Sunday, March 13, 2011

Fan Fiction.. One Day With Love.. One Shoot.. STRAIGHT

Tittle: One Day with Love



Author: Anka 'bubu'



Lenght: One Shoot



Cast:

- Me as Choi Ahnka

- Kim Jaejoong







Cekidot.



___________________________________________________





Bruuukk.

Seorang pria tampan tidak sengaja menabrak seseorang gadis di salah sebuah tikungan.



"Ahh. Mianhae. Mianhae.", gadis yang ditabrak itu tertunduk menyesal. Dapat dilihat kalau ia benar-benar lelah dari wajahnya, banyak peluh disana. Ditambah wajah panik dan nafas yang tidak beraturan. Terang saja, ia baru saja berhenti berlari dari jarak yang tidak bisa dibilang dekat.



"Aniyo aku yang salah. Mianhae.", pria tampan itu juga turut merasa bersalah. Ia juga menundukan kepalanya.



"Nona. Nona.", teriak seseorang yang bergerombol dengan pakaian hitam-hitam dilengkapi dengan kaca mata hitam pula. Gadis tadi yang mendengar teriakan itu refleks menarik tangan pria tampan itu untuk lari bersamanya tanpa arah yang pasti. Di rasa sudah tidak dapat terkejar, merekapun menghentikan larinya.



"Ada apa?", tanya pria tampan itu yang heran. Gadis itu masih mengambil nafasnya. Ia mengangkat poninya ke belakang dengan tangannya. Deg.. Cantik. Ah, jantung pria tampan itu tidak bisa berhenti berdetak dengan cepat melihat wajah penuh peluh di hadapannya. Apa ini?



"Mianhae. Aku refleks menarikmu.", sesal gadis itu tersenyum lebar. Ah detakan jantung itu lebih cepat dari yang sebelumnya, senyum yang manis, paling tidak yang pernah ia lihat seumur hidupnya.



"Hei kau belum jawab pertanyaanku.", tekan si pria tampan. Ia mengaburkan pandangan si gadis dengan tangan yang digibaskan di hadapan sang gadis.



"Aku kabur dari rumah pagi-pagi sekali, aku kira aku akan lolos, ternyata tidak, bodyguard appaku tetap mengejarku.", jelas gadis itu menceritakan semuanya. Dia adalah gadis dari keturunan keluarga Choi yang sudah terkenal di seluruh pelosok Korea akan kekayaan dan kekuasaannya yang melimpah. Gadis yang hidup seperti terpenjara dalam sangkar emas dan dalam pengawalan berpuluh-puluh bodyguard yang ketat.



"Jadi kau lari. Ternyata gadis manis sepertimu, nakal juga.", gurau pria tampan itu. Si gadis tersenyum malu, baru kali ini ia dipuji sebagai gadis manis.



"Jika tidak seperti ini. Aku tidak akan tau dunia ini. Aku juga ingin bebas. Hehe.", sautnya. Pria tampan itu mengulurkan tangannya.



"Kim Jaejoong.", perkenalkan dirinya dengan mantap ditambah senyuman yang mengembang.



"Choi Ahnka.", balas Ahnka yang cepat meraih tangan Jaejoong. Ahnka menundukan kepalanya saat tak sengaja bola matanya beradu dengan bola mata pria tampan itu. Entah kenapa ia malu.



"Jaejoong-ssi, maukah menemaniku hari ini? Aku ingin menjelajahi kota Seoul. Aku tidak tahu jalan.", pinta Ahnka dengan wajah penuh harap. Jaejoong mengangguk.



"Tenang saja, aku akan menemanimu. Tapi kau harus memanggilku oppa. Sepertinya panggilanmu terlalu kaku.", suruh Jaejoong lembut.



"Baiklah oppa.", setuju Ahnka malu-malu. Ah ini pertama kalinya ia memanggil seorang pria dengan kata oppa selain kepada kakak kandungnya, Siwon.



"Kkaja kita pergi.", Jaejoong tanpa sadar menggenggam jemari Ahnka dan tanpa sadar pula senyum mengembang di bibirnya.



"Oppa.", panggil Ahnka pelan. Jaejoong menoleh.



"Wae?", heran Jaejoong akan wajah Ahnka yang sibuk menggìgit bibir bawahnya.



"Emm. Begini. Emmm. Oppa bisakah aku meminjam uangmu? Aku lupa membawa uang. Akan aku ganti saat aku pulang.", gugup Ahnka memegang tengkuknya. Jaejoong tertawa keras, ia rasa ini lucu.



"Kau ini. Aku akan mentraktirmu. Anggap saja untuk merayakan pertemuan kita. Tidak usah diganti.", ujar Jaejoong mengedipkan sebelah matanya. Ahnka mengerjap dengan mata yang berbinar.



"Ah, gomapsumnida oppa.", senang Ahnka membungkukan badannya berulang kali.



"Tidak usah terlalu formal. Anggap saja kita teman lama.", kata Jaejoong mencairkan suasana.



"Ah baiklah. Gomawo oppa.", kata Ahnka tersenyum lebar walau sebenarnya ia masih sungkan. Jaejoong tertawa dan mengacak rambut Ahnka gemas.



"Kau lucu.", gemas Jaejoong. Sedangkan Ahnka menyentuh rambutnya yang diacak tadi tidak percaya. Perasaannya sangat senang. Begitukah rasanya saat rambutnya diacak seseorang. Benar-benar gadis yang berbeda. Sesuatu yang kecil sudah membuatnya begitu bahagia.





.....





"Oppa ini dimana?", tanya Ahnka yang memutar bola matanya ke sekeliling. Mereka berada di kawasan kompleks istana. Indah dan sangat menawan. Tradisional jauh di bandingkan dengan rumahnya yang mewah bergaya modern.



"Kita di Deoksugung Palace. Ini istana pada jaman dinasti Joseon. Bukan komplek istana besar sih jika dibandingkan dengan istana Changdeokgung,Gyeongbokgung. Tapi sepertinya di Deoksugung gallery sedang ada pameran. Makanya aku mengajakmu kesini. Kau mau melihatnya?", papar Jaejoong diakhiri dengan pertanyaan. Ahnka mengangguk mengerti, ini bukan komplek istana yang besar tapi sudah semenawan ini. Bagaimana dengan kedua istana yang lain. Ia mengerjapkan matanya.



"Hei mau tidak?", tegur Jaejoong yang tidak mendapat jawaban apapun.



"Ah iya mau oppa.", jawab Ahnka cepat. Merekapun berjalan menuju gallery. Ahnka menarik-narik lengan baju Jaejoong.



"Oppa tapi nanti kita ke istana Changdeokgung dan Gyeongbokgung ya.", pinta Ahnka. Jaejoong tersenyum.



"Baik nona manis.", gurau Jaejoong membuat wajah Ahnka menampilkan warna merahnya. Merekapun masuk ke dalam gallery. Lukisan-lukisan apik karya pelukis-pelukis terkenal ada disana.



"Oppa ini luar biasa.", Ahnka mengagumi lukisan beserta arsitektur dalam istana. Jika melihat tingkahnya, kurang dapat dipercaya kalau gadis ini adalah keturunan keluarga Choi.*iye norak banget abisnya*



"Hehe. Kau senang?", tanya Jaejoong ramah.



"Ne. Aku tidak pernah membayangkan kalau ini kenyataan.", tidak percaya Ahnka, kembali mengerjapkan matanya. Jaejoong tersenyum membiarkan Ahnka menikmati lukisan-lukisan dan suasana yang ada. Ia yakin sekali gadis ini baru mendapatkan nuansa hidup yang berbeda.





.....





Hari sudah menjelang sore, Ahnka dan Jaejoong sudah menjelajahi banyak tempat-tempat menarik di Seoul.



Istana Changdeokgung dan Gyeongbokgung, yang membuat Ahnka terpukau dengan kemegahan komplek istana jaman dinasti Joseon.



Pasar Tradisional Namdaemun, disana Ahnka senang sekali melihat pernak-pernik yang dijajakan. Lucu dan mengagumkan. Bahkan Jaejoong membelikannya gantungan kunci dan bola lampu berbentuk istana yang seperti ia lihat tadi. Terpukau melihat orang-orang banyak yang berlalu lalang melihat dan menawar barang-barang pada penjual. Dia tidak pernah melihat yang seperti itu sebelumnya.



Museum Nasional, disana Ahnka tidak henti-hentinya bertepuk tangan saat menyaksikan pertunjukan seni yang digelar. Jaejoong bahkan sampai terpana akan wajah gadis yang terus tertawa itu.



Distrik Fashion Myeongdong, ini sudah tidak asing lagi bagi Ahnka. Ia sering berbelanja disini, tentu saja dengan para bodyguardnya itu. Tapi ini menyenangkan karena ia tanpa kawalan dan hanya berdua dengan Jaejoong, pria yang entah mengapa membuat perasaannya tak karuan hari ini. Merekapun sempat makan ice cream di salah satu kedai disana. Dan yang harus diketahui. Ini adalah untuk pertama kalinya ia memakan ice cream di kedai. Biasanya ia hanya makan ice cream di rumah, dan itu rasanya berbeda sekali.



Bukan hanya ke tempat-tempat yang disebutkan tadi. Banyak lagi tempat-tempat yang mereka datangi, dan itu menyenangkan.





"Oppa kita mau kemana lagi? Tidak terasa ya sudah sore. Hehe.", tanya Ahnka tapi tetap saja tidak ada wajah lelah, gadis itu masih bersemangat, walau semenjak pagi tadi ia turun-naik bis dan lebih banyak berjalan kaki.



"Sungai Han. Kau tau? Melihat matahari terbenam di sana, akan sangat indah.", bicara Jaejoong, ia berkata itu dengan serius. Karena ia sangat menyukai melihat matahari terbenam di sungai Han. Ahnka menatap wajah itu dengan seksama. Tampan. Wajahnya kembali memerah.



"Oppa apa aku boleh tahu, umurmu berapa?", tanya Ahnka penasaran. Jaejoong mengerenyitkan keningnya, heran karena tiba-tiba Ahnka bertanya seperti itu.



"24 tahun. Waeyo?", tanya balik Jaejoong. Ahnka tersenyum kecil.



"Ani. Kau dewasa sekali. Gurat wajahmu memancarakannya. Hehe.", jelas Ahnka yang kembali melangkah mendahului Jaejoong yang masih aneh dengan alasan Ahnka.



Tapi tak lama Jaejoong tersenyum. Ia menggenggam tangan Ahnka lagi. "Anak kecil sepertimu, tidak boleh jauh-jauh dariku. Nanti bisa hilang.", ledek Jaejoong dengan wajah penuh kejailan. Ahnka mencuatkan bibirnya.



"Aku sudah 19 tahun oppa.", kesal Ahnka. Jaejoong terkikik.



"Tapi cepat marah seperti anak kecil.", ledek Jaejoong riang. Ahnka menggembungkan pipinya tidak mau bicara, ia kesal. Jaejoong terkekeh melihatnya.



"Aku gendong. Kau lelah kan?", Jaejoong memberikan punggungnya. Ahnka menggeleng.



"Aku tidak lelah oppa.", tolak lembut Ahnka. Jaejoong berbalik badan menghadap Ahnka.



"Tawaranku hanya sekali lho.", goda Jaejoong. Ahnka tersenyum.



"Oppa balikan badan.", suruh Ahnka. Jaejoong langsung saja membalikan badannya. Dan Hap.. Ahnka loncat ke punggung Jaejoong.



"Berat.", ledek Jaejoong bergurau sambil berjalan. Ahnka tertawa kencang.



"Suruh siapa menawarkan gendongan padaku. Hahaha. Memangnya enak.", senang Ahnka. Jaejoong tersenyum, ia baru tau kalau keturunan keluarga Choi mempunyai sifat jahil juga.



"Hahaha. Kau ini. Tapi aku suka kok.", kata Jaejoong menggoda. Ahnka terkekeh. Ia eratkan pelukannya di leher Jaejoong. Di sandarkan kepalanya pada pundak Jaejoong. Hening.



"Oppa. Gomawo.", ucap Ahnka tiba-tiba. Jaejoong tersenyum.



"Cheonmaneyo.", balas Jaejoong. Ahnka memainkan jari-jemarinya, memperlihatkan sekali kalau ia sedang gugup.



"Oppa kenapa kau begitu baik padaku? Apa semua karena aku keturunan keluarga Choi?", tanya Ahnka dengan polosnya. Jaejoong menghembuskan nafasnya.



"Kenapa kau berkata seperti itu? Itu menyinggungku.", kesal jaejoong walau hanya sedikit.



"Mianhae. Aku hanya bertanya oppa. Teman-temanku mau berteman denganku, hanya karena aku keturunan keluarga Choi. Aku hanya takut oppa juga seperti itu.", lirih Ahnka yang menyesal. Jaejoong menoleh pada Ahnka yang menundukan wajahnya.



"Tidak tahu kenapa, aku baik. Biasanya aku tidak pernah seperti ini pada seseorang yang baru aku kenal. Aku rasa aku baik padamu karena itu adalah kau, aku tidak melihat ada keturunan Choi disini. Yang aku lihat, hanyalah seorang gadis manis yang ingin bebas.", bicara Jaejoong panjang lebar. Ahnka mendongakan kepalanya dan tersenyum, kata-kata yang begitu indah.



"Kita sudah sampai. Ayo turun.", suruh Jaejoong. Ahnka mengerjapkan mata dan meloncat berlari ke pagar sungai. Indah.



"Oppa mataharinya sudah mau terbenam. Indah sekali.", Ahnka berteriak pada Jaejoong dan menunjuk ke arah matahari senja berwarna oranye itu, yang perlahan mulai menghilang. Jaejoong mendekat dan merengkuh pinggang Ahnka mendekat padanya. Mereka menikmati pemandangan alam itu bersama dengan seksama ditemani semilir angin dan gemericik riak air. Ahnka tersenyum. Hari sudah gelap. Air mulai memancur dari jembatan yang membelah sungai Han. Lampu-lampu kota mulai menerangi malam yang dingin. Ini keindahan lain yang ia dapat hari ini.



"Kau dingin?", tanya Jaejoong. Ahnka malah tersenyum meledek.



"Oppa mau memberikanku jaket agar romantis seperti di film-film kan?", sindir Ahnka yang sudah menebak hal-hal seperti itu. Jaejoong tertawa kecil.



"Tidak.", jawab Jaejoong singkat. Ahnka menaikan alisnya, penasaran.



"Lalu mau apa?", tanya Ahnka lagi. Jaejoong tidak menjawab. Ia malah menarik Ahnka dan mendekap tubuh gadis itu dari belakang. Deg. Jantung Ahnka seperti terkena serangan. Ya tuhan apa ini?



"Apakah sudah hangat?", tanya Jaejoong yang menumpu dagunya di puncak kepala Ahnka.



"Sangat.", jawab Ahnka singkat. Keduanya kembali menikmati pemandangan di hadapannya.



"Oppa aku lelah.", kata Ahnka yang mulai mengantuk. Jaejoong melihat jam tangannya, jam delapan malam. Ia mengeratkan dekapannya, udaranya semakin dingin.



"Ayo aku antar pulang.", tawar Jaejoong. Ahnka menggeleng cepat.



"Aku tidak ingin pulang.", tolak Ahnka. Jaejoong menaikan alisnya.



"Lalu bagaimana?", bingung Jaejoong. Ahnka membalikan badannya menghadap Jaejoong.



"Boleh aku ke tempat oppa?", harap Ahnka penuh. Jaejoong tersenyum.



"Kita pulang naik taksi saja ya. Rumahku jauh dari sini.", kata Jaejoong, yang secara tidak langsung mengijinkan Ahnka untuk tinggal sementara di rumahnya. Ahnka tersenyum senang.



"Gomawo oppa.", senang Ahnka. Ia hanya tidak ingin kebebasannya lenyap jika malam ini ia pulang ke 'istana'nya dan ada alasan lain, entahlah ia masih ingin bersama Jaejoong.





.....





"Kau mandi saja dulu.", suruh Jaejoong dari dapur yang tengah memasak makan malam.



"Oppa bisa pinjam baju. Aku tidak bawa apapun.", malu Ahnka menggaruk belakang kepalanya. Jaejoong menghentikan memotong daging, mencuci tangannya dan berbalik menghadap Ahnka.



"Pilih saja di lemariku. Oke.", kata Jaejoong yang langsung membalikan badannya lagi meneruskan kegiatannya setelah melihat Ahnka yang tersenyum malu menggigit bibir bawahnya.



"Oke oppa.", Ahnka langsung berlari ke kamar Jaejoong, membuka lemari, mengambil acak kaos dan celana tidur, lalu masuk ke dalam kamar mandi.





Waktu setengah jam sudah cukup untuk Jaejoong dan Ahnka menyiapkan makanan dan selesai mandi. Jaejoong tertawa melihat Ahnka yang muncul dengan mengenakan baju dan celana yang kebesaran.



"Oppa jangan tertawa. Aku sudah ganti baju berulang kali, dan ini yang paling kecil.", protes Ahnka karena tidak suka ditertawakan. Jaejoong tersenyum dan mengapit hidung Ahnka.



"Kau lucu. Sudah ayo makan.", Jaejoong mendorong tubuh Ahnka untuk duduk, ia juga mengambil tempat di samping Ahnka.



"Makan ini.", Jaejoong meletakan bulgogi sapi di piring Ahnka. Ahnka yang memang lapar langsung memakannya tapi tetap dengan caranya yang anggun, maklum ia sudah terbiasa menggunakan cara makan yang kaku dalam keluarganya.



"Mashita.", katanya sambil tersenyum. Jaejoong menghentikan kegìatan makannya, ia tersenyum melihat Ahnka yang asik melahap makanannya.



"Nanti kau tidur di kamarku saja. Biar aku di luar.", kata Jaejoong di sela-sela makan malam. Ahnka menelan makanannya susah payah.



"Mianhae oppa, aku merepotkanmu.", tidak enak Ahnka dengan wajah sedihnya. Jaejoong menggeleng cepat.



"Aku senang kau repotkan.", gurau Jaejoong, membuat Ahnka terkekeh kecil karena geli.





.....





Ahnka mendatangi Jaejoong yang sedang mencuci piring, bekas makan malam tadi. Ia memeluk pria itu dari belakang. Jaejoong tersentak kaget, namun berusaha untuk biasa.



"Oppa. Apakah kau sudah memiliki kekasih?", tanya Ahnka malu-malu. Jaejoong semakin tidak mengerti ada apa dengan Ahnka.



"Tidak. Memangnya kenapa?", heran Jaejoong. Ahnka menutup wajahnya di punggung Jaejoong sambil tersenyum.



"Sepertinya aku menyukaimu.", ucap Ahnka pelan. Jaejoong terpaku, apa benar yang ia dengar barusan. Ahnka yang malu langsung melepas pelukannya dan berlari ke kamar.





Jaejoong tersenyum, ia melepaskan karet penutup tangannya. Ia tinggalkan kegiatan mencucinya. Dan menyusul Ahnka ke kamar. Ia mendapati Ahnka yang merebahkan dirinya di kasur dan memunggungi pintu. Ia naik ke kasur dan memeluk Ahnka dari belakang.



"Apa benar yang kau katakan tadi?", bisik Jaejoong di telinga Ahnka. Ahnka berbalik dengan wajahnya yang memerah.



"Saranghae oppa.", ucapnya sambil mengusap pipi Jaejoong.



"Na do saranghae.", balas Jaejoong. Ahnka tersenyum, bahkan sedikit mengeluarkan air mata, rasanya benar-benar bahagia. Jaejoong menghapus air mata itu dengan bibirnya, membuat Ahnka memejamkan matanya. Bahkan Jaejoong mengecup seluruh wajah itu, sampai tiba di bibir tebal Ahnka. Jaejoong menekannya perlahan, Ahnka semakin meniadakan jarak antara ia dan Jaejoong, bergeser mendekat dan memeluk leher Jaejoong erat. Membuat Jaejoong semakin mudah untuk mengulum, melumat, menghisap, dan merasakan bibir Ahnka. Perlahan Ahnka mulai terbiasa, iapun berani untuk membalas perlakuan yang sama kepada Jaejoong. Tapi disaat ia sedang menikmati, Jaejoong dengan begitu saja melepas ciumannya. Ahnka membuka matanya, ada perasaan kecewa di benaknya.



"Oppa tidak suka?", tanya Ahnka sedih. Jaejoong menggeleng.



"Kau tidak memberiku ruang untuk bernafas chagiya.", goda Jaejoong. Ahnka tersenyum malu. Ia gemas pada wajah yang malu-malu itu. Langsung saja Jaejoong melahap lagi bibir tebal Ahnka. Ahnka membuka mulutnya, membiarkan lidah Jaejoong merasakan rongga mulutnya. Terkadang dengan nakal, Ahnka menghisap lidah tersebut. Jaejoong menyukai pergulatan lidah ini, tidak peduli air liur mereka yang sudah saling bertukar.



"Uhmmm.", desah Ahnka. Jaejoong menjadi tergoda, tangannya merayap masuk ke dalam kaos putih tipis yang dikenakan Ahnka. Menggerayangi semua yang dapat ia sentuh. Ahnka menggelinjang ditambah menahan rasa geli karena permainan lidah Jaejoong pada kulit lehernya.



"Oppaaa.", malu Ahnka ketika kaos yang ia kenakan menghilang dari tubuhnya. Jaejoong tersenyum nakal.



"Kau mau?", tanya Jaejoong. Ahnka mengangguk malu, ia tersenyum. Jaejoong langsung saja mencium lembut bibir Ahnka kembali, ia menggulingkan tubuh Ahnka dan memerangkap gadis itu di bawahnya. Entah bagaimana, yang pasti malam itu mereka melakukan sesuatu yang panas itu dengan penuh cinta.





"Ahhhhhhh.", teriak Jaejoong ketika sesuatu memuncrat di dalam Ahnka. Ia jatuh di samping tubuh Ahnka. Jaejoong tersenyum mengusap peluh yang mengalir di wajah lelah Ahnka. Ahnka menangis saat Jaejoong menutup tubuh mereka dengan selimut. Melihat itu, Jaejoong merasa begitu bersalah, ia memeluk Ahnka erat.



"Mianhae. Kau menyesalkah? Mianhae.", sesal Jaejoong. Ahnka menggeleng, ia menatap wajah Jaejoong dan tersenyum.



"Aku bahagia oppa. Aku benar-benar bahagia. Gomawo.", ucap Ahnka yang kembali menangis. Ia sangat bahagia, ia lakukan itu penuh dengan cinta yang tulus untuk Jaejoong.



"Saranghae chagi. Tidurlah.", bisik Jaejoong. Ia membelai lembut rambut Ahnka. Ahnka mengeratkan pelukannya dan memejamkan matanya dengan penuh kebahagiaan.



"Gomawo.", bisik Jaejoong di telinga Ahnka saat sadar Ahnka sudah tertidur dalam pelukannya. Dan diapun ikut tertidur.





.....





Ahnka mengerjapkan matanya saat matahari pagi mulai menyorotkan sinarnya. Ia menatap pria tampan yang memeluknya. Tubuhnya sedikit sakit, tapi ia tidak peduli sama sekali.



"Pagi chagiya.", sapa Jaejoong yang ternyata juga terbangun. Ia mengecup kening Ahnka penuh sayang. Ahnka tersenyum.



"Pagì oppa.", balas Ahnka mengusap wajah Jaejoong lembut.





Tok. Tok. Tok.Suara pintu di ketuk dari luar. Entahlah itu siapa yang datang. Jaejoong tersenyum pada Ahnka.



"Aku buka pintu dulu sebentar ya.", pamit Jaejoong. Ia mengecup bibir Ahnka sebelum mengenakan kembali pakaiannya dan pergi keluar.



"Iya sebentar.", teriak Jaejoong dan membuka gagang pintunya. Saat itu pula Jaejoong terbelalak. Ia lupa siapa sebenarnya sosok Ahnka.



"Siapa oppa?", tanya Ahnka dengan manja, tapi saat melihat ke depan pintu, seorang pria paruh baya dan berpuluh-puluh pria berbadan tegap dengan pakaian hitam-hitam memenuhi halaman rumah Jaejoong yang tidak bisa dibilang besar.



"Appa.", kaget Ahnka. Ia menghembuskan nafas keras. Sepertinya waktunya dengan Jaejoong sudah harus berakhir. Ia berjalan pelan menghampiri Jaejoong dan memeluknya erat.



"Terimakasih oppa untuk satu hari kemarin. Aku bahagia.", ucap Ahnka. Jaejoong masih terpaku untuk menyadari, ini akan berakhir.



"Ehem.", deham Mr. Choi yang tidak menyukai pemandangan ini.



"Saranghae oppa.", bisik Ahnka yang kemudian melepas pelukannya dan berjalan di belakang ayahnya menuju mobilnya dengan senyuman. Yang ada dalam pikirannya. Ia tidak peduli, akankah nanti dia bisa bertemu Jaejoong lagi atau tidak. Dia cukup bahagia memberikan semuanya pada pria pertama yang mengambil cintanya. Dan ia rasa, Jaejoong juga merupakan pria terakhir.



"Na do saranghae.", pelan Jaejoong melihat mobil-mobil mewah yang berlalu meninggalkan rumahnya. Iapun tersenyum, ia bahagia pernah mencintai gadis bermarga Choi itu.







The End

No comments:

Post a Comment