari tubuhku, kau itu berat tahu.", kesal Kyuhyun mencoba mendorong-dorong tubuh Changmin untuk menyingkir. Changmin menggelengkan kepalanya.



"Kekasihku ini harus diberi pelajaran dulu.", kecam Changmin tersenyum licik. Ia mendekatkan wajahnya, berniat mencicip bibir merah itu. Kyuhyun mengerutkan keningnya, ia menahan bibir Changmin dengan telapak tangannya.



"Kekasih? Siapa yang kau bilang kekasihmu?", tanya Kyuhyun dengan sangat sinis. Changmin berhenti, ia menatap tidak mengerti Kyuhyun.



"Ya kau. Memangnya ada gadis lain disini.", ketus Changmin. Kyuhyun menggulingkan tubuh Changmin dan kini ia yang ada berada diatasnya.



"Hah? Memangnya sejak kapan? Kenapa aku tidak pernah merasa.", goda Kyuhyun seperti berada dalam posisi tertinggi antara ia dan Changmin. Changmin menggulingkan lagi tubuh Kyuhyun, kali ini dengan kasar dan mata yang memicing tajam. Dia marah.



"Sejak umma merestui kita. Bukankah kau bilang mau menjadi kekasihku kalau umma sudah merestui?", ingatkan Changmin serius. Dia tidak suka, Kyuhyun bergurau untuk hal ini. Hal yang sangat penting dalam hidupnya. Sial.



"Ah itu. Tapi seingatku, kau belum memintaku lagi untuk menjadi kekasihmu.", sindir Kyuhyun dengan gaya memuakkan. Ia tahu Changmin mulai marah. Changmin menyipitkan matanya, lalu mengangkat alisnya setelah mengerti.



"Ah jadi kau menggodaku Cho Kyuhyun.", kesal Changmin menggigit hidung Kyuhyun. Permainan yang tidak lucu.



"Appo.", eluh Kyuhyun manja, ia mengusap-usap hidungnya. "Aku kan hanya ingin kau nyatakan cintamu lagi. Tapi dengan romantis.", bicara Kyuhyun malu-malu. Wajahnya itu memerah dengan bibir mengerucut.



Cup.

Sekilas Changmin mengecup bibir Kyuhyun dengan gemas.



"Seperti itukah?", goda Changmin dengan tatapan yang membuat Kyuhyun bertambah malu. Kyuhyun menggelengkan kepalanya.



"Itu genit bukannya romantis.", protes Kyuhyun, memajukan bibirnya kembali. Changmin terkekeh, kali ini ia tidak lagi menatap Kyuhyun. Ia peluk erat Kyuhyun dan berbalik badan, membiarkan Kyuhyun yang kini menindihnya. Hening. Tidak ada yang berbicara. Hanya desiran ombak yang sedikit memecah kesunyian. Kyuhyunpun hanya meletakkan kepalanya di dada Changmin, merasakan jantung Changmin yang berdetak cepat. Ia tersenyum, manis sekali.



"Apa yang harus aku katakan lagi Kyu? Bukankah sudah terlampau sering aku mengatakan, kalau aku begitu mencintaimu. Hanya ada kau di setiap detak jantungku, bukankah kau sedang merasakannya. Hanya kau, gadis cantik yang mampu menaklukan perasaanku. Only you, Kyu. Tidak ada dan tidak akan pernah ada yang lain. Terkadang aku sendiri merasa heran, apa benar kau begitu istimewa sampai-sampai pria tampan sepertiku mau denganmu. Haha. Tetapi pada kenyataannya memang kau teramat sangat istimewa untukku. Aku tidak dapat menyangkalnya. Kau begitu sempurna Kyu, hanya saja ada satu kekuranganmu Kyu.", bicara Changmin panjang lebar, itu begitu manis untuk di rangkai dalam sebuah kalimat. Bahkan berhasil membuat Kyuhyun berdesir pada hatinya, walau sedikit ada gurauan terselip disana. Tapi siapa yang peduli? Kyuhyun. Benar. Ia sangat peduli pada kalimat terakhir Changmin yang digantung. Membuatnya sangat penasaran dan sedikit terasa pilu, karena ternyata ia masih belum sepenuhnya sempurna untuk Changmin.



"Apa? Sangat kurangkah? Mianhae Minnie.", tanya Kyuhyun dengan nada penuh sesal. Changmin terkekeh, ia membalikkan tubuhnya lagi, mengambil posisi di atas Kyuhyun. Menatap mata gadis itu, menyingkirkan poni-poni basah yang menghalangi wajah cantiknya. Menatap penuh ragu pada wajah itu. Kyuhyun tidak kuasa, fatalkah kekurangannya?



"Kekuranganmu hanya satu Kyu. Hanya belum menjadi kekasihku. Hahahaha.", gurau Changmin dengan tawa yang keras. Berhasil menggoda Kyuhyun. Senangnya. Kyuhyun langsung saja, memukul lengan Changmin. Ouh! Betapa jahatnya pria itu.



"Jahat. Aku mengira, kalau aku gagal untukmu. Kenapa kau jahat sekali.", kesal Kyuhyun, wajahnya sudah hampir ingin menangis. Changmin terkekeh kembali. Ia kecup kedua kelopak mata Kyuhyun. Tidak tega melihat gadisnya seperti itu. Jahatkah?



"Mianhae Kyu membuatmu sedih.", sesalnya teramat dalam. Kyuhyun mengangguk-angguk. Tidak menjadi masalah lagi untuknya. Changmin tersenyum. "Sekarang aku ingin memintamu menjadi kekasihku. Maukah Kyu?", pinta Changmin penuh harap. Kyuhyun merona merah pada wajahnya. Memang tidaklah romantis, tapi begitu manis.



"Aku maunya jadi istrimu.", ucap Kyuhyun bergurau, ia tersenyum. Changmin mencubit pipi Kyuhyun dengan gemas. Gadisnya mulai menggoda.



"Benarkah Kyu? Kalau begitu, besok kita menikah.", timpal Changmin dengan senyuman licik, membuat Kyuhyun mengerucutkan bibirnya.



"Jangan bergurau Minnie.", kesal Kyuhyun manja. Changmin menyipitkan matanya. Sebenarnya siapa yang bergurau?



"Hei. Bukankah kau yang lebih dulu bergurau.", sindir Changmin gemas pada gadisnya itu. Mendengarnya Kyuhyun malah tersenyum lebar.



"Iya aku mau menjadi kekasihmu. Ouh. Hanya milikmu Minnie.", jawab Kyuhyun dengan sepenuh hati. Changmin tersenyum manis, lalu dibalas oleh Kyuhyun yang juga tak kalah manis.



"Saranghae nae Kyu.", ucap lembut dari bibir Changmin. Kyuhyun mengangguk kecil, begitu senang mendengarnya.



"Na do. Yeongwonghi.", balas Kyuhyun dengan kerjapan mata. Changmin terkekeh kecil, ia mendekatkan wajahnya pada Kyuhyun, menyusuri seluruh wajah Kyuhyun dengan bibirnya dan pada akhirnya bermuara pada bibir tipis Kyuhyun. Hah. Yang keduanya sadari adalah mereka hidup mmang ditakdirkan untuk bersama. Kyuhyun untuk Changmin, dan Changmin untuk Kyuhyun. Laut biru yang menjadi saksi.



.....



Sepertinya persahabatan ketiganya sudah kembali seperti semula, sesuai dengan peranannya masing-masing. Dimana Siwon duduk manis di hadapan Yunho sambil melahap makanannya, dan Jaejoong yang duduk di samping Yunho dengan tangan kiri yang digenggam erat oleh Yunho, seakan sebagai isyarat tidak mau ia melepas gadis ini untuk kedua kalinya. Terlihat jauh lebih menyenangkan bukan? Sudah pasti. Tapi jauh dari itu, saat ini Jaejoong sedang sangat kesal pada Yunho. Tahukah kalau Jaejoong adalah gadis yang seenaknya? Benar. Dan saat ini ia sedang marah karena Yunho tidak mau menuruti perintahnya untuk mengenakan kaos berwarna pink saat kuliah siang ini. Hei! Dia pria tampan. Memakai baju pink? Yang benar saja? Memang bukanlah menjadi suatu masalah sebenarnya. Tapi yang harus digaris bawahi. Yunho sama sekali tidak menyukai warna pink. Kenapa tidak warna hijau saja?



"Kenapa tidak memakai baju pink yang kemarin aku belikan? Itu sudah aku pilihkan untukmu tahu.", kesal Jaejoong yang memicingkan matanya, menuntut penjelasan pasti. Yunho tersenyum takut. Apa sudah gila kekasihnya itu? Benar. Mereka sudah kembali menjadi sepasang kekasih beberapa hari yang lalu.



"Mianhae honey. Kau tahu, itu seperti tidak cocok untukku. Mianhae. Ne. Jangan marah lagi. Aku mohon.", pinta Yunho benar-benar memelas. Sedangkan Jaejoong mengepal tangannya, jawaban Yunho tidak membuatnya puas.



"Terserahmu saja. Entah kenapa setelah kita putus, kau berubah Jung Yunho. Terlalu sering menolak keinginanku. Sudah tidak mencintaikukah?", tuduh Jaejoong berlebihan. Yunho menggaruk belakang kepalanya. Frustasi. Melirik tajam pada Siwon yang sedang menahan tawanya.



"Jangan menertawakanku. Kau apakan dia selama kalian berpacaran. Hah? Kenapa menjadi aneh seperti ini.", murka Yunho karena saking kesalnya. Siwon hanya mengangkat bahunya.



"Sepertinya dia sedang terkena virus manja. Kau tahu? Ckckck.", gurau Siwon dengan wajah meremehkan. Yunho menyìpitkan matanya pada Siwon. Dan tak lama, kembali menatap Jaejoong yang tetap menyeramkan.



"Ah baiklah. Besok akan aku pakai baju pinkmu itu, honey. Sudah jangan marah lagi. Oke.", rajuk Yunho menatap penuh harap. Jaejoong terkekeh dibuatnya.



"Benarkah? Kalau begitu, aku tìdak marah lagi. Tapi ingat, jangan lupa pakai bajuku. Awas kalau tidak.", ancam Jaejoong galak. Yunho menganggukan kepalanya patuh. Sedangkan Siwon tertawa keras melihatnya. Dasar manusia bodoh. Mau saja menuruti permintaan konyol Jaejoong.



"Diam Wonnie.", kesal Jaejoong mengerucutkan bibirnya. Siwon langsung menghentikan tawanya detik itu juga, lalu melanjutkan makan siangnya. Hah! Baru, ia sadari ternyata Jaejoong benar-benar menyeramkan. Kali ini Yunho yang terkekeh melihat Jaejoong memarahi Siwon. Ia merangkul pundak Jaejoong mesra dan mencuri ciuman kecil ke pipi Jaejoong. Jaejoong langsung merona merah pada wajahnya. Sangat manis.



"Yaa, bisakah kalian tidak bermesraan seperti itu di depan mantan kekasih dari kekasihmu itu. Cckck.", tegur Siwon, niatnya hanya untuk bergurau tapi dengan mimik wajah yang terama serius. Yunho malah menepuk kening Siwon.



"Jangan sirik. Cepat cari kekasih sana. Bukankah aku sudah mengenalkan banyak gadis cantik padamu.", ketus Yunho benar-benar. Jangan menyindirnya lain kali. Jaejoong mengerjapkan matanya. Seorang Jung Yunho mencari masalah kembali. Tahukah? Mungkin akibat terlalu termakan cemburu pada Seulgi waktu itu, membuat Jaejoong menjadi sering cemburu lebih cepat pada Yunho. Seperti saat ini, mendengar Yunho membahas gadis-gadis itu saja dapat membuat Jaejoong sangat cemburu. Apalagi saat Yunho mengenalkan Siwon pada gadis-gadis cantik itu. Rasanya tidak rela melihat Yunho berdekatan dengan mereka. Karena kesal, Jaejoong mencubit keras perut Yunho tanpa ampun. Yunho langsung menoleh pada Jaejoong dengan tatapan yang heran.



"Waeyo?", tanya Yunho yang kini sedang menahan sakitnya. Perih sekali bekas cubitan Jaejoong di perutnya.



"Jangan suka bicarakan gadis-gadis lain di hadapanku maupun di belakangku.", marah Jaejoong yang menatap sebal Yunho. Yunho terkikik geli. Ouh! Kekasihnya kini sedang merajuk.



"Cemburukah honeyku sayang?", goda Yunho dengan wajah berbinar. Jaejoong mengerucutkan bibirnya. Sudah tahu, masih saja bertanya.



"Iya. Aku sedikit cemburu. Jadi kau, jangan coba-coba untuk berbuat nakal.", kecam Jaejoong, dia serius. Yunho tersenyum mengacungkan ibu jarinya, tanda setuju. Melihat Jaejoong yang seperti ini, semakin membuatnya mencintai Jaejoong apapun yang terjadi. Hah! Akhirnya ia mendapati, gadisnya peka dengan keadaan sekitar, bahkan dengan perasaannya sendiri. Menyenangkan bukan? Tak lama kecupan singkat Yunho berikan pada bibir merah Jaejoong. Karena ia merasa sangat senang. Aish! Kebiasaan berciuman di tempat umum, tetap saja tidak bisa dihilangkan pasangan ini sampai kapanpun. Ckckck. Siwon menggelengkan kepalanya, menatap nanar keduanya. Bagaimanapun, dia masih memiliki perasaan pada gadis tersebut.



"Ah baiklah, sepertinya aku akan menjadi pengganggu sebentar lagi. Lebih baik, aku pergi dari sini. Haha. Selamat bermesraan teman-temanku sayang.", sindir Siwon sambil berlalu. Tenang saja! Dia hanya bergurau, tapi bukan berarti ia baik-baik saja. Ada cemburu jika terlalu lama bersama mereka. Yunho dan Jaejoong saling pandang.



"Kau sih genit. Lihat kan? Siwön jadi pergi tuh.", salahkan Jaejoong pada Yunho, karena merasa tidak enak. Yunho tersenyum lebar. Ia tahu itu. Tapi sudahlah. Ia mencubit pipi Jaejoong gemas, lalu mengecup ujung hidung gadis itu.



"Tahukah kalau kekasihmu ini begitu rindu padamu. Hmm? Karena itu, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku bersamamu walau sedetikpun.", gombal Yunho dengan wajah meminta kasih sayang.*mesum* Jaejoong tersenyum malu. Pintar sekali pria ini membuatnya seakan tidak lagi berpijak di tanah. Ia menepuk pipi Yunho pelan.



"Kenapa kau ini pintar sekali merayu sih?", ledek Jaejoong yang gemas akan Yunho. Yunho menaikkan sebelah alisnya dan memutar bola matanya.



"Sepertinya aku tidak sedang merayu.", sangkal Yunho dengan gaya memuakkan. Jaejoong terkekeh kecil, langsung saja ia menarik lengan Yunho menuju lorong yang dapat dibilang sedikit lebih sunyi. Yunho tampak heran dengan ulah Jaejoong.



"Hei ada apa langsung menarikku?", heran Yunho menaikkan sebelah alisnya. Jaejoong menggeleng sebagai jawaban. Ia berjinjit dan..



Rasanya seperti waktu berhenti berputar, dan dunia ini hanyalah milik keduanya. Yunho tidak habis pikir, kenapa Jaejoong pintar sekali berciuman. Bibir lembut itu yang memulai permainan dan bibir itu pula yang mengakhirinya. Yunho terkekeh geli, melihat Jaejoong yang sedang bersusah payah mengirup udara segar. Hahaha.



"Saranghaeyo honey.", ucap Yunho lembut, berbisik pelan pada telinga Jaejoong. Gadis itu tersenyum sambil mengerjapkan matanya berulang kali. Terlihat imut, rasanya ingin sekali Yunho mencubit pipinya, tapi itu akan membuat keromantisan mereka memudar.



"Na do saranghaeyo, bunny.", balas Jaejoong malu-malu. Lagi dan lagi Jaejoong mencium bibir Yunho, seakan sebuah candu asmara baginya. Yunho menarik pinggang itu lebih dekat. Ouh. Jung Yunho benar-benar mencintai Kim Jaejoong sampai kapanpun. Itu sumpahnya.





.....





"Hei cantik.", panggil seseorang yang kini menghentikan langkah Junsu. Junsu menoleh ke belakang, tidak ada siapa-siapa, padahal sangat jelas suara berasal dari arah belakang. Ia mengerucutkan bibirnya, menggaruk belakang tengkuknya. Mungkin ia salah dengar?



"Tidak ada siapa-siapa.", gumam Junsu yang kemudian melanjutkan kembali langkahnya, orang yang memanggil itu hanya terkikik kecil di tempatnya.



"Cantik.", panggilnya lagi, membuat Junsu menghentikan langkah dan berbalik badan lagi. Bola matanya berkeliling, mencari sosok yang kemungkinan besar memanggilnya. Ouh. Ia rasa tidak ada siapa-siapa. Sedikit kesal, karena merasa dikerjai. Menyebalkan. Ia berbalik badan lagi. Tapi.



"Chunnie.", kagetnya, serasa jantungnya mau copot saat itu juga. Karena tiba-tiba saja, wajah Yoochun sudah tepat berada di depan wajahnya. Yoochun terkekeh kecil.



"Hai cantik.", sapa Yoochun dengan senyum andalannya yang mengembang. Hentikan! Senyuman itu sangat dipastikan dapat meluluhkan hati para gadis, terlebih Junsu yang sekarang sedang sangat terpesona. Matanya tidak berkedip sekalipun.



"Hei.", tegur Yoochun yang heran dengan keterpakuan Junsu. Junsu segera sadar, ia mengerjapkan matanya, lalu tersenyum bodoh.



"Chunnie buat aku kaget tahu.", eluh Junsu dengan nada teramat manja. Yoochun tertawa kecil, ia langsung saja mengamit jari-jemari Junsu. Junsu memerah pada wajahnya. Hangat.



"Habis kau lucu, kalau kaget. Maaf ya Su-ie.", ucap Yoochun menampilkan deretan gigi putihnya. Junsu mengangguk.



"Aku mau pulang Chunnie.", beritahu Junsu sambil menggoyang-goyangkan genggaman tangan mereka. Yoochun sudah tahu, ia membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Junsu.



"Aku antar pulang ya.", tawar Yoochun penuh harap. Junsu mengerucutkan bibirnya dan mengangguk. Imut sekali.



"Boleh. Ayo Chunnie.", Junsu menarik Yoochun untuk cepat melangkah. Tapi Yoochun memperlambat langkahnya, membuat Junsu juga melambat. Gadis itu menatap ke arah Yoochun. Yoochun tersenyum, mengerti.



"Aku hanya ingin menikmati lebih lama berada di sisimu sekarang ini.", ujar Yoochun sambil mengedipkan sebelah matanya. Blush. Wajah Junsu memerah, betapa malunya. Hah. Baru beberapa menit saja, pria ini sudah sering membuatnya malu-malu seperti ini. Sial.



"Hehe. Tadi Chunnie yang mengerjai aku ya?", tanya Junsu dengang wajah kesal yang imut. Sebenarnya ia hanya ingin mengalihkan topik. Yoochun tersenyum lebar.



"Mengerjai? Aku tidak mengerjai siapa-siapa tuh.", sangkal Yoochun dengan penuh keangkuhan. Junsu menyipitkan matanya.



"Bohong. Tadi Chunnie kan yang panggil-panggil aku, tapi sembunyi. Ayo mengaku.", paksa Junsu yang bersiap mencubit Yoochun sebagai ancaman.



"Memangnya aku memanggilmu? Aku kan hanya bilang cantik. Belum tentu untukmu.", goda Yoochun yang tersenyum licik. Junsu memutar bola matanya. Benar juga yang dikatakan Yoochun. Tapi dia tidak mau kalah.



"Tapi memang panggilan cantik itu buatku kan?", kukuh Junsu dengan penuh percaya diri. Yoochun terkekeh mendengarnya.



"Ckckck. Dolphinku ini percaya diri sekali.", ledek Yoochun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Junsu mengerucutkan bibirnya.



"Aku kan memang cantik.", ngeyel Junsu penuh percaya diri. Narsis sekali gadis ini. "Jadi ayo Chunnie mengaku. Kita kan teman, jadi tidak boleh berbohong.", paksa Junsu yang sudah kesal. Yoochun akhirnya tertawa terbahak-bahak. Harus diketahui. Kalau gadisnya itu benar-benar lucu.



"Hahaha. Iya aku mengaku. Memang panggilan cantik itu untukmu. Karena memang kau sangat cantik. Aku suka.", jelas Yoochun dengan riang. Dan kembali wajah Junsu memerah. "Tapi aku tidak mengerjaimu. Hanya menggodamu, habisnya ekspresimu itu menggemaskan Su.", elak Yoochun tetap tidak mau mengalah. Junsu mencubit perut Yoochun.



"Aku kesal. Dasar Chunnie jahat.", pura-pura marah Junsu. Yoochun malah tertawa dan merangkul pundak Junsu mendekat padanya, tapi Junsu malah sedikit menjauh. Yoochun mengerti kalau Junsu tidak mau diperlakukan seperti itu, ia melepas rangkulannya dan kembali mengamit tangan Junsu.



"Kau semakin cantik, kalau kesal seperti itu. Ingat olehmu, baik-baik ya. Kalau aku adalah pengagum nomor satumu, cantik.", gombal Yoochun sambil tersenyum lebar. Junsu mengangguk, sudah pasti akan ia camkan itu dalam dirinya. Apa benar ada pertemanan yang seperti ini? Apa tidak terlalu berlebihan? Apa tidak terlihat seperti sepasang kekasih? Tapi nyatanya memang mereka hanya berteman.



"Su.", panggil Yoochun pelan. Junsu yang sedaritadi fokus menatap tangannya yang di genggam oleh Yoochun kini beralih memandang Yoochun.



"Apa?", tanya Junsu singkat. Pria itu tersenyum ke arahnya.



"Bolehkah aku bertanya?", tanya balik Yoochun sebagai jawabannya.



"Hmmm.", saut Junsu sambil menganggukkan kepalanya. Yoochun tersenyum pilu.



"Bolehkah aku berharap suatu saat nanti pertemanan kita berubah menjadi hubungan sepasang kekasih?", harap Yoochun, wajahnya menatap penuh kesungguhan. Junsu mengerjapkan matanya, hatinya berdesir.



"Kenapa berharap seperti itu?", tanya Junsu yang ingin mengetahui lebih dalam kesungguhan Yoochun. Yoochun menghentikan langkahnya, ia menatap seluruh lekuk wajah Junsu.



"Entahlah. Lupakan saja Su.", bicara Yoochun yang kini berjalan mendahului Junsu, tapi tangannya cepat ditahan oleh Junsu.



"Apa aku tidak boleh mengetahui alasannya Chun?", tekan Junsu dengan mata yang penuh kepiluan. Yoochun kembali menatap Junsu.



-bayangin kalo di film2, yang tadinya di sekitar rame, jadi gelap, lampu cuma nyorot mereka berdua. Haha.-



"Aku ingin melindungimu dari segala sesuatu yang dapat membuatmu sedih. Hanya itu.", jelas Yoochun sambil mengacak rambut Junsu pelan. Junsu nampak kecewa, bukan itu yang benar-benar ia ingin dengar.



"Apa benar hanya itu?", tekan Junsu lagi. Yoochun tersenyum kecil. Ia mendekatkan wajahnya pada Junsu. Saat itu juga degub jantung Junsu berdetak tidak normal. Apa yang mau Yoochun lakukan? Ia memejamkan matanya, sampai pada akhirnya, ia benar-benar merasakan sesuatu menyentuh keningnya. Ia membuka matanya dan melihat Yoochun yang sedang mengecup keningnya dengan penuh cinta. Rasa hangat langsung mengaliri seluruh tubuhnya.



"Karena aku mencintaimu.", ucap Yoochun sesaat melepas ciumannya. Junsu terpaku. Apa ini? Ada apa? Sepertinya, ia pernah berada dalam situasi seperti ini? Benar ini sama seperti mimpinya malam itu dan khayalan masa kecilnya. Hanya saja ini adalah sebuah kenyataan.



"Su.", tegur Yoochun karena Junsu hanya terus terdiam. Junsu mengerjapkan matanya. Ia mendapati wajah Yoochun yang cemas. Iapun tersenyum.



"Chunnie boleh aku menjawab pertanyaanmu?", tanya Junsu dengan senyum penuh penafsiran makna. Yoochun mengangguk kecil.



"Kau tidak boleh berharap itu akan terjadi suatu saat nanti.", jawab Junsu terkesan tidak suka. Yoochun terkekeh kecil, hatinya sakit mendengarnya.



"Baiklah. Aku tidak akan memaksamu. Tidak akan ada lagi pengharapan Su-ie.", lirih Yoochun, ia memaksakan senyumnya, walau terasa perih. Junsu terkekeh, wajah Yoochun benar-benar terlihat patut dikasihani.



"Memangnya tidak bisa ya, kalau itu terjadi saat ini? Kenapa harus nanti.", tanya Junsu memajukan bibirnya seperti anak kecil yang manja. Yoochun mengerjapkan matanya. Apa yang barusan ia dengar. Jadi maksud Junsu?



"Su? Maksudnya kita bisa menjadi sepasang kekasih sekarang? Jadi kau mau? Tidak menolakku kan?", senang Yoochun tidak terkira. Sepertinya sebentar lagi, dia akan gila. Ouh.



"Iya Chunnie, aku mau. Mau. Mau.", jawab Junsu mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali. Yoochun meloncat karena senang. Ia langsung saja memeluk Junsu tanpa sadar. Junsu tersentak kaget.



"Terimakasih Su-ie. Huah. Aku benar-benar senang. Junsuku, kau milikku. Aku tidak bermimpikan? Huah. Aku senang.", ucap Yoochun sambil menggoyang-goyangkan tubuh Junsu. Akhirnya usahanya tidak sia-sia. Detik ini juga, Yoochun berjanji dalam hatinya akan selalu melindungi, menghargai, dan yang terpenting mencintai gadisnya sampai akhir. Junsu terkekeh mendapati tingkah Yoochun yang konyol. Ups. Yoochun sadar akan perlakuannya pada Junsu, langsung saja ia melepas pelukannya.



"Mianhae Su. Aku tadi refleks. Maaf ya.", sesal Yoochun dengan wajah yang takut Junsu marah. Junsu menggelengkan kepalanya, lalu berbalik memeluk Yoochun erat. Kali ini Yoochun yang berbalik tersentak kaget.



"Saranghaeyo.", ucap Junsu sembari menambah erat pelukannya. Yoochun tersenyum, ia mengecup puncak kepala Junsu.



"Na do Su-ie. Saranghaeyo nae Dolphin.", balas Yoochun penuh cinta. Keduanya memejamkan mata. Jauh mereka sadari, sebentuk cinta memang tidak akan pernah mengenal kesempatan kedua. Namun tak dapat mereka pungkiri, sebentuk cinta dapat dimulai dari sebuah awal yang baru.



-ada yang ngerti maksud saya? Lupakan-





.....



"Baby. Aku mau nyanyi dulu ya.", kata Kibum yang hendak berdiri dari duduknya. Jinki mengecup pipi Kibum mesra, sebelum Kibum menjauh darinya.



"Ne, nae beibi.", sautnya sambil tersenyum pada Kibum yang kini wajahnya terlihat jelas merona merah, walaupun sedang berada di ruangan yang sedikit redup pencahayaan, tati tetap saja terlihat sangat cantik untuk Jinki.



Jonghyun terkekeh melihat tingkah Jinki di sampingnya. Ia bertopang tangan di dadanya sambil menyenderkan punggungnya di sandaran sofa. Mencari rasa nyaman. Mereka, Jonghyun, Kibum, Jinki, Jaejin dan Minhwan, kini sedang karaoke bersama, dengan Kibum dan Jaejin yang sudah bertingkh seperti orang gila, bernyanyi di depan ketiga pria tampan.



"Sepertinya kau sudah berubah ya.", sindir Jonghyun tiba-tiba, membuat Jinki yang sedaritadi sibuk memperhatikan Kibum, sekarang beralih menatapnya. Jinki tersenyum mendengarnya.



"Ah. Ini karenamu juga yang telah menyadarkanku. Gomawo.", ucap Jinki dengan nada tenang. Jonghyun terkekeh pelan.



"Sama-sama. Tapi sepertinya kau masih tetap saja protektif padanya.", bicara Jonghyun lagi seakan memojokkan Jinki. Jinki membalas kekehan Jonghyun, turut dengan kekehan. Ia meletakkan salah satu kakinya menyilang di atas kaki yang lain.



"Benarkah?", tanya Jinki menatap Jonghyun. Jonghyun mengangguk sambil menyesap cangkir yang berisi hot black coffenya. Jinki tersenyum kecil. "Bukankah Key itu sangat cantik?", tanya Jinki lagi, ia terdiam sampai Jonghyun mau angkat bicara.



"Sudah sangat jelas, ia begitu cantik.", jawabnya mantap untuk Jinki. Jinki menyikapi dengan senyum penuh arti. Kena kau.



"Oleh karena itu, akan banyak pria-pria yang aku yakin sangat menyukainya. Mungkin juga kau menyukainya.", ucap Jinki bergurau sambil melirik Jonghyun yang tampak terkejut. "Tapi aku tidak mau dia lepas dari tanganku. Hanya milikku seorang. Jadi, jika aku masih memproteknya, aku kira itu sangat wajar. Mungkin dulu memang terkesan over, tetapi sekarang? Haha. Aku pikir, Kibum bahagia dengan aku yang seperti ini. Bukan begitu, Kim Jonghyun?", bicara Jinki panjang lebar, membuat Jonghyun tidak tahu akan berkata seperti apalagi. Jinki tersenyum puas, seakan menang dari sesuatu yang sangat menyenangkan. Ia kembali menatap Kibum, gadis itu tersenyum manis padanya.



Kibum mendekat pada Jinki dan bernyanyi tepat di hadapan pria itu. "I want No body, no body, but you. I want no body, no body but you. Nandareul sarameun shiro. Niga animyeon shiro. No body. No body. No body. No body.", nyanyinya sambil menggerak-gerakkan tubuhnya dengan lincah dan menunjuk-nunjuk Jinki. Jinki tertawa melihatnya, dasar gadisnya itu. Kibum mengedipkan matanya untuk Jinki. Aish. Jonghyun hanya mengangkat bahunya, melihat pemandangan di hadapannya.



"I don't want no body, no body, no body, no body, but you.", lirik terakhir dari lagu No Body milik Wonder Girls, Kibum nyanyikan dan berakhir dengan Kibum yang menjatuhkan diri ke pangkuan dan pelukan Jinki.



"Aku maunya hanya Lee Jinki.", bisik Kibum di telinga Jinki. Lelah juga bernyanyi tanpa henti seperti tadi sambil menari. Jinki membelai rambut Kibum dengan sayang. Dia senang, gadisnya ini selalu bisa mengekspresikan perasaannya dengan berbagai cara. Jonghyunpun bangkit dang mengambil mic, sekarang gilirannya yang menyanyi. Si pemilik suara merdu ini tidak perlu diragukan lagi bagaimana merdu suaranya.



"Baby. Aku benar soal lagu itu. Aku hanya ingin Lee Jinkiku.", ucap Kibum lagi sambil memainkan jari-jemari Jinki. Jinki tersenyum, ia menyeka peluh-peluh di wajah Kibum dengan punggung tangannya.



"Na Do beibi. Aku juga hanya menginginkanmu.", balas Jinki, Kibum tersenyum senang. Ia mengeratkan pelukannya dan mengangguk-anggukan kepalanya di dada Jinki. Nyaman. Ingin seperti ini selamanya.



"Sebentar beibi.", pinta Jinki yang mencoba menjauhkan Kibum dari tubuhnya. Kibum mengerucutkan bibirnya. Jinki mengecup bibir Kibum sekilas, membuat gadis itu memerah pada wajahnya.



"Aku ingin menyanyi.", ucap Jinki, Kibum mengerjapkan matanya. Apa yang ia dengar? Jinki menyanyi?



"Memangnya bisa?", sangsi Kibum. Pasalnya, kekasihnya itu belum pernah sekalipun ia dengar suaranya saat bernyanyi. Jinki tersenyum tanpa memberi jawaban. Ia bangkit menuju Jonghyun yang telah mengakhiri lagunya.



"Boleh aku pinjam micnya?", tanya Jinki. Jonghyun tersenyum dan memberikan mic yang ia pegang pada Jinki.



"Tentu saja.", ucapnya dan kembali duduk di samping Kibum. Kibum terus saja menatap Jinki yang sedang memilih lagu. Kibum sudah tidak sabar untuk mendengar suara kekasihnya saat bernyanyi.



"Beibi. Kau harus dengar baik-baik ya.", pesan Jinki mengedipkan matanya pada Kibum. Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya senang bukan main.







Neo mu neo mu nun i bu syeo

Ni ga i sseo nae shim jang i ddwi eo

O jik neo man i na e gen NO.1

Neol sa rang hae~



Jo geum man deo na da ga wa jwo

Neo ye son eul ggok jap go shi peo

I no rae neun Only For You

Yong won hi sa rang hae~



I Need a Love Love Love

Neo ye du nun eul bo myeon seo yak sok hae

Ni gyeo te seo neo man sa rang hal lae man ji kil ge



Baby Need a Love Love Love

Neo ye sa rang ha na ro nan chung bun hae

Mo deun geo seul da i reo do

Neo man eun jeol dae no chi jin an eul geo ya



You Are My Everything My Love

Nae gen neo man i bo yeo

Ja ggu ni ga saeng gang na

Eon je na na neun u seul su i sseo



You Are My Everything My Heart

Neo mu na e ge i sseo

Cheon sa bo da deo a reum da wo

Neo ha na man eul sa rang hal geo ya



Rap)

Ni saeng gak i na do mol lae sa rang i na do mol lae

Na sa rang i ran geol mit ji an a sseo neo neun ma chi

Ma beob cheo reom nae an e deu reo wa seo ma gu

I je neun sa rang e bba jyeo beo rin ba bo

Jeon bu neo ddae mun in geol~

A Fall In Love~

Neol ba ra bo get da go yak sok hae nae ga~ ju go

Se sang i mo du ggeun na beo rin de do meom chu ji an neun

Shi gye cheo reom neol sa rang ha get da go.



I Need a Love Love Love

Neo ye du nun eul bo myeon seo yak sok hae

Ni gyeo te seo neo man sa rang hal lae man ji kil ge



Baby Need a Love Love Love

Neo ye sa rang ha na ro nan chung bun hae

Mo deun geo seul da i reo do

Neo man eun jeol dae no chi jin an eul geo ya



You Are My Everything My Love

Nae gen neo man i bo yeo

Ja ggu ni ga saeng gang na

Eon je na na neun u seul su i sseo



You Are My Everything My Heart

Neo mu na e ge i sseo

Cheon sa bo da deo a reum da wo

Neo ha na man eul sa rang hal geo ya

(ANGEL - Super Junior)



Wo~a Wo~a Wo~a Wo~a

Wo~a Wo~a Wo~a Wo~a



So so dazzling

When you’re here, my heart starts pounding

To me you’re the only NO.1

I love you~



Please come a little closer to me

I wanna hold your hands tight

This song is Only For You

I love you forever~



I Need a Love Love Love

While looking into your eyes, I make the promise

“I will be by your side, will love only you” I will keep it



Baby Need a Love Love Love

Only your love is enough for me

Even if I lose everything

I will never let go of you



You Are My Everything My Love

I can see only you

Thinking about you again and again

always makes me smile



You Are My Everything My Heart

To me there’s such a person

who is more beautiful than an angel

I will love only you



Rap)

Think of you without me knowing, love you without me knowing

I used not to believe in something called love,

It’s like you’ve cast a spell on me

Now I’m a fool who has fallen in love

It’s all because of you~

A Fall In Love~

I promise that I will see only you~

Even if this whole world ends, I won’t stop

Just like a clock, I will love you that way.



I Need a Love Love Love

While looking into your eyes, I make the promise

“I will be by your side, will love only you” I will keep it



Baby Need a Love Love Love

Only your love is enough for me

Even if I lose everything

I will never let go of you



You Are My Everything My Love

I can see only you

Thinking about you again and again

always makes me smile



You Are My Everything My Heart

To me there’s such a person

who is more beautiful than an angel

I will love only you

(ANGEL - Super Junior TRANSLATION)



"Huaahhh Babyyyy.", teriak Kibum yang langsung menerjang tubuh Jinki sesaat lagu berakhir. "Aku suka. Suara yang indah. Gomawo nae baby. Romantis sekali. Hikz.", ucap Kibum yang terisak karena terlalu senangnya. Jinkinya memang terbaik. Dia mencintai Lee Jinki, benar-benar mencintainya.



Jinki mensejajarkan wajahnya dengan Kibum menghapus air mata itu. "Mengapa menangis. Hmmm. Itu kan bukan lagu sedih.", gurau Jinki hanya agar kekasihnya tersenyum. Kibum memukul lengan Jinki.



"Ini tangisan bahagia tahu. Aku sangat menyukainya. Mengapa romantis sekali. Babyku terbaik. Ouh. Lee Jinknya Kibum. Aku sayang baby.", bicara Kibum panjang lebar. Jinki tersenyum, ia mengecup kening Kibum. Kibum memejamkan matanya. Hangat.



"Jinki mencintai Kibum. Jadi apapun untuk beibiku. Hmmm?", balas Jinki. Kibum menangis lagi. Ouh. Dia begitu bahagia mendengarnya. Ia eratkan pelukannya pada tubuh Jinki. Menghirup aroma tubuh Jinki. Begitupula Jinki, ia membenamkan wajahnya pada tengkuk Kibum, sesekali mengecup tengkuk Kibum. Hanya ini yang mereka butuhkan. Jinki yang mencintai Kibum. Dan Kibum yang mencintai Jinki. Tidaklah sebuah keharusan adanya perubahan, karena cinta mereka sudah tumbuh bukan untuk menuntut kesempurnaan. Hanya dengan mereka selalu bersama, menjadi dua tubuh dalam satu, dirasa sudah sangat cukup untuk mereka.



"Saranghaeyo.", bisik Jinki pelan. Kibum mengangguk pelan.



"Na do saranghae, baby.", , balas Kibum pelan. Hah. Cukup seperti ini selamanya.



"Chagi Jinki romantis sekali. Aku suka.", ucap Jaejin yang sedari tadi memperhatikan keduanya. Ia merasa iri pada Kibum, memiliki kekasih yang begitu romantis seperti Jinki. Minhwan melirik kekasihnya cemburu.



"Hah. Baiklah. Aku memang tidak romantis. Kau mau pria seperti Jinki? Sama Jonghyun saja sana, dia juga pria yang romantis.", ketus Minhwan menyindir Jaejin. Jaejin mengerucutkan bibirnya dan berwajah sedih. Ia menggenggam tangan Minhwan.



"Jangan marah. Aku bergurau chagi.", rajuk Jaejin sungguh-sungguh. Minhwan hanya tersenyum kecil mendengarnya, tidak peduli. Sedangkan Jonghyun hanya tersenyum, turut bahagia untuk semua temannya yang sudah terjerat dalam jalinan cinta yang indah. Sulit jika cinta itu sudah melekat kuat.





.....









TBC

No comments:

Post a Comment