Monday, November 8, 2010

Fan Fiction.. Mianhae..

Main Cast :

- Ludvi Hergitasari as Shim Hee Gi

- Eun Hyuk as Lee Hyuk Jae


2nd Cast :

- Yohana Novianti as Lee Hye Hae

- Lee Dong Hae


Unimportant Cast:

- Me as Choi Ahnka

- Kim Jaejoong





PS : EunHae lagi exis tingkat tinggi di FFku




Lanjud.


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


Heegi menendang botol air minum mineral yang ada di hadapannya. Ia begitu kesal pada seseorang.

"Aaaaawww.", teriak namja yang kepalanya terkena botol air mineral itu. "KAU BENAR-BENAR BABO YA.", teriak namja itu kesal.

"Sial sekali mengataiku babo.", geram Heegi pelan.

"Kau yang babo Hyuk Jae.", teriaknya pada namja yang bernama Hyuk Jae itu.

"Aku sunbaemu. Tidak sopan sekali.", marah Hyuk Jae Heegi menyeringai.

"Sunbae dalam tahun masuk sekolah. Tapi umurmu tetap saja hanya lebih tua satu bulan denganku. Jadi jangan sok merasa sunbae di hadapanku.", ketus Heegi.

"Yaa Shim Heegi.", Hyuk Jae geram, tanpa sadar ia hendak memukul Heegi. Namun dengan cepat, Heegi menangkis, malah ia memiting sebelah tangan Hyuk Jae ke belakang.

"Kau lupa, aku peraih medali emas di Asian Games.", angkuh Heegi yang merupakan atlet muda Taekwondo kebanggaan Korea Selatan.*im proud of you*

"Tapi kau lupa aku bersabuk hitam DAN 1, sedangkan kau masih merah strip 2. Tingkatku diatasmu.", kini Hyuk Jae malah membalik posisi memiting tangan Heegi. Heegi dan Hyuk Jae adalah atlit cabang olahraga asli dari negeri ginseng itu. Dan mereka bersekolah di sekolah khusus atlit milik pemerintah negara Korea Selatan. Tidak mudah untuk masuk sekolah itu. Semua adalah atlit pilihan yang sebagian besar sudah di pantau oleh para pelatih masing-masing cabang olahraga.

Saat masuk ke sekolah itu Heegi masih menggunakan sabuk biru. Namun, dalam dua tahun dia berhasil naik tingkat meraih sabuk merah strip 2. Sedangkan Hyuk Jae saat masuk ke sekolah itu masih bersabuk hijau strip, dalam tiga tahun, ia mendapatkan sabuk hitam DAN 1. Untuk tingkatan sabuk hitam DAN,itu masih terlalu rendah.*buset ga salah, dapet hitam DAN 1 aja susah buju buneng. Dibilang rendah.*

"Tapi aku pernah mengalahkanmu.", angkuh Heegi lagi. Hyuk Jae tertawa mengejek.

"Kapan? Itu lima tahun yang lalu. Saat aku masih dengan sabuk putih. Sedangkan kau kuning strip. Sekarang, siapa yang lebih cepat mendapat sabuk hitam DAN 1? Aku kan. Padahal aku hoobaemu dulu. Jadi jangan terlalu angkuh.", kata Hyuk Jae. Heegi menatap Hyuk Jae sinis.

Hyuk Jae dan Heegi adalah teman sejak kecil. Mereka dulu begitu dekat. Mereka sama-sama menyukai bela diri Taekwondo. Hyuk Jae menyukai Taekwondo karena ia sering menemani Heegi latihan Taekwondo. Ia jadi tertarik menjadi seorang Taekwondoin. Awalnya semua baik sampai mereka memutuskan mengikuti seleksi masuk sekolah khusus atlit itu tiga tahun yang lalu. Dan ternyata yang berhasil lolos adalah Hyuk Jae. Heegi yang merasa menggeluti dunia Taekwondo lebih dulu dibanding Hyuk Jae merasa tidak senang akan keberhasilan Hyuk Jae. Ia mulai membenci Hyuk Jae secara perlahan dan semakin membenci. Rasa bencinya membuat dia bertekad untuk berhasil masuk ke sekolah itu setahun setelahnya. Dan itu terwujud. Hyuk Jae begitu senang saat mengetahui Heegi lolos seleksi. Namun, apa yang ia dapat. Heegi menampakan sifat tidak bersahabatnya sampai detik ini.

"Terserah apa katamu pengkhianat.", sindir Heegi berhasil melepaskan diri. Ia kembali ke kelasnya. Hyuk Jae hanya menatapnya kesal bukan main dan kembali ke kelasnya.

"Tetap saja tidak mau berubah.", gerutu Hyuk Jae.

.............................................................................................................


-Hye Hae POV-

Aku membuang nafasku, saat ia menendang kursi tepat di sebelahku. Aku tau, dia biasa seperti ini jika berhubungan dengan Hyuk Jae sunbae. Mereka selalu saja bertengkar. Aku sampai pusing dibuatnya.

"Kau kenapa lagi Heegi-ah? Hyuk Jae sunbae lagi?", tanyaku pada sahabatku ini.

"Siapa lagi. Kau tau sikapnya sok sekali.", ia mengumpat begitu benci. Aku menggelengkan kepalaku heran.

"Tapi aku rasa Hyuk Jae sunbae orang yang baik.", celetuk Ahnka, sahabatku yang lain. Aku, Ahnka dan Heegi masuk sekolah ini pada tahun yang sama. Kami bertiga bersahabat karena dua tahun ini kami satu kelas dan asrama kami berdekatan. Tapi aku bukanlah atlit dari cabang Taekwondo seperti Heegi. Aku atlit dari cabang bulu tangkis. Sedangkan Ahnka dari cabang bola basket, cocok sekali dengan postur tubuhnya yang tinggi.

"Orang baik tidak akan menusuk orang lain dari belakang.", seram Heegi, tangannya mengepal keras.

"Sudah jangan dipikirkan.", suruhku menenangkannya. Dia tersenyum dan menghempaskan ke sandaran kursi. Karena pelajaran sudah mau di mulai. Ahnka kembali duduk manis di kursinya tepat satu meja di depan mejaku dan Heegi.

"Bubu.", seorang namja yang baru datang tiba-tiba memeluknya hangat. Memang pasangan kekasih ini sering sekali mengumbar kemesraan dimana-mana. Dasar pasangan bubu bebe.

"Lama sekali. Untung Kim songsaengnim belum datang. Aku kan merindukanmu.", manja Ahnka. Merindukan? Setauku mereka berdua tidak pernah lepas sedetikpun.*lebay*

"Iya bu. Makanya aku beri hadiah sebagai permintaan maafku.", kata Jaejoong kekasih Ahnka yang melumat bibir Ahnka. Jaejoong juga atlit dari cabang bola basket, dia masuk satu tahun lebih dulu dibanding kami.

"Yaa hentikan kemesraan kalian.", suruh Heegi kasar. Dia memang tipikal yeoja yang sedikit kasar. Merekapun menghentikan ciuman mereka dan duduk di kursi mereka.

........................................................................................................


-Author POV-

Dua minggu lagi akan diadakan ujian kenaikan tingkat. Yang jelas Heegi benar-benar menginginkan mendapat sabuk hitam. Dan ia berdoa agar Hyuk Jae tidak lolos dalam ujian sabuk hitam DAN 2. Ia tidak ingin melihat Hyuk Jae semakin besar kepala.

Karena itu. Heegi terlalu berat memforsir tubuhnya. Selain jadwal latihan rutin pagi, sore sampai malam. Setiap pulang sekolah, ia juga latihan sendiri. Sampai iapun jatuh sakit, karena terlalu lelah.

Bruuukkk
Heegi tiba-tiba jatuh pingsan. Itu membuat Ahnka dan Hye Hae terkejut. Tidak terkecuali Jaejoong yang berjalan tepat mengiring Heegi.

"Heegi.", teriak semua. Ahnka jadi panik.

"Bebe, jangan diam saja. Walaupun aku sedikit tidak rela. Cepat bopong dia ke ruang kesehatan.", suruh Ahnka dengan wajah ikhlas tidak ikhlas. Ada cemburu, tapi mau bagaimana. Hanya Jaejoong pria yang ada.

Dengan cepat Jaejoong membopong tubuh Heegi. Di tengah jalan Hyuk Jae melihat, ia jadi panik.

"Heegi kenapa?", tanya Hyuk Jae.

"Tiba-tiba pingsan.", saut Hye Hae.

"Sini aku saja yang membopongnya.", Hyuk Jae mengambil tubuh Heegi dari tangan Jaejoong. Dengan panik ia berlari ke arah ruang kesehatan. Hye Hae, Ahnka, dan Jaejoong saling pandang.

"Bukannya mereka tidak akur ya. Kenapa Hyuk Jae panik sekali?", heran Jaejoong. Ahnka menggeleng. Hye Hae mengangkat bahunya. Memang tidak ada yang tahu, kenapa Heegi membenci Hyuk Jae.

"Molla. Ayo kita susul mereka.", kata Hye Hae. Merekapun menyusul ke ruang kesehatan.

"Dia tidak apa-apa kan songsaengnim?", tanya Hyuk Jae panik pada sang dokter.

"Dia hanya lelah. Sepertinya dia terlalu memforsir tubuhnya.", jawab sang dokter.

"Pasti karena ujian naik tingkat.", celetuk Hye Hae. Hyuk Jae menatap Hye Hae sangsi.

"Hye Hae.", kaget sang dokter yang melihat Hye Hae tiba-tiba saja muncul.

"Annyeong Donghae oppaku sayang.", gurau Hye Hae. Donghae menyipitkan matanya.

"Biarkan dia istirahat. Aku keluar dulu ya. Ada urusan.", pamit sang dokter yang bernama Donghae, dia menarik kuat lengan Hye Hae keluar.

"Kalian kembali saja ke kelas. Biar aku yang menjaga Heegi.", ramah Hyuk Jae. Ahnka mengangguk.

"Kami tinggal ya sunbae.", pamit Ahnka. Jaejoong merangkul pinggang Ahnka dan dibawanya pergi.

Donghae membawa Hye Hae ke ruangannya.
"Satu minggu tidak mengabarkanku. Kemana saja?", protes Donghae. Dokter muda ini adalah kekasih Hye Hae.

"Mian oppa. Begitu saja marah.", gurau Hye Hae tanpa sesal.

"Bagaimana tidak marah. Aku telepon, kau tidak pernah mengangkatnya. Apa sudah bosan denganku?", tanya Donghae. Hye Hae menggeleng.

"Aniya oppa. Ponselku tidak bisa menerima telepon.", Hye Hae memberi alasan. Donghae menyipit.

"Kenapa tidak mengirim pesan? Atau menemuiku disini?", selidik Donghae masih curiga. Hye Hae mengecup pipi Donghae.

"Lupa oppa. Sudah ah, jangan marah-marah.", rajuk Hye Hae. Donghae sebenarnya masih kesal. Tapi ia mengalah. Donghae memeluk Hye Hae.

"Merindukanmu tau.", eluh Donghae.

"Aku juga oppa. Manja.", gurau Hye Hae. Donghae merengut.

"Tidak peduli.", Donghae makin memeluk Hye Hae.

"Sebenarnya aku sengaja oppa. Aku ingin tau kau merindukanku atau tidak. Hehe.", gurau Hye Hae.

"Sudah pasti merindukanmu gadis nakal.", gurau Donghae. Hye Hae hanya tersenyum tanpa dosa.

Hyuk Jae masih menemani Heegi yang belum juga siuman.

"Kau ini kenapa sampai memforsir tubuhmu. Jadi pingsan seperti ini.", gumam Hyuk Jae. Sesekali ia menyentuh kening Heegi. Mengecek suhu tubuh Heegi. Walaupun tetap pada suhu normal.

Akhirnya Heegi terbangun dari pingsannya. Dan melihat Hyuk Jae di sampingnya. Walau masih samar, tapi Heegi sudah merasa kesal.

"Mau apa kau disini? Pergi sana.", usir Heegi. Hyuk Jae tampak senang dan juga sedih.

"Tadi kau pingsan Heegi. Jangan terlalu memaksa dirimu untuk latihan. Kau terlalu lelah.", kata Hyuk Jae dengan lembut.

"Siapa peduli. Bukan urusanmu juga. Sana pergi.", ketus Heegi. Hyuk Jae menggeram.

"Terserah. Tapi aku minta ingat kesehatanmu.", dingin Hyuk Jae, iapun meninggalkan Heegi sendiri. Heegi mencibir kesal.


.........................................................................................................


Hyuk Jae tidak bisa biasa saja, ia khawatir dengan kesehatan Heegi. Saat jadwal latihan, ia tidak bisa berkonsentrasi. Karena terus memperhatikan Heegi. Ia takut Heegi ambruk lagi.

Buuukkk
Tendangan lawan yang tidak bisa dibilang keras sudah mampu melumpuhkan Hyuk Jae.

"Mianhae songsaengnim.", Hyuk Jae menundukan kepalanya pada sang pelatih. Ia mengerti tatapan sang pelatih yang menuntut Hyuk Jae untuk berkonsentrasi.

"Kalau begitu kau istirahat dulu.", perintah sang pelatih. Hyuk Jae berjalan gontai. Ia terus memperhatikan Heegi dari tempatnya duduk. Heegi yang merasa dirinya diperhatikan dengan segera memicingkan mata pada Hyuk Jae. Hyuk Jae tersenyum, membuat Heegi jadi kesal.

Akhirnya latihan usai. Hyuk Jae dengan cekatan menghampiri Heegi.

"Kau pasti lelah, ini minum.", Hyuk Jae menyodorkan botol air mineral pada Heegi.

Heegi diam saja, ia mengambil botol minuman dari tasnya.

"Apa kau baik-baik saja. Tidak pusing kan?", cemas Hyuk Jae. Heegi menyeringai.

"Aku tidak apa-apa.", sinis Heegi. Hyuk Jae menarik nafas.

"Kenapa sih kau membenciku? Kita kan teman.", tanya Hyuk Jae.

"Itu dulu! Lebih baik, sekarang kau urusi saja ujian naik tingkatmu. Aku harap kau gagal.", kata Heegi kesal.

"Jadi kau ingin aku gagal. Baik.", kata Hyuk Jae, ia bangkit dan meninggalkan Heegi. Di otaknya, ia akan mengabulkan keinginan Heegi.

................................................................................................

-Heegi POV-

"Huhuhu. Sakit bubu.", teriak Jae sunbae saat Ahnka menggigit lengannya.*kebiasan aku suka gigit orang*

"Gemas bebeku. Coba sini lihat.", Ahnka menaikan lengan baju Jae sunbae. Astaga, kulitnya sedikit terbuka dan berwarna biru. Kebiasaan, kalau sudah menggigit, dia benar-benar ratu tega. Dia tau kulit kekasihnya sedikit terbuka malah tertawa senang. Jae sunbae tampak pura-pura kesal.

"Kau ini, biru tau.", eluhnya menurunkan kembali lengan bajunya. Aduh iri juga melihat mereka. Aku jadi mau punya pacar. Tapi siapa ya?

"Jangan dibalas. Sakit.", manja Ahnka saat Jae sunbae menggigit pipi Ahnka benar-benar gemas. Dua orang sudah gila.

"Kau jorok sekali sunbae. Ya ampun.", ledekku. Jae sunbae malah tersenyum senang. Hye Hae kemana lagi. Sudah siang seperti ini belum muncul-muncul. Pelajaran pertama sudah membolos, sekarang masa membolos lagi. Benar-benar jadi obat nyamuk. Pasangan kekasih di depanku malah semakin menjadi-jadi.

"Emmmmm.", desahan yang keluar dari mulut Ahnka membuatku jadi gila.*ayo bube lg ngapaen*


-Author POV-

Hye Hae kini sedang bersama Donghae. Melepas rindu mereka. Sebenarnya mereka sama halnya dengan pasangan JaeKa. Suka bermesraan, namun mereka tau tempat. Tidak seperti JaeKa yang bermesraan dimanapun.

"Jagiya. Kau tidak masuk kelas. Ini sudah ganti pelajaran jagi.", tegur Donghae yang sedang memeluk Hye Hae.

"Ani, aku masih mau denganmu. Memangnya oppa sudah tidak rindu padaku.", manja Hye Hae. Bibirnya ia kerucutkan. Donghae tersenyum. Ia mengecup bibir Hye Hae lagi dan agi.*lagi?*

"Hentikan oppa, sejak pagi kau terus menghujaniku dengan ciuman.", sergah Hye Hae. Donghae mengacak-acak rambut Hye Hae karena gemas.

"Gadis nakal. Sudah sana masuk kelas. Aku tidak ingin, kena marah gurumu karena menyanderamu disini.", gurau Donghae dengan senyum liciknya.

"Iya, iya oppa. Aku ke kelas. Dah oppa.", Hye Hae berlari kecil kembali ke kelasnya.

......................................................................

Akhirnya waktu ujian naik tingkatpun tiba. Heegi benar-benar sudah tidak sabar sedangkan Hyuk Jae tampak biasa saja menghadapi semuanya. Bukan karena dia angkuh, yakin dapat menaklukan segalanya dengan mudah. Tapi ia akan mengalah. Bukan mental seorang juara dan seorang olahragawan. Tapi ini ia lakukan untuk sahabatnya Shim Heegi. Sahabat terbaik yang selalu ia miliki.

Saatnya Hyuk Jae menjalanka ujiannya. Dia tumbang begitu saja hanya dalam satu kali tendangan keras tanpa perlawanan. Sang pelatih tampak kesal pada Hyuk Jae. Sudah sejak dua minggu terakhir ini Hyuk Jae bertingkah aneh. Dari setiap materi yang di ujiankan, tak ada satu materipun yang berhasil Hyuk Jae kuasai dengan sempurna. Ujian mendapat sabuk hitam DAN 2 untuk anak berusia 17 tahun, memang bukanlah hal mudah, tapi kalau begini caranya. Ia benar-benar memastikan gagal pada ujian kali ini.

Bruuukkk
Hyuk Jae kembali roboh dari tendangan keras. Suara benturan yang keras mampu mengusik pendengaran Heegi. Heegi langsung memandang ke arah Hyuk Jae yang terduduk. Tahukah kalau sebenarnya benci dan cinta hanya terhalang sekat yang teramat tipis, lebih tipis dari sekedar kulit ari.

Ingin rasanya Heegi berlari mengulurkan tangannya untuk dijadikan pegangan kuat Hyuk Jae bangkit. Dan berkata 'Kau tak apakan?'. Itu yang ada jauh dalam benak Heegi. Benak yang terhalangi senyum tipis, senyum kepuasan bercampur keanehan. Semudah itukah Hyuk Jae tumbang.

Kini Heegi mendapatkan ujiannya. Diatas kursi panjang, Hyuk Jae mengeringkan keringatnya dengan handuk. Di dalam hatinya ia berdoa dengan tulus, semoga Heegi berhasil. Pernahkah ada yang tau seberapa perih harus mengalah dari sesuatu yang teramat kita senangi. Hyuk Jaepun tak tau seberapa beratnya ia harus mengalah. Ia gontai keluar dari tempat ujian. Dan tidak akan kembali, sampai saatnya pengumuman.

"Sial.", umpat Hyuk Jae menerjang botol air mineral yang ada di hadapannya.

Heegi melakukan dengan sempurna. Tidak ada yang bisa mengelak kemampuan gadis ini begitu luar biasa. Dengan sopan ia kembali ke tempat duduknya. Matanya berkeliling mencari sosok Hyuk Jae. Tapi hasilnya nihil. Ia keluar dari tempat ujian dan mendapati Hyuk Jae duduk di salah satu anak tangga dengan tangan yang dua-duanya menopang dagunya.

Entah karena angin apa Heegi duduk disamping Hyuk Jae. Hyuk Jae menoleh.

"Oh kau. Sudah puaskah?", sindir Hyuk Jae. Heegi menggeleng.

"Pengecut.", maki Heegi. Hyuk Jae menyipitkan matanya. "Begitukah mental seorang taekwondoin. Sengaja mengalah. Sengaja melakukan kegagalan. Apa kau kira aku senang? Aku senang jika kau gagal setelah kau berusaha mati-matian. Jika seperti ini, kau hanyalah pengecut. Seharusnya kau tidak pantas sama sekali mengenakan sabuk hitam. Kau bodoh.", bentak Heegi keras pada Hyuk Jae. Hyuk Jae hanya tersenyum.

"Aku memang bodoh. Bodoh mengalah hanya karena keinginan mengabulkan harapan seseorang yang membenciku. Bodoh karena ternyata hal itu semua sia-sia. Peduli apa dengan sabuk ini. Mau DAN 2, 3 ataupun 5 sekalipun. Jika sebenarnya orang itu lebih berharga dari apapun. Dan bodohnya lagi, sampai sekarang aku tidak tau, mengapa sampai ia begitu membenciku.", ujar Hyuk Jae panjang lebar, namun tetap fokus menatap ke depan. Ada sebutir air mata yang memaksa keluar dari pelupuk mata Heegi. Namun tetap ditahan di dalam.

"Aku membencimu, karena... Karena kau seorang... Pengkhianat...", jawab Heegi yang sebenarnya juga bingung dengan alasannya membenci Hyuk Jae.

"Pengkhianat. Aku ingin tertawa Heegi. Berkhianat karena apa?", tawa kecil terdengar mengiringi perkataan Hyuk Jae.

"Aku tidak tau. Cukup.", teriak Heegi. Keegoisannya yang sebenarnya jadi masalah disini.

"Heegi. Heegi cukup sudah. Rasanya aku terlalu lama merindukanmu.", Hyuk Jae menarik tubuh Heegi ke dalam pelukannya.

"Jangan peluk aku.", Heegi berusah mendorong Hyuk Jae.

"Ani. Aku merindukan sahabatku. Sahabatku yang tidak jelas tiba-tiba membenciku. Sahabatku yang begitu aku cintai.", kukuh Hyuk Jae yang tidak mau melepaskan pelukannya. Air mata kini benar-benar menerobos mengalir secara paksa dari pelupuk mata Heegi.

"Mianhae.", lirih Heegi. Gadis kuat ini ternyata bisa lemah juga. Itulah manusia, ada kelemahan dibalik kekuatan, begitu sebaliknya.

Hyuk JJae mendekatkan wajahnya. Membiarkan bibirnya bersentuhan dengan bibir Heegi begitu hangat. Ada cinta mengiringi mereka. Adakah hari yang paling bahagia diantara keduanya, benar saat inilah tepatnya.

Heegi mendorong tubuh Hyuk Jae.
"Aku mau masuk lagi.", Heegi berlari secepat kilat tanpa memandang wajah Hyuk Jae. Dia malu, semburat wajahnya bukan bias merah muda lagi. Tapi kini sudah berwarna merah padam.

"Aish gadis itu.", Hyuk Jae menggelengkan kepalanya. Ia bahagia. Hari ini ia melepas sesuatu yang berharga tapi ia mendapatkan seseorang yang jauh lebih berharga.

Semua memang berjalan sesuai harapan. Entah harapan siapa. Heegi resmi mengenakan sabuk hitam sedangkan Hyuk Jae tetap pada sabuk hitam DAN 1nya.

........................................................................

"Apa jadi dulunya kau dan Sunbae itu bersahabat? Tapi karena hanya itu. Kau membencinya? Kekanak-kanakan sekalì.", ledek Hye Hae dalam ketidak percayaannya setelah Heegi menceritakan semuanya.

"Ya begitulah aku. Setelah aku pikir, aku benar-benar kekanak-kanakan. Haha.", timpal Heegi yang bingung sendiri.

"Tapi yang penting sekarang kau sudah berbaikan dengannya. Malah sudah jadi sepasang kekasih.", senang Ahnka menggoda Heegi. Wajah Heegi kembali merona merah.

Sudah dua minggu Hyuk Jae menjalin hubungan percintaan dengan Heegi. Dan itu membahagiakan.

"Hentikan. Kemana Jae sunbae?", tanya Heegi mengalihkan topik. Ahnka tampak merengut.

"Jangan bicarakan dia. Aku sedang bertengkar dengannya.", kesal Ahnka bila mengingat Jaejoong lagi.

"Waeyo?", tanya Hye Hae. Ahnka hanya menggeleng dan memutar badannya kembaali menghadap ke depan.

"Karena cemburu melihatku makan siang satu meja dengan Yool Si.", sambar Jaejoong yang baru datang. Ahnka membuang muka dari Jaejoong.

Hye Hae dan Heegi hanya bisa saling pandang dan tertawa tak tertahankan. Jaejoongpun turut tertawa kecil. Ahnka mendengus.

Dari pintu kelas Heegi terlihat Hyuk Jae mengirim sebuah ciuman jarak jauh dan kedipan mata. Lalu berlalu kembali ke kelasnya. Jika seperti ini, Heegi jadi malu sendiri. Akhir-akhir ini wajahnya terlalu sering menampakan semburat merah. Tapi ia teramat bahagia karena itu.







-The End-

No comments:

Post a Comment