Saturday, May 29, 2010

Fan Fiction.. Love is Enemy.. Part 41-45 with Epilog..

Love is Enemy.. Part 41..


Key heboh dia bercerita tentangnya yang dimarahi Onew.
"Iya, aku dibentak sama Onewku, padahalkan aku cuma mengejutkannya. Tadi aku menangis.", cerita Key yang sedikit berlebihan. Heechul yang sedikit cepat naik darah langsung kesal.
"Berani-beraninya membentak baby manis kita. Huh. Onew, lihat nanti. Habis olehku.", kesal Heechul.
"Yaa Baby. Jangan marah sama Onewku. Dia tidak marah padaku kok. Tadi aku sudah memeluk Onewku. Hehe.", larang Key cengengesan.
"Kalau begitu ngapain cerita.", gemas Heechul. Key tersenyum lebar.
"Hanya mau bilang saja. Kan jarang-jarang aku dibentak Onewku.", jawab polos Key. Heechul mengelus dadanya gemas, ingin sekali melempar gadis di hadapannya ke samudera atlantik. Junsu hanya tertawa melihat tingkah keduanya. Sedangkan pikiran Jaejoong menerawang jauh pada Yunho.
"Dia suka makananku tidak ya? Itu kan masakan pertamaku.", gumam Jaejoong dalam hati.
....
Yunho membuka kotak makan yang diberikan Jaejoong.
"Makanan apa ini?", Yunho bingung dengan bentuk dan jenis makanan yang dibuat Jaejoong, terlihat abstrak dan sepertinya tidak enak. Yunho tampak ragu untuk memakannya, tapi karena ini buatan Jaejoong, dia penasaran juga.
"ENAAAK.", teriak Yunho. Walaupun bentuknya meragukan, tapi rasanya benar-benar enak. Dengan lahap ia memakan makanan itu. Tak lama, Changmin dan Yoochun muncul.
"Wah makanan. Minta dong.", jiwa rakus Changmin berkobar.
"Tidak. Ini punyaku. Ini masakan Jaejoongku. Jadi punyaku.", sergah Yunho. Ia memukul tangan Changmin yang terjulur hendak mencuri makanannya.
"Pelit sekali. Aku kan mau merasakan.", melas Changmin. Yoochun memukul kepala Changmin.
"Kau seperti tidak tau. Masakan ini buatan kekasihnya. Pasti tidak akan dikasih.", kata Yoochun, Changmin memajukan bibirnya.
"Enak sekali punya kekasih seperti Jaejoong. Aku tidak pernah dibuatkan makanan oleh Kyuku. Jadi iri.", lirih Changmin. Kyuhyun yang mendengarnya di ambang pintu jadi tersindir.
"Memangnya aku tidak bisa seperti Jaejoong. Aku bisa.", kesal Kyuhyun dalam hati. Ia masuk ke kelas dengan kesal pada Changmin.
"Kyuku.", senang Changmin melihat Kyuhyun datang. Ia memeluk Kyuhyun, tapi di tepisnya.
"Jangan memelukku.", ketus Kyuhyun. Changmin heran dengan tingkah kekasihnya.
"Kenapa?", heran Changmin.
"Tidak tau. Pikir saja sendiri. Huft.", Kyuhyun memalingkan wajahnya.
"Sepertinya dia mendengar perkataanmu tadi Min.", beritahu Yoochun. Changmin menautkan alisnya.
"Memang semua orang ingin punya kekasih seperti Jaejoong. Aku bukan kekasih yang baik. Sudah sana jangan mendekatiku. Aku kan tidak pernah membuatkanmu makanan.", sindir Kyuhyun yang dalam cemburu.
"Aku tidak ikut campur. Dah.", ledek Yoochun yang pergi keluar kelas. Yunho tertawa.
"Aku mau menghabiskan makananku saja di luar.", Yunho menyusul Yoochun meninggalkan kelas.
"Yaa kalian bantu aku.", teriak Changmin. Kyuhyun mendengus. "Sayang, jangan marah. Sayang.", rajuk Changmin. Menusuk-nusuk pipi Kyuhyun.
"Tidak peduli.", kukuh Kyuhyun.
"Kyuku. Nanti aku temani belanja sepuasmu. Jangan marah.", bujuk Changmin lagi. Kyuhyun menggeleng.
"Maunya apa?", tanya Changmin.
"Kalau kau tidak suka punya kekasih sepertiku. Bilang padaku. Jangan membandingkan aku dengan orang lain.", saut Kyuhyun. Changmin tersenyum.
"Cemburu sepertinya. Aku minta maaf sayang. Janji tidak seperti tadi.", ikrar Changmin. Kyuhyun tersenyum dan memeluk Changmin.
"Janji ya.", tekan Kyuhyun.
"Janji.", saut Changmin.
....
Mr. Jung teringat lagi perkataan Mrs. Kim. Ia tidak sanggup melihat air mata jatuh dari matanya. Disaat itu pula Mrs. Jung masuk ke dalam kamar.
"Kau belum tidur. Aku kira sudah tidur. Maaf mengganggumu.", kata Mrs. Jung. Ia tersenyum dan beranjak keluar kembali dari kamar tidurnya. Selalu seperti ini, Mrs. Jung baru akan masuk kamar ketika Mr. Jung sudah tidur dan akan keluar kamar pagi-pagi sekali sebelum Mr. Jung bangun. Karena Mr. Jung tidak suka.
"Kau disini saja. Aku akan segera tidur.", kata Mr. Jung, ia mengambil selimut dan memejamkan matanya. Mrs. Jung mendekat pada tempat tidurnya. Dan tidur disamping Mr. Jung. Ia menatap wajah pria di sampingnya, ada air mata yang tertahan dimata Mrs. Jung. Saat merasa Mr. Jung sudah tertidur. Ia mengecup kening Mr. Jung.
"Selamat malam sayang.", lirihnya lalu berbalik badan memunggungi Mr. Jung. Tapi Mr. Jung belum tertidur. Ia menatap punggung istrinya itu. Ada rasa bersalah di benaknya.
....
Setiap hari Jaejoong selalu memberi perhatian pada Yunho. Perhatian yang membuatnya bahagia sekaligus membuatnya heran.
"Kyu, apa kau tau kenapa dengan Jaejoong?", tanya Yunho. Kyuhyun menggeleng.
"Memangnya dia kenapa?", tanya balik Kyuhyun.
"Tidak tau, akhir-akhir ini dia begitu perhatian padaku.", jelas Yunho. Namun sesuatu terbesit dalam pikirannya.
"Apa kau sudah menceritakan tentangku padanya?", tanya Yunho kemudian.
"Iya, bukannya kau sudah mengijinkan.", heran Kyuhyun.
"Apa saja?", wajah Yunho begitu serius.
"Semuanya. Hubungan dengan appamu juga.", jawab Kyuhyun yang masih belum mengerti. Yunho tersenyum.
"Aku mengerti. Terimakasih Kyu.", saut Yunho. "Aku pergi dulu.", pamit Yunho. Ia pergi dari hadapan Kyuhyun. Tujuannya satu menemui Jaejoong.
"Ternyata perhatiannya, karena dia kasihan padaku.", gumam Yunho. Ia berjalan dengan hati yang tergores terlalu dalam.
"Bunny. Ada apa? Wajahmu kenapa seperti itu. Kau sakit?", cemas Jaejoong mendapati wajah Yunho yang memerah di hadapannya. Ia menyentuh kening Yunho, namun ditampik Yunho dengan kasar.
"Kau kenapa? Kenapa kasar sekali?", heran Jaejoong. Yunho tersenyum penuh arti.
....


















Love is Enemy.. Part 42..


Jaejoong menangis luar biasa di dalam kamarnya. Ia tidak sanggup merasakan amarah Yunho saat di sekolah tadi.

-Flashback-

Mata Yunho menyorot tajam. "Aku rasa kau tidak perlu berpura-pura lagi Jaejoong.", ketus Yunho. Jaejoong mengerenyitkan dahi.
"Maksudmu apa bunny?", heran Jaejoong.
"Kau hebat nona Jaejoong. Aku tau, aku memang tidak sepertimu. Aku tidak mempunyai keluarga yang bahagia sepertimu. Aku tidak mempunyai kasih sayang dari seorang appa. Apa karena itu, kau merasa berhak mengkasihaniku. Tidak! Aku tidak butuh belas kasihan darimu. Aku terbiasa hidup seperti ini. Aku tidak butuh perhatian palsumu. KAU TAU ITU.", teriak Yunho. Jaejoong menelan ludahnya dan sedikit mundur dari tempatnya berdiri.
"Aku tidak butuh apapun darimu, jika hanya belas kasihan. Aku lebih baik tidak pernah mendapat perhatianmu. Aku bukan manusia yang harus dikasihani. Kau tau, kalau seperti ini lebih baik. Aku tidak pernah sekalipun membiarkanmu tau tentang kehidupanku.", air mata Yunho jatuh. Jatuh di hadapan gadis yang begitu ia cintai. Rasa sakit begitu menyiksanya.
"Bunny bukan seperti itu. Aku tidak bermaksud.", lirih Jaejoong menggenggam tangan Yunho.
"Sudah cukup. Jangan panggil aku bunny lagi. Aku tau kau tidak suka memanggilku seperti itu. Terimakasih selama ini.", Yunho membungkukan badannya. Ia menghapus air matanya. Lalu pergi dari hadapan Jaejoong. Jaejoong terduduk perlahan. Air matanya mulai mengalir semakin deras.

-End of Flashback-

"Bukan seperti itu bunny.", lirih Jaejoong. Ia menghapus air matanya. Matanya sudah begitu sembab karena tangisan yang tak henti-hentinya.
"Tidak boleh menyerah, Kim Jaejoong.", tekadnya pada diri sendiri.
....
Jaejoong datang ke kelas Yunho dengan senyuman dan kotak makanan di tangannya.
"Pagi bunny.", sapa Jaejoong. Yunho tersenyum dingin. "Ini makanan untukmu.", Jaejoong menyodorkan makanan ke meja Yunho. Yunho menghela nafasnya.
"Min, ini ada makanan. Kau makanlah.", Yunho memberikan kotak makanan itu pada Changmin. Jaejoong membuang nafasnya.
"Tidak. Ini kan punyamu.", tolak Changmin. Jaejoong tersenyum, ia berharap Yunho yang akan memakannya.
"Maaf Jaejoong. Kau bawa saja kembali makananmu.", dingin Yunho. Jaejoong tak patah semangat.
"Ini sudah aku berikan padamu. Jadi ini milikmu.", desak Jaejoong. Yunho tersenyum.
"Baiklah.", saut Yunho.

Pluuukkk
Kotak makanan itu di lempar oleh Yunho ke tempat sampah di dekat pintu.
"Terimakasih ya makanannya.", ucap Yunho dengan senyumnya. Yoochun dan Changmin saling pandang. Tidak menyangka Yunho akan melakukan itu. Jaejoong yang melihat itu hampir mengeluarkan air matanya.
"Sama-sama, semoga kau suka. Kalau begitu aku pergi dulu.", pamit Jaejoong dengan bibir yang bergetar. Ia memaksa senyumnya terkembang. "Besok akan aku bawakan makanan lagi untukmu. Permisi.", selesai berkata Jaejoong langsung berlari. Ia menangis. Yunho sebenarnya tidak tega melihatnya.
Changmin dengan segera mengambil kotak makanan itu dari tempat sampah.
"Kau tega Yun.", tidak percaya Changmin. Yunho hanya mengangkat bahunya tidak peduli.
....
"Baby kau menangis?", tegur Key yang langsung duduk disamping Jaejoong. Jaejoong menghapus air matanya.
"Tidak. Kau tau kan aku adalah Kim Jaejoong. Kim Jaejoong itu gadis yang kuat. Jadi untuk apa aku menangis.", sangkal Jaejoong. Heechul berdecak.
"Lalu itu apa? Kenapa matamu merah dan sembab. Kau tidak bisa berbohong padaku.", kesal Heechul. Jaejoong tersenyum.
"Tadi ada debu yang masuk, jadi perih. Aku tidak menangis kok.", kukuh Jaejoong.
"Yunho kan? Kau ini ada apa dengannya? Kenapa bertengkar? Ceritakan.", kali ini Junsu yang angkat bicara.
"Kalian seperti tidak tau kami. Kami kan sering bertengkar. Tidak ada apa-apa.", bohong Jaejoong. Junsu menghela nafasnya.
"Akan aku cari tau sendiri.", ujar Junsu. Jaejoong hanya tersenyum masam.
....
Jaejoong menunggu Yunho yang sedang latihan basket. Ia duduk di tepi lapangan. Dan di setiap Yunho melihatnya Jaejoong selalu melambaikan tangan dan tersenyum.
"Dia itu.", gumam Yunho yang jadi tidak konsentrasi.
"Semangat bunny.", sorak kecil Jaejoong. Tak lama saatnya istirahat, Jaejoong menghampiri Yunho.
"Kau bau keringat bunny.", ledek Jaejoong. "Ini minum dulu.", Jaejoong menyodorkan botol air mineral pada Yunho. Yunho mengambil nafasnya. Ia mengambil botol air mineral yang Jaejoong sodorkan. Lalu ia menuangkan air mineral itu ke atas kepalanya. Jaejoong sempat kecewa, tapi tidak lama.
"Sudah segar?" tanya Jaejoong. Yunho mengabaikan lalu berjalan ke arah lapangan.
"Bunny aku pulang dulu ya.", teriak Jaejoong. Yunho mengibaskan tangannya isyarat 'pergi cepat'. Jaejoong tersenyum.
"Jangan terlalu lelah. Dah.", pesan Jaejoong. Lalu ia berlari ke mobilnya, dengan senyuman.
....
A5, Killer Princes, Onew dan Hangeng, mereka sedang asik di atas dance floor. Kecuali Jaejoong dan Yunho yang hanya duduk di tempatnya masing-masing. Jaejoong terus menenggak vodcanya yang sudah di botol kedua.
"Aku tidak kasihan padamu. Eeee.", racau Jaejoong yang sudah mabuk. "Bunny. Pluk. Bunny. Pluk. Hahahahaha.", kata-kata Jaejoong benar-benar sudah tidak karuan.
Yunho tidak memperhatikan Jaejoong karena dia asik berbincang dengan seorang wanita di sampingnya.
"Nona. Anda mau saya panggilkan taksi.", tegur seorang pekerja.
"Tidak. Ada teman-temanku. Aku mau tidur. Besok aku harus bangun pagi untuk membuat sarapan. Yunho pasti suka. Aku tidur dulu. Aku tidur. Tidur. Selamat malam bunny. Eeee. Tidur.", racau Jaejoong, tak lama ia tertidur dengan kepala yang direbahkan di atas meja.
"Yunho.", igau Jaejoong.
....




















Love is Enemy.. Part 43..

Mrs. Jung merasa ada sesuatu pada anaknya. Ia menghampiri Yunho dalam kamar. Ia mendapati anaknya sedang melempar-lempar anak panah ke target yang tertempel di tembok.
"Yun.", tegur Mrs. Jung. Yunho sempat menoleh lalu kembali fokus.
"Sudah pulang umma? Appa masih di kantor?", tanya Yunho.
"Sebentar lagi juga pulang.", jawab Mrs. Jung. Ia duduk di tempat tidur Yunho. "Kau sedang ada masalah?", tanya Mrs. Jung.
"Tidak ada umma.", sangkal Yunho. Mrs. Jung tersenyum.
"Jaejoong? Sayang percaya pada umma. Appamu akan merestui kalian.", ujar Mrs. Jung. Yunho mengangkat bahunya.
"Aku sudah tidak peduli itu umma. Tidak ada pengaruh apapun padaku.", saut Yunho semakin kuat mengayunkan tangannya untuk memanah.
"Kau bertengkar dengan Jaejoong?", tebak Mrs. Jung. Yunho tersenyum dan duduk disamping Mrs. Jung.
"Aku tidak tau ini pertengkaran atau apa. Tapi yang pasti. Aku rasa, aku tidak bisa melanjutkan hubungan lagi dengannya.", papar Yunho. Wajahnya menampilkan kesenduannya. Mrs. Jung, menyentuh tangan putranya.
"Tapi bukankah kau mencintainya.", heran Mrs. Jung.
"Jika dia tidak mencintaiku, apa aku harus memaksa umma.", tanya Yunho. Yunho mengambil nafasnya. "Sejak aku lahir, aku hanya memiliki cinta umma. Dan sampai kapanpun akan seperti itu. Tidak akan berubah.", lirih Yunho. Ia memeluk Mrs. Jung. "Aku tidak berharap siapapun mencintaiku lagi. Asal aku memiliki cinta umma. Itu sudah cukup.", lanjut Yunho. Ia meregangkan pelukannya dan tersenyum. Jika seperti ini, tidak ada yang tahu siapa yang lebih sakit. Yunho atau Jaejoong. Mr. Jung yang mendengar semuanya dari balik tembok tersenyum.
"Anak bodoh.", umpatnya dalam hati.
....
Heechul tersenyum melihat Hangeng yang baru datang untuk bergabung dengannya dan yang lain untuk makan siang.
"Siang cinderelaku.", sapa Hangeng mengecup pipi kanan Heechul. Heechul tersenyum jahil.
"Yang kiri belum.", tagih Heechul. Hangeng tersenyum. Ia mengecup pipi kiri Heechul.
"Sudah. Apa bibir juga mau?", tanya nakal Hangeng. Heechul menggeleng.
"Kalau bibir nanti saja saat kita berdua. Lebih privat. Hehe.", gurau Heechul memainkan alisnya. Semua orang yang ada di meja itu, sontak tertawa melihat tingkah Heechul.
"Yunho dimana Chun?", tanya Jaejoong. Yoochun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ada di kelas. Dia masih kenyang katanya. Tadi pagi kan dia menghabiskan makananmu. Mungkin itu sebabnya.", bohong Yoochun hanya untuk menyenangkan Jaejoong. Jaejoong tersenyum.
"Benar dimakan?", riang Jaejoong. Yoochun mengangguk. "Besok akan aku buatkan lagi.", semangat Jaejoong. Yoochun hanya tersenyum masam. Dengan lahap Jaejoong menyantap makan siangnya. Ia begitu bahagia. Usahanya tidak sia-sia menurutnya.
"Kau bohong kan padanya.", bisik Junsu. Yoochun memasang wajah bersalahnya.
"Ini lebih baik sayang.", timpal Yoochun. Junsu mengambil nafasnya.
"Kenyataan itu lebih baik.", kesal Junsu. Yoochun tersenyum terpaksa. Ia tahu Junsu kesal bukan main terhadapnya.
....
Mr. Jung mendatangi Mrs. Jung di ruangannya. Dengan hormat Mrs. Jung langsung berdiri dari duduknya dan membungkukan sedikit tubuhnya.
"Ada apa dengan Yunho?", tanya Mr. Jung langsung. Jelas itu membuat Mrs. Jung heran. Ini pertama kalinya, Mr. Jung menanyakan tentang putranya.
"Maksudmu?", bingung Mrs. Jung.
"Dia putus dengan kekasihnya bukan?", jelas Mr. Jung. Mrs. Jung tersenyum tidak percaya.
"Memang seperti itu. Dan itu membahagiakanmu bukan?", sindir Mrs. Jung. Mr. Jung terkekeh.
"Anak bodoh. Dia tidak seperti ummanya. Bodoh.", umpat Mr. Jung. Mrs. Jung mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Memangnya aku kenapa?", heran Mrs. Jung. Mr. Jung mendekat dan tersenyum. Ia mengecup kening istrinya.
"Selamat malam sayang. Ini kan yang setiap malam kau lakukan padaku.", kata Mr. Jung. Mrs. Jung terpaku, apakah ini kenyataan. Paling tidak itu pertanyaan besar di benaknya.
"Anakmu bodoh. Seharusnya dia mencotoh ummanya. Bukannya menyerah seperti ini.", kesal Mr. Jung. Ia tidak berharap anaknya jadi pria yang mudah menyerah.
"Min Woo?", tegur Mrs. Jung.
"Dia benar-benar anakku Hye Ra. Dia sama sepertiku, mudah menyerah untuk merebut orang yang dicintainya. Tapi aku tidak akan membiarkan dia sepertiku. Dia harus meraih cintanya. Dia harus sepertimu. Dia harus berjuang demi cintanya.", bicara Mr. Jung panjang lebar. Ia memeluk istrinya. "Maafkan aku. Aku sudah menyia-nyiakanmu dan anak kita.", lirih Mr. Jung. Tanpa terasa Mrs. Jung menjatuhkan air matanya. Ia menangis, tangisan bahagia.
....
Yoochun menghampiri Yunho yang sedang membaca komik.
"Kau bisa hentikan ke egoisanmu itu.", tegur Yoochun. Yunho yang sudah tau arah pembicaraan Yoochun hanya diam, tetap membaca komiknya.
"Dengarkan aku.", bentak Yoochun. Ia merampas komik Yunho dan membuangnya ke tempat sampah.
"Gimana rasanya? Melihat barangmu aku buang ke tempat sampah.", sindir Yoochun. Yunho menarik nafasnya.
"Kau tidak pernah mengerti posisiku. Kau punya semua yang tulus dari Junsu. Bukanlah belas kasihan. Jadi tidak usah ikut campur urusanku.", kesal Yunho. Ia mendorong pelan tubuh Yoochun. Dan beranjak pergi.
"Aku memang tidak tahu. Tapi paling tidak aku tahu, bagaimana perasaan orang yang aku sakiti. Dan kau! Kau tidak pernah tau itu. Karena Jaejoong selalu mengalah padamu dan terus mengalah walau kau terus sakiti. Bagaimana perasaannya? Apa kau tahu? Jawab Jung Yunho.", geram Yoochun. "Kau itu pengecut. Pantas saja kalau banyak orang yang kasihan padamu. Karena kau sendiri yang mencari belas kasihan. Bodoh.", ejek Yoochun memuakan. Yunho malah tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
.


















Love is Enemy.. Part 44..


Yunho tersenyum mengingat kata-kata Yoochun saat di sekolah tadi. Ia berusaha keras menjadikan kata-kata itu tanpa arti. Namun sebenarnya itu sangat berarti tanpa ia sadari. Kata-kata yang benar menusuk hatinya.
"Andai saja kau benar-benar mencintaiku.", gumamnya pelan. Ia menghembuskan nafasnya dan meleburkan diri dengan kasur empuk yang ditidurinya.

Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan pintu.
"Masuk saja umma.", suruh Yunho yang memejamkan matanya.
"Ini appa nak.", ucap si pengetuk yang tak lain Mr. Jung. Sontak Yunho membuka matanya dan terkejut mengetahui siapa yang duduk di sampingnya.
"Ada apa? Masih mau bicarakan tentangku dan Jaejoong?", ketus Yunho. Mr. Jung tersenyum. "Tenang saja, kau sudah menang. Aku akan menuruti maumu untuk menjauhinya.", lanjut Yunho. Amarah pada ayahnya bercampur dengan rasa kecewanya pada Jaejoong. Ia luapkan dengan kata-kata pedas pada Mr. Jung.
"Menyerahkah? Dulu ada yang pernah berkata padaku. Dia tidak akan melepaskan Jaejoong sampai kapanpun. Ternyata itu hanya bualan. Ckckckck.", sindir Mr. Jung. Yunho menyipitkan matanya.
"Kau senang bukan? Jangan terlalu banyak berkata-kata.", kesal Yunho. Ia bangkit dari tidurnya.
"Jika kau menganggapku appamu. Tunjukan padaku. Kau benar-benar tidak akan melepasnya. Aku ingin melihat Jung Yunho, putra dari Jung Min Woo tidak pernah main-main dengan ucapannya. Itu namanya seorang pria. Terlebih kau itu putraku.", tantang Mr. Jung. Ia menepuk pundak Yunho. Yunho memiringkan kepalanya. Ia menatap ayahnya. Tidak percaya dengan sikap ayahnya.
"Apa maksudmu?", tanya Yunho.
"Anak bodoh. Jika Jaejoong tidak mencintaimu. Dia tidak akan mau punya kekasih keras kepala sepertimu.", kesal Mr. Jung memukul kepala Yunho gemas.
"Appa.", kaget Yunho. Mr. Jung tersenyum.
"Iya aku ini appamu. Dan mulai sekarang aku akan menjadi appa yang baik untukmu.", kata Mr. Jung. Mata Yunho mulai berkaca-kaca.
"Boleh aku memelukmu appa?", pinta Yunho. Tanpa menjawab, Mr. Jung memeluk Yunho terlebih dahulu.
"Maafkan appa nak.", sendu Mr. Jung. Dan akhirnya Yunho dapat merasakan pelukan seorang ayah yang begitu ia dambakan selama ini.
....
Dari kejauhan Jaejoong melihat Yunho yang sedang bercengkrama akrab dengan seorang gadis. Tak terelakan lagi rasa cemburu kini membakarnya. Dia segera mendatangi Yunho, dan menarik lengan Yunho menjauh dari gadis itu.
"Bunny. Dia siapa?", marah Jaejoong. Yunho memicingkan matanya.
"Kenapa? Lagipula ini bukan urusanmu.", ketus Yunho. Jaejoong memajukan bibirnya.
"Kau kan sudah janji padaku, tidak akan dekat-dekat dengan gadis lain.", suara Jaejoong tetap tinggi. Ia begitu kesal.
"Itu kan dulu. Sekarang sudah tidak ada urusannya denganmu. Terserah sekarang aku mau dekat dengan siapa. Urus saja urusanmu sendiri.", teriak Yunho. Jaejoong terkesiap. Ia menundukan wajahnya. Memundurkan sedikit tubuhnya.
"Apa kau masih marah padaku?", lirih Jaejoong. "Maafkan aku Yunho. Bisakah maafkan aku. Aku harus apa agar kau tidak marah lagi padaku. Apa aku harus berlutut padamu. Akan aku lakukan.", melas Jaejoong. Jaejoong berlutut di hadapan Yunho. "Aku benar-benar tidak pernah berniat seperti yang kau tuduhkan. Maafkan aku, kalau aku menyakitimu.", mohon Jaejoong. Yunho memandang Jaejoong dingin.
"Aku tidak butuh kepura-puraanmu.", ujar Yunho. Iapun pergi dari hadapan Jaejoong. Sepertinya, hati seorang Jung Yunho memang sudah membeku, lebih beku dari sebongkah es. Jaejoong hanya menunduk.

Plaaakkk
Tamparan panas disemayamkan di wajah tampan Yunho. Siapa yang mengira, wajah seperti anak kecil itu bisa menampilkan kemarahan yang memuncak.
"SUDAH PUASKAH?", teriak Key. Ya Keylah yang sudah menampar wajah Yunho. Ia begitu marah melihat tingkah Yunho yang benar-benar memuakan. Alhasil ini membuat kejutan, bukah hanya Yunho yang terkejut. Tapi semua yang menyaksikan, begitu terkejut melihat Key yang lain.
"Kau lihat babyku. Pernahkah dia berlutut seperti itu sebelumnya? PERNAH TIDAK? Aku akui dia benar-benar bodoh. Bodoh karena mengemis maaf dari pria sepertimu. Kau tidak akan pernah aku biarkan menyakiti babyku lagi. Ingat itu.", geram Key. Yunho menatap tajam ke arah Key dengan tangan yang menyentuh pipi kirinya yang panas.
"Ayo baby kita ke kelas.", ajak Key. Ia membantu Jaejoong berdiri. Dan membuang tatapan marahnya pada Yunho. Yunho hanya bisa memandang keduanya berlalu.
....
Onew memandang Key dengan seksama.
"Kenapa memandangku seperti itu?", tegur Key. Onew mengerjapkan matanya.
"Tadi kau seram sekali baby.", ledek Onew. Key merengut.
"Tadi aku seram? Jadi aku jelek tadi?", takut Key. Ia memegang pipinya. Lalu berkaca. Onew menggeleng.
"Bukan itu. Aku baru tau kalau kau bisa marah. Aku kira hanya bisa menangis.", gurau Onew. Key mencubit perut Onew.
"Baby. Tadi aku kesal sekali. Aku juga tadi terkejut bisa seperti itu.", saut Key dengan wajah polosnya. "Tapi aku keren bukan? Biar tahu rasa Yunho itu. Enak saja dia membuat temanku seperti tadi.", geram Key dengan tangan yang meremas-remas sapu tangan pinknya.
"Iya keren sekali babyku ini.", puji Onew mengacak-acak rambut Key.
"Kalau begitu, lain kali aku mau lakukan itu ah padamu.", senang Key. Ia memainkan alisnya. Onew menyipitkan matanya.
"Aku tidak mau baby. Kenapa jadi aku.", Onew menutup kedua pipinya. Key tertawa keras.
"Benar tidak mau. Padahal bukan dengan tangan. Tapi dengan bibirku. Yasudah tidak jadi.", goda Key. Onew bernafas lega.
"Berani menggodaku ya sekarang.", Onew memeluk Key terlalu keras sampai Key mengaduh kesakitan.
"Ampun baby.", rengek Key. Tapi Onew tidak peduli.
.....
















Love is Enemy.. Part 45..


Jaejoong takut. Ia takut, kalau kata-kata Key akan semakin membuat Yunho marah. Ia mengambil ponselnya.

To: Yunho

Bunny. Apa sudah tidur?
Maaf soal Key. Jangan marah padanya ya.

Jaejoong menggenggam ponselnya, menunggu balasan dari Yunho. Lama tak ada balasan.
"Mungkin kalau aku bersikap seperti biasa dia akan balas.", pikir Jaejoong. Ia mengirim pesan lagi.

To: Yunho

Sepertinya sudah tidur. YUNHO BANGUN.

Tetap saja tidak ada balasan. Tapi Jaejoong tidak menyerah.

To: Yunho

HEI DISINI KIM JAEJOONG MEMANGGIL JUNG YUNHO.

Jaejoong terus saja mengirim pesan. Dia hanya ingin Yunho membalasnya.

To: Yunho

JUNG YUNHO KALAU KAU TIDAK BALAS PESANKU. AKU AKAN MENCARI PRIA LAIN. :)

Tanpa sadar Yunho disana tersenyum membaca pesan-pesan yang Jaejoong kirimkan.
"Dia ini mau mengancamku.", gumam Yunho.
Sedangkan Jaejoong membuang nafasnya. Ada air mata menyerah disana. Ia mengirim pesan lagi.

To: Yunho

Yunho: Apa kau bilang? Kau cari mati ya?
Jae: Memangnya aku takut. Aku tidak takut padamu.
Yunho: Kau ini, tidak boleh. Kau hanya milikku.
Jae: Tidak peduli.
Yunho: Aku serius. Sampai kapanpun, kau milikku. Aku tidak akan melepasmu. Tidak akan. Mengerti.
Jae: Iya aku milikmu.
Yunho: *tertawa* Aku mencintaimu Honey.
Jae: Tapi aku membencimu.
Yunho: *merengut kesal*


Hehehe. Apa kau ingat itu?
Selamat malam Jung Yunho yang menyebalkan.

To: Yunho

Ada yang tertinggal. Aku merindukanmu. Sampai bertemu besok.


Jaejoong meletakan ponselnya, akhirnya dia menyerah. Semuanya akan percuma. Ia mengambil selimutnya dan mencoba untuk memejamkan mata.
Yunho menghela nafasnya. Sepertinya akan ada yang tidak tidur malam ini.
...
Jaejoong menahan langkah Changmin saat hendak memasuki kelas.
"Changmin.", panggil Jaejoong. Changmin terhenti dan berbalik ke arah suara.
"Ah Jaejoong ada apa?", tanya Changmin. Jaejoong tersenyum.
"Berikan pada Yunho ya. Bilang ini yang terakhir. Dan aku harap dia mau memakannya.", Jaejoong menyerahkan kotak makanan pada Changmin. "Pastikan dia memakannya ya. Aku pergi dulu. Terimakasih.", setelah itu Jaejoong segera pergi. Sedangkan Changmin menatap punggung Jaejoong sambil sesekali menatap kotak makan di tangannya.

"Yun ini dari Jaejoong. Akan kupastikan kau memakannya.", Changmin menatap tajam Yunho.
"Kau makan saja.", tolak Yunho. Changmin berdecak.
"Ini terakhir darinya. Jadi paling tidak kau penuhi keinginannya.", desak Changmin. Yunho menatap Changmin.
"Terakhir?", ada raut sendu di wajah Yunho.
"Cepat makan.", suruh Changmin. Yunho menghembuskan nafasnya.
"Iya cerewet. Seperti Kyu saja.", ledek Yunho. Ia membuka kotak makanan itu. Dan di dalamnya terselip sepucuk surat. Yunho mengerenyitkan kening. Ia segera membacanya.
____________________________________________________________________________

Ini makananku. Apakah enak? Tentu saja kau baru bisa menilainya jika sudah memakannya. Jadi dimakan ya. Aku akan senang sekali.
Bunny, malam ini aku akan terus menunggu di bukit sampai kau datang. Dan setelah itu aku menyerah. Aku harap kau datang.
Selamat makan.
____________________________________________________________________________

Yunho melipat lagi surat itu. Ada sesuatu yang mendesir dalam hatinya.
...
Malam sudah larut, tapi Jaejoong masih menunggu Yunho datang.
"Jaejoong.", panggil Yunho. Jaejoong tampak senang melihat Yunho kini di hadapannya. Awalnya Yunho tidak mau datang, tapi ia mengingat kata-kata Jaejoong yang akan terus menunggu. Ia jadi gelisah sendiri. Dan memutuskan datang.
"Bunny.", senang Jaejoong. Yunho menyipitkan mata.
"Tidak usah memang...", dingin Yunho namun terhenti karena pelukan Jaejoong.
"Untuk yang erakhir, biarkan aku memanggilmu bunny.", lirih Jaejoong.
"Mau apa menyuruhku kesini?", tanya Yunho datar.
"Aku ingin bilang sesuatu, yang selama ini ingin kau dengar.", jawab Jaejoong. Ia tersenyum diiringi helaan nafas. Yunho menatap wajah Jaejoong heran. Tubuh Jaejoong sudah bergetar hebat. Ia tidak sanggup untuk melihat mata itu lagi. "Terimakasih kau pernah mencintaiku. Setelah ini aku akan menjadi Jaejoong yang dulu. Jaejoong yang bukan kekasih seorang Jung Yunho. Aku mencintaimu.", Jaejoong menyentuh wajah Yunho. Membelainya lembut. Lalu berlalu, dia berlari ke mobilnya sebelum air matanya benar-benar jatuh. Yunho terpaku di tempatnya. Ada yang menusuk tepat di hatinya.
"Jung Yunho bodoh.", umpat Yunho geram. Ia berlari menyusul Jaejoong. Ia membuka pintu mobil Jaejoong dan menarik kasar Jaejoong keluar.
"Yunho.", kaget Jaejoong. Yunho memicing mata.
"Panggil aku bunny. Sudah sering aku ingatkan bukan.", kesal Yunho. Jaejoong membulatkan matan. "Tadi kau bilang, kau bukan kekasihku? Sejak kapan kau bisa lepas dariku? Enak saja. Kau itu akan selamanya jadi milikku. Kau ini.", kecam Yunho. Jaejoong masih tidak sepenuhnya mencerna.
"Bunny.", gumam Jaejoong.
"Itu baru honeyku. Maafkan aku.", Yunho memeluk erat Jaejoong. Sangat erat, seperti tidak akan melepasnya lagi. "Maafkan aku. Aku mencintaimu. Benar-benar mencintaimu.", ujar Yunho. Jaejoong terisak, isak tangis bahagia.
"Lepaskan bunny. Kau mencari kesempatan ya.", gurau Jaejoong. Yunho mengerucutkan bibirnya.
"Memangnya tidak boleh. Tadi juga kau mencari kesempatan.", ngeyel Yunho. Jaejoong tersenyum. Ia memeluk Yunho tak kalah erat.
"Aku membencimu. Sangat-sangat membencimu.", gurau Jaejoong lagi. Yunho tertawa. Ia meregangkan pelukannya. Dan menatap Jaejoong.
"Memangnya aku pikirkan. Yang penting kau milikku.", Yunho tersenyum licik. Jaejoong tersenyum. Ia berjinjit mencoba menyamai tinggi Yunho. Ia mendekatkan wajahnya pada Yunho. Dan pada akhirnya Jaejoong mendaratkan bibirnya di bibir Yunho. Ciuman tanpa nafsu namun penuh cinta.




THE END




















Love is Enemy.. Epilog..

Sudah delapan tahun berjalan dari tahun kelulusan mereka di SMA DBSK.
Yoochun melanjutkan studynya di Amerika. Sedangkan Junsu sudah memasuki jalurnya sebagai Dosen termuda di Seoul University. Mereka sudah tidak bertemu selama delapan tahun. Namun hubungan mereka tetap berjalan lancar.

Kini Hangeng sibuk menjalankan perusahaan milik keluarganya. Sedangkan Heechul menikmati dirinya yang kini menjadi seorang entertainer. Artis multitalenta yang benar-benar menjadi idola. Mereka memutuskan tinggal dalam satu rumah sejak dua tahun yang lalu.

Changmin memiliki restaurant bertaraf internasional. Tidak hanya di Korea, namun cabang restaurannya sudah tersebar hampir di seluruh negara di Asia. Sedangkan Kyuhyun sudah menjadi phsykolog terkenal, wajahnya sering muncul di televisi atau di media-media lain. Dua bulan lagi mereka akan segera mengikat janji dalam ikatan pernikahan.

Onewpun menjalankan perusahaan keluarga sebagai Presiden Direktur diusianya yang teramat muda. Dan Key telah menjadi desainer yang namanya sudah terkenal di negara-negara fashion khususnya. Mereka sudah menikah, setelah anak mereka lahir dua tahun yang lalu.

Yunho berkarir sebagai seorang pengacara muda yang sudah tidak diragukan lagi. Ini karena sejak dulu ia benar-benar ingin menjadi pengacara. Sedangkan Jaejoong, seperti janjinya dulu. Dia akan menggantikan ayah dan ibunya untuk menjalankan perusahaan yang ayahnya sudah bangun selama ini. Dan hari ini adalah hari pernikahan mereka. Keduanya tampak sempurna dengan gaun pernikahan biru langit pada Jaejoong dan Yunho mengenakan tuxedo putih dengan kemeja biru langit.
"Ckckck. Kau mau saja di ajak menikah.", sindir Heechul bergurau. Yunho memicingkan mata pada Heechul. Hangeng yang berada di sebelahnya merengut.
"Memangnya kau tidak ingin aku nikahi?", tanya Hangeng dengan raut kecewa.
"Mau. Tapi nanti lima tahun lagi. Saat umurku tiga puluh tahun. Tidak apa-apa kan sayang.", rajuk Heechul. Hangeng tersenyum masam. "Gege jangan marah. Nanti malam akan aku berikan bonus.", bisik Heechul. Hangeng tertawa.
"Di otakmu memang selalu ingin itu sayang. Dasar.", ledek Hangeng memeluk kekasihnya itu gemas.
"Babbyyy..", teriak Key yang baru datang langsung menerjang Jaejoong. "Maaf aku terlambat, tidak bisa melihat kalian ikrar janji. Sejak pagi Taemin rewel sekali.", sesal Key dengan wajah memelasnya.
"Tidak apa. Mana keponakanku yang lucu itu?", tanya Jaejoong. Key tersenyum.
"Itu bersama Onewku.", tunjuk Key pada Onew yang sedang menggendong Taemin.
"Keponakan ajjhuma. Sini sayang.", Kyuhyun segera mengambil Taemin dari gendongan Onew.
"Kyu, aku kan yang menanyakan Taemin duluan. Jadi aku duluan yang menggendong Taemin.", kesal Jaejoong. Yunho tertawa.
"Jangan berebut honey. Nanti malam kita bisa membuatnya. Kau mau berapa? Dua? Tiga? Sepuluh?", nakal Yunho. Jaejoong memukul perut Yunho.
"Jangan macam-macam. Kau mau apa. Enak saja.", kesal Jaejoong.
"Aku ini kan suamimu. Jadi sekarang kau tidak bisa lagi menolakku.", kata Yunho merasa menang dari Jaejoong. Semua tertawa kecuali Junsu. Ia kecewa lagi pada Yoochun. Saat pernikahan Onew dan Key, ia tidak datang. Dan hari ini, Yoochun berjanji akan datang. Namun sampai saat ini tidak terlihat juga batang hidungnya.
"Kau menunggu Yoochun?", tegur Changmin. Junsu mengangguk.
"Dia tidak akan datang.", sambar Yunho sambil menahan tawa.
"Dia memang tidak bisa di percaya.", kesal Junsu. Key menggenggam tangan Junsu.
"Memang playboy itu payah. Makanya kalau cari kekasih seperti Onewku saja baby.", timpal Key dengan senyum mengembang.

Tuuukk
Sebuah jitakan panas bersarang di kepala Key.
"Enak saja kau. Jangan memprovokasi kekasihku.", kesal Yoochun yang sedaritadi berdiri di belakang Junsu tanpa ia sadari. Sedangkan Junsu terkejut bukan main.
"Sakit Yoochun.", ringis Key manja dan semua kecuali Junsu tertawa bahkan Taemin kecil juga menyumbangkan tawa kecilnya.
"Siapa yang tidak bisa dipercaya? Aku? Tapi kenapa kekasihku ini, berani melepasku selama delapan tahun.", sindir Yoochun memeluk Junsu dari belakang. Junsu merengut.
"Aku merindukanmu. Delapan tahun tidak pulang. Menyebalkan.", kesal Junsu. Yoochun tertawa.
"Dua bulan lagi aku kembali ke Korea selamanya dan bersamamu.", rajuk Yoochun. Junsu tersenyum.
"Tepat. Dua bulan lagi. Itu pernikahanku dan Kyuhyun. Itu bagus Chun.", Changmin menepuk bahu Yoochun.
"Ngomong-ngomong dimana Yunho?", Onew membuyarkan keakraban di antara sekumpulan sahabat kental itu. Semua memutar bola matanya. Mencari keberadaan sang mempelai pria.

The i had about tomorrow. Have suddenly arrived with the touch of your hands.
It maybe too late. I wasn't able to say when i've been keeping my feelings hidden.
What do you feel?
What do you feel, behind those eyes that look toward the future.
Is it all mine? I think i'm alive.
Thank you for giving me everything.
Someday i'll lay my love on you. Baby. I don't wanna lose it now.
Just one, there's only you.
Let each day be like the first time we met.
You're the reason i live.
These feelings are only for you.
You know.
The past days tell me, that love can be for eternity.
(DBSK-ONE translation)

Lagu diakhiri dengan begitu indah oleh Yunho. Tanpa terasa Jaejoong menitikan air matanya. Bukan hanya Jaejoong, Key, Junsu, Kyuhyun, Heechul yang mengetahui benar perjalanan cinta keduanya tak luput dalam keharuan. Air mata bahagia kini mengalir. Tanpa pikir panjang Jaejoong berlari ke atas panggung. Ia memeluk prianya itu.
"Aku mencintaimu.", ucap Jaejoong. Tepuk tangan riuh mengiring kedua insan dalam cinta.

No comments:

Post a Comment