Saturday, May 29, 2010

Fan Fiction.. Love is Enemy.. Part 31-35..

Love is Enemy.. Part 31..

Key merebahkan diri di tempat tidur, saat baru sampai dirumahnya.
"Aku lelah baby.", eluh Key manja sambil memejamkan matanya. Onew menghampiri Key dan tidur disampingnya.
"Kasihan babyku.", saut Onew. Key membalikan badannya dan menaruh kepalanya di dada Onew.
"Baby, dadamu tidak empuk. Payah.", ledek Key tapi tetap saja ia tidur disana.
"Dadaku kan cuma tulang. Memangnya kau.", kesal Onew bergurau.
"Ah baby jangan bicara macam-macam. Nanti aku marah.", gumam Key. Onew tertawa kecil.
"Baby. Lagi tidur saja masih sempat mengancam. Lucu sekali.", gurau Onew gemas.
"Baby jelek. Babynya siapa sih?", goda Key seperti anak kecil.
"Babynya gadis cerewet.", canda Onew. Key langsung membuka matanya. Dan pindah bersandar di lengan Onew.
"Baby kok jahat. Aku dibilang cerewet. Baby menyebalkan.", manja Key. Onew tersenyum lalu mengadukan hidungnya dengan hidung key.
"Memang cerewet.", goda Onew semakin menjadi.
"Baby. Mau.", pinta Key memajukan bibirnya. Onewpun mencium Key dengan lembut. Tiba-tiba Key melepaskan ciuman. Ia langsung bangkit dan duduk di tempat tidur.
"Aish, kau ini.", kesal Onew yang sedang asik.
"Hehe. Baby marah.", manja Key memeluk Onew. "Baby, apa kau akan seperti Yunho kalau aku jadi Jaejoong?", tanya Key yang menatap mata Onew berharap dapatkan jawaban yang di inginkan.
"Maunya apa?", goda Onew. Key kecewa. Ia kembali menaruh dagunya di pundak Onew.
"Tidak mau apa-apa. Tidak jadi aku tanyakan.", jawab Key malas.
"Aku nikahi saat itu juga, apa kau mau?", kata Onew menggoda. Key tersenyum.
"Baby jelek sok romantis. Tapi aku cinta baby.", manja Key. Onew tertawa. Ia langsung mengelitiki pinggang Key. Hingga Key menggeliat di pelukan Onew.
.....
Di tangan Hangeng kini sudah penuh dengan tas-tas karton belanja milik Heechul.
"Sayang kau sudah terlalu banyak belanja.", tegur Hangeng memperlihatkan kedua tangannya.
"Sebentar lagi ya. Belum selesai.", rajuk Heechul yang mengambil beberapa tas belanja dari tangan Hangeng. Dan menggenggam tangannya.
"Mau beli apa lagi?", heran Hangeng.
"Kau sudah lelah ya? Yasudah kita pulang.", kata Heechul. Bibirnya ia majukan. Hangeng yang sudah tau perangai Heechul. Langsung merangkul pundaknya.
"Iya kita belanja. Dasar kau ini, pemaksa.", ledek Hangeng. Heechul tersenyum senang.
"Aku tidak memaksa.", elak Heechul.
"Tapi wajahmu yang memaksa.", ucap Hangeng. Sambil menggigit pipi Heechul.
"Hehehe. Sakit gegeku. Ayo, kita cari-cari yang lain.", Heechul menarik tangan Hangeng masuk ke dalam butik. Hangeng geleng-gelengkan kepala.
Hangeng duduk dan menopangkan kakinya di sofa butik. Membiarkan Heechul mencari-cari.
"Sayang.", panggil Heechul dari dalam fitting room. Hangeng mendongak.
"Apa?", saut Hangeng.
"Sini.", pinta Heechul. Hangeng dengan gontai berjalan menghampiri dan masuk ke dalam fitting room.
"Coba pakai baju ini. Pasti bagus.", suruh Heechul. Hangeng membuka kemejanya dan mengenakan baju abu-abu lengan panjang v-neck.
"Tampan sekali. Kita ambil ini ya untukmu.", senang Heechul. Hangeng tersenyum.
"Iya cinderelaku.", saut Hangeng.
"Sudah sana, aku mau ganti pakaian lagi.", usir Heechul yang mengenakan dress pink. Hangeng mengerling nakal.
"Tidak mau, kau yang menyuruhku kesini. Kalau mau ganti pakaian, ganti saja.", goda Hangeng nakal.
"Ah gege nakal.", manja Heechul.
"Memang.", ngeyel Hangeng.
"Balikan badanmu. Jangan mengintip.", suruh Heechul. Hangeng membalikan badannya. Dengan cepat Heechul berganti pakaian.
"Seksi sekali.", kata Hangeng.
"Apa? Kau mengintip?", marah Heechul.
"Iya sedikit.", gurau Hangeng padahal sama sekali tidak mengintip.
"GEGE.", berang Heechul.
"Jangan marah, nanti jelek.", ejek Hangeng yang langsung keluar fitting room. Heechul berkacak pinggang dengan mata yang dipicingkan.
.....
Yunho datang ke rumah Jaejoong. dan langsung ke kamarnya. Saat Tifanny, pelayan pribadi Jaejoong memberitahu Jaejoong ada dikamar. Yunho mendapati Jaejoong sedang tidur. Yunho tersenyum, dan membenarkan letak selimut Jaejoong. Ia duduk di sofa besar dekat tempat tidur Jaejoong. Dari sana Yunho memperhatikan Jaejoong yang tertidur. Tak lama, Yunhopun jadi tertidur.
Saat terbangun, Jaejoong melihat Yunho yang tidur. Jaejoong menusuk-nusukan telunjuknya ke pipi Yunho. Yunho tetap tidak terbangun. Jaejoong senang. Ia mengambil semua alat make upnya dan mendadani Yunho. Eyes shadow dengan warna ungu muda ia pakaikan di mata Yunho dengan hati-hati. Lalu blush on merah merona disapukan di pipi Yunho. Lipstick warna merah terang di biaskan di bibir Yunho. Ia tidak bisa menahan tawa melihat Yunho. Ia segera mengambil ponselnya dan mengambil gambar Yunho.
"Lucu sekali. Pembalasan dimulai bunny sayang.", ujar Jaejoong dengan senyum licik. Tak lama Yunho mengerjapkan matanya.
"Sudah bangun? Lelap sekali tidurnya.", tegur Jaejoong. Yunho tersenyum.
"Kenapa tidak membangunkanku? Itu make up untuk apa?", tanya Yunho. Jaejoong hanya tertawa kecil. Yunho curiga dengan gelagat Jaejoong. Ia mengambil cermin di tangan Jaejoong. Jaejoong tertawa keras. Yunho terbelalak.
"Kim Jaejoong apa-apaan ini.", kesal Yunho.
"Iseng, habisnya melihatmu tidur.", jawab Jaejoong santai.
"Kau ini.", geram Yunho. Ia menarik pinggang Jaejoong.
"Bersihkan.", suruh Yunho marah.
"Tidak bisa. Cleanserku habis. Kalau mau beli dulu.", goda Jaejoong berbohong.
"Apa? Jaejoong, cepat bersihkan. Cepat beli.", kesal Yunho. Jaejoong menjauh dari Yunho.
"Iya. Aku mandi dulu baru beli. Kau seperti badut. Lucu.", ledek Jaejoong yang langsung kabur ke kamar mandi. Karena Yunho menatap tajam.
.....
















Love is Enemy.. Part 32..

*yoosu and minkyu time*

Junsu sedang bernyanyi dengan suara rendahnya yang merdu. Terdengar begitu meneduhkan hati. Dengan mata terpejam, ia terus bernyanyi mengikuti suara-suara yang tak kalah merdu para anggota TVXQ yang terdengar dari tape mobil.

Cuuuppp
Yoochun mengecup bibir Junsu. Junsu langsung membuka matanya dan menghentikan nyanyiannya.
"Ya tuhan, kau sedang menyetir. Masih saja genit. Kalau kenapa-kenapa bagaimana?", omel Junsu. Ia menatap kesal Yoochun yang sembarangan saja saat menyetir. Yoochun tersenyum lebar.
"Habis, sudah tau aku sedang menyetir. Tapi kau terus menggodaku.", ngeyel Yoochun dengan tampang tidak bersalah.
"Siapa yang menggodamu, daritadi aku kan tidak bicara padamu.", ketus Junsu.
"Tapi kau terus bernyanyi, bibirmu yang bergerak itu menggodaku.", jawab Yoochun dengan nada anak kecil yang tidak mau mengalah.
"Kau ini terlalu banyak alasan. Aku kesal padamu.", kesal Junsu. Ia berbalik membelakangi Yoochun. Tidak habis pikir, Yoochun tidak memperhatikan jalanan hanya untuk menciumnya.
"Apa kau masih bisa marah kalau seperti ini.", Yoochun meminggirkan mobilnya. Ia mendekat pada Junsu. Meniup telinga Junsu dengan nafas hangatnya. Junsu tidak bergeming, membuat Yoochun penasaran. Ia kini menciumi tengkuk Junsu. Membuat Junsu benar-benar kegelian dan tidak bisa menahannya lagi.
"Sudah hentikan. Iya aku tidak bisa marah. Kau memang playboy, mahir sekali merayu wanita.", sindir Junsu dengan senyum jahilnya, ia mendorong tubuh Yoochun. "Jalankan mobilnya.", suruh Junsu. Namun, Yoochun menggeleng.
"Buat satu tanda dulu ya sayang.", nakal Yoochun. Ia menghisap leher Junsu sampai merah.
"Aish. Ini merah sekali. Kau ini.", ujar Junsu yang melihat dikaca spion depan terdapat tanda merah menyala jelas terpampang di kulit lehernya yang putih mulus.
"Hehehe. Nanti juga hilang.", santai Yoochun tertawa kecil. Lalu menjalankan kembali mobilnya.
.....
Kyuhyun sedang duduk di tepi kolam renang sambil membaca majalah. Ia menemani Changmin yang sedang berenang. Tiba-tiba Changmin muncul tepat di hadapan Kyuhyun. Membuat ia begitu terkejut.
"Ish mengagetkanku saja.", eluh Kyuhyun kesal.
"Maaf bibi.", sesal Changmin. Ia meletakan wajahnya di paha Kyuhyun yang kini hanya menggunakan tangtop dan hotpants.
"Wajahmu jangan memelas begitu. Aku tidak marah kok.", tegur Kyuhyun tersenyum lebar.
"Yang benar? Senangnya punya bibi sepertimu.", riang Changmin memeluk kaki Kyuhyun yang ada air.
"Gombal. Sayangku tumben bisa gombal. Hehe.", ledek Kyuhyun gemas.
"Ah payah. Aku tidak gombal.", kesal Changmin. Kyuhyun mencibir tidak percaya.
"Iya apa katamu.", goda Kyuhyun. "Ini minummu.", Kyuhyun menyodorkan segelas orange juice. Changmin meminumnya.
"Terimakasih bibiku.", ucap Changmin. "Bi, berenang yuuk.", ajak Changmin.
"Aku tidak bawa baju renang sayang. Aku melihatmu saja ya.", tolak Kyuhyun halus. Changmin tersenyum nakal. Ia menarik pinggang Kyuhyun dan membuat Kyuhyun jatuh ke dalam kolam. "Sayang, aku tidak bawa baju lagi.", kesal Kyuhyun. Ia memajukan bibirnya.
"Kan bisa pakai bajuku. Lagipula kan nanti kau pulang naik mobil. Jadi tidak perlu pusing.", ngeyel Changmin. Dia senang karena Kyuhyun jadi manja.
"Pakaian dalamku? Bagaimana? Kan basah. Sayang ah.", kesal Kyuhyun. Changmin tersenyum lebar. Ia tidak memikirkan itu.
"Hehehe. Aku lupa tidak memikirkan. Tapi sudah terlanjur basah bi. Kita berenang saja ya. Jangan merengut seperti itu.", rajuk Changmin memainkan pipi Kyuhyun agar tidak di tekuk terus.
"Tidak mood. Aku mau digendong.", Kyuhyun membalikan tubuh Changmin dan naik dipunggungnya. "Kau menyebalkan, aku kesal.", umpat Kyuhyun.
"Kesal tapi minta digendong. Membuatku jadi tidak bisa berenang.", sindir Changmin geli.
"Jadi tidak mau gendong aku. Yasudah.", marah Kyuhyun turun dari gendongan Changmin. Herannya Changmin jadi senang.
"Asik bibiku manja. Sini aku gendong. Tapi gendong depan ya.", goda Changmin. Kyuhyun tertawa geli. Sambil membuka kedua tangannya memeluk Changmin.
.....
"Hahaha. Kau liat tidak foto Yunho? Lucu sekali. Ya tuhan, tidak menyangka Yunho seperti itu.", rumpi beberapa murid. Yunho yang baru datang sedikit mendengar pembicaraan mereka.
"Maksud kalian apa?", tanya Yunho kesal. Para murid sedikit ketakutan.
"I..tu..", gugup salah satu siswa.
"Oh ini.", kesal Yunho yang sudah tau jawabannya. Ia meremas kertas bergambarkan fotonya yang seperti badut.
"Honey, mau cari gara-gara denganku.", kesal Yunho. Ia mengepalkan tangannya. Ia segera menuju kelas Jaejoong.
"Yaa maksudmu apa?", marah Yunho tepat di depan wajah Jaejoong.
"Datang-datang marah. Sudah liat ya bun? Lucu kan?", kata Jaejoong santai menahan tawa.
"Kau ini, kau ingin membuat imejku hancur. Kau ini menyebalkan.", geram Yunho. Ia gemas sekali pada Jaejoong.
"Itu kan lucu bun. Lagipula, itu pembalasan dendamku padamu. Kau ingat dulu juga kau pernah berbuat yang sama padaku. Bahkan lebih kejam. Membuatku malu.", sinis Jaejoong. Ia berdiri dan menantang Yunho dengan keduanya yang memicingkan mata.
Yunho menarik pinggang Jaejoong, mendekapnya erat.
"Jadi ini caramu balas dendam? Bagus sekali.", dingin Yunho. "Mau lihat balasanku.", Yunho mendekatkan wajahnya pada Jaejoong, sedangkan Jaejoong semakin menjauhkan wajahnya. Jaejoong kini dalam ketakutan. Karena Yunho menyeramkan. Yunho tersenyum licik.
"Takut kan? Makanya jangan coba-coba cari gara-gara denganku.", senang Yunho melepaskan Jaejoong. Akhirnya Jaejoong segera mengambil nafas leganya dari ketakutannya. Yunho kembali tersenyum licik dan pergi meninggalkan Jaejoong.
........




















Love is Enemy.. Part 33..


"APA? Kim Junsu apa yang kau katakan?", dalam amarah Yunho mengguncang-guncang tubuh Junsu.
"Yaa, jangan kasar seperti itu.", marah Yoochun. Ia melepaskan jeratan Yunho pada tubuh kekasihnya itu. Junsu menarik Yoochun.
"Sayang kau harus mengerti.", bela Junsu yang melihat Yoochun dalam amarahnya.
"Yunho, memang adanya seperti itu. Jaejoong sekarang disini, karena ada yang menyerempetnya. Saat kami mau pulang tadi.", jelas Junsu. Kini Jaejoong berada di rumah sakit. Tubuhnya lecet-lecet, untungnya hanya lecet-lecet ringan.

-Flashback-

Jaejoong dan A5 yang lain sedang bercanda gurau saat keluar dari mal.
"Aku sedang tidak mood belanja. Barangnya bad class semua. Malas.", ujar Jaejoong yang memang hanya menenteng satu tas karton belanja.
"Hahaha. Baby, baby. Baby antarkan aku pulang ya. Onew payah, dia ada latihan biola sore ini.", rajuk Key memelas.
"Tidak ikut mobilku?", tanya Heechul. Key menggeleng.
"Kau kalau bawa mobil lelet. Kapan aku sampainya? Kecuali aku yang bawa? Aku mau.", ledek Key mencibir.
"Tidak akan aku biarkan mobilku, dibawa olehmu. Kau dan Jaejoong sama saja. Ratu ngebut.", sinis Heechul. Junsu dan Kyuhyun tertawa. Sedangkan Key dan Jaejoong sedikit merengut.
"Yasudah aku ambil mobil dulu.", pamit Jaejoong. Ia berjalan menuju mobilnya.
"Ah Changmin sudah datang. Aku pulang duluan ya.", pamit Kyuhyun menyusul.
"Byebye baby.", saut Key. Kyuhyunpun masuk ke dalam mobil Changmin.
"Chunnie lama sekali.", gerutu Junsu karena Yoochun belum juga muncul di hadapannya.

Ciiiitttt
Suara rem mobil berdecit.

Duuuggg
Suara benda keras menghantam benda lain.

"JAEJOOONNGG.", teriak Heechul kaget. Saat Jaejoong sedang mencari kunci mobilnya dari arah kanan ada mobil yang mengebut di lahan parkir. Yang sepertinya memang sudah mengincar Jaejoong. Ia menyerempet Jaejoong, hingga Jaejoong terjatuh di tanah.

-End of Flashback-

Yunho langsung masuk ke kamar rawat Jaejoong dalam amarah. Jaejoong yang sedang meringis saat diobati oleh perawat jadi terkejut.
"Apa kau tidak bisa melihat saat berjalan. Hah. Kalau celaka begini. Siapa yang kau buat khawatir. Aku kan?", bentak Yunho. Jaejoong mengerenyitkan keningnya.
"Yaa, memangnya aku mau begini. Kenapa kau jadi marah-marah padaku. Aku juga tidak minta kau mengkhawatirkanku.", bentak Jaejoong tak kalah. Ia kesal karena Yunho marah-marah padanya. "Lagipula, aku jalan lihat-lihat. Memangnya aku bodoh apa. Yang bodoh pengemudi mobil itu. Sudah tau di lahan parkir, masih saja mengebut. Sekarang kau masih mau salahkan aku?", marah Jaejoong dengan nada tinggi. Ia mendengus kesal. Bukannya ditanya keadaan, tapi Yunho malah langsung memarahinya. Perawat yang menangani hanya memandang heran, dengan dua orang yang kini dalam perang mulut.
Pintu terbuka dari luar, Heechul masuk bersama Key.
"Yaa kenapa jadi bertengkar. Jaejoong benar-benar ada di sisi depan mobilnya saat mobil itu menyerempetnya. Jadi yang salah adalah pengemudi mobil itu.", bela Heechul yang mengetahui benar kronologis kejadiannya.
"Aku tau. Cuma aku kesal karena khawatir. Iya maafkan aku. Kalian ini.", akhirnya Yunho mengalah. Tapi di otaknya, ia memikirkan sesuatu.
.....
Mr. Jung sedang bersantai di sofa singasananya. Membulak-balikan koran yang sedang ia baca. Sesekali menengguk kopi yang ada di depannya.
"Pulang sampai malam begini? Habis darimana?", tegur Mr. Jung pada Yunho yang baru saja pulang. Yunho dengan tampang kusut dan memuakkan menatap tajam appanya.
"Ckckck. Apa anak buahmu tidak melaporkan, kalau tugasnya telah dilaksanakan. Hah?", sindir Yunho dingin.
"Ternyata kau pintar juga Jung Yunho. Apa itu sudah cukup untuk memperingatkanmu?", kata Mr. Jung angkuh. Ia bangkit dari duduknya. Dan menghampiri Yunho. "Dia tidak apa-apa kan? Apa lukanya parah?", tanya Mr. Jung dengan tawa meledek. Yunho menggeram, ia mengepalkan tangannya.
"Dia baik-baik saja. Dan selama ada aku, dia akan tetap baik-baik saja. Walaupun bajingan yang malah menyebut orang lain bajingan, berusaha menyelakainya. Dia akan baik-baik saja.", saut Yunho tenang. Ia tersenyum pada Mr. Jung. "Kau lupa, darahmu mengalir di tubuhku? Yang akan kau lakukan padanya bisa aku lakukan padamu lebih dulu. Selamat malam Tuan Jung.", dingin Yunho. Ia menepuk pundak Mr. Jung sebelum naik ke kamarnya.
.....
Mrs. Jung yang sedaritadi melihat perang dingin antara ayah dan anak, segera menghampiri Yunho di kamar.
"Yun, kau kasar sekali pada appamu.", tegur Mrs. Jung.
"Umma, biarkan saja. Tidak ada yang bisa main-main dengan Jung Yunho.", kata Yunho dengan senyum tersungging.
"Sebegitu dendamnya kau pada appamu?", lirih Mrs. Jung. Yunho kembali tersenyum dan menghampiri Mrs. Jung.
"Dulu tidak umma. Tapi sekarang iya. Maaf umma. Tapi aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh kekasihku.", mantap Yunho lalu terdiam. "Jika umma mau membenciku tidak apa. Aku tau umma sangat mencintai appa. Aku minta maaf umma, jika suatu hari aku menyakiti suamimu. Karena dia menyakiti kekasihku.", kata Yunho menangis memeluk ibunya.
"Tapi dia appamu.", cegah Mrs. Jung sedemikian rupa.
"Seharusnya umma. Tapi selama aku hidup tidak pernah sekalipun dia menyentuhku. Jadi anggap saja aku tidak punya appa.", saut Yunho. Ia menghapus air matanya. "Sudahlah umma, aku ingin menelepon calon menantumu. Jika umma bertemu dengannya, pasti umma mengerti mengapa aku mencintainya.", riang Yunho tiba-tiba. Dengan mengingat Jaejoong, suasana hatinya akan menjadi begitu senang.
"Baik, umma tidak akan mengganggumu.", goda Mrs. Jung. Lalu keluar kamar Yunho dengan perasaan yang tidak pasti.
.....









Love is Enemy.. Part 34..


Yunho melihat Jaejoong di ruang kesehatan, saat ia tidak sengaja lewat. Karena ia tidak tau apa-apa, ia masuk tergesa-gesa.
"Kim Jaejoong. Kau kenapa lagi?", tanyanya sangat panik terlihat dari raut wajahnya.
"Tidak. Aku hanya ingin mengganti perbanku. Aku tidak ingin lukakaku membekas, jika perbanku kotor.", jelas Jaejoong. Yunho mengambil nafas leganya. Ia menyeret kursi yang ada di dekat tempat tidur. Dan diletakan di hadapan Jaejoong.
"Apa mau aku bantu?", tawar Yunho. Jaejoong menggeleng.
"Tidak usah. Biarkan aku, untuk tidak manja.", tolak Jaejoong sinis.
"Sinis sekali.", sindir Yunho.
"Aku masih kesal padamu.", saut Jaejoong singkat.
"Bisakah tidak cari ribut denganku sebentar?", kesal Yunho sedikit bernada tinggi.
"Ish, kau mau marah padaku.", kesal Jaejoong.
"Sebenarnya tidak, tapi kau memancingku untuk marah.", jelas Yunho membara. Ia menatap tajam Jaejoong.
"Yasudah marah saja.", kukuh Jaejoong. Yunho berdecak kesal, ia lebih baik memutuskan pergi.
"Jung Yunho. Kenapa pergi? Biasanya kau meladeniku bertengkar.", sergah Jaejoong heran. Membuat Yunho menghentikan langkahnya.
"Aku sedang tidak berselera bertengkar. Jadi maumu bertengkar denganku atau aku tetap disini?", dingin Yunho. Jaejoong jadi malu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Emmmm. Disini saja menemaniku.", saut Jaejoong. Yunho tertawa geli.
"Honeyku mau manja saja gengsi. Dasar.", ledek Yunho. Jaejoong kesal.
"Ka..", kata-kata Jaejoong terputus.
"Cari ribut lagi denganku, aku pergi.", potong Yunho. Jaejoong jadi merengut kesal dalam hati.
"Iya tidak.", ngalah Jaejoong. Yunho tersenyum lalu meraih tangan Jaejoong.

Cuuuppp
Yunho mengecup luka di siku Jaejoong.

Cuuuppp
Yunho mengecup luka di telapak tangan Jaejoong.
"Kau ini, apa yang kau lakukan?", heran Jaejoong.
"Biar cepat sembuh honey. Ini obat paling ampuh.", gombal Yunho. Jaejoong menahan tawa.
"Bunny yang gila.", ledek Jaejoong. Yunho hanya tertawa.
"Kalau aku gila, kau lebih gila. Karena mencintai orang gila.", Yunho mengacak-acak rambut Jaejoong.
"Siapa yang mencintaimu. Week.", Jaejoong menjulurkan lidah.
"Huh. Aku benci padamu Kim Jaejoong.", kesal Yunho merengut.

Cuuuppp
Kecupan di pipi Yunho, Jaejoong lansung turun dari tempat tidur.
"Memangnya aku pikirkan. Dah orang gila.", goda Jaejoong. Ia langsung berlari meninggalkan ruang kesehatan dengan Yunho yang masih tersenyum-senyum sendiri memegang pipinya.
"Kim Jaejoong tunggu aku.", teriak Yunho yang segera pergi menyusul Jaejoong.
.....
Sejak dulu Mr. Jung, tidak pernah bisa lepas dari Mrs. Kim. Hatinya hanya ada Mrs. Kim. Ia terlalu rapat menutup pintu hatinya, kecuali untuk Mrs. Kim. Terkadang ia akan menjadi penguntit yang handal untuk mengikuti setiap langkah Mrs. Kim. Disaat ia begitu merindukan kekasih hatinya itu.
"Kau tetap cantik Hyung Mi.", puji Mr. Jung dalam mobil, melihat Mrs. Kim hendak kembali ke mobilnya setelah meeting di sebuah restaurant.
Mrs. Kim tertahan masuk mobil karena supirnya entah berada dimana. Ia memutuskan kembali ke dalam restaurant.
"Hyung Mi.", panggil seorang pria. Membuat dia menoleh mencari suara. Betapa terkejut bukan main, saat mengetahui sosok itu.
"Min Woo?", kaget Mrs. Kim. Sosok itu adalah Mr. jung yang memberanikan diri menyapa Mrs. Kim lagi setelah dua puluh tahun yang menyiksanya.
"Apa kabar?", basa-basi Mr. Jung. Mrs. Kim memandang sangsi.

Mr. Jung dan Mrs. Kim kini berada di restaurant tadi. Mereka duduk dalam satu meja yang sama.
"Anakmu tampan.", puji Mrs. Kim untuk memulai pembicaraan yang canggung.
"Iya mungkin. Kau masih secantik dulu Hyung Mi.", timpal Mr. Jung. Terpancar kebahagiaan dari wajahnya. Tidak muncul sosok keras dan kejam yang dua puluh tahun ini menyertainya.
"Min Woo, maafkan aku. Aku salah. Tapi kau mengerti cintaku padanya yang melakukan itu.", sesal Mrs. Kim. Mrs. Jung tersenyum miris.
"Apakah terlalu besar? Sehingga kau meninggalkanku?", lirih Mr. Jung. Mrs. Kim tampak gugup.
"Maaf. Tapi kurasa kau tau jawabanku.", ujar Mrs. Kim. Mr. Jung tertawa.
"Dan karena kau mencintainya terlalu besar. Karena itu pula, aku membencinya teramat besar.", geram Mr. Jung. Mrs. Kim tersenyum miris.

Drrrrtt
Ponsel Mrs. Kim bergetar.
"Maaf sebentar.", ijin Mrs. Kim pada Mr. Jung. Iapun segera mengangkatnya.
"Kenapa Jaejoonggie?", tanya Mrs. Kim pada si penelepon yang tak lain adalah Jaejoong.
"Umma, bekas lukaku berdarah. Bagaimana?", manja Jaejoong. Mrs. Kim langsung panik.
"Apa? Kau minta tolong bersihkan dulu, dengan pelayan. Umma segera pulang ya sayang.", kata Mrs. Kim. Mr. Jung menatap penuh arti.
"Tapi aku tidak dirumah. Aku sedang bersama Yunho. Tapi Yunho sedang di kamar mandi. Ummaaaa.", rengek Jaejoong. Mrs. Kim melirik Mr. Jung.
"Kau bersihkan dulu dengan sapu tangan. Nanti kau minta antarkan Yunho ke rumah sakit. Umma akan ke rumah sakit.", nasihat Mrs. Kim berbisik. Lalu mematikan ponselnya, saat Jaejoong menyaut iya.
"Yunho? Anaknya sedang bersama anakku?", geram Mr. Jung dalam hati. "Ada apa?", tanya Mr. Jung setelahnya, berpura-pura tenang.
"Anakku membutuhkanku.", saut Mrs. Kim wajahnya cemas.
"Memangnya ada apa dengan anakmu?", tanya Mr. Jung lagi.
"Kemarin dia kecelakaan. Dan sekarang lukanya kembali berdarah. Aku permisi Min.", Mrs. Kim pergi terburu-buru. Sementara Mr. Jung, hanya menelan ludah mendengar penjelasan Mr. Kim.
"Kenapa anakku harus bersama anakmu. Sedangkan aku membenci appanya. Namun, kau begitu menyayangi anakmu. Kalau kau tau itu ulahku pasti kau sangat membenciku.", gumam Mr. Jung, ia memijat keningnya karena rasa pusing akan pikirannya.















Love is Enemy.. Part 35..


Jaejoong tertidur di dalam mobil. Yunho terus tersenyum melihat Jaejoong begitu manis bersandar pada sandaran jok tetap tersenyum walau sedang tidur. Yunho mengecup puncak kepala Jaejoong, sesekali membelainya lembut.
"Maafkan aku.", lirih Yunho menggenggam erat tangan Jaejoong. "Haruskah aku ceritakan semuanya padamu? Sekarang ini saja aku tidak yakin kalau kau mencintaiku. Kalau aku ceritakan apa kau tetap bersamaku? Kim Jaejoong, apa aku sama saja seperti kekasih-kekasihmu yang dulu?", perkataannya mengiris hatinya sendiri. Entah Mr. Jung bahkan Jaejoong, sama sekali tidak pernah mengatakan satu kata yang begitu sempurna dimatanya, yaitu 'cinta'. Padahal mereka dua orang diantara tiga orang yang paling Yunho cintai di dunia ini. Air matanya sedikit jatuh, air mata yang selama sepuluh tahun ini tidak pernah ia keluarkan. Karena hatinya ia tutup rapat-rapat dari keras hatinya. Ia segera menghapus air matanya. Ia jauhkan semua pikiran macam-macamnya tentang Jaejoong padanya. Ia kembali tersenyum melihat gadisnya tidur dengan pulasnya.
"Aku mencintaimu gadisku.", ujar Yunho lagi, ia mengecup punggung tangan Jaejoong.
.....
"Hooaamm.", Yoochun bangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding.
"Astaga aku telat. Huah, jemput Junsu. Aish, aku harus mandi. Ah tidak cukup. Bisa marah Junsu kalau begini. Tidak usah mandi. Seragamku, aduh seragamku mana?", ribut Yoochun yang sibuk karena ia telat bangun, sementara ia harus menjemput Junsu sebelum sekolah. Yoochun segera memakai seragam sekolahnya. Tanpa mandi hanya sikat gigi yang asal-asalan. Ia menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya lalu segera berangkat. Saat membuka pintu, Junsu sudah di depan kamarnya dengan tangan yang berlipat di dada.
"Sayang.", kaget Yoochun.
"Aku sudah tau kau akan telat. Jadi aku yang menjemputmu. Sekarang kau ada waktu untuk mandi. Cepat mandi.", Junsu mendorong Yoochun ke kamar mandi. Ia sudah tau, kalau tadi malam Yoochun habis berpesta di club malam. Dan yang lebih ia tau lagi, Yoochun menggoda seorang gadis disana.
Yoochun keluar kamar mandi, ia melihat Junsu sedang tidur-tiduran membaca sebuah majalah. Yoochun langsung tidur disamping Junsu. Namun matanya langsung terbelalak.
"Sayang.", Yoochun merebut majalah pria dewasa yang dibaca Junsu.
"Huft, seksi-seksi ya sayang.", sindir Junsu. Yoochun salah tingkah.
"Jangan menyindirku seperti itu. Mereka tidak seksi sayang. Ayo kita berangkat saja.", ajak Yoochun yang jadi bingung sendiri.
"Oh gitu, kalau gadis yang tadi malam bagaimana? Seksi tidak?", sindir Junsu dalam cemburunya.
"Gadis apa sih? Aku tidak mengerti. Ayo kita berangkat saja, nanti telat. Sayangku.", rajuk Yoochun dengan manja. Ia memeluk Junsu.
"Sekali lagi kau menggoda gadis seperti tadi malam, aku akhiri hubungan kita.", ancam Junsu yang memicingkan mata pada Yoochun.
"Iya maaf, tadi malam hanya iseng. Aku kan sudah punya gadis yang aku mau.", goda Yoochun. Ia mencium Junsu sebagai sarapan paginya. Junsu tersenyum terpaksa.
"Aku akan memaafkanmu, jika kau mau menceritakan ada apa dengan Yunho. Sepertinya ia menyembunyikan sesuatu dari Jaejoong.", kata Junsu. Selama ini ia adalah orang yang paling peka terhadap sekitarnya. Yoochun tersenyum kecil.
"Kalau soal itu, aku tidak bisa menceritakannya. Yunho melarangku. Maaf sayang.", bingung Yoochun yang serba salah.
"Jadi kau lebih takut pada Yunho dibanding aku.", kesal Junsu.
"Pasti kau lebih menyeramkan. Hehe. Tapi ini soal kepercayaan. Jika aku tanya rahasia Jaejoong yang benar-benar secret apa kau akan menceritakannya padaku?", bujuk Yoochun dengan alasan yang masuk akal. Junsu tersenyum, ia mengerti maksud Yoochun. Tapi, ia akan tetap mencari tau sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Yasudah, ayo kita berangkat. Ini kunci mobilku, pakai mobilku ya sayang.", santai Junsu. Yoochun tersenyum penuh arti. Ia merangkul Junsu keluar kamarnya dengan mesra.
.....
Yunho hanya duduk di kursinya. Ia menahan sakitnya perasaan, saat appanya menamparnya tadi pagi.

-Flashback-

"Jung Yunho, aku benar-benar memintamu menjauhi gadis itu. Kau tau, ia mengingatkanku akan kebencianku.", pinta Mr. Jung dengan nada tinggi.
"Tidak akan Tuan Jung. Peduli apa dengan perasaanmu. Itu bukan urusanku.", ketus Yunho memuakan seraya beranjak pergi dari hadapan Mr. Jung. Tapi....

PLAAAKKK
Tamparan keras dari Mr. Jung tepat di pipi Yunho. Yunho menyentuh pipinya yang panas.
"Berani-beraninya kau bicara seperti itu Jung Yunho.", marah Mr. Jung. Namun, Yunho malah tersenyum, ia membungkukan badannya berulang kali. Mr. Jung heran dengan tingkah Yunho.
"Terimakasih appa. Tamparan ini tidak akan pernah aku lupakan. Paling tidak kau pernah merasakan bagaimana menyentuh anak kandungmu ini walau hanya sesaat. Sekali lagi aku benar-benar berterima kasih padamu appa. Aku permisi, aku harus sekolah, sudah telat. Annyeong appa.", pamit Yunho bertutur begitu sopan. Tidak pernah sebelumnya ia sesopan itu pada Mr. Jung.

-End of Flashback-

Di saat Yunho menahan sakitnya perasaan. Namun, tiba-tiba ia menyunggingkan senyum bahagianya.
"Yaa kau kenapa Yun? Seperti orang gila.", tegur Changmin yang heran melihat Yunho.
"Enak saja, kau yang gila. Aku sedang senang Min. Tadi pagi appa menamparku. Akhirnya aku bisa merasakan sentuhan tangan appa untuk pertama kalinya. Hari ini aku akan mentraktirmu apa saja.", jelas Yunho begitu senang. Walaupun itu sebuah tamparan yang menyakitkan. Tapi itu sangat berharga untuknya. Sentuhan dari seorang appa yang selalu ia rindukan. Changmin yang mendengarnya tersenyum senang dan juga sedih akan Yunho.
..

No comments:

Post a Comment