Sunday, March 13, 2011

Fan Fiction.. OnKeyJong.. Part 2.. YAOI

author ; Anka 'bubu'





"Jagi. Kau tau tidak, kalau aku benar-benar menyukaimu?", tanya Key sambil merapihkan rambut Jonghyun yang menutupi keningnya.

"Tidak tau. Hehe.", gurau Jonghyun. Key mencuatkan bibirnya lucu.

"Ah jagi jahat.", manja Key yang berpura-pura kesal. Jonghyun tertawa kecil.

"Jagi duduk disini.", suruh Jonghyun menepuk-nepuk pahanya. Key tertawa kecil.

"Aku suka dipangku. Asik.", senang Key yang bangkit dari duduknya dan langsung naik ke paha Jonghyun dan menghadap ke arah Jonghyun.

"Kau tau aku sangat-sangat mencintaimu?", tanya Jönghyun balik. Key tersenyum licik, saatnya balas dendam.

"Tidak tau. Tidak tau.", jawab Key bersemangat.

"Kalau begitu kau harus tau.", ujar Jonghyun memaksa. Key menggeleng.

"Aku tidak percaya. Harus ada buktinya.", gurau Key menyipitkan matanya tajam. Jonghyun menyeringai.

"Mau bukti. Baik.", Jonghyun merengkuh tengkuk Key dan menekannya mendekat padanya.



-Onew POV-

"Annyeong Ajjhumma.", sapaku pada ibunya Key yang membukakan pintu. Aku datang ke rumah Key, sebenarnya aku hanya ingin mengatakan padanya, kalau aku benar-benar tidak akan ke Jepang.

"Jinki, kau sudah lama tidak kesini. Sombong sekali.", gurau Ajjhuma. Aku tersenyum malu.

"Mianhae ajjhuma. Tapi kan yang penting, aku sekarang kesini.", ngeyelku. Ajjhuma malah memukul lenganku. Anak dan ibu sama saja, suka sekali memukulku.

"Kau ini.", gemasnya. "Kesini mau bertemu Key? Dia di taman bersama Jonghyun.", katanya memberitahuku. Aku tersenyum, ternyata ada Jonghyun.

"Ah iya ajjhuma. Gomapsumnida. Aku kesana dulu ya. Dah ajjhuma.", pamitku langsung pergi dari hadapannya.

"Dasar anak jaman sekarang.", eluh ajjhuma yang masih terdengar olehku. Aku tertawa kecil. Namanya juga Lee Jinki. Aku menghentikan langkahku sejenak. Baru ingat kalau ada Jonghyun. Aku kesana atau tidak ya? Tapi aku kan membawa berita baik. Jadi tidak apa, aku menganggu mereka. Aku melanjutkan langkahku, tapi kembali terhenti. Mereka berciuman mesra. Hei kenapa rasanya sakit? Bukankah aku sering melihat mereka bersama? Tapi kenapa sekarang sakit?

"Aku sangat mencintaimu. Sudah percaya?", kata Jonghyun. Key mengangguk dan memeluk Jonghyun.

"Aku percaya. Aku juga mencintaimu.", saut Key dengan wajah yang bersemu merah. Cantik sekali. Aku tidak pernah mendapati wajah itu saat bersamaku. Hah. Aku menghela nafasku. Sepertinya lebih baik aku pulang. Tidak ada yang tau, aku langsung berlari keluar rumah tanpa pamit.

"Umma mengapa ini sakit sekali?", gumamku dengan senyum yang aku paksakan sambil menyentuh dadaku.


.....


-Author POV-

"Umma, masih bisakah pesankan tiket untukku?", bicara Onew tiba-tiba yang duduk di samping Mrs. Lee yang sedang packing.

"Mwo?", heran Mrs. Lee. Onew tersenyum.

"Aku ingin ikut umma dan appa.", jelas Onew dengan senyum mengembang.

"Hei ada apa?", Mrs. Lee tau ada yang tidak beres dengan anaknya.

"Aniya. Aku hanya ingin bersama kalian saja.", bohong Onew. Mrs. Lee menghembuskan nafasnya, dia tidak dapat menebak ada apa dengan anaknya ini.

"Baiklah. Sekarang bereskan barang-barangmu. Kita akan pergi lama.", suruh Mrs. Lee. Onew mengangguk. Ia rasa keputusannya untuk pergi benar. Alasannya untuk tidak pergi hanyalah karena seorang Key. Tapi ia pikir, Key tidaklah terlalu membutuhkannya. Ada atau tidak ada Onew di sisi Key, nantinya tidak akan berpengaruh banyak.


Onew menutup pintu kamarnya, membanting tubuhnya ke atas kasur. Tiga hari lagi, ia akan tinggalkan kota Seoul dan namja itu, namja yang selalu mendapat tempat istimewa di hati Onew. Yang bodohnya, tak pernah ia ungkapkan perasaan itu pada Key.

"Sampai jumpa lagi.", kata Onew pada bingkai foto dirinya yang sedang tersenyum bersama Key.


.....


"Maaf aku terlambat.", sesal Jonghyun pada Onew yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Ah gwaenchana.", saut Onew ramah. Jonghyun tersenyum dan duduk di samping Onew.

"Ada apa?", tanya Jonghyun yang merasa heran karena Onew memintanya untuk bertemu.

"Besok aku akan ke Jepang.", kata Onew. Jonghyun membulatkan bibirnya.

"Oh, kau mau mengantar orangtuamu? Berapa lama disana?", tebak Jonghyun yang sudah tau berita orangtua Onew yang akan pindah ke Jepang dari Key.

"Bukan. Aku akan tinggal disana. Entah sampai kapan.", kata Onew santai. Jonghyun semakin dibuatnya kaget.

"Apa? Kata Key, kau tidak akan pindah.", tidak percaya Jonghyun. Onew tersenyum terpaksa.

"Aku hanya berbohong padanya, agar ia tidak marah padaku. Itu saja.", bual Onew. Jonghyun melihat mata Onew yang penuh kebohongan.

"Jangan beritahu Key aku akan pergi besok.", pinta Onew sungguh-sungguh. Jonghyun memiringkan kepalanya.

"Kenapa?' tanyanya. Onew memejamkan matanya, hening.

'Aku tidak ingin tangisannya mengurungkan niatku.', batin Onew. Ia hembuskan nafasnya dan membuka matanya lagi.

"Aku tidak ingin dia memarahiku.", gurau Onew. Jonghyun menatap sendu Onew.

"Baiklah.", saut Jonghyun seadanya.

"Hei. Tolong jaga dia. Dia namja yang tidak bisa disakiti. Aku percaya padamu. Aku tau dia akan bahagia bersamamu. Dia sangat mencintaimu. Aku tau itu.", pesan Onew sambil tersenyum. Jonghyun lagi-lagi menatap Onew penuh sendu.

"Bisa berjanji padaku untuk itu.", lanjut Onew. Jonghyun mengangguk.

"Gomapta.", senang Onew. Jonghyun tersenyum. Dia menyadari ada banyak kasih sayang Onew untuk kekasihnya melebihi dirinya.

"Aku pulang dulu. Harus siap-siap untuk besok. Tidak apa kan?", sungkan Onew. Jonghyun menepuk pundak Onew.

"Hati-hati.", pesan Jonghyun. Onew mengangguk.

"Annyeong.", pamit Onew yang melangkah menuju mobil. Jonghyun tersenyum akan itu.

.............

Key dengan langkah riang berjalan menuju kelas Key. Bukannya itu kebiasaannya, bertemu Key sebelum atau setelah pelajaran dimulai.

"Onew tidak ada.", bingung Key yang melihat tempat duduk Onew kosong. Ia menggaruk belakang kepalanya.

"Jonghun.", panggil Key mendatangi salah satu meja di kelas itu.

"Onew di mana?", tanyanya. Jonghun mengerenyitkan keningnya.

"Bukannya hari ini dia pindah ke Jepang. Memangnya kau tidak tau?", heran Jonghun. Key membulatkan matanya. Kenapa ia tidak tau? Onew membohonginya. Key tiba-tiba berlari keluar kelas, membuat Jonghun menatap heran.

"Onew tidak boleh pergi.", batin Key yang terus berlari keluar gerbang sekolah. Dia harus ke rumah Onew, mencari penjelasan.

"Naik Jagi.", seorang namja tampan menepuk jok belakang sepeda sportnya.

"Jonghyun.", bingung Key. Jonghyun tersenyum.

"Ayo naik. Pesawat take off dua jam lagi. Ingin bertemu Onew bukan?", bicara Jonghyun dengan senyuman. Key terpaku. Bahkan Jonghyun tau. Kenapa dia tìdak. Air mata Key mulai mengalir.

"Kenapa kau tidak memberitahuku?", geram Key. Kenapa tidak ada yang memberitahunya kepergian Onew.

"Ayo naik.", suruh Jonghyun mengabaikan kata-kata Key. Dengan cepat Key naik ke motor. Jonghyunpun langsung menjalankan motornya begitu cepat sampai di bandara.


Entah pikirannya hanya tertuju pada Onew. Dia langsung turun dari motor dan berlari menyeruak masuk ke dalam bandara. Ia memutar bola matanya sambil mencari sosok yang ia maksud.

"Onew.", teriaknya. Ia menutup matanya, berjongkok menekuk lututnya. Ia sudah menyerah.

"Key.", seseorang memanggilnya. Ia kenal suara itu. Onew.

"Onew.", senang Key dan langsung memeluk Onew.

"Jangan pergi.", rengek Key. Ia benar-benar memeluk Onew dengan erat. Jonghyun yang menemukan sosok dua orang itu. Berjalan mendekatinya, tapi tidak mengusik.

"Aku harus pergì.", bicara Onew pelan. Key mendongakan kepalanya, menatap Onew.

"Tapi kau berjanji padaku tidak akan pergi.", tuntut Key mengalirkan air matanya. Onew menghapus air mata itu.

"Aku berbohong. Aku tidak bisa tanpa orangtuaku.", jelas Onew. Key menundukan kepalanya.

"Lalu aku bagaimana?", lirih Key. Ia menutup wajahnya, dia tidak tahan. Onew menatap sendu Key, ia tidak boleh menangis.

"Nanti kita bisa berhubungan lewat e-mail. Aku akan meneleponmu. Atau saat libur sekolah aku akan ke Seoul bertemu denganmu.", hibur Onew. Key menggeleng.

"Jika aku merindukanmu?", lirih Key. Onew menghela nafasnya.

"Kau bisa lihat fotoku. Aku juga akan seperti itu.", saut Onew. Key mendongak. Ia menggigit bibir bawahnya.

"Akan berbeda. Saat aku bosan, sedih siapa yang akan menghiburku? Siapa yang akan menggangguku? Siapa yang akan membuatku marah?", tekan Key mengguncang tubuh Onew.

"Ada Jonghyun yang akan melakukan itu semua. Kau tenang saja.", ucap Onew. Key tidak mau menyerah.

"Aku ingin memanggil Onyu, Nyunyu, Pipi gendut. Aku harus memanggil itu pada siapa? Siapa yang akan memakan ayam buatanku dengan begitu lahap, sampai mulutnya penuh. Kalau kau tidak ada?", tangis Key benar-benar pecah. Onew langsung mendekap Key erat. Ia keraskan rahangnya menahan tangis.

"Aku akan sangat merindukanmu.", pelan Onew dengan suara yang bergetar.

"Aku mohon jangan pergi.", pinta Key bersungguh-sungguh. Onew melepaskan pelukannya dan membawa Key pada Jonghyun.

"Jaga dia ya. Aku pergi. Annyeong.", pamit Onew. Ia langsung berbalik, air mata yang tadi tertahan akhirnya mengalir juga. Ia melangkahkan kaki menuju orangtuanya.

"KALAU KAU PERGI. AKU AKAN MEMBENCIMU. ONEEEEW.", teriak Key. Onew terhenti langkahnya. Kata-kata itu begitu menyakitkan. Tapi kemudian berjalan lagi tanpa berbalik. Mrs. Lee menepuk pundak anaknya.

"Jangan dipaksakan.", nasihat Mrs. Lee. Onew tersenyum dipaksakan.

"Awalnya akan sulit, tapi nanti juga akan terbiasa.", kata Onew mantap. Sang ibu tersenyum.

"Karena namja tampan itu?", tebak Mrs. Lee yang tadi sempat melihat Jonghyun.

"Aku rasa.", jawab Onew singkat dan menghapus air matanya cepat.


Key terduduk di lantai yang dingin itu dengan Jonghyun mendekapnya. Air matanya mengalir tapi tatapannya kosong.

"Mulai detik ini aku membencinya.", racau Key, ia tersenyum miris dan menghapus air matanya.

"Aku sudah membolos jagi. Kalau begitu kita makan ice cream. Kita kencan.", Key bangkit dan berjalan dengan tatapan kosong walau senyumnya mengembang. Tepatnya seperti orang yang mencoba berbohong akan perasaannya. Jonghyun menghembuskan nafasnya. Key benar-benar membuatnya khawatir akan tingkahnya yang mendadak dipaksakan ceria. Jonghyun menyusul Key dan menggenggam jemari Key.

"Jagi kau baik-baik saja?", cemas Jonghyun. Key mengangguk.

"Aku tidak pernah sebahagia ini.", kata Key dengan senyum hambarnya. Jonghyun menatap bingung. Seterpuruk inikah Key tanpa Onew?

"Tapi tadi saat Onew...", kata-kata Jonghyun belum selesai, karena dipotong cepat oleh Key.

"Jangan sebut namanya. Aku tidak mengenal nama itu. Apakah dia temanmu?", potong Key, dia benar-benar berusaha keras memanipulasi pikirannya. Jonghyun terhenyak tidak percaya, namun akhirnya ia tersenyum.

"Kita makan ice cream di dekat taman saja. Bagaimana?", Jonghyun langsung mengganti topiknya. Ada yang salah dalam posisinya, ia menyadari benar akan itu.

"Iya di sana enak. Nanti aku mau makan lima porsi.", riang Key yang dipaksakan. Ia memeluk erat lengan Jonghyun dan menyandarkan kepalanya disana. Tak terasa air mata itu menetes lagi namun dengan cepat dihapus Key. Hening, keheningan itu terus berlangsung sampai tibanya mereka di motor. Keadaan ini sulit dijabarkan.

...........

Sebenarnya tidak ada niatan Key, untuk melewati kelas Onew. Ia sudah tidak peduli lagi. Tapi ternyata langkahnya berkata lain. Kaki Key terhenti di daun pintu mengintip di balik kaca pintu itu. Kosong, masih sama seperti satu minggu terakhir ini. Tidak ada yang menempati kursi itu dan ini begitu terasa memilukan.

"Kau berbohong padaku. Kenapa pergi? Apa kau bosan menjadi sahabatku?", bisik Key lirih. Air matanya kembali jatuh. Cukup lama ia terpaku pada posisinya. Sampai pada seseorang menepuk pundaknya. Key segera menoleh.

"Hei, bel sudah berbunyi. Apa tidak masuk kelas?", tegur seorang itu. Key langsung menghapus air matanya.

"Ah, iya. Aku ke kelas dulu. Annyeong.", pamit Key bergegas pergi dari sana. Bodoh.


.....


-Jonghyun POV-


Ada yang salah. Seharusnya Key tidak seperti ini. Seharusnya Onew tidak pergi. Dan seharusnya aku tidak ada. Tapi aku harus menjaga Key. Onew kau dengar janjiku. Aku akan menjaganya untukmu. Ah tapi seharusnya aku tau ini salah dari awal. Bodoh. Onew sepertinya sudah lelah. Bukankah enam bulan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan lelahnya karena kami.


.....

-Author POV-

Entah ada apa, kenapa malam ini begitu sunyi. Ada yang kosong di benak pria bermata sipit itu. Bukankah setiap malam ia memang selalu sendiri di dalam kamar, bahkan saat ia masih tinggal di Korea. Tapi satu minggu terakhir ini, ia benar-benar merasa sunyi. Onyu, Dubu, Nyunyu. Hah! Ia merindukan panggilan itu. Bodoh. Seharusnya ia tidak pergi. Tapi ternyata sakit, sakit itu terus mendorongnya untuk pergi dan menikmati kamar berwarna ungu, itu warna kesukaannya hanya sendiri.

"Hei, ini kamar baruku. Kau harus melihat ini, suatu saat nanti.", kata Onew pada foto Key, namja yang sangat sadar ia cintai itu terpampang dalam layar laptopnya. Ia tersenyum mengingat satu minggu ini ia belum memberi kabar pada Key.

Ia membuka alamat emailnya untuk mengirimkan email pada Key.

________

Hei Cerewet.
Aku sudah di Tokyo.
Kamarku nyaman, tapi aku lebih suka kamarku di Seoul.
Bagaimana kabarmu?
Aku baik.
Hei, apa kau merindukanku?
Aku merindukanmu.
Aku sedang melihat fotomu.
Wajahmu lucu saat merengut.
*ingat foto saat aku mengambil fotomu saat kau marah karena aku tidak memberikan kado ulangtahunmu?*
Oh iya, di Sekolah tidak ada yang dapat aku ganggu. Huft.
Membosankan sekali.
Key saat liburan musim panas bulan depan, datanglah ke Jepang.
Akan aku ajak kau jalan-jalan.
Oke.
Ini email pertamaku, aku pastikan akan ada email-emailku selanjutnya.
Selamat malam.

_________

Send.
Onew tersenyum, ia benar-benar rindu pada Key. Wajahnya tampak sendu. Berat.


.....

Setiap Minggu pagi Key memang selalu mengecheck email yang masuk pada accountnya. Ia tersenyum, ada 4 email baru. Segera saja ia buka kotak masuk. Tapi tatapannya berubah nanar, ketika ia lihat alamat email Onew ada dalam daftar.

Ia buka dan dibacanya perlahan, entah kenapa air matanya kembali jatuh. Dan saat itu juga, amarahnya naik, ia benci pada pria itu.

________

Tepat saat kau pergi.
Aku membencimu.
Membencimu.
Kim Key Bum membenci Lee Jinki.
Tidak usah mengirimiku email lagi.
Aku sudah tidak peduli.
Selamat bersenang-senang di Jepang.

________

Send.
Key tampak ragu untuk menekan tanda itu. Tapi akhirnya, ia kirim balasan email Onew. Air matanya terlalu penuh mengumpul di pelupuk matanya.


"Keybum ayo sarapan.", teriak Mr. Kim dari meja makan. Key langsung menghapus airmatanya.

"Ne umma aku turun.", saut Key yang langsung berlari keluar kamar. Key tersenyum dan mencium manja pipi orangtuanya bergantian.

"Selamat pagi. Omma masak apa?", riang Key. Kedua orangtuanya tersenyum.

"Ayam panggang dan sup tahu.", jawab Mrs. Kim. Key langsung tersenyum masam. Ia duduk mengambil tempatnya.

"Omma.", panggil Key. Mrs. Kim menoleh.

"Mwo?", tanya Mrs. Kim. Key mengambil nafasnya, ia kembali teringat akan Onew yang sangat menyukai ayam dan tahu.

"Aku mohon jangan memasak ayam dan tahu lagi.", lirihnya. Mr. dan Mrs. Kim saling pandang. Ada apa dengan anaknya?

"Waeyo Key?", tanya Mr. Kim.

"Aniyo, hanya saja mulai saat ini aku tidak suka pada ayam dan tahu.", jawab Key sambil menelan makanannya perlahan.

"Baiklah.", saut Mrs. Kim yang sebenarnya masih belum mengerti sama sekali.

.....

"Apakah jagiku ini sudah pintar memasak?", goda Jonghyun pada Key. Ia menjemput Key yang baru selesai kursus memasak. Sejak Onew pergi ke Jepang, Key kembali ikut kursus memasak setelah tujuh bulan yang lalu ia berhenti, karena ia sudah menguasai semua resep yang berbahan utama ayam. Benar sekali, ia belajar hanya agar dapat memasak masakan untuk Onew. Ia senang saat Onew menyukai masakannya. Tapi sekarang, ia ingin belajar dengan resep masakan yang Jonghyun sukai. Ia ingin memasak untuk Jonghyun. Ia rindu seseorang memuji masakannya.

"Sudah satu resep. Aku baru belajar itu. Nanti aku masakan untukmu.", senang Key. Jonghyun tersenyum saat Key memeluknya erat.

"Aku akan memasak untukmu.", bisiknya. Tapi ada nada sendu disana.

"Aku tidak sabar. Pasti makanan buatan jagiku enak.", goda Jonghyun. Key mengangguk di dada Jonghyun.

"Makanan paling enak di seluruh dunia hanya untuk Kim Jonghyun kekasih Kim Key Bum yang tampan.", gurau Key. Jonghyun tertawa terkikik.

"Jaginya siapa sih yang pintar menggombal seperti tadi?", sindir Jonghyun yang membuat wajah Key memerah. Key mencuatkan bibirnya dan memukul lengan Jonghyun.

"Jangan menggodaku jagi.", rengek Key marah. Jonghyun tersenyum lebar.

"Hehe. Cantik kalau marah.", goda Jonghyun menjadi-jadi. Key menggembungkan pipinya kesal.


......................


-Three Years Later-


"Pagi umma.", sapa Key yang mencium pipi sang ibu. "Pagi appa.", Keypun mencium pipi sang ayah. Sambil berdiri ia meminum susu dan memakan roti tawarnya.

"Yah Key duduk dulu. Kau ini.", kesal Mr. Kim melihat cara sarapan anaknya.

"Aku buru-buru appa. Dosenku galak. Hehe.", ngeyel Key. "Lagipula Jonghyun sudah menjemput. Dah omma, appa, aku pergi.", sambil berlari dengan diktat-diktat tebal dalam pelukan tangannya, ia menuju mobil silver. Mereka masih bersama, walau Jonghyun tau cinta Key memudar mungkin tidak ada. Mereka masih bersama, walau Key sudah menyadari selama ini cintanya bukan untuk Jonghyun. Jika keduanya tidak ada yang membuka perasaannya, ini bukan suatu masalah kan? Lagipula, bukankah Jonghyun berjanji menjaga Key untuk Onew. Pria yang tiga tahun ini, tidak ada kabar, semenjak balasan email dari pria cantik itu, email yang mematahkan perasaannya.


-Flashback-

Onew tertawa, tertawa yang terdengar pilu. Pilu membaca sebuah email balasan dari orang yang dicintainya.

"Kau membenciku? Mianhe Key.", sesalnya. Air mata itu keluar lagi, karena orang yang sama. Ia menyadari kepergiannya salah. Sangat tidak menyangka imbasnya akan jadi seperti ini. Ingin kembali? Percuma, bukankah Key sudah membencinya.

Dampak besar akan kebencian Key, seorang Lee Jinki menjadi jarang tersenyum. Bukan karena keangkuhan. Tapi kebiasaannya yang sering melamun sehingga tidak menyadari kapan ia harus tersenyum. Terkadang sering menangis merasa bersalah, jika di hadapkan pada layar laptopnya atau bingkai foto yang terdapat wajah Key disana.

-End of Flashback-


"Pagi jagi.", Key mengecup bibir Jonghyun saat ia membukakan pintu untuk Key.

"Pagi.", Jonghyun memeluk erat Key. Key terkekeh.

"Aku telat, ayo berangkat.", ketus Key yang hanya bergurau. Jonghyun melepaskan pelukannya.

"Kau semakin hari semakin galak saja.", Jonghyun menutup pintu dan memutar untuk memulai menyetirnya.

"Aku tidak ingin bertengkar, jadi jangan meledekku.", kecam Key dengan picingan matanya. Jonghyun membulatkan matanya.

"Jagi kenapa kau serius kali?", heran Jonghyun, pasalnya ia hanya bergurau tadi. Key tersenyum lebar dan meletakan kepalanya di bahu Jonghyun.

"Berhasil. Kau takut kan?", ledek Key. Jonghyun membuang nafasnya, lega.

"Aku tidak takut. Tapi aku tidak ingin kau marah.", sangkal Jonghyun. Key tertawa keras dan cepat mereda, ia ingat itu seperti kata-kata seseorang.


-Flashback-

"YAA DUBU. Hentikan mengacak rambutku. Jadi berantakan.", kesal Key, karena Onew tidak henti-hentinya mengacak rambutnya.

"Si cerewet marah.", sindir Onew senang sambil bertepuk tangan. Key bangkit dari duduknya dan meninggalkan Onew.

"Hei. Yaa Key kau benar marah.", Onew mengejar Key dan merajuk padanya.

"Jangan marah.", rajuknya dengan wajah lucu. Key tidak tahan lagi, akhirnya tawa Key keluar.

"Kau takut ya kalau aku marah. Mengaku.", goda Key dengan senyum mengejek pada Onew.

"Aku tidak takut. Hanya saja, aku tidak ingin kau marah padaku.", sangkal Onew menjaga gengsi. Key terkekeh.

"Aku tidak percaya. Haha. Onew takut padaku.", senang Key. Kali ini Onew yang menekuk wajahnya kesal akan Key.

-End of Flashback-


"Aku tidak marah jagi.", ucap Key pelan dan datar. Pria cantik ini, pria yang sangat riang tapi dalam hitungan detik gurat wajahnya dapat memunculkan kepiluan mendalam. Ini terjadi dalam tiga tahun terakhir.

"Jagi, pulang kuliah maukah kita makan ayam panggang?", tanya Jonghyun pelan, tidak sesungguhnya tapi ia hanya ingin tau bagaimana reaksi yang akan diberikan Key. Key menoleh pada Jonghyun.

"Jangan mencoba memaksaku memakan ayam jagi. Kau tau benar aku membencinya.", kecam Key datar tapi kata-katanya benar-benar tajam dan menyeramkan.

"Kuliahmu bagaimana?", Jonghyun mengalihkan topik sebelum Key benar-benar marah padanya.

"Biasa saja.", jawab singkat Key yang masih kesal, berhasil membuat Jonghyun membuang nafasnya.


Drrrt. Drrrt.
Jonghyun melihat ponselnya yang berdering, ada nama Onew disana. Bagaimana ini. Sedangkan Key ada di sampingnya.

"Kenapa tidak diangkat jagi?", heran Key. Jonghyun berusaha bersikap sewajarnya.

"Aku baru mau mengangkatnya.", jawab Jonghyun. Ia mengenakan earphonenya dan mengangkatnya.

"Yeobohaseyo.", sapa Jonghyun.

"Ah Jonghyun.", senang Onew begitu mendengar suara Jonghyun.

"Aku sedang bersama kekasihku.", kata Jonghyun memberi tanda agar Onew mengerti kalau ia tidak bisa bicara bebas.

"Ada Key? Dia baik-baik saja kan?", senang sekaligus sedih Onew rasakan.

"Aku rasa iya, walaupun tidak seperti dulu.", jawab Jonghyun membuat Onew menutup matanya. Hanya ini cara berhubungan dengan Jonghyun, Onew mencaritahu keadaan Key. Bagaimanapun, Onew tetap menjaga Key, walau melalui Jonghyun.

"Jagi siapa?", tanya Key heran.

"Temanku di Busan.", bohong Jonghyun. Key menganggukan kepalanya mengerti.

"Apakah itu Key? Bisakah kau ajak bicara dia lagi. Aku ingin mendengar suaranya.", pinta Onew. Tiga tahun ia merindukan suara itu.

"Ah baiklah. Annyeong.", Jonghyun berpura-pura mematikan sambungan teleponnya, walau sebenarnya itu masih tersambung.

"Aku mencintaimu.", bisik Jonghyun di telinga Key. Ia ingin mendengar Onew mendengar kata cinta dari mulut Key secara tidak langsung.

"Saranghaeyo.", balas Key dengan senyum yang tidak dapat dipastikan ketulusannya. Tapi pernyataan itu dapat terdengar jelas oleh Onew.

"Na do saranghae Key.", lirih Onew yang tidak menyadari suaranya masih dapat di dengar Jonghyun. Jonghyun tersenyum senang mendengar perkataan Onew yang menurutnya sangat tulus.

...........


-Two Years Later-





Tidak ada yang berubah, semua masih sama seperti dua tahun sebelumnya. Hanya saja, saat ini Key sedang sibuk menyelesaikan skripsinya, sedangkan Jonghyun masih harus satu tahun lagi mengenyam bangku kuliah, biasa masalah anak muda, sedikit kurang serius. Lalu Onew? Dia sudah bekerja, usaha dan keseriusannya berhasil menyelesaikan kuliahnya lebih cepat setengah tahun dari normalnya dan langsung diterima bekerja oleh sebuah perusahaan.



Jonghyun tersenyum saat mendengar berita itu dari Onew. Sahabatnya! Ya mungkin bisa dibilang seperti itu, benar-benar bertanggung jawab tinggi.



"Benarkah. Haha. Aku tidak sabar. Oke. Annyeong.", kata Jonghyun di akhir kalimatnya. Ia meletakan ponselnya di kasur. Senyum mengembang di wajahnya. Entah kenapa ia begitu senang mendengar berita dari Onew barusan. Berita yang menutup rasa sakitnya yang sebenarnya ia sadari.



"Yeobohaseyo jagiku sayang. Muah. Muah.", sapa Jonghyun dengan begitu riangnya saat ia menelepon Key. Key terkekeh.



"Hei kau kenapa? Aneh sekali jagi.", heran Key dengan nada bingung. Jonghyun membentuk suara mencium lagi pada Key.



"Muah. Muah. Muah.", gurau Jonghyun. Key mengangkat bahunya geli akan tingkah Jonghyun.



"Kau ini benar-benar genit jagi.", ledek Key. Jonghyun terkekeh disana.



"Besok makan malam di kedai biasa jam 8 malam. Jam 7 aku jemput, tidak boleh menolak.", bicara Jonghyun panjang lebar.



"Kyaaa. Kau ini mau mengajakku makan malam segenit ini.", sindir Key.



"Habis kau sibuk terus. Jadi kan aku jarang bertemu nae jagi.", eluh Jonghyun berpura-pura sedih.



"Haha. Jagiku kau kenapa sih? Aneh. Tidak pernah manja, jadi manja seperti ini.", heran Key. Jonghyun menelan ludahnya.



"Habis aku merindukan jagiku yang manja sejak lima tahun yang lalu. Karena tidak ada jadi biar aku saja yang manja.", sindir balik Jonghyun. Key berdeham, tanda ia tak suka disindir seperti itu.



"Yasudah besok tidak boleh telat menjemputku.", kecam Key mengabaikan sindiran Jonghyun.



"Oke jagi.", saut Jonghyun bersemangat.



"Aku tidur jagiya. Annyeong.", pamit Key. Lalu melempar ponselnya, ia kesal pada Jonghyun.





.....





"Keyku cantik sekali.", puji Jonghyun mendapati Key dengan kaus pink tipisnya dan jeans ketatnya, tidak ada yang spesial, hanya saja poninya, ia jepit ke belakang dan itu benar-benar cantik. Entah ini sudah ke berapa kali pujian itu keluar dari mulut Jonghyun.



"Kau ini.", malu Key. Tetap bereaksi seperti ini sedari tadi. "Makan saja, jangan menggodaku terus.", kesal Key. Jonghyun terkekeh, ia perhatikan prianya itu melahap makanannya. Hampir enam tahun mereka bersama, dan herannya tidak pernah ada pertengkaran kecuali terkadang rasa kesal jika Jonghyun sudah mulai menyindir sikap Key.



"Jagiya, aku teringat dengan Onew. Bagaimana kabarnya ya?", gumam Jonghyun santai, namun keras. Hah! Dia memang sengaja. Ini pertama kalinya nama itu kembali terdengar di antara mereka sejak lima tahun yang lalu. Key langsung menghentikan makannya, bahkan membanting sendok dan garpu yang suaranya sangat keras saat beradu dengan piring.



"Jangan sebut namanya.", mata Key menatap tajam ke arah Jonghyun. Jonghyun menggenggam tangan Key yang mengepal itu.



"Aku hanya menyebut namanya sekali. Tapi mengapa kau begitu marah?", sindir Jonghyun seakan memojokan Key. Key segera menepis tangan Jonghyun.



"Aku membencinya. Semua tentangnya. Bahkan namanya. Aku membencinya.", teriak Key, ia marah. Sadarkah ia berada dimana sekarang ini. Tidak peduli, yang ia tau betapa bencinya ia pada orang itu.



"Kau merindukannya Key?", tanya Jonghyun dengan wajah memuakan.



"Kau bergurau. Aku sudah tidak peduli padanya.", geram Key. Matanya memerah, tanpa sadar ia mengeluarkan air mata, ketika di hadapkan lagi tentang seseorang itu. Jonghyun tersenyum, ia menghapus air mata Key dengan ibu jarinya.



"Kalau tidak peduli. Mengapa kau menangis?", lembut Jonghyun. Ia mendekat pada Key dan mendekap tubuh Key yang tangisnya semakin deras.



"Aku tahu kau merindukannya. Aku tahu kau bohong berkata membencinya.", bicara Jonghyun. Key menggeleng.



"Dia berjanji padaku, tapi membohongiku. Hikz. Aku membencinya. Benci.", kukuh Key yang tidak mau membantah keyakinannya.



"Kau yang membohongi dirimu sendiri Key.", tekan Jonghyun. Hening hanya suara isakan Key yang ada. Jonghyun tersenyum, ia membelai lembut rambut Key.



"Abaikan semua kata-kataku Key, kalau menurutmu itu tidak benar.", lembut Jonghyun. Permainan psykologis dimainkan Jonghyun disini.



"Aku membencinya. Hikz.", racau Key seperti orang yang sedang frustasi.





"Key.", panggil seseorang tepat di belakang Key. Ia tidak tahan akan sikap Key di hadapannya. Menyakitkan. Key mengerjapkan matanya. Suara itu.



"Kau!", geram Key yang melihat siapa orang itu, ia menghapus air matanya beralih memandang Jonghyun yang tersenyum penuh arti. Key mengerti situasi ini sekarang.



"Kau jahat padaku Jonghyun.", kecewa Key pada Jonghyun, dengan kekuatan penuh Key berlari keluar kedai. Ini di luar rencana Jonghyun.



"Key. Key.", teriak Jonghyun. Ia mengejar Key keluar kedai. Sementara seseorang tadi tertunduk lemas.



"Lepas.", berontak Key ketika tangannya dicengkram oleh Jonghyun saat ia baru saja membuka pintu taksi.



"Tidak jadi ajjhusi. Maaf.", Jonghyun menutup lagi pintu itu. Sang supir mengumpat kesal lalu pergi.



"Lepas.", teriak Key keras.



"Kau membohongi perasaanmu. Katakan kalau kau tak membutuhkannya. Kau bohong.", bentak Jonghyun mengguncang bahu Key agar berhenti berontak dan menyadari perasaannya. Key hanya diam menunduk seperti orang bodoh.



"Diam disini. Jangan pergi kemana-mana.", kecam Jonghyun. Ini baru pertama kali Key mendapati Jonghyun membentaknya sekeras ini. Kemudian Jonghyun berlari ke dalam menarik lengan seseorang yang diam tadi dan menyeretnya ke hadapan Key.



"Aku kembalikan dia padamu.", kata Jonghyun dengan senyum teduhnya. Ia ambil tangan Key dan menaruhnya dalam genggaman orang itu. Lalu pergi meninggalkan keduanya.



"Jonghyun.", panggilnya sebelum jauh. Jonghyun berbalik dan tersenyum kembali.



"Tugasku menjaganya selesai. Sekarang kembali menjadi tugasmu.", ucap Jonghyun yang lalu langsung masuk ke dalam mobil. Orang itu mengangguk mengerti.



"Key.", pelan orang itu.



"Aku membencimu.", teriak Key memukul-mukul dada bidang pria yang terlihat lebih tampan dan gagah dari lima tahun yang lalu. Langsung saja si pria memeluk Key dengan erat.



"Aku merindukanmu.", bisiknya di telinga Key.



"Aku membencimu. Membencimu.", Key tetap berteriak tanpa henti. Hei mereka berada tepat di depan pintu kedai dan berhasil menarik banyak penonton yang mengelilingi drama menakjubkan akhir musim ini. Raungan Key perlahan mereda.



"Kau lelah?", tanya pria itu. Key mengangguk pelan.



"Jadi boleh aku yang berbicara sekarang?", tanyanya lagi. Ah tidak perlu ditutupi sudah sangat jelas pria itu siapa. Siapa lagi kalau bukan Onew. Pria yang menghilang dari hidup Key lima tahun ini. Key mengangguk lagi pelan.



"Maafkan aku. Aku bohong padamu. Tapi aku bukan bermaksud meninggalkanmu. Kau tau! Aku sakit. Sakit di hatiku, mengetahui kau membenciku. Aku benar-benar bodoh. Key maafkan aku. Aku mohon.", bicara Onew tidak karuan. Dia menyesal setengah mati. Key menggelengkan kepalanya. Dengan cepat Onew menahan gelengan itu dengan menekan tengkuk Key ke dadanya. Gelengan itu menyakitkan untuknya.



"Maafkan aku. Aku mohon. Maafkan aku Key.", air mata Onew akhirnya mengalir.



"Kau jahat. Hikz.", lirih Key. Onew memejamkan matanya, memang ia jahat.



"Aku memang jahat.", balas Onew pasrah. Key balas memeluk erat tubuh Onew.



"Jangan pergi lagi. Janji padaku. Tidak berbohong.", tuntut Key. Onew mengangguk cepat.



"Aku tidak akan pergi lagi tanpamu. Aku janji dan tidak akan berbohong.", ikrar Onew bersungguh-sungguh. Key menghapus air matanya.



"Kau berjanji akan rajin mengirimiku email. Tapi kau berbohong.", kesal Key dengan nada manja. Ia memukul lengan Onew.



"Kau yang bìlang padaku untuk tidak mengirimimu email lagi. Kau membenciku.", jelas Onew dengan nada sedihnya. Key mendongakan kepalanya menatap Onew.



"Pabo. Pabo. Pabo. Seharusnya kau tetap mengirimiku email. Lima tahun tanpa kabar, membuatku merindukanmu. Nyunyu pabo.", omel Key yang kesal. Onew tersenyum, panggilan itu ia dengar lagi.



"Key.", tidak percayanya.



"Aku sayang Onyu, Ondubunya Key yang pabo.", manja Key. Onew tersenyum semakin lebar. Ia merengkuh kedua wajah Key untuk menatapnya.



"Saranghaeyo.", ucap Onew lembut. Key membulatkan matanya.



"A.. A.. Pa??", terbatanya tidak percaya. Onew mengangguk dan mendekatkan wajahnya pada Key. Ciuman mesra di bibir Key telak diberikan oleh Onew. Key terkejut, ini tiba-tiba. Tapi langsung ia kaitkan tangannya di leher Onew. Mereka begitu bahagia. Drama ini berhasil menarik perasaan penonton. Semuanya bertepuk tangan, turut senang melihat pemandangan itu. Membuat keduanya tersadar dan melepaskan ciuman mereka. Wajah Key memerah, ia menutupi wajahnya di dada Onew. Sedangkan Onew menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum malu pada semuanya.





.....





"Kau membuatku malu tadi.", kesal Key memukul lengan Onew yang sedang menyetir.



"Tidak peduli. Yang penting aku dapat ciuman pertamaku.", ngeyel Onew dengan angkuhnya. Key terkekeh.



"Sudah tua baru merasakan berciuman. Payah.", ledek Key lebih terkesan merendahkan. Onew mencuatkan bibirnya.



"Kan sudah aku bilang. Aku hanya mau mencium orang yang aku cintai.", kesal Onew. Key tersenyum menggigit bibir bawahnya.



"Dan itu aku.", senang Key bukan main. Onew tersenyum.



"Kau kenapa semakin cantik saja?", tanya Onew seperti tidak suka.



"Memangnya kenapa. Week.", kesal Key menjulurkan lidahnya.



"Kan jadinya aku semakin cinta padamu nae Key.", gombal Onew terkekeh kecil.



"Kau ini. Membuatku malu.", malu Key, wajahnya memerah.



"Saranghaeyo.", ucap Onew mesra. Key terkekeh.



"Na do saranghaeyo.", balas Key. Mereka berdua mendekatkan wajahnya masing-masing, berciuman panas dengan Onew yang masih sedang menyetir. Tapi tiba-tiba ada cahaya lampu yang menyorot mereka. Menyilaukan.



"ONYUU AWASSS!!", teriak Key histeris. Onew terkejut. Dan.



Braaaaakkk.







The End

4 comments:

  1. onnie.... ak trenyuh bacanya...
    endingnya itu lhoooo...
    tapi tetep suka baca fanfic2 onnie...
    bikin onkey terus ya....
    annyeong

    _onkey freak_

    ReplyDelete
  2. Wae dgn ending? Wakakak.
    Ah gomawoyo.

    ReplyDelete
  3. onnie kok endingnya kgk diterusin ??? bikin penasaran aja . btw gomawo ya ud buat fanfic ini . bikin yoosu dong onnie :) . gomawo^^

    ReplyDelete
  4. aku suka ceritanya...
    tp akhir ceritanya lumayan mesun nih
    cos pakek ciuman panas sih
    jd aku cemburu Onew oppa ciuman ma orang laen...
    tp aku suka onkey couple

    ReplyDelete