Monday, November 8, 2010

Fan Fiction.. Complicated.. Part 11 - Part 15..

Fan Fiction.. Complicated.. Part 11

Ahnka tampak tidak seriang biasanya, walaupun tadi pagi ia bertemu dengan Jaejoong. Lebih dari satu minggu ini. Pikirannya tertuju pada satu hal. Banyaknya tanda merah di leher putih Jaejoong. Tanda yang ia tau pasti, itu tanda dari ciuman seseorang.

-Flashback-

Disaat Ahnka belum terbangun dari tidurnya. Walaupun sinar matahari sudah menepuk keras wajah Ahnka untuk segera bangun. Namun, tetap saja Ahnka masih 0% dalam kesadaran.

Jaejoong pagi-pagi sudah datang, sesuai janji. Hari ini mereka akan melepas rindu setelah dua minggu tidak bertemu. Dilihatlah gadisnya masih nyaman bergelung dalam selimut. Di dekatinya, ia kecup bibir gadisnya itu agar terbangun. Namun, nihil.

"Dasar tukang tìdur.", gumam Jaejoong. Ia membopong Ahnka masuk kamar mandi dan menduduki Ahnka di meja wastafel. Ia tepuk pelan pipi Ahnka dan ia hujani kecupan di bibirnya. Akhirnya, Ahnka terbangun.

"Ah bebe mengganggu tidurku.", kesal Ahnka. Jaejoong tersenyum.

"Aku datang, kau malah asik tidur. Ayo cepat sikat gigi, bau saat aku menciummu.", ledek Jaejoong bergurau. Ahnka turun dari meja, dan mulai menyikat giginya.

"Suruh siapa, bukan salahku.", ngeyel Ahnka tidak jelas karena mulutnya penuh busa.

"Bicara apa sih. Tidak terdengar. Aku tunggu di luar saja.", ujar Jaejoong. Ia pergi keluar. Memeluk guling sambil menidurkan diri di kasur Ahnka.

Saat keluar Ahnka tertawa.
"Kenapa malah kau yang tidur, bangun be.", Ahnka mengguncang tubuh Jaejoong dan duduk di tepi tempat tidur. "Be, tadi malam pulang jam berapa dari kantor?", tanya Ahnka. Jaejoong tersenyum.

"Selesai kau menelepon, tak lama aku pulang.", saut Jaejoong merubah posisi tidurnya berbantalkan paha Ahnka.

"Oh, begi...", Ahnka tidak jadi melanjutkan kata-katanya saat melihat tanda-tanda merah di leher Jaejoong. "Be apa benar tadi malam kau bersama Yunho oppa?", tanya Ahnka lirih.

"Iya. Memangnya kenapa?", tanya balik Jaejoong. Ahnka menggeleng.

"Aniya. Aku hanya bertanya.", Ahnka tersenyum.

"Rindu padamu.", ucap Jaejoong setelahnya.

"Aku juga.", saut Ahnka tidak seantusias biasanya. Entah kenapa tanda merah itu membuatnya waswas.

-End of Flashback-

"Onnie melamun saja.", tegur Hyoo Won yang tiba-tiba muncul dan duduk di hadapan Ahnka.

"Tidak. Aku tidak melamun.", sangkal Ahnka dengan cepat. "Sudahlah. Oh ya. Apa Siwon oppa sudah menyatakan cintanya padamu?", Ahnka mengalihkan pembicaraan yang ada.

"Sama sekali belum. Oppamu payah onnie. Nanti keburu aku berpindah ke lain hati.", kesal Hyoo Won. Bibirnya dikerucutkan dengan pipi menggembung.

"Hahahaha. Memangnya bisa, bukannya oppaku sudah mengambil hatimu. Ckckck. Memang oppaku itu minta di tendang. Babo sekali. Bisanya cuma merayu. Tapi nyalinya ciut.", timpal Ahnka menggebu-gebu. Dalam hatinya ia benar-benar gemas pada kakak satu-satunya itu.

"Jangan ditendang kasian oppaku tau.", bela Hyoo Won.

"Tadi saja kau marah-marah padanya. Sekarang membelanya.", ketus Ahnka bergurau. Hyoo Won tertawa kecil.

"Biarkan saja. Sirik saja onnie.", ngeyel Hyoo Won. Ahnka tersenyum kecil.

"Yasudah nanti aku akan bicara pada oppa. Agar dia tidak menggantungmu. Baik bukan aku.", kata Ahnka memainkan alisnya. Hyoo Won tampak riang bukan main.

"Itu seharusnya dari dulu onnie lakukan. Gomawo onnie.", gurau Hyoo Won. Ia memeluk erat Ahnka dengan keras.

"Yaa lepaskan, aku tidak bisa bernafas.", suruh Ahnka. Hyoo Won hanya tersenyum lebar.

....

Hyun In tidak bisa berkonsentrasi dengan benar. Tau benar, ia sangat-sangat tau apa yang jadi penyebabnya.

"Jagiya nanti pulang aku jemput ya?", tanya Key sesaat setelah Hyun In mengangkat telepon Key.

"Aniya jagi. Tidak usah. Hari ini aku pulang malam.", tolak Hyun In dengan alasan yang dibuat-buat.

"Kalau begitu aku ke apartementmu ya. Ada yang ingin aku bicarakan.", kukuh Key ingin bertemu Key. Hyun In tampak berpikir.

"Emmm. Tidak bisa jagi. Hari ini aku akan menginap di rumah temanku. Maaf jagi aku sibuk. Dah.", Hyun In segera menutup ponselnya dan menon-aktifkannya, tampak benar ia menghindari Key. Ia tidak ingin dengar Key mengakhiri hubungan mereka. Karena itu, Hyun In berusaha sekeras mungkin tidak akan bertemu dengan Key.

"Bodoh. Hyun In kau bodoh. Tidak akan.", umpat Hyun In pada dirinya sendiri. Ia membenturkan kepalanya berkali-kali pada meja kerjanya.

....

Pengambilan foto prewedding YounSu dengan semua konsep sudah selesai. Sore ini jadwal Junsu dan Younhee melihat hasilnya. Mereka kini ada di studio foto milik Min Jun.

"Kalian pilih saja foto mana yang akan kalian pamerkan untuk pernikahan kalian.", suruh Min Jun. Semua memang pada akhirnya akan dijadikan dalam album. Namun, hanya beberapa yang akan dipamerkan.

"Yang ini tidak. Younheeku terlalu seksi. Yang ini saja, ini, ini, ini, ini.", cerewet Junsu menunjuk foto-foto yang dimaksud.

"Yaa tidak, apa-apaan mau masukan yang ini. Tidak boleh. Kau telanjang dada. Tidak boleh ada yang liat selain aku.", kesal Younhee. Min Jun pusing mendengar kedua manusia itu berdebat. "Yang ini saja. Ini, ini, ini, ini.", Younhee menunjuk foto-foto lain.

"Huah cukup. Aku pusing jika sudah, beritahu aku. Aku keluar saja.", kesal Min Jun ia keluar dari studionya.

"Oppa sih. Aku bilang yang ini saja. Yang oppa pilih terlalu mesum. Masa kau mau memajang semua foto kita yang berciuman.", kukuh Younhee.

"Tapi kan romantis jagiya.", ngeyel Junsu. Younhee mendengus.

"Aku bilang tidak, ya tidak oppa. Huh.", Younhee tidak mau mengalah. Akhirnya Junsu menuruti kemauan Younhee. Beberapa foto yang terpilih itu adalah foto-foto tanpa ciuman.






Fan Fiction.. Complicated.. Part 12

Ahnka masuk kamar Siwon seenaknya, di pikirannya itu kan kamar kakaknya. Tapi ternyata yang punya kamar tidak terlihat batang hidungnya. Hanya suara grasak-grusuk yang terdengar dari dalam kamar mandi.

Ahnka menggedor pintu kamar mandi.
"Oppa mandinya cepetan, aku mau bicara.", suruh Ahnka berteriak-teriak.

"Iya sebentar, aku lagi pakai handuk.", Siwon tak lama muncul hanya dililit handuk pada bagian bawah dan sisa air mengalir di tubuhnya. Ahnka menyipit.

"Kenapa melihatku seperti itu?", kesal Siwon.

"Oppa gendut sekali.", ledek Ahnka memukul perut Siwon yang sixpacknya tidak terlalu terlihat.

"Sakit babo. Ini karenamu tau, kau mau kurus. Jadi aku yang kau paksa makan semua jatah makananmu yang banyak itu.", eluh Siwon. Ahnka merengut.

"Berkorban demi dongsaengmu sekali-sekali.", melas Ahnka. Siwon mengacak-acak rambut Ahnka.

"Cerewet. Tadi katanya mau bicara. Bicara apa?", tanya Siwon penasaran.

"Oh iya. Oppaku sayang, kenapa kau terus menggantung sahabatku. Kau bukan ingin mempermainkannya kan? Sudah berani cium-cium tapi seenaknya menggantung. Memangnya kami para gadis bahan permainan kalian para pria. Aku tidak terima. Cepat minta dia jadi kekasihmu. Kalau tidak aku bunuh oppa. Jangan menggantung sembarangan. Memangnya Hyoo Won pakaian. Huh.", omel Ahnka panjang lebar tanpa ada jeda sedikitpun. Siwon hanya menelan ludahnya.

"Sudah?", tanya singkat Siwon. Ahnka memicingkan mata. "Panjang sekali.", gurau Siwon. Ia berjalan ke lemari pakaian. "Berbalik ke belakang, aku mau pakai celana.", suruh Siwon. Ahnka dengan cepat berbalik.
"Bukan maksudku menggantungnya. Tapi aku tidak yakin, apa dia juga suka padaku. Jadi aku tidak berani.", jelas Siwon sambil mengenakan celananya.

"Yaa oppa babo.", gemas Ahnka yang refleks berbalik. Dan refleks juga menutup mata dengan tangannya.

"Ish belum selesai aku pakai celana. Kau melihatnya ya?*lumayan*", omel Siwon segera mengenakan celananya.

"Tidak lihat.", elak Ahnka. "Hyoo Won tuh benar-benar menyukaimu oppa. Kau ini babo sekali. Menyebalkan. Sekarang kau sudah tau, jadi masih mau menggantung?", kesal Ahnka untuk kesekian kalinya.

"Buka matamu.", suruh Siwon. Ahnka lega melihat Siwon sudah berpakaian. "Kalau tau seperti itu, dari dulu aku nikahi saja sekalian.", gurau Siwon. Ahnka memukul Siwon dengan bantal.

"Yasudah cepat nikahi. Heuh. Babo. Babo. Babo aku punya oppa.", ejek Ahnka teramat bersemangat.

"Ish, diantara dongsaengku kau yang paling kurang ajar. Dosa apa aku ini.", Siwon menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terang saja Minho dan Minhwan kan tidak berani padamu. Karena kau galak sekali pada mereka.", balas Ahnka tidak terima.

"Aduh cerewet sekali. Sudah sana keluar. Heuh.", usir Siwon begitu kesal. Ahnka memicingkan mata lalu keluar dari kamar Siwon.

....

Junsu berkutat dengan perkerjaannya yang harus mereview seluruh keadaan yang terjadi pada restaurantnya selama satu bulan terakhir ini. Maklum satu bulan lebih yang ia habiskan hanya untuk pernikahannya, sehingga pekerjaannya terbengkalai.

"Huah, apa-apaan ini? Kenapa pengeluaran jadi sebesar ini.", pusing Junsu melihat grafik keuangan restaurantnya.

Tanpa di duga sebelumnya, Younhee datang ke restaurant. Ia memeluk Junsu yang sedang duduk di kursinya. Junsu menoleh ke belakang. Menatap siapa yang memeluknya.

"Jagiya.", ucap Junsu. Ada raut senang di wajahnya.

"Pernikahan kita mengacaukan perkerjaanmu ya?", tanya Younhee yang merasa bersalah.

"Mana mungkin. Kau ini.", ada nada kesal disana karena kata-kata Younhee.

"Mian. Seluruh persiapan pernikahan kan sudah kita urus. Jadi oppa fokus saja pada restaurant. Biar adil.", saran Younhee. Junsu mengangguk.

"Untuk ke depannya, maaf ya kalau kita jadi jarang bertemu.", lirih Junsu. Younhee tersenyum, dan menyipitkan matanya.

"Setelah menikah kan kita akan setiap hari bertemu. Tenang saja.", ujar Younhee yang mengerti akan keadaan calon suaminya.

"Memang calon istri yang baik.", senang Junsu membelai wajah Younhee dengan punggung tangannya. "Aku mencintaimu.", lanjut Junsu.

"Aku tidak.", gurau Younhee dengan juluran lidah, sebelum ìa kabur dari ruang kerja Junsu.

....

Hyun In menarik nafas, walau terus menghindar. Pada akhirnya, ia memang harus menghadapi sosok pria di hadapannya.

"Aku rindu padamu.", manja Hyun In memeluk Key, mencoba biasa tanpa ada apa-apa.

"Aku juga.", balas Key. Memeluk erat Hyun In. Atmosfir ruangan terasa begitu berbeda. Key memeluk Hyun In terlalu erat, seperti pelukan penuh arti.

"Maaf ya aku sibuk. Jagiya, mau makan apa? Aku akan membuatkannya.", tanya Hyun In.

"Makanan apapun, akan aku lahap. Karena masakanmu selalu enak.", gombal Key. Hyun In tersenyum, ada kelegaan melihat Key seperti ini.

"Yasudah aku ke dapur dulu. Tidak lama, dalam sekejap matang. Hehe.", gurau Hyun In. Ia pergi ke dapur dengan Key yang mengikuti Hyun In. Key menopang dagu pada meja panjang pembatas di dapur. Memperhatikan setiap gerak-gerik Hyun In.

"Kenapa memperhatikanku seperti itu?", tegur Hyun In. Key hanya tertawa. Kakinya melangkah mendekati Hyun In. Ia memeluk Hyun In dari belakang. Ia rebahkan kepalanya di pundak Hyun In.

"Aku sedang memasak jagi.", protes Hyun In. Key merengut.

"Memang. Terus kenapa?", ngeyel Key.

"Kau mengganggu.", eluh Hyun In.

"Peduli apa. Masak, masak saja. Hehe.", ngeyel Key semakin menjadi.

"Dasar.", ledek Hyun In. Ia tetap memasak dan membiarkan Key memeluknya.

"Aku mencintaimu.", celetuk Key tiba-tiba.

"Aku tau.", saut Hyun In menyentuh wajah Key lembut. Key tersenyum. Ia mengeratkan pelukannya.








Fan Fiction.. Complicated.. Part 13


Hyun In merebahkan kepalanya pada pundak Key di saat keduanya sedang nyaman memandang langit malam.

"Jagiya. Maafkan aku.", kata Key ditengah keheningan mereka.

"Mwo?", Hyu In tampak heran. 'Maaf? Maaf untuk apa?', ini yang ada dalam pikiran Hyun In.

"Jagiya, lebih baik kita akhiri saja hubungan kita.", lirih Key. Bagai ditimpa beban yang begitu berat. Hyun In merasakan kesesakan yang membelenggu dirinya. Yang ia takuti terjadi. Ia bangkit dari sandaran pada pundak Key.

"Tapi...", aliran air mata Hyun In menahan kata-katanya.

"Maafkan aku. Aku kira, kau lebih baik mencari pria yang seumuran denganmu. Yang pantas untukmu. Kau lihat aku? Aku masih kuliah. Mana masa depanku? Jagiya. Aku mohon kau jangan marah padaku. Tapi ini demi kebaikan kita.", jelas Key mencoba memberi alasan agar Hyun In mengerti.

"Bohong. Bukan itu alasanmu. Kau malu punya kekasih, yang jauh lebih tua darimu. Kau jahat. Katanya kau mencintaiku. Mana? Baru saja kau katakan itu? Mana Key?", bentak Hyun In yang akhirnya menangis semakin keras.

"Sungguh. Maafkan aku jagiya. Aku memang egois. Benar maafkan aku. Aku seperti ini karena mencintaimu.", mohon Key memelas, ia memeluk Hyun In erat.

"Kau jahat Key. Kau jahat.", lirih Hyun In meraung-raung memukul dada Key dengan tangannya.

"Maafkan aku Hyun In. Maafkan aku.", kata-kata ini terus saja meluncur dari mulut Key. Hyun In menangis, dan hanya menangis. Sampai ia tertidur di pelukan Key karena terlalu lelah menangis. Key membopong Hyun In ke dalam kamar.

"Maaf jagiya. Tapi aku tidak kuat.", bisik Key di telinga Hyun In. Ia mengecup kening Hyun In. Ada ragu dalam keputusannya. Namun, ia mengambil resikonya. Iapun pergi dari apartement Hyun In yang entah kapan, akan ia injak lagi.

....

Ahnka nampak begitu senang memulai hari. Karena hari ini tepat dua tahun, ia dan Jaejoong menjadi sepasang kekasih.

Ahnka langsung membaca pesan di ponselnya saat ia baru saja bangun dari tidur.


From : Bebe

Bubu bangun. Kau pasti masih tidur dan bau kan? Hehe. :p
Ingat tidak sekarang tanggal berapa? 26 Mei. Ada apa? Ayo tebak?
Hari ini tepat dua tahun. Tidak terasa aku mencintaimu sudah dua tahun. Semoga semuanya berjalan dengan baik. Amien.
Saranghaeyo Yeogwonhi bubuku. <3
Muaaaaach.*Morning Kiss


*ada yg tau apa arti dibalik 26 Mei?*


Ahnka tersenyum, walau tidak terlalu romantis dalam kata-katanya. Tapi dia senang, Jaejoong mengingat tanggal ini. Seperti tahun lalu, dan setiap tanggal 26 disetiap bulannya. Jaejoong tidak pernah lupa mengucapkan ucapan anniversary. Ini membuat Ahnka seperti gadis paling bahagia di muka bumi.

"Lebih baik tidak usah dibalas, biar dia kesal. Hehe.", gumam Ahnka jahil pada dirinya sendiri. Ia ingin membuat kejutan pada Jaejoong. Tapi dia harus menunggu nanti malam. Karena Ahnka yakin, Jaejoong sedang sibuk berkerja dan baru free saat malam hari.

Ahnka tersenyum-senyum. Dua tahun yang menyenangkan bersama Jaejoong.
"Aku harap selamanya. Amien.", pinta Ahnka dalam hati.

....

Siwon tampak malu-malu menatap Hyoo Won, yang kini duduk di sampingnya. Malam ini, ia ingin menyatakan perasaannya pada Hyoo Won. Namun, ia masih malu. Inilah kelemahannya. Terlalu lamban memberikan kepastian, sehingga sering ditinggal wanita incarannya. Beruntung saja Hyoo Won masih sabar.

"Oppa, katanya mau bicara.", tegur Hyoo Won malu. Siwon meremas jari jemarinya sendiri.

Siwon menarik nafas panjang.
"Aku mencintaimu.", kata Siwon cepat. Hyoo Won tersenyum geli.

"Oppa bicara apa? Seperti pesawat saja, cepat sekali.", goda Hyoo Won. Siwon menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hyoo Won, aku mencintaimu. Maaf baru mengatakannya sekarang. Tapi aku memang benar mencintaimu.", kata Siwon lembut. Hyoo Won tersenyum manis. Kedua tangannya diggengam erat Siwon. "Apa kau juga mencintaiku? Maukah jadi kekasihku?", tanya Siwon bertubi-tubi. Hyoo Won tiba-tiba menjadi gugup ditanya seperti itu dengan tatapan penuh harap dari Siwon. Suasana jadi hening.

"Aa.. Aa.. ku..", gugup Hyoo Won terhenti.

Braaakkk
Pintu dibuka paksa Ahnka, menimbulkan suara keras pintu yang membentur tembok. Tanpa menyapa, bahkan tidak peduli akan sekitarnya, Ahnka segera berlari naik ke kamarnya dengan tangisan yang tak terelakan.

Siwon dan Hyoo Won yang melihat Ahnka dalam kacau, segera menyusul gadis itu ke kamarnya. Mereka mendapati Ahnka tidur memunggung membenamkan wajahnya dalam bantal. Isak tangis terdengar begitu kencang berasal dari tangisannya.

Siwon menghampiri Ahnka, ia duduk di tepi tempat tidurnya. "Ada apa?", tanya Siwon. Ahnka masih larut dalam tangisnya.

"Jangan ditanya dulu oppa. Dia masih butuh menangis.", sela Hyoo Won yang mengerti.

Serasa sudah tenang, Hyoo Won mencoba untuk bertanya. Namun, ponsel Ahnka lebih dulu berbunyi. Siwon melihat siapa yang menelepon. Tertera nama 'bebe' disana.

"Bu dengarkan aku.", rajuk Jaejoong langsung saat telepon diangkat.

"Ini aku hyung.", sela Siwon.

"Matikan teleponnya.", Ahnka bangkit dari tidurnya. Matanya sembab berkaca-kaca. Ia merebut ponselnya dan membantingnya.

"Aku kira hari ini, aku bisa memberikannya kejutan. Tapi ternyata aku yang terkejut. Hari ini seharusnya aku bahagia. Memangnya apa salahku? Kenapa dia harus berselingkuh. Oppa apa salahku? Katakan apa salahku.", Ahnka mengguncang tubuh Siwon dalam tangisnya. "Aku mencintainya, tapi kenapa seperti ini. Kenapa harus dengan Yun...", Ahnka menghentikan kata-katanya. Ia kembali menangis. Siwon geram akan ini. Tega-teganya Jaejoong, sahabatnya yang ia kenal baik mengkhianati adik perempuan satu-satunya.








Fan Fiction.. Complicated.. Part 14


-Flashback-

Ahnka dengan kotak karton kecil di tangannya, yang berisi dasi yang sudah ia beli dari dua hari yang lalu. Rasanya ingin segera memberikan hadiah kecil itu untuk kekasih tercintanya.

"Hyungmu dimana Key?", tanya Ahnka pada Key yang sedang duduk menonton televisi.

"Tidak tau, aku baru pulang. Tanya Junsu hyung saja.", jawab Key malas-malasan.

"Ketus sekali. Pasti habis bertengkar dengan Hyun In onnie ya.", sindir Ahnka. Key menyipitkan matanya.

"Huah Ahnka berisik. Sana ah.", kesal Key. Ahnka tertawa kecil. Lalu berlari ke arah Junsu yang sibuk dengan laptopnya.

"Oppa, lihat Jae oppa tidak?", tanya Ahnka. Junsu menyipitkan mata.

"Di ruang kerjanya cari saja.", jawab singkat Junsu.

"Aish, sepertinya keluarga Kim lagi pada sinis. Sedih sekali.", sindir Ahnka bergurau.

"Jangan ganggu aku kerja. Sana Ahnka jelek.", usir Junsu. Ahnka kembali tertawa.

"Iya, lagipula siapa yang mau mengganggu. Aku kan mau mencari bebeku.", ngeyel Ahnka yang langsung kabur. Ia segera pergi ke ruang kerja Jaejoong.

Jaejoong sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya. Ya kali ini, dia benar-benar harus menyelesaikan pekerjaan kantornya yang menumpuk.

"Jangan menggangguku Yun.", sergah Jaejoong pada Yunho yang terus saja menciumi belakang telinganya.

"Tidak mengganggu, aku hanya menemanimu.", ngeyel Yunho akan perbuatannya.

"Hahaha. Bodoh. Ini bukan menemaniku.", geli Jaejoong. "Kau tau Yun, hari ini dua tahun aku berhubungan dengan Ahnka.", beritahu Jaejoong memutar kursinya ke arah Yunho yang berada di sampingnya.

"Jangan sebut namanya jika bersamaku.", kesal Yunho ia memicingkan matanya tajam.

"Kenapa kau harus marah? Seharusnya dia yang marah bukanmu. Karena kau yang merebutku darinya.", saut Jaejoong memanjakan Yunho. Ia mengecup bibirnya hangat. Yunho tersenyum.

"Mencintaimu.", ujar Yunho. Jaejoong tersenyum.

"Aku juga, aku sangat mencintaimu, Yunho.", balas Jaejoong. Mereka tidak menyadari sepasang mata yang sudah mengalirkan air matanya dengan deras karena menyaksikan kemesraan dua pria itu dari awal sampai akhir.

Bruukk
Bungkusan kecil di tangan Ahnka jatuh ke lantai. Sontak Jaejoong dan Yunho menoleh ke arah suara. Dengan tangisan suara keras, Ahnka berlari meninggalkan ruang kerja bahkan rumah Jaejoong.

-End of Flashback-

....

Younhee mendatangi kakaknya yang terlihat lesu.
"Oppa kau ini kenapa sih?", tanya Younhee, Yunho menggeleng.

"Tidak apa-apa. Sudahlah jangan menggangguku. Lebih baik kau urusi saja pernikahanmu itu.", ketus Yunho. Semenjak malam itu, Jaejoong sama sekali enggan berbicara dengannya. Dan itu membuat kepala Yunho pusing.

"Galak sekali.", kesal Younhee. Yang langsung berlalu dari sana sambil bergerutu. Iapun menelepon Junsu saat sampai di kamarnya.

"Yeobohaseyo jagiya.", sapa Junsu.

"Oppa aku kesal pada Yunho oppa. Aku tanya baik-baik. Dia malah marah-marah.", adu Younhee berapi-api. Junsu tertawa.

"Kau ini seperti itu saja ribut seperti ini. Seperti anak kecil saja.", ledek Junsu. Younhee merengut di karenanya.

"Oppa sama saja. Menyebalkan.", manja Younhee.

"Kau ini. Mungkin bulan ini adalah bulan orang-orang frustasi. Kau tau, dirumahku. Tidak Jae hyung, tidak Key. Semua mudah sekali marah-marah. Jadi bukan kau saja yang kena amuk jagiya.", jelas Junsu membuat Younhee tertawa.

"Oppa juga suka marah-marah.", ledek Younhee.

"Itu kan jika aku sedang frustasi dengan pekerjaanku saja. Tapi kan jarang jagiya.", eles Junsu. Younhee kembali tertawa.

"Payah tidak mau mengaku. Hehehe. Iya, jarang tapi suka.", sindir Younhee dengan senang.

"Iya mengaku. Jagi. Berapa minggu lagi pernikahan kita?", Junsu mengalihkan topik.

"Tujuh minggu. Memangnya kenapa?", heran Younhee.

"Tidak apa-apa. Semoga berjalan dengan baik. Ini sudah malam, kau selalu tidur malam.", kata Junsu sedikit kesal.

"Iya aku tau. Galak. Aku mau tidur. Jangan merindukanku ya oppa.", gurau Younhee. Junsu geli mendengarnya, sehingga suara tawa lumba-lumbanya terdengar jelas.

"Tenang saja, aku tidak akan merindukan gadis cerewet sepertimu. Hehehe. Malam jagi.", timpal gurau Junsu.

"Malam oppaku.", kata-kata terakhir sebelum Younhee memutus teleponnya.

....

"Kau ini lesu sekali Key?", tegur Onew. Key mengeluarkan senyum terpaksanya.

"Ya seperti itulah Hyung. Sudahlah.", Key malas membahasnya. Onew mengerti mood Key sedang tidak baik. Tidak ada yang baik di perasaan Key yang merasa semuanya salah ia putuskan. Namun terkadang ia merasa benar dengan keputusannya. Yang pada akhirnya, tanpa sadar moodnya naik turun. Tapi yang ia tau pasti, ia begitu merindukan Hyun In.

....

Hyoo Won tampak ragu membicarakan sesuatu pada Siwon.
"Oppa mengenai pertanyaan oppa malam itu. Aku tidak bisa menerimanya. Aku tau oppa kecewa. Tapi aku tidak bisa jika melihat Ahnka onnie seperti ini. Oppa mengerti maksudku kan?", lirih Hyoo Won menundukan kepalanya. Siwon menghela nafasnya.

"Iya aku tau. Dan aku rasa, aku memang harus menunggu. Lagipula benar, dongsaengku sedang seperti ini.", sebenarnya Siwon kecewa. Tapi apa daya ini yang diputuskan Hyoo Won dari dalam hatinya, ia hanya bisa menerima.

....

Ahnka menatap lurus ke arah dosen yang terus saja berbicara. Tatapan kosong yang tidak berarti.

"Aku juga, aku sangat mencintaimu, Yunho.", kata-kata dan semua yang malam itu disaksikan Ahnka terngiang lagi. Air mata kembali mengalir sempurna dari pelupuk matanya. Tangannya menutup kedua telinganya, berharap semua menghilang dari pikiran. Sedangkan hatinya hancur, tidak tau apa yang harus diperbuat. Menjalani haripun tidak bersemangat.









Fan Fiction.. Complicated.. Part 15


Hyun In menyibukan dirinya dengan pekerjaan. Ini satu-satunya cara melenyapkan Key dari pikirannya. Ini menyedihkan.

"Kau ini dimana jagi? Tidak pernah meneleponku sama sekali.", lirih Hyun In saat melihat fotonya dan Key di meja kerjanya. Seketika itu juga dia menutup foto itu di atas meja. Seakan begitu kesal dengan semua keadaan ini.

....

Jaejoong menampik tangan Yunho yang berusaha menariknya sebelum memasuki lift. Ia segera masuk ke dalam lift, namun Yunho segera menyusul masuk.

"Kenapa marah padaku?", bentak Yunho sesaat pintu lift tertutup.

"Mengerti aku Yun.", lemah Jaejoong.

"Tapi ini bukan salahku.*what?* Jadi bisakah kau biasa saja padaku.", pinta Yunho yang seakan terlalu egois.

"Aku tau, memang bukan salahmu. Ini salahku. Dan biarkan aku menebusnya. Bisakah.", tak kalah keras Jaejoong berkata.

"Tapi kita saling mencintai.", nada suara Yunho mulai melemah.

"Tapi aku juga mencintainya. Aku mohon jangan membuatku makin merasa bersalah.", lirih Jaejoong. Ia segera keluar dari lift ketika pintu terbuka.

....

Key memperhatikan kantor Hyun In dari parkir mobil yang tersembunyi. Rindu benar-benar melandanya. Ia berharap melihat Hyun In keluar dari kantornya saat jam pulang kerja.

Ada senyum kecil di bibir Key, saat Hyun In menampakan batang hidungnya. Ia lega melihat Hyun In yang tersenyum manis dan melambai pada teman kerjanya. Paling tidak Hyun In baik-baik saja sekarang ini.

"Jagiya maafkan aku.", gumam Key. Yang kemudian menancap gas mobilnya pergi dari kantor Hyun In.

Selintas Hyun In menangkap mobil yang sudah ia kenal pergi keluar kantornya. Walau hanya sekilas. Tapi ia tau itu mobil siapa.

"Jagiya apa kau merindukanku?", seulas senyum mengembang di sudut bibir Hyun In.

....

Ahnka bersikap seperti biasa, mencoba menghilangkan Jaejoong dari pikirannya. Ia berusaha menangkap kata-kata Hyoo Won yang mengajaknya bergosip tentang teman sekelasnya. Ahnka hanya mendengarkan namun tidak merespon. Cuma sesekali senyum kecil di sudut bibir.

Tangan besar menutup mata Hyoo Won. Sedangkan matanya memberi isyarat 'jangan bilang-bilang' pada Ahnka. Ahnka memandang miris pemandangan di depannya.

"Yaa ini pasti Siwon oppa.", tebak Hyoo Won. Siwon tertawa.

"Tau saja. Lama menungguku ya.", Siwon melepas tangannya dari mata Hyoo Won. Sedangkan tangannya beralih mencubit pipi Hyoo Won gemas. Sikap Siwon pada Hyoo Won mengingatkan Ahnka pada Jaejoong. Air mata Ahnka mengalir sedikit, lalu segera ia hapus.

"Oppa aku tunggu di mobil ya.", pamit Ahnka terburu-buru.

Keduanya menatap punggung Ahnka yang menjauh.
"Oppa seharusnya jangan seperti tadi, jika di depan onnie.", kesal Hyoo Won yang sebenarnya dia juga merasa bersalah.

"Iya maafkan aku.", sesal Siwon. "Jae hyung benar-benar keterlaluan.", geram Siwon. Hyoo Won menangkupkan kepalanya di atas meja.

"Tidak nyaman melihat onnie seperti ini.", eluh Hyoo Won yang mulai merasa perih.

Ahnka kehilangan cerianya, termasuk keceriaan orang-orang di sekitarnya. Bukan maksudnya, semua jadi merasa sepertinya. Hanya saja Ahnka tidak bisa menahan rasa sedihnya. Sejak malam itu, ia sama sekali enggan bertemu Jaejoong. Pikirannya terus saja tertuju pada peristiwa malam itu. Seperti katanya, ia bisa mati jika tanpa Jaejoong. Itu benar, sampai saat ini Ahnka seperti orang mati.

"Bebe. Kau tega sekali. Apa salahku?", gumam Ahnka dalam tangisnya.

....

"Arrggghh.", teriak geram Jaejoong. Berulang kali, ia mencoba menghubungi ponsel Ahnka. Selalu saja tidak aktif. Semua pekerjaannya jadi sedikit terbengkalai. Ia bingung, harus bagaimana. Ia sadar, ia menyakiti keduanya. Terlebih Ahnka. Dia merasa begitu bodoh, kenapa hal seperti ini bisa terjadi. Ia memutuskan untuk ke kampus Ahnka menjemput gadisnya. Ia tau betul jadwal kuliah Ahnka dan sore ini dia belum pulang. Ia mengambil kunci mobilnya dan segera pergi ke kampus Ahnka.

Sampai di kampus ia melihat Hyoo Won dan Siwon. Segera saja ia mendatangi. Mencari tau dimana Ahnka tanpa menyadari wajah Siwon yang mengeluarkan sorot mata hendak membunuh pria di hadapannya. Belum juga Jaejoong mengeluarkan suara. Siwon sudah lebih dulu mencengkram kerah kemeja Jaejoong.

"Kau apakan dongsaengku.", geram Siwon.

Buuukkk
Sebuah pukulan bersarang di pelipis kiri Jaejoong. Jaejoong terkejut.

Buuukkk
Pukulan selanjutnya dan selanjutnya diberikan pada wajah Jaejoong.

"OPPAAA HENTIKAN!!", sergah Ahnka yang turun dari mobil. Air matanya turun dengan deras.

"Tapi ini belum cukup karena dia telah menyakitimu.", bantah Siwon yang kembali memukul Jaejoong.

"Cukup oppa. Kau menyakitinya sama saja menyakitiku.", lirih Ahnka yang menutup matanya. Lalu terdiam sejenak.
"Apa salahku? Beritahu aku. Apa aku tidak perhatian padamu? Apa aku menyusahkanmu? Apa aku terlalu manja? Apa aku terlalu menyebalkan? Kau bisa memarahiku. Bahkan kau bisa memukulku. Aku tidak apa-apa. Atau karena kau bosan padaku? Apa karena kau tidak mencintaiku? Tolong beritahu aku cara agar kau mencintaiku. Aku akan berubah sesuai keinginanmu. Aku sangat mencintaimu. Tapi kenapa?", raung Ahnka. Siwon menatap adiknya. Ia melepas kemeja Jaejoong dan meraih tubuh adiknya.

"Kau lihat perbuatanmu? Aku menyesal memberikan adikku padamu.", dingin Siwon. Ia menuntun Ahnka kembali ke mobil diikuti Hyoo Won.

Jaejoong menelan ludahnya. Tidak menyangka semua jadi seperti ini. Ia menatap laju mobil Siwon yang menjauh.
"Aku belum menjelaskan bu. Bukan seperti itu. Maafkan aku.", lirih Jaejoong. Ia kembali ke mobilnya dengan rasa bersalahnya.

No comments:

Post a Comment