Saturday, May 29, 2010

Fan Fiction.. Jaejoong Sarap...

Ahnka menyeruput jusnya sambil menunggu Jaejoong, kekasihnya yang sangat tampan.
"Bebe, bebe, bebe.", mulutnya meracau tidak jelas. Sesekali tersenyum mengingat BEBEnya itu. Sesosok pria menghampirinya dan langsung menyeruput jus miliknya.
"Kau ini kebiasaan, kenapa tidak beli send...", omel Ahnka kesal.

CUUPPP
Sebuah ciuman didaratkan di bibirnya sehingga menghentikan omongannya.

-Jae POV-

Dia cerewet sekali, aku kecup saja bibirnya biar diam sejenak. Tapi aku yakin dia akan semakin cerewet habis ini.
"Kau ini, ini kantin, ramai. Main cium saja. Orang-orang melihat kita.", kesalnya dengan mata yang melirik-lirik ke sekitar. Memang sebagian besar melihat ke arah kami. Tapi aku tidak peduli.
"Jadi kalau sepi, aku boleh menciummu.", godaku nakal dengan alis yang kumainkan.
"BEBEEE.", bentaknya manja.
"Apa bubu sayang?", godaku lagi. Ia mengerucutkan bibirnya kesal.
Aku jadi ingin menciumnya.
"Ikut aku.", aku menarik tangannya dan membawanya ke gudang sekolah yang sepi, tepatnya hanya kami berdua.
"Mau apa bawa aku kesini?", selidiknya.

-Author POV-

Ahnka menangkap gelagat mesum Jaejoong.
"Pasti dia ingin menciumku.", tebak Ahnka dalam hati.
"Sekarang sudah sepi, jadi aku bisa menciummu kan?", tanya Jaejoong sambil memeluk pinggang Ahnka.
"Singkirkan kemesumanmu itu. Tidak mau.", tolak Ahnka mentah-mentah.
"Jahat sekali aku kau bilang mesum. Sekali saja. Yah.", rajuk manja Jaejoong.
"Tadi kan sudah.", Ahnka tetap kukuh.
"Tadi kan mengecup, kalau sekarang benar-benar mencium. Yah.", rajuk Jaejoong manja, ia makin memeluk Ahnka.
"Tidak mau. Jangan har...", omel Ahnka namun terpotong karena Jaejoong sudah lebih dulu melumat bibirnya.
"Ah dia ini, kalau sudah ingin. Pasti seperti ini.", umpat Ahnka dalam hati. Dan membiarkan Jaejoong melaksanakan keinginannya. Jaejoong menyapu bibir bawah Ahnka lembut dengan bibirnya. Namun Ahnka hanya diam.
"Aish, kenapa dia tidak membalasku. Mana enak ciuman satu arah seperti ini.", kesal Jaejoong dalam hati. Ia semakin melumat bibir Ahnka dan mulai memainkan lidahnya didalam mulut Ahnka. Namun Ahnka hanya menahan tawa, ia tau Jaejoong sedang ingin membuatnya juga berhasrat. Namun hasilnya nihil, ia tetap diam. Jaejoong kesal ia melepas ciumannya dengan kasar.
"Kenapa tidak membalasku seperti biasa?", protesnya.
"Kau kan bilang ingin menciumku, bukan berciuman. Jadi untuk apa aku balas. Hahaha.", Ahnka senang melihat Jaejoong kesal, dan pergi meninggalkan Jaejoong yang masih mengumpat.





THE END





Jaejoong Sarap 2...

Pagi-pagi sekali, Ahnka sudah pergi ke sekolah. Belum ada murid satupun yang datang, saat ia masuk kelas. Tak lama, Jaejoong masuk kelasnya dengan setangkai mawar ungu.*ada jg ga mawar ungu*
"Pagi bubu.", sapa Jaejoong dengan menyodorkan bunga ditangannya.
"Mawar ungu, tau saja bunga kesukaanku. Gomawo bebeku yang tampan.", Ahnka tampak riang, lalu mencium pipi Jaejoong.
"Yang ini tidak?", goda Jaejoong sambil memegang bibirnya dengan telunjuknya.
"Kau ini, nanti kalau ada yang masuk bagaimana? Babo.", kata Ahnka manja sambil memukul pelan kepala Jaejoong.

-Jae POV-

"Pura-pura, bilang saja mau.", dumelku dalam hati. Mendengar penolakannya, aku berlari ke pintu kelas, menguncinya dari dalam dan dalam sekejap aku duduk lagi dihadapannya.
"Selesai, apalagi alasanmu? Lagipula, sekarang ini masih sangat pagi. Tidak akan ada yang datang.", kataku kesal. Sepertinya dia kehabisan akal. KIM JAEJOONG akan mempunyai 1001 akal untuk mendapatkan CHOI AHNKA.
"Hiuh. Kecup saja ya?", tawarnya terpaksa.
"Oke setuju! Tapi yang lama.", kataku menang.
Ia mengecup bibirku, tidak lama aku melumat kasar bibir bawahnya. Ia mendengus, dan mendorongku.
"Aku bilang kan hanya kecup, kenapa kau melumatku.", kesalnya.
"Kan, kau yang mengecup. Kau tidak bilang aku tidak boleh menggigit. Sudah lanjutkan.", kataku sedikit mengeyel.
"Tidak mau.", ia membalikan badannya.
"Kau mau aku marah ya bu?", ancamku dengan pelan.
"Tidak peduli, kau marah juga.", ketusnya.
"Benar? Yasudah.", kesalku menggebrak meja, lalu bangkit dari tempat duduk. Ia menarik tanganku.
"Jangan marah, kau kalau marah kejam.", rayunya.
"Itu kau tau? Kalau aku marah, kau harus apa.", kataku merasa menang.
"Iya, menuruti semua keinginanmu. Agar kau tidak marah lagi, dan itupun belum tentu kau berhenti marah padaku.", jelasnya tepat sekali.
"Sekarang kecup aku lagi.", suruhku.
"Kecupan tanpa gigit. Okeh.", tawarnya.
"Iya.", kataku sok jual mahal. Ia mengecupku lagi, saatnya lidahku bermain. Aku jelajahi semuanya. Ia mendorong kasar tubuhku lagi.
"Ku bilang hanya kecup.", bentaknya kesal. Aku tersenyum.
"Kecup tanpa gigit, kau tidak bilang lidahku tidak boleh bermain.", kataku puas.
"Sudahlah, terserah katamu.", katanya kesal. Ia sepertinya benar-benar marah.
"Iya sudah, aku tidak memintanya lagi. Jangan marah.", bujukku. Sebenarnya, ia akan lebih kejam dibandingkan aku kalau sedang marah.
"Pergi sana, kembali ke kelasmu.", usirnya.
"Jangan marah ya.", bujukku lagi lalu pergi ke kelasku.



THE END

No comments:

Post a Comment