Sunday, March 13, 2011

Fan Fiction.. Story.. Part 4.. YAOI

Title: Story



Author: Anka 'bubu'



Lenght; 4 of ?



Cast:



- Kim Jaejoong (Female)



- Jung Yunho



- Kim Heechul (Female)



- Hangeng



- Kim Junsu (Female)



- Park Yoochun



- Cho Kyuhyun (Female)



- Shim Changmin



- Kim Ki Bum (Female)



- Lee Jin ki



- Lee Taemin (Female)



- Choi Minho







cekidot.



.................................................................









Junsu memejamkan matanya, menahan sakit di sekujur tubuhnya. Dan tentu saja, ia tidak tidur semalaman, karena terus saja menangis sambil meringkuk di pinggir tempat tidur, meremas-remas ujung selimut yang menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan apapun. Yang terjadi tadi malam membuatnya sangat ketakutan.



Sorot sinar matahari sengaja membangunkan Yoochun dari tidur lelapnya. Junsu menggeser tubuhnya menjauh ketakutan, ketika Yoochun tersenyum mesra kepadanya.



"Pagi jagiya.", sapa Yoochun yang mendekat pada Junsu. Ia mengecup pundak Junsu, ke leher, dan berakhir di pipi Junsu, ia melakukan itu seperti tidak terjadi apa-apa. Junsu menggelengkan kepalanya berulang kali, tubuhnya bergetar hebat saking ketakutan.



"Pergi kau. Aku mohon pergi.", usir Junsu yang histeris seperti orang gila. Ia menggelengkan kepalanya terus-menerus dengan tangan berada di kedua telinganya. Yoochun sekali lagi mendekati Junsu. Ia menyentuh wajah Junsu, ingin mendaratkan sebuah ciuman di bibir menggoda itu. Tapi Junsu dengan cepat mengelak.



"Jangan dekati aku. Pergi. Pergi. Pergi. Pergi. Aku membencimu.", teriak Junsu semakin menjadi-jadi. "Aku membencimu. Pergi.", ucap Junsu pelan karena terlalu lelah. Ia menunduk, dan kembali menangis. Yoochun yang melihat itu menganggap Junsu belum terbiasa, namun akhirnya ia pergi meninggalkan Junsu yang terlihat begitu miris dan masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan diri dari peluh dan noda-noda permainan mereka tadi malam.



"Nikmatnya nya merasakan yang masih steril.", gumam Yoochun sambil menyalakan shower. Saat itu juga air memancur, membasahi tubuhnya.



"Su, su. Kau memang masih polos. Tapi pasti kau akan menyukai seperti tadi malam.", gumam Yoochun dalam guyuran air dari shower itu.





.....





Setelah diusir tadi malam, Heechul tidak tau mau kemana. Ia hanya diam dalam mobilnya. Tapi tidak ada penyesalan. Ia hanya bingung, mencari tempat tinggal sekarang ini. Ada adik-adiknya. Haruskah dia bilang sekarang, tentang keadaannya.



Ia menundukan kepalanya, di atas kemudi setirnya. Taman itu tetap terlihat lengang sejak tadi malam sampai siang ini.Hanya ada satu orang yang juga berada disana, memandang gadis di dalam mobil itu. Akhirnya ia putuskan untuk mendekati Heechul. Ia ketuk kaca jendela di samping Heechul. Heechul mendongak dan menghapus air matanya. Segera diturunkan kaca itu.



"Ada apa?", tanya Heechul, ia seperti pernah melihat pria di hadapannya itu.



"Kau mengingatku?", tanya balik pria itu.



"Mianhae. Aku lupa.", sesal Heechul. Pria itu tersenyum.



"Aku Hangeng. Apa kau ingat?", kata pria yang ternyata Hangeng. Heechul tersenyum kecil.



"Kau teman sekelasku. Benar kan?", tebak Heechul. Hangeng tersenyum.



Dan entah bagaimana, keduanya kini duduk di bangku taman. Keduanya hanya saling diam tanpa kata.



"Sedang apa disini?", tanya Hangeng memulai pembicaraan. Heechul tersenyum. Ia melepas kacamata yang digunakan Hangeng.



"Kau tampan tanpa kacamata.", puji Heechul yang tidak mempedulikan pertanyaan Hangeng. Sedangkan Hangeng wajahnya kini memerah.



"Benarkah?", sangsi Hangeng.



"Benar.", Heechul menggangguk dan kembali memasangkan kacamata untuk Hangeng. "Dan kau terlihat manis jika seperti ini.", puji Heechul lagi. Hangeng tersenyum, ia tidak menyangka pujian itu terdengar dari mulut Heechul. Pujian yang dibayangkan saja tidak pernah. Dan tiba-tiba.



Cup.Heechul mengecup bibir Hangeng saat itu juga. Hangeng terkejut, matanya terbelalak. Heechul tersenyum tipis.



"Apa aku terlihat seperti wanita murahan?", tanya Heechul lirih. Hangeng dengan cepat menggeleng.



"Aniya. Aku melihatmu seperti wanita baik.", jawab Hangeng cepat. Heechul tertawa kecil.



"Tapi ummaku bilang, aku wanita murahan.", Heechul menatap lurus ke depan. Air matanya menggenang, namun tidak ingin dikeluarkan.



"Jangan bicara seperti itu.", mohon Hangeng. Heechul menunduk.



"Bahkan saat ini aku hamil, tidak tau siapa appanya. Bukankah aku seperti wanita murahan?", bicara Heechul. Ia tidak tau kenapa, yang pasti ia dengan begitu saja berkata ini di hadapan Hangeng.



"Kau bukan wanita murahan. Kau itu malaikat menurutku.", hibur Hangeng. Heechul tertawa.



"Malaikat? Tapi mengapa mereka malah mengusir malaikat dari rumah. Aneh.", racau Heechul. Hangeng membulatkan mata.



"Mwo?", kagetnya.



"Haha. Kau tidak perlu seperti itu. Aku saja tidak peduli, mau mereka mengusirku hanya karena aku hamil.", kata Heechul dengan riangnya.



"Lalu mengapa kau sedih?", tanya Hangeng.



"Aku hanya bingung akan tinggal dimana. Tabunganku tidak cukup untuk membeli apartment. Dan aku tidak bisa membebani adik-adikku.", cerita Heechul dengan tawa palsu dan ada air mata disana. Ia sebenarnya sedang tertekan. Tanpa sadar Hangeng memeluk Heechul. Heechul sedikit terkejut, karena itu tiba-tiba.



"Tinggal di apartementku. Jika kau mau?", tawar Hangeng. Heechul tersenyum dan merenggangkan pelukannya.



"Kau terlalu baik. Kau tidak mengenalku. Bagaimana kalau aku ini penjahat?", gurau Heechul.



"Aku tau kau. Kau gadis angkuh yang sebenarnya rapuh. Kau gadis yang kesepian. Kau gadis yang baik. Aku tau itu.", bicara Hangeng. Heechul tersenyum, belum pernah ada yang bilang ini padanya.



"Aku menyewa kamar di apartementmu. Deal?", Heechul mengulurkan tangannya, sempat ragu Hangeng membalas. Tapi akhirnya ia balas.



"Deal.", saut Hangeng.



"Berapa aku harus menyewa?", tanya Heechul.



"Cukup senyuman di setiap harimu. Dan aku menyewakan kamar untukmu.", kata Hangeng. Heechul menaikan alisnya.



"Baiklah. Apa kau tidak mau dibayar dengan ciuman di setiap harinya?", goda Heechul. Hangeng menggeleng.



"Aku hanya ingin senyumanmu, sudah cukup. Jangan menangis sendiri, kau bisa membaginya padaku.", ucap Hangeng lembut dan terasa ada kasih sayang disana. Dan saat itu pula, Heechul merasa ada yang mendesir dalam hatinya saat Hangeng berkata seperti itu.



Arayo, it's my crazy love for you.*ponsel Heechul*



"Onnie.", heboh Kyuhyun saat Heechul mengangkat teleponnya. Tampak jelas raut wajah Kyuhyun yang benar-benar ketakutan.



"Yaa jangan berteriak.", kesal Heechul. Kyuhyun sedang tidak ingin berdebat kali ini.



"Onnie cepat ke rumah Junsu onnie. Sekarang.", bentak Kyuhyun. Heechul diam ia tau ada yang tidak beres saat ini.



"Ada apa dengannya?", tanya Heechul yang jadi panik.



"Yaa nanti saja. Cepat kemari.", keras Kyuhyun yang langsung menutup pembicaraan.



"Gwaenchana? Ada apa?", tanya Hangeng yang penasaran dengan raut wajah Heechul yang tampak panik.



"Aniya. Aku harus ke rumah Junsu. Aku pergi.", teriak Heechul yang langsung berlari masuk ke dalam mobilnya.



"Aku jemput kau di rumah Junsu nanti malam.", teriak Hangeng. Heechul mendengar tapi tidak peduli. Yang ada di otaknya hanya Junsu saat ini.





.....





Kali ini Kibum tidak mau mendengarkan Jinki. Pagi-pagi sekali, ia pergi ke pulau Jeju bersama teman-teman sekelasnya, tanpa sepengetahuan Jinki pastinya. Ia pikir hanya waktu dua hari, tidak akan ketahuan oleh kekasihnya itu. Ditambah ia sudah meminta sahabat dan keluarganya merahasiakan keberadaannya. Bilang saja, dia ada bersama mereka, tidak pergi kemana-mana. Dia menyukai ini, walaupun ada rasa ragu selalu melintas di otaknya. Semoga saja berjalan lancar.



Seperti seorang anak kecil, Kibum terus meloncat-loncat kegirangan di atas pasir kesana-kemari, sambil berputar-putar.



"Tau seperti ini, aku mengajakmu baby. Ini menyenangkan.", teriaknya sambil membentangkan tangannya. Teman Kibum yang ada di sekitarnya malah mentertawakannya.



"Gadis gila.", ledeknya. Kibum malah tersenyum.



"Jinki. Jinki. Jinki. Saranghae. Hahahaha.", racaunya tidak peduli. Ia benar-benar merasakan ada kebebasan saat ini dan itu sangat menyenangkan.



"Hei Key! Apa kau tau? Saat ini kau benar-benar terlihat seperti seorang Kim Kibum.", celetuk salah satu teman pria Kibum. Kibum menoleh dan menghampiri pria itu.



"Apa maksudmu?", tanya Kibum heran.



"Begitu saja tidak mengerti. Bodoh.", ledek pria itu. Kibum memajukan bibirnya, lalu menyentil kening pria itu.



"Yaa Jonghyun jangan meledekku.", kesal Key. Jonghyun mengelus keningnya yang sakit.



"Aish, dengar ya. Kalau kau sedang bersama Onew, pasti kau seperti manusia robot, bukan seperti diri sendiri. Memangnya enak apa berhubungan dengan namja yang menyetir kehidupanmu.", sindir Jonghyun. Kibum memasang wajah sendunya. Ia benar-benar menyadari itu namun dengan cepat ditepisnya.



"Onew tidak pernah menyetir kehidupanku.", bantah Kibum. Jonghyun mendecak.



"Babo. Memangnya aku tidak tau. Kau kesini, harus mengelabuinya dulu, karena dia tidak mengijinkanmu. Karena dia possesif.", kesal Jonghyun. Kibum menggeleng dan tersenyum.



"Dia itu tidak possesif, dia itu hanya terlalu mencintaiku. Payah kau, sok tau.", ngeyel Kibum dengan nada bergurau. Jonghyun tertawa keras.



"Hah, susah yang jatuh cinta.", ledeknya. Kibum tersipu malu.



"Tau saja. Sudah ah, aku mau main air lagi. Kalau dekat-dekat denganmu, nanti Onewku cemburu. Hihi.", gurau Kibum selanjutnya. Detik itu juga, ia bergabung dengan teman-temannya yang sedang bermain air juga.



"Key cinta Onew.", ejanya sambil menulis kata-kata itu di atas pasir. Ada senyum disana. Gadis ini, kapanpun dan dimanapun tetap saja yang ada dalam pikirannya adalah seorang Lee Jinki.



.....





Jaejoong duduk bersantai menunggu mata kuliahnya dimulai. Ia menunggu di depan kelas yang nantinya akan dipakai. Tak lama berselang, mata Jaejoong terfokus pada satu arah dengan mulut yang sedikit terbuka. Matanya menangkap sosok seorang pria yang benar-benar ia kenal. Ia melihat sosok Yunho yang menggandeng tangan seorang gadis cantik di sampingnya. Wajah Yunho terlihat berseri-seri, apalagi wanita itu. Tanpa sadar Jaejoong memajukan bibirnya dan ada raut wajah sedih disana.



"Siapa wanita itu?", penasaran Jaejoong pada dirinya sendiri. "Pacar barunya? Cepat sekali.", pikirnya. Entah mengapa dia begitu penasaran akan sosok gadis itu.



"Kenapa penggantiku seperti itu. Tidak ada yang lebih cantik apa.", gerutu Jaejoong kesal. Tanpa sadar ia mengikuti kemana Yunho dan wanita itu pergi. Seperti pencuri yang mengendap-endap takut ketahuan orang lain. Langkahnya terhenti, ia mengintip di balik tembok memperhatikan Yunho yang sedang membelai rambut wanita itu sambil bersandar di bawah pohon besar. Jaejoong menggembungkan pipinya, seharusnya perlakuan itu, ia yang merasakannya.





-Flashback-



Angin tetap berhembus kencang menerpa sosok Yunho dan Jaejoong, walaupun mereka sedang berada dibawah pohon besar. Jaejoong sibuk membulak-balikan majalah yang berada dalam pangkuannya.



"Honey.", panggil Yunho lembut sambil membelai rambut Jaejoong penuh sayang.



"Ne bunny. Kenapa memanggilku?", saut Jaejoong tetap fokus pada majalahnya. Yunho mengecup puncak kepala Jaejoong dengan mesra. Ia mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Jaejoong.



"Hanya rindu padamu.", jawab Yunho dengan begitu manja. Jaejoong terkikik mendengarnya. Ia langsung menutup majalahnya dan segera merubah posisi duduknya untuk menghadap Yunho.



"Kenapa kerjamu hanya merayuku terus.", protes Jaejoong dengan mata memìcing tajam, tapi dapat dipastikan ini hanya sebuah gurauan. Yunho memutar bola matanya, untuk membalas kekasihnya itu.



"Tidak ada yang merayu. Itu kenyataan tau. Kau tidak percaya padaku?", pura-pura marah Yunho, bibirnya mencuat kesal. Jaejoong malah tersenyum dan mengecup pipi Yunho.



"Hadiah karena kau merindukanku.", ucap Jaejoong dengan tawa kecilnya, tapi Yunho tetap merengut dan menggelengkan kepalanya. Ia menyentuh bibirnya dengan telunjuknya.



"Aku maunya hadiahku disini.", rajuk Yunho seperti anak kecil manja.



"Hahaha. Kau genit sekali bunny.", geli Jaejoong tidak dapat menahan tawanya. Yunho memicingkan matanya.



"Cepat. Cepat hadiahku.", kesal Yunho. Jaejoong mencubit hidung Yunho gemas dan mengecup bibir tebal Yunho kemudian.



"Namja bodoh.", ledek Jaejoong. Yunho langsung berubah raut wajahnya begitu senang. Ia langsung merengkuh tubuh Jaejoong dan memeluk Jaejoong dalam-dalam. Jaejoongpun tersenyum dalam pelukan Yunho. Begitu manis, ia pikir.





-End of Flashback-





Jaejoong menelan ludahnya, sesaat mengingat kenangannya bersama Yunho. Kenangan manis yang tidak akan ia dapatkan lagi. Ia melangkah pergi dari sana dengan tangan yang mengepal kencang. Pemandangan di hadapannya membuat ia kesal tanpa disadari.





.....





"Onnieeee.", lirih Junsu yang baru saja melihat Heechul menyeruak masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang begitu panik.



"Dolphin, kau kenapa?", cemas Heechul yang langsung mengambil alih Junsu dari pelukan Kyuhyun. Sebenarnya ada apa ini. Kenapa seperti keadaan yang terlalu mengerikan. Ia hapus air mata Junsu pelan dengan ibu jarinya. Tapi percuma, Junsu terus saja menangis dan diam, Kyuhyun membuang nafasnya, ia mendekat pada Heechul.



"Dia diperkosa Yoochun oppa.", bisik Kyuhyun dengan menahan amarahnya. Heechul membulatkan matanya. Ia menatap tajam Kyuhyun. Apa yang barusan dikatakan adiknya itu.



"Kenapa kau baru bilang.", marah Heechul. "Brengsek.", geramnya mengepalkan tangannya. Dalam sekejap ia melupakan masalahnya sendiri. Tapi ini akan menjadi masalah untuk Heechul selanjutnya. Kalau ada yang bisa merasakan perasaannya, dia benar-benar hancur kali ini.



"Aku membencinya onnie.", lirih Junsu, ia mencengkram erat kaos pink ketat yang digunakan Heechul. Heechul membelai lembut rambut Junsu.





"Kemana yang lain? Tidak taukah mereka keadaan Junsu.", murka Heechul karena begitu frustasinya. Junsu terus saja menangis. Kyuhyun menunduk ketakutan.



"Aku sudah menelepon yang lain. Tapi Kibum tidak, ia sedang berlibur.", beritahu Kyuhyun hati-hati. Hèechul menyambar ponselnya kasar. Ia langsung menelepön Jaejoong.



"Yaa kau dimana? Cepat kerumah Junsu, kalau tidak akan aku bunuh kau.", teriak Heechul tanpa mendengar sepatah katapun dari sebrang. Taeminpun di perlakukan sama. Tapi dia tidak menelepon Kibum, ia tau ini saatnya Kibum bebas dari kurungan Onew.



"Onnie.", takut Junsu. Ia merasa tertekan akan teriakan Heechul. Tapi mau bagaimana, memang seperti ini. Semuanya akan merasakan perasaan yang sama satu sama lain. Persahabatan yang kuat, dan akan terus seperti itu.



"Mianhae su.", sesal Heechul.





.....





Seusai Junsu mendapatkan tidurnya dan terlihat tenang. Heechul menenangkan dirinya di balkon kamar Junsu. Ia menangis di sana, ditemani percikan rintik-rintik hujan. Sepertinya cuaca sedang mendukung perasaannya saat ini. Bagaimana tidak, masalahnya sudah membuat kepalanya pecah, kemudian Junsu. Gadis ceria itu terus menangis seperti tadi membuatnya merasa tidak becus menjaga adiknya sendiri.



Kyuhyun sadar akan itu ia mendekat pada Heechul, dan ia genggam jari-jemari Heechul yang mengepal. Ia benar-benar mengerti perasaan kakak tertuanya itu.



"Mianhae, ini salahku.", gumam Heechul terdengar teramat lirih. Kyuhyun menggeleng.



"Ini salah kita. Seharusnya kita sudah tau playboy seperti apa dia.", tenangkan Kyuhyun, ia tidak mau hanya Heechul yang merasa bersalah. Jaejoong turut tidak enak hati pada kakaknya itu. Ia ikut memeluk Heechul. Sebenarnya yang salah hanya pria kurang ajar itu. Lain pula dengan Taemin, ia tidak mengerti ada apa, terlalu dini untuknya mengerti semua ini atau memang dia yang tidak mau mengerti karena terlalu larut dengan kesedihannya sendiri. Dengan wajah sendunya ia mendekat pada tiga gadis yang selalu ia panggil Onnie. Ia ingin mengadu, rasanya terlalu mengganjal jika terus menyimpan sendiri perasaan karena pertengkaran hebatnya dengan Minho.





-Flashback-



"DIAM, bisa diam tidak. Kau merengek terus.", bentak Minho yang sudah kesal karena Taemin dengan manjanya tidak hentinya terus merengek meminta ini itu. Minho memukul setir mobilnya untuk meluapkan emosinya. Taemin terkejut, ia menunduk takut. Tidak mau, tidak mau ia menatap Minho. Hening. Hanya dalam beberapa detik. Suara tangis terdengar di dalam mobil. Tekanan batin akibat bentakan keras seorang Choi Minho, membuat Taemin tidak dapat membendung air matanya.



"Oppa, kau marah padaku?", lirih Taemin terdengar sangat pilu. Minho memicingkan matanya tajam.



"Hah, selalu saja berakhir dengan menangis.", kesal Minho, ia bosan. Tidak peduli dengan kondisi Taemin. Ia menekan dalam pedal gas mobilnya. Mengebut dan memberhentikan mobilnya mendadak tepat di depan rumah Taemin.



"Cepat turun. Dan satu lagi. Aku tidak mau bertemu denganmu, jika kau masih terus manja.", kecam Minho keras. Taemin semakin terisak.



"Oppa.", lirihnya tidak percaya. Minho membuang wajahnya. Entah mengapa kesabarannya habis saat itu juga.



"Jahat.", teriak Taemin yang dengan cepat turun dari mobil dan berlari ke dalam rumahnya. Minho membuang nafasnya. Ada apa dengannya?



-End of Flashback-





"Onnie, hikz. Minho oppa tadi membentakku.", cerita Taemin dengan gaya manjanya seperti biasa. Ia sudah menangis. Kyuhyun menutup matanya. Apalagi ini?



"Taemin-ah, bisakah bercerita nanti.", pinta Jaejoong. Ia tau ini waktu yang tidak tepat untuk Taemin menceritakan masalah yang menurut mereka masalah kecil. Taemin menggeleng, ia memeluk Jaejoong.



"Aku benci Minho oppa. Hikz.", rengek Taemin. Sudah sering kali kalimat itu keluar dari mulut Taemin, tapi kenyataannya tidak benar. Jaejoong melirik ke arah Kyuhyun, keduanya berpikiran sama, akan ada masalah baru. Heechul menatap lurus ke depan, tangannya mengepal geram.



"Onnieeee. Hikz.", raung Taemin memekakan telinga. Ia butuh respon, tapi kenapa semua diam. Heechul pusing mendengar kemanjaan Taemin.



"DIAM!!!", teriak Heechul. Sontak semua terkejut. Jarang sekali, bahkan tidak pernah Heechul membentak Taemin. "Kau pikir masalahmu, masalah besar. Kau bisa dewasa sedikit. Hampir setiap hari kau mengadu tentang Minho. Membencinya. Kau mengerti tidak, kalau onniemu dalam masalah sekarang ini. Kau mengerti tidak Taemin?", marah Heechul habis kesabarannya. Jantung Taemin berdetak cepat, sesuatu yang janggal barusan. Suara keras lagi. Taemin menunduk, ia semakin menangis. Jaejoong membelai lembut rambut Taemin dan membawanya menjauh dari Heechul.



"Gwaenchana Min-ah. Nanti juga Minho tidak marah lagi. Dia mungkin sedang kesal. Jangan menangis ya.", bujuk Jaejoong, ia sadar adiknya saat ini begitu ketakutan. Taemin menggelengkan kepalanya, ia dongakan kepalanya mantap.



"Aku benci Heechul onnie. Aku benci dia.", Taemin berlari dari kamar Junsu. Ini sepertinya nyata. Ia pulang ke rumah sambil menangis dahsyat. Dan kali ini dia benar-benar merasa sendiri. Tidak ada lagi yang sayang padanya. Minho, Heechul semua membencinya.



Heechul menutup matanya. Kembali, semua ini salahnya.



....





Taemin memiringkan kepalanya menatap lekat-lekat fotonya yang sedang tertawa lepas bersama sahabat-sahabatnya. Ia benci melihat wajah Heechul disana.



"Tidak ada yang sayang lagi padaku.", kesalnya. Ia membuang foto itu sembarangan, lalu membanting tubuhnya ke kasur. Langit yang gelap, kamar yang gelap, dan perasaan yang kini tengah gelap. Taemin benci semua.



Tin. Tin.Terdengar klakson mobil dari gerbang rumahnya. Taemin langsung bangkit dari tidurnya.



"Umma, appa.", teriaknya. Ia yakin kalau itu suara mobil orangtuanya yang pulang. Ia langsung berlari keluar kamar. Harapan terakhirnya hanyalah orangtuanya. Ia harap masih ada yang mau menyayanginya.



"Min-ah.", senang sang ibu yang melihat anaknya menyambut kepulangannya. Tanpa basa-basi Taemin langsung memeluk ibunya itu.



"Apa umma sayang Tae?", tanyanya langsung penuh harap. Sang ibu melirik pada sang appa. Ada apa dengan anaknya?



"Tentu saja jagi. Umma dan Appa sangat menyayangi anak gadis umma yang cantik ini.", jawab sang ibu mencubit kecil pipi Taemin. Berpikir kalau anaknya benar-benar sedang ingin dimanja.



"Min-ah tidak memeluk appa? Umma terus yang dipeluk.", protes sang ayah hanya bergurau. Taemin mendongak melihat ayahnya. Taemin menangis lagi, bersalah pastinya. Dia langsung berpindah memeluk ayahnya.



"Appa jangan cemburu.", kesal Taemin menutupi bersalahnya. Tapi itu malah membuat orangtua itu tertawa gemas. Anak yang lucu.



"Uuh. Jagiyanya appa. Hehe. Tapi kenapa jagi appa menangis?", heran sang ayah. Taemin menghapus air matanya dan berdiri tegak.



"Minho hyung tidak sayang padaku lagi appa. Hikz.", adunya memajukan bibirnya. Sang ayah tersenyum.



"Masalah wanita. Kalau begitu, tanya umma. Dia jagonya.", gurau sang ayah. Si ibu terkikik kecil lalu memukul pelan lengan si ayah.



"Appa tidak lucu.", tegur si ibu.



"Iya. Huh appa. Sana deh. Aku mau cerita sama umma saja. Apa payah. Uuh.", kesal Taemin. Sang appa tersenyum. Anak manjanya marah.



"Jahatnya. Yasudah appa ke kamar saja.", pura-pura marah sang ayah. Taemin menggembungkan pipinya, ia menarik-narik lengan jas yang dikenakan ayahnya.



"Jangan marah.", takut Taemin. Ia tidak mau ayahnya marah padanya. Sang appa tertawa.



"Siapa yang marah. Appa kan mau mandi.", pria paruh baya ini berhasil menggoda anaknya.



"Appa.", kesal Taemin. Ia mendengus kesal. Sang ibu memeluk Taemin.



"Appa jangan menggoda lagi.", tegur sang ibu yang kesal juga. Sang ayah makin tertawa. Anaknya benar-benar masih 'kecil'.





Kini hanya tinggal si ibu dengan anak gadis yang sedang merebahkan dirinya di kasur berbantalkan pahanya. Kamar mewah berhias boneka-boneka dimana-mana mencerminkan sekali kamar milik siapa itu.



"Umma aku benci Minho oppa.", celetuk si gadis manis. Si ibu tersenyum dan membelai lembut rambut Taemin.



"Memangnya kenapa?", tanya si ibu yang tidak mengerti. Taemin membalikan badannya dan mendongak menatap ibunya.



"Aku bertengkar. Tadi oppa membentakku. Katanya ia tidak mau bertemu denganku, kalau aku masih manja. Memangnya aku manja ya? Bilang saja kalau sudah tidak sayang padaku lagi.", adu Taemin kesal. Ia menggembungkan pipinya.



"Hei. Memang kau anak umma yang manja.", ledek sang ibu. Taemin membuang nafasnya.



"Begitu ya umma?", sedih Taemin. Semua orang menganggapnya manja, bahkan ibunya sendiri bilang seperti itu. Sang ibu menangkupkan tangannya pada wajah Taemin.



"Kau sudah besar jagi. Minho hanya ingin, Taeminnya tidak menjadi gadis yang cengeng. Minho hanya ingin Taeminnya menjadi gadis yang dapat melakukan sesuatunya sendiri. Minho hanya ingin Taeminnya berpikir lebih dewasa. Dan itu bukan berarti Minho tidak menyayangimu yang sekarang, dia hanya ingin Taeminnya menjadi Taemin yang lebih baik. Walau kau tetap manja, umma yakin Minho sangat menyayangimu. Tapi jika anak umma mau sedikit berubah, pasti Minho akan sangat senang.", nasihat sang ibu. Ia tau benar posisi Minho yang pasti sangat kesal dengan Taemin saat itu. Dia tidak menyalahkan Minho ataupun Taemin, ia bahkan senang. Taemin tersenyum, ia memeluk ibunya.



"Jadi Minho oppa sayang padaku? Sedikit berubah kan? Itu mudah umma. Asik. Tidak jadi benci oppaku.", senang Taemin seperti anak kecil. Sang ibu hanya tertawa melihat tingkah anak gadisnya yang ajaib.





.....





"Kyu.", panggil Changmin yang berhasil menghentikan langkah Kyuhyun yang tergesa-gesa hendak beranjak keluar rumah.



"Waeyo tuan muda?", tanya Kyuhyun yang terus memperhatikan jam tangannya. Dia sudah hampir terlambat, akan ditambah terlambat lagi. Ini karena tadi malam ia tidur terlalu larut, jelas ia tidak bisa meninggalkan Junsu yang seperti itu. Changmin tersenyum, ia berlari mendekat pada Kyuhyun.



"Aku antar. Kau mau ke kampus kan? Aku juga mau ke kampus.", tawar Changmin yang tau gadisnya itu sedang terburu-buru.



"Ah, tuan membuat keterlambatanku jadi mudah.", gurau Kyuhyun merasa lega. Changmin memajukan bibirnya kemudian terkikik geli.



"Kau ini ada-ada saja. Kkaja.", Changmin menarik lengan Kyuhyun dan membawanya masuk ke dalam mobil. Kyuhyun hanya dapat memandang tangan Changmin pada lengannya dengan seksama. Ada getaran hebat di dadanya.





Mereka kìni hanya saling diam di dalam mobil. Kyuhyun terus saja memandang keluar jendela. Dan Changmin hanya terus-terusan melirik ke arah gadis cantik di sebelahnya itu. Betapa cantiknya Kyuhyun, jelas itu yang ada dalam pikiran Changmin.



"Kyu apa besok kau ada kelas?", tanya Changmin memulai pembicaraan. Kyuhyun tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Changmin.



"Ah aniya. Besok aku kosong. Waeyo?", tanya balik Kyuhyun yang tidak mengerti. Changmin tampak senang.



"Besok kita pergi. Mau kan? Kita ke taman hiburan.", ajak Changmin dengan antusias. Kyuhyun tersenyum masam, sepertinya dia akan menolak. Tapi saat itu juga Changmin langsung memasang wajah memelasnya. Kyuhyun membuang nafasnya, wajah itu lagi.



"Baiklah tuan.", setuju Kyuhyun dengan terpaksa. Changmin teresenyum menang.



"Asik. Ah Kyuhyunku memang terbaik.", riang Changmin seperti anak kecil, menggemaskan. Kyuhyun terkikik geli dibuatnya.



"Tuan, menyetir yang benar.", tegur Kyuhyun bergurau. Changmin menggembungkan pipinya tidak peduli. Pokoknya dia senang, jadi jangan ada yang mengusiknya. Kyuhyun pasrah, terserah tuan mudanya mau melakukan apa.





.....





Hangeng tersenyum saat melihat gadis cantik yang sadar ia cintai masih meringkuk di atas kasur dengan memeluk guling begitu erat, walau sebenarnya matahari sudah muncul sejak tiga jam yang lalu. Ia mendekat ke tempat tidur, hendak membangunkan Heechul untuk sarapan. Tapi urung, ketika ia melihat jejak air mata di wajah gadis itu. Hangeng melirik ke arah jam dinding.



"Aku biarkan saja. Dia pasti lelah.", pikir Hangeng. Dan dirasa ini masih sangat bisa dibilang pagi. Ia tersenyum, ia sibak poni-poni nakal yang jatuh menutupi wajah cantik gadis itu.



"Cinderellaku yang cantik.", bisiknya dihiasi senyuman. Ia berlutut disamping tempat tidur, menopangkan dagunya, tidak hentinya ia memandang wajah tertidur itu. Tidak pernah menyangka, ia bisa memandang wajah itu dengan jarak yang begitu dekat. Ini nyata. Ia beranikan membelai wajah tidur itu.



"Eungg.", erang gadis itu karena ada yang mengusiknya. Hangeng langsung menarik tangannya. Ia salah membuat gadis itu jadi terbangun. Gadis itu mengerjapkan matanya. Benar-benar sadar, matanya menangkap wajah Hangeng yang memperhatikannya. Ia tersenyum.



"Pagi.", sapanya. Hangeng tersenyum.



"Aku mengganggu tidurmu Chul?", tidak enak Hangeng. Heechul si gadis menggeleng, ia bangun dari tidurnya. Merentangkan tangannya, merenggangkan tubuhnya yang kaku.



"Tidak.", jawabnya. Hangeng merasa lega.



"Kalau begitu selamat pagi.", sapa Hangeng. Heechul membuang nafas meremehkan.



"Kau pria aneh ya.", ledek Heechul begitu jujurnya. Hangeng tidak sakit hati, dia malah tersenyum.



"Memang. Orang-orang sering memanggilku si kutu buku.", tambah Hangeng. Heechul tertawa semakin keras. Baru kali ini menemukan orang yang bangga dengan julukan seperti itu.



"Tapi aku rasa kau bukan kutu buku. Aku tidak pernah melihatmu membaca. Hehe. Hanya penampilanmu saja. Lepas kacamatamu, pasti terlihat lebih tampan.", nasihat Heechul dari dalam kamar mandi, suaranya memang terdengar berteriak. Dia ingin mandi, sehari kemarin jika diingat-ingat ia belum mandi. Hiuh.



Tok. Tok.Hangeng mengetuk pintu kamar mandi.



"Sarapan sudah aku siapkan, turunlah jika sudah selesai mandi. Aku tunggu di bawah.", beritahu Hangeng dengan lembut.



"Baiklah.", saut Heechul. Hangeng mengerjapkan matanya. Lalu hendak keluar dari kamar Heechul, tapi terhenti ketika ia berjalan melewati cermin. Ia meluruskan pandangannya dan mendekat di cermin itu. Ia buka kacamatanya.



"Apa benar aku lebih tampan jika seperti ini?", Hangeng memegang wajahnya. Dia ingat perkataan Heechul padanya, lalu tersenyum.



"Baiklah.", ia putuskan tidak memakai kacamatanya lagi.



"MWO?", kaget Heechul. "Kau masih disini?", lanjutnya santai. Hangeng langsung berbalik menoleh ke asal suara.



"O.o", Hangeng langsung menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Ia melihat Heechul hanya berbalut sehelai handuk putih dan itu terlihat begitu seksi.



"Mengapa mandimu cepat sekali.", salah tingkah Hangeng. Heechul terkekeh melihat tingkah aneh Hangeng.



"Aku hanya ingin mengambil sabun mukaku yang tertinggal. Sudah buka matamu.", santai Heechul. Hangeng menggeleng.



"Apa kau sudah kenakan pakaianmu?", tanya Hangeng takut. Heechul tertawa, ada ide licik untuk mengerjai Hangeng. Ia turunkan lilitan handuk pada dadanya lebih ke bawah dan ia naikan pada bagian pahanya. Sehingga belahan dada dan paha mulusnya lebih terekspos.*ah ga enak bgt aku nyebud2 begenean*



"Sudah. Buka saja.", bohong Heechul. Dengan perlahan Hangeng membuka matanya. Dan apa yang dia lihat? Gadis yang.... TIDAKK.



"Kyaaaaa... Aku pergi.", buru-buru Hangeng berlari keluar kamar Heechul. Ia tidak mau matanya melihat pemandangan luar biasa itu lebih lama. Ia takut.



"Hahaha. Pria bodoh.", geli Heechul. Peristiwa langka yang pernah ia temui. Ia kembali pada tujuannya mengambil peralatan mandinya yang ada dalam tas tangannya dan masuk untuk melanjutkan mandinya.





.....





Taemin dengan langkah riang berlari menuju sosok Minho yang hendak memasuki kelasnya.



"Oppa.", teriaknya. Minho segera menoleh ke arah sumber suara, ia menatap malas Taemin.



"Annyeong.", sapa Taemin ramah. Minho menaikan sebelah alisnya. Tumben sekali Taemin menyapa seperti itu.



"Annyeong.", sapa balik Minho. Taemin tersenyum lebar.



"Oppa masih marah ya? Tadi tidak menjemputku.", tanya Taemin mengerucutkan bibirnya. Minho membuang nafasnya kencang. Mulai lagi, pasti setelah ini Taeminnya itu akan cerewet, protes dan merengek seperti biasanya. Minho tidak menanggapi, ia beranjak masuk ke dalam kelasnya lagi. Tapi tangannya di tahan sesuatu. Apalagi kalau bukan tangan Taemin yang menahannya.



"Ih aku dicuekin. Yasudah deh. Selamat belajar oppaku.", bicara Taemin dan. Cup. Taemin mencium pipi Minho. "Dah oppa.", Taemin bersenandung kecil berjalan dengan riang menjauhi Minho. Sementara Minho terkejut. Apa yang tadi itu.





"Yaa ada apa dengannya?", bingung Minho. Tapi Minho suka dengan apa yang terjadi pada Taemin.



"Jagiya.", panggil Minho. Taemin berhenti dan membalikan badannya.



"Wae oppa?", tanya Taemin sedikit berteriak. Minho mengerjapkan matanya.



"Nanti makan siang bersama ya.", ajak Minho pasti. Taemìn mengangguk cepat.



"Oke oppaku. Aku ke kelas ya. Dadah.", Taemin berlalu lagi, tetap dengan keriangannya. Minho malah sibuk tersenyum-senyum menatap punggung Taemin yang terus berlalu.





.....





Taemin hanya berdiri diam bersandar pada dinding depan kelasnya sambil memelintir ujung seragam sekolahnya. Ia melirik kesana-kemari. Ia hanya mencari sosok Minho. Bukankah tadi Minho berjanji untuk makan siang dengannya. Tapi sudah sepuluh menit dari bel istirahat berbunyi tidak ada sosok Minho yang menjemputnya di kelas seperti biasanya. Mata Taemin mulai berkaca-kaca. Walau Taemin berusaha kuat untuk tidak manja, tapi tanpa ia sadari sifat manjanya masih sangat melekat pada dirinya.



"Ternyata oppa masih marah. Harus bagaimana lagi umma?", gumam Taemin, ingin sekali ia menangis. Inilah yang terus menjadi pergulatan dalam batin Taemin. Taemin menelan ludahnya, wajahnya benar-benar seperti orang tanpa semangat.



"Lapar.", Taemin mengelus perutnya yang berbunyi. Ia memutuskan ke kantin sendiri. Dan apa yang dilihat, disana ada Minho yang tengah sibuk menyantap makanannya. Taemin mengerucutkan bibirnya.



"Benar kan oppa masih marah.", lirih Taemin. Sekarang yang ada dipikirannya, haruskah dia datangi Minho. Iya harus. Jangan menyerah.



"Oppaaa.", sapa Taemin. "Ternyata oppa disini, aku menunggumu daritadi di kelas.", tegur Taemin duduk dengan baik disamping Minho. Sedangkan Minho terus saja melahap makanannya, tidak peduli dengan Taemin. Sebenarnya dia lupa kalau dia membuat janji dengan Taemin, dan yang ia ingat, ia masih kesal pada gadis itu. Pria aneh.



"Oppa.", rengek Taemin mengguncang tangan Minho. Minho menghentikan suapannya dan menatap Taemin.



"Apa?", tanya malas Minho. Taemin menggembungkan pipinya.



"Tunggu aku makan. Tadi oppa janji makan siang denganku. Tapi aku tidak diacuhkan.", protes Taemin. Minho menepuk keningnya. Benar, dia tadi mengajak Taemin makan siang dengannya. Minho tersenyum sesal.



"Mianhae. Aku lupa Jagi.", sesal Minho. Taemin mengangguk senang dan tersenyum.



"Ne oppa.", saut Taemin. Minho mengusap puncak kepala Taemin sambil tersenyum. Taemin senang diperlakukan seperti itu. Ia rindu perlakuan ini.



"Oppa sudah tidak marah padaku kan?", tanya Taemin begitu riang. Minho hanya mengangkat bahunya dan tersenyum tanpa memberi jawaban, tapi jika ditanya saat ini Minho sudah tidak marah pada Taemin semenjak tadi pagi mendapati sikap Taemin yang mencenangkan. Taemin tersenyum masam. Tidak dijawab. Tapi buru-buru ia hilangkan.



"Oppa aku mau telur gulung. Belikan aku oppa.", manja Taemin menggelayut lengan Minho. Jelas situasi ini membuat Minho membuang jauh pikiran Taemin yang seperti tadi pagi. Ia memejamkan matanya. Mulai lagi gadis ini.



"Oppa. Ayo belikan, aku lapar. Tadi perutku sudah bunyi, saat menunggu oppa. Huhu.", cerita Taemin terus dalam manjanya. Minho mengunyah terus makanannya, tidak peduli. Taemin memajukan bibirnya dan menarik wajah Minho untuk menghadapnya.



"Oppaaa.", rengek Taemin. Minho membanting sendoknya ke piring.



"Bukannya kau punya kaki, punya mulut. Pesan saja sendiri.", kesal Minho. Makan siangnya kembali dalam emosi tinggi akibat Taemin. Ia melepaskan tangan Taemin dari lengannya dan pergi dari sana. Ia sudah tidak nafsu makan. Padahal tadi suasananya sangat baik. Sedangkan Taemin terus menunduk, salah lagi.



"Paboya Lee Taemin. Harus ìngat tidak boleh manja.", rutuk Taemin memukul keningnya berulang kali. Dia lupa. Ternyata susah menekan kemanjaan yang sudah jadi kebiasaannya. Ia mencoba mengejar Minho, tapi urung.



"Nanti marah lagi.", pikir Taemin dengan bibir mencuat.





.....



Yoochun berjalan dengan santainya, seperti tidak terjadi apa-apa. Ia kembali menebar pesonanya pada gadis-gadis yang ia anggap bodoh itu.



"Sudah lima hari aku tidak punya kekasih. Membosankan.", gumamnya sambil memutar-mutar kunci mobilnya. Tiba tanpa sengaja ia melihat Junsu di dalam kelas sedang melamun tidak memperhatikan dosen di depan. Wajahnya lesu tanpa semangat. Yoochun berhenti di depan kelas, ia tersenyum mengingat kejadian malam itu. Sangat nikmat merasakan tubuh steril*?* Junsu. Ia membasahi bibirnya dengan lidahnya.



"Gadis polos.", gumamnya dan kembali menyusuri koridor kampus dengan santainya. Playboy tidak berperasaan.





.....







Siwon menatap aneh ke arah Jaejoong, ia tidak mengerti kekasihnya itu yang menekuk wajahnya saat masuk ke dalam mobilnya. Siwon tidak tau saja, Jaejoong seperti itu dikarenakan siang tadi, lagi-lagi ia melihat Yunho bersama gadis yang sama, dan terlihat sangat mesra. Siwon membuang nafasnya. Ia mendekat pada Jaejoong untuk memasangkan sitbelt.



"Jagi jangan merengut begitu.", rayu Siwon mengecup bibir Jaejoong sebelum memasangkan sitbelt.



"Wonnie jangan mengganggu.", kesal Jaejoong, ia mendorong tubuh Siwon dan memasang sitbeltnya sendiri. Siwon langsung duduk tegak kembali, memandang lurus ke depan.



"Aku tau kau sedang tidak baik.", pasrah Siwon. Hening. Tapi tiba-tiba Jaejoong antusias berbalik menghadap Siwon.



"Hei, apa gadis itu kekasih baru Yunho?", tanya Jaejoong penasaran. Siwon mengkerutkan keningnya tidak mengerti.



"Gadis siapa?", tanya balik Siwon.



"Entahlah. Tapi yang akhir-akhir ini selalu di samping Yunho.", cecar Jaejoöng yang kesal. 'Jangan tanyakan apapun, jawab saja pertanyaanku' seperti itulah yang ia rasakan sekarang. Siwon mulai mengerti sekarang, kenapa Jaejoong uring-uringan seperti sekarang ini.



"Bae Seul Gi maksudmu? Setahuku dan sependengaranku, mereka memang berpacaran.", jelas Siwon. Jaejoong membulatkan matanya. Ia tidak mau percaya tentang ini.



"Yang benar saja. Kau berbohong kan padaku?", marah Jaejoong tanpa sebab. Siwon menggeleng, memang seperti itu yang ia tau.



"Aku tidak bohong. Lagipula kenapa? Kau cemburu? Kau masih mencintainya?", tekan Siwon. Ia gerah juga jika terus seperti ini. Ia lepaskan persahabatannya dengan Yunho hanya untuk Jaejoong. Tapi sepertinya sia-sia. Jaejoong langsung menatap lurus ke kaca mobil di depannya. Apa yang Siwon katakan barusan. Ah dia bingung. Salah tingkah menjadi situasinya saat ini.



"A.. A..ni.. Itu tidak benar. Tidak.", sangkal Jaejoong terbata-bata. Kini ia alihkan pandangannya pada kaca jendela di sampingnya, menatap jauh keluar. Kenapa dia gugup. Siwon menghela nafas meremehkan.



"Hah.", hela Siwon keras. Jaejoong menyentuh dadanya, tidak karuan.



"Ayo jalan Wonnie.", perintah Jaejoong untuk mengalihkan keadaan yang ada. Ada yang aneh, yang tidak mau ia akui.





.....







Kibum tampak malas untuk kembali ke rumahnya. Dia masih ingin liburan. Kenapa waktu berputar cepat sekali. Hanya tiga hari di Jeju, ia rasa sangat tidak cukup. Wajahnya terus merengut sambil menata keluar jendela. Sebal.



"Masih betah ya di villaku?", tegur Jaejin yang akhirnya terusik sikap Kibum. Kibum mengangguk-anggukan kepalanya.



"Kenapa kita harus pulang sih?", protes Kibum. Jaejin tertawa keras.



"Babo. Kau pikir kita tidak ada kuliah. Bagaimana besok jika Hwang Songsaengnim masuk kelas dan melihat tidak ada satu orangpun mahasiswa yang datang.", jelas Jaejin. Kibum menggembungkan pipinya.



"Sekali-kali tidak apa-apa.", ngeyel Kibum. Jonghyun yang juga satu mobil dengan Kibum ikut tertawa.



"Paboya. Tidak rindu pada Jinkimu apa?", sindir Jonghyun yang tau titik kehidupan Kibum ada pada pria itu. Jinki? Ah iya benar ada yang Kibum lupakan.



"Jinkiku. Ah aku lupa. Aku sangat rindu padanya. Uh Onewku sayang.", heboh Kibum tiba-tiba. Mulai lagi Kibum dengan virus Jinkinya. Sementara yang ada di dalam mobil itu hanya menertawakan sikap bodoh Kibum.



"Jangan tertawa saja. Kapan sampainya. Aku mau bertemu Onewku.", protes Kibum yang jadi tidak sabaran.



"Tunggu sebentar lagi sampai.", kesal Minhwan kekasih Jaejin yang juga bertugas sebagai supir kali ini.



"Galak.", gerutu Kibum dan kembali menatap keluar jendela. "Nae baby.", gumam Kibum kecil, lalu tersenyum kecil mengingat wajah kekasihnya yang tampan itu. Dia rindu memeluk Onewnya itu.





....





Kyuhyun mengerjapkan matanya. Ia tidak sadar kalau ia tertidur di dalam mobil. Jika saja, Changmin tidak membangunkannya, mungkin ia tidak akan pernah sadar kalau mereka sudah tiba di halaman parkir taman bermain.



"Tidurmu lelap sekali Kyu.", Changmin membelai lembut rambut Kyuhyun. Sedangkan Kyuhyun tersenyum malu.



"Lelah. Tadi malam aku mengerjakan tugasku sampai terlalu larut.", terang Kyuhyun. Changmin mengerjapkan mata dan mendekatkan wajahnya pada Kyuhyun.



"Kita pulang saja lagi? Kau lelah. Mianhae.", sesal Changmin merasa bersalah. Kyuhyun menggeleng.



"Aniya. Kita sudah sampai tuan. Jadi harus masuk.", bantah Kyuhyun yang sekarang ini degub jantungnya begitu cepat. Changmin tersenyum.



"Hari ini kau harus memanggilku Minnie. Aku tidak mau mendengar kata tuan muda disini.", kecam Changmin. Kyuhyun menganggukan kepalanya mengerti.



"Kkaja kita turun.", ajak Changmin. Keduanyapun turun dari mobil. Dan langsung saja Changmin mengamit jari-jemari Kyuhyun dan menuntun masuk ke dalam. Kyuhyun tak tenang, ia terus saja memperhatikan tangan mereka yang bertaut. Ia senang.



"Kau mau naik apa Kyu?", tanya Changmin pada Kyuhyun.



"Molla terserahmu saja.", saut Kyuhyun. Changmin tersenyum. Ia menarik tangan Kyuhyun ke sebuah toko marchandise.



"Mwo kenapa kita kesini?", bingung Kyuhyun. Changmin tidak menjawab, dia sibuk memilih kaos.



"Yang ini lucu tidak?", tanya Changmin menunjuk sebuah kaos berwarna hijau kebiru-biruan dengan tulisan 'i love her' dengan animasi anak laki-laki yang jari telunjuknya menunjuk ke arah kiri.



"Lucu.", jawab Kyuhyun. Changmin tersenyum.



"Pakai ini.", Changmin menyerahkan kaos yang sama pada Kyuhyun hanya saja tulisannya 'i love him' dengan animasi anak perempuan yang telunjuknya mengarah ke kanan. Kyuhyun tanpa mengerti langsung masuk ke ruang ganti. Dan betapa terkejutnya ia saat keluar. Changmin juga mengenakan kaos yang sama. Dan memang itu adalah kaos couple.



"Mwo?", kagetnya. Changmin tersenyum, ia menarik tangan Kyuhyun untuk berdiri disamping kirinya dan menatap cermin.



"Ah kita memang pasangan serasi.", senang Changmin lalu langsung membayar kaos couple mereka dan menggenggam lagi jari-jemari Kyuhyun keluar toko.



"Minnie kenapa kita memakai baju yang sama?", polos Kyuhyun. Changmin menghentikan langkahnya.



"Agar semua tau, kalau gadis disebelahku adalah milikku. Sudahlah, ayo kita naik itu.", Changmin menarik Kyuhyun ke wahana jet coaster. Sementara Kyuhyun masih harus mencerna kata-kata Changmin. Milik Changmin, maksudnya?





Lelah juga terus mencicipi wahana-wahana yang ada. Kyuhyun duduk di salah satu bangku taman menunggu Changmin yang sedang membeli minuman.



"Ini minummu.", Changmin menyodorkan minuman pada Kyuhyun.



"Gomawo.", kata Kyuhyun yang kemudian menenggak langsung minumnya.



"Apa kau senang?", tanya Changmin yang duduk disamping Kyuhyun.



"Senang.", jawab Kyuhyun. Changmin menggenggam jari-jemari Kyuhyun dan dibawanya membelai pipinya.



"Ah aku senang sekali. Aku tidak ingin hari ini berakhir.", racau Changmin, ia menggerakan kepalanya mengikuti belaian Kyuhyun.



"Hahahaha. Minnie. Aku ingin ice cream.", rajuk Kyuhyun. Changmin membuka matanya dan tersenyum.



"Ice cream coklat untuk tuan putriku segera datang.", Changmin langsung berlari secepat kilat ke kedai ice cream. Kyuhyun terkekeh melihat tingkah Changmin.



"Kekasihmu lucu ya nak.", gurau seorang ajjhuma yang memang sedaritadi duduk disamping Kyuhyun.



"Hah?", kaget Kyuhyun. Ia berbalik pada wanita itu.



"Ah dia bukan kekasihku ajjhuma.", elak Kyuhyun. Wanita itu tersenyum.



"Aku kira kekasihmu. Tapi kalian serasi sekali.", puji wanita itu. Sontak pipi Kyuhyun bersemu merah. Wanita itu menahan tawanya.



"Ah aku tau sebenarnya kau menyukai pria itu kan?", goda wanita itu. Kyuhyun salah tingkah.



"Tidak ajjhuma. Benar.", sangkal Kyuhyun. Wanita itu mengerling nakal.



"Tapi aku tau pasti, pria itu benar-benar mencintaimu.", jelas Kyuhyun terdiam mendengar wanita itu bicara. Wajahnya tersirat menyedihkan. Ia tau itu, tapi kenyataan berkata lain.



"Sudah ya, ajjhuma pergi dulu, suamiku sudah datang. Annyeong.", pamit wanita itu. Kyuhyun mengangguk.



"Annyeong.", Kyuhyun menundukan kepalanya melihat wanita itu menghampiri suaminya.



"Terlihat sekali dia mencintaiku. Kyuhyun pabo.", rutuk Kyuhyun pada dirinya sendiri.





"Ini ice creammu.", Changmin sudah berdiri daritadi di hadapan Kyuhyun yang melamun.



"Ah. Iya.", gugup Kyuhyun yang langsung mengambil ìce creamnya dan menjilatinya. Changmin berjongkok di hadapan Kyuhyun. Ada yang aneh pada Kyuhyun.



"Hei. Ice creammu berantakan.", tegur Changmin ia mengangkat wajahnya mendekati Kyuhyun dan mencium telak sudut bibir Kyuhyun.



"Sudah bersih.", kata Changmin. Kyuhyun masih tidak dapat mempercayai yang barusan. Sementara Changmin terkekeh karena senang.





.....







Seperti tidak mempunyai rasa lelah, baru saja Kibum sampai di rumah. Ia sudah melaju lagi dengan mobil Pinknya menuju rumah Jinki. Ia tau Jinki pasti di rumah, karena tidak ada kuliah. Dia bersenandung kecil, karena hatinya senang. Kerinduannya pada kekasihnya akan berakhir.



Akhirnya sampai di rumah Jinki, setelah menekan bel, bibi Lee pelayan di rumah Jinki muncul membukakan pintu.



"Bibi.", riang Kibum. "Onew dimana?", tanya Kibum tidak sabaran. Bibi Lee terkekeh geli.



"Ah nona. Tuan di kamarnya.", beritahunya cepat. Kibum tersenyum dan langsung melesat ke kamar Jinki.





"Baby.", senang Kibum yang melihat Jinki duduk di atas kasurnya sambil membaca majalah. Ia langsung menyeruak masuk, berlari menubruk Jinki sampai jatuh ke kasur. "Aku rindu padamu.", manja Kibum, ia dengan cepat mengecup bibir Jinki. Jinki mendorong tubuh Kibum dari atas tubuhnya dan bangkit kembali duduk. Kibum mengerjapkan matanya. Kasar sekali. Iapun turut duduk di kasur memeluk pinggang Jinki dari samping dan menaruh dagunya di pundak Jinki.



"Tidak rindu padaku?", sindir Kibum bergurau.



"Tidak. Dan tidak mau.", ketus Jinki. Kibum memajukan bibirnya. Ia mencubit pipi Jinki.



"Jahatnya.", pura-pura marah Kibum. Ia kira Jinki sedang bergurau dengannya. Jinki melepaskan pelukan tangan Kibum dari pinggangnya. Dia tidak suka. Kibum menjauhkan dagunya dari pundak Jinki.



"Kita putus.", ucap Jinki dingin. Dan seperti petir yang menyambar langsung merusak sistem kerja otak, jantung dan perasaannya detik itu juga. Kibum mengerjapkan mata dan tersenyum kecil.



"Hihi. Baby jangan bercanda. Bagaimana kalau kita pergi. Mau kan?", ajak Kibum mengamit lengan milik kekasihnya itu. Jinki menatap benci Kibum. Ia banting tangan Kibum dari lengannya.



"Tidak ada yang bercanda. Mulai sekarang, kita tidak punya hubungan apapun. Kau mengerti.", galak Jinki. Kibum menutup mulutnya dengan tangannya. Ia tidak percaya ini. Air mata sudah mengalir dari mata kucingnya.



"Kenapa?", lirih Kibum. Wajahnya masih berharap kalau ini hanyalah kebohongan. Tapi sayangnya ini nyata.



"Bukankah kau sudah tidak mencintaiku?", angkuh Jinki. Kibum menggeleng, tidak benar sama sekali.



"Tidak baby. Kata siapa? Aku sangat mencintaimu.", rengek Kibum membantah semua perkataan Jinki. Jinki membuang nafasnya.



"Kemana saja tiga hari ini?", tekan Jinki. Kibum membelalakan matanya.



"Aku di rumah saja baby.", bohong Kibum. Jinki tersenyum, ia menarik kasar lengan Kibum dan dibawanya ke depan pintu.



"Masih bisa berbohong. Aku tidak percaya lagi padamu Kim Kibum. Kau mengkhianati kepercayaanku.", bicara Jinki dan langsung menutup pintu kamarnya.



"Baby buka pintunya. Aku minta maaf. Baby.", bujuk Kibum menggedor-gedor pintu kamar Jinki. Tapi Jinki menutup telinganya dengan bantal. Ia marah pada Kibum, karena tidak jujur padanya, menurutnya Kibum tidak mencintainya lagi.



"Seharusnya aku tidak pergi.", sesal Kibum yang terisak-isak. Ia berjalan gontai keluar dari rumah Jinki. Tidak menggubris panggilan bibi Lee. Ia terus saja menangis. Ia yang salah, pantas kalau Jinki marah. Tapi bukankah ini berlebihan.





.....









TBC

No comments:

Post a Comment