Monday, November 8, 2010

Fan Fiction.. Complicated.. Part 26 - Part 28..

Fan Fiction.. Complicated.. Part 26

Jaejoong memandang Ahnka dan Siwon bergantian. Ia tidak mengerti kenapa ada ketakutan pada diri Ahnka dan kemarahan pada diri Siwon.

"Untuk apa disini bersamanya?", tanya Siwon marah. Ia menyorot tajam pada Jaejoong.

"Kami- Oppa, aku sudah. Oppa jangan marah.", rajuk Ahnka yang tìdak bisa berkata-kata.

"Pulang.", Siwon menarik kasar tangan Ahnka.

"Aish jangan kasar.", marah Jaejoong.

"Kau hyung. Jangan dekati dongsaengku lagi. Kau bersenang-senang saja dengan selingkuhanmu itu.", kecam Siwon dengan tatapan tajam.

"Aniya, aku mencintai Ahnka. Aku memang salah dengan kebodohanku itu. Tapi aku sudah tidak mencintai dia. Jadi aku mohon biarkan Ahnka bersamaku.", pinta Jaejoong. Ia tidak menyadari di ujung ruangan sana ada sepasang mata yang menangkap semua gerak-gerik mereka. Senyum sedih terpancar dibibirnya.

"Kata-kata yang bagus Joonggie.", lirihnya. Ia melonggarkan dasinya, dan segera pergi dari sana. Jaejoong sekilas melihat siapa orang itu.

'Yunho.', batin Jaejoong. Saat Jaejoong konsentrasi pada Yunho. Ia tidak sadar Ahnka sudah ditarik paksa keluar dari restaurant.

Di dalam mobil, Ahnka menangis begitu dahsyat. "Oppa. Kau jahat sekali. Aku yang jalani hidupku. Bukan oppa. Jangan atur hidupku.", marah Ahnka benar-benar. Hyoo Won menatap jengkel kekasihnya yang tidak peduli, Siwon tetap melajukan mobilnya.

"Kau oppa. Kau ini, apa bedanya kau dengan Jae oppa.", sekarang Hyoo Won yang angkat bicara.

"Aish, kenapa semua menyalahkanku. Aku kan hanya ingin Ahnka tidak tersakiti lagi.", ujar Siwon yang tidak terima disalahkan. Ahnka terus menangis, sedangkan Hyoo Won makin kesal.

"Sekarang oppa yang menyakiti onnie. Jadi tidak ada bedanya oppa dengan Jae oppa dulu. Mengerti.", geram Hyoo Won. Siwon mendengus.

"Aish, kenapa aku.", gerutu Siwon. Ia memajukan bibirnya.
"Hentikan! Kau tau, bukan maksudku. Aku tau dia. Dia sahabatku. Aku tidak mau dia mempermainkan Ahnka lagi.", teriak Siwon menggebrak kemudi setirnya.

"Karena dia sahabat oppa. Seharusnya oppa tau, bagaimana sikapnya. Akankah dia mempermainkan onnie lagi. Kalau ia sejak awal oppa tidak akan pernah mempercayakan onnie dengannya.", balik teriak Hyoo Won dengan segala argumentnya. Siwon menghentikan mobilnya. Ia membalikan tubuhnya memeluk Ahnka di jok belakang.

"Uljima Ahnka, maafkan oppa. Oppa terlalu kesal padanya. Maafkan oppa. Padahal oppa tau, kau kan tidak bisa hidup tanpanya.", gurau Siwon. Ahnka menghapus air matanya.

"Itu oppa tau. Jahat sekali. Ne, aku maafkan oppa, tapi ijinkan aku bersama dengan Jae oppa lagi.", syarat Ahnka. Siwon mengangguk. Sedangkan Hyoo Won tersenyum senang. "Dan satu lagi.", ucap Ahnka. Siwon mengerutkan keningnya.

"Aish, apalagi?", tanya Siwon.

"Jangan bertengkar lagi dengan bebeku. Aku tidak mau oppaku tidak akur dengan kekasihku.", manja Ahnka. Siwon memajukan bibirnya seakan berpikir. Ahnka kembali merengut.

"Ne. Ne. Iya oppa tidak akan bertengkar lagi.", saut Siwon. Ahnka tersenyum.

"Itu baru oppaku.", senang Ahnka.

"Itu juga baru oppanya aku.", sambar Hyoo Wön. Siwon melepaskan pelukannya dan beralih memandang Hyoo Won.

"Memang biasanya tidak?", tanya Siwon sedih.

"Tidak.", saut singkat Hyoo Won.

"Aish jahat sekali padaku.", pura-pura ngambek Siwon. Ahnka dan Hyoo Won tertawa kencang.

"Bohong oppa.", kata Hyoo Won. Siwon tersenyum lalu mengecup bibir Hyoo Won singkat. Membuat bias memerah di wajah Hyoo Won, sedangkan Ahnka tertawa kecil melihatnya.

...

Jaejoong mendatangi Yunho di ruangannya. Ia tampak ragu.

"Ada apa Joonggie?", kejutkan Yunho. Jaejoong menelan ludahnya.

"Ani tidak ada apa-apa, hanya ingin melihatmu.", elak Jaejoong. Yunho tersenyum, seakan tidak terjadi apa-apa. Ia mendekati Jaejoong.

"Joonggie, aku mencintaimu.", bisik Yunho. Ia mengecup tengkuk Jaejoong. "Sangat mencintaimu, kau tau itu.", ucap Yunho lagi. Ia memeluk pinggang ramping Jaejoong.

"Yunho hentikan.", sergah Jaejoong. Yunho kembali mengecupi leher Jaejoong.

"Akan selalu mencintaimu. Selamanya, bahkan sampai aku mati.", lanjut Yunho. Sepertinya Yunho sudah diluar akalnya. Lidahnya menulusup masuk ke telinga Jaejoong. Membuat pria dalam pelukannya bergeliat.

"Aku.. Cukup Yunho-- ehmmmm..", kata-kata Jaejoong di potong oleh ciuman Yunho pada bibir Jaejoong. Keduanya saling menikmati, bergulat, bergumul dalam ciuman panas itu. Tangan Jaejoong, ia letakan di pundak Yunho. Ia lingkari di leher Jaejoong. Yunho tertawa kecil, ia melepas ciumannya. Jaejoong berdecak kesal.

"Kau mencintaiku Joonggie, tak bisa dielak lagi olehmu.", ujar Yunho dengan gaya mengejeknya. Jaejoong menunduk.

"Ani aku mencintainya.", elak Jaejoong.

"Aku tau. Tapi kau, lebih mencintaiku. Sudahlah, anggap saja tadi aku hanya memberikanmu tes yang terakhir kalinya.", kata Yunho santai. "Terimakasih untuk cintamu Joonggie.", lanjutnya. Ia kedipkan sebelah matanya, lalu kembali duduk di kursinya.

"Yunho.", tergugup Jaejoong. Yunho tersenyum.

"Aish aku tidak apa-apa. Kau akan bahagia bersamanya bukan. Dasar Joonggie.", santai Yunho. Jaejoong tertawa lirih.

"Yunho. Kau itu selalu saja.", tidak enak Jaejoong. Yunho tersenyum kecil.

"Aku kenapa? Sudah sana menggangguku kerja saja.", usir Yunho bergurau.

"Iya. Iya. Aku pergi. Cup.", Jaejoong mengecup pipi Yunho. "Untuk terakhir kali.", lanjut Jaejoong, lalu kembali ke mejanya. Yunho tersenyum, memegang pipinya.

"Memang untuk terakhir kali. Aku tau itu Joonggie.", gumam Yunho pelan. Lalu kembali ia fokus pada pekerjaannya.







Fan Fiction.. Complicated.. Part 27

Key memicingkan mata tajamnya ke arah Hyun In. Sedangkan Hyun In hanya tersenyum-senyum takut dikarenanya.

"Kau tau kan ini tangga jagiya?", tanya Key ketus. Hyun In mengangguk pelan.

"Tau.", sautnya cepat.

"Dan kau tau kan, kalau sekarang ini kau sedang hamil?", kesal Key. Hyun In memajukan bibirnya.

"Tau jagiya.", sautnya lagi.

"Sudah tau lagi hamil kenapa berlari saat turun tangga. Kalau kau kenapa-kenapa bagaimana?", marah Key, karena mendapati Hyun In yang berlarian di tangga saat turun dari kamar mereka. Maklum saat itu Hyun In bangun terlalu siang, padahal ia harus berkerja, jadi ia begitu terburu-buru. Hyun In menunduk takut. Memang kekasihnya itu semenjak ia hamil, terlalu over protect terhadapnya.

"Ampun jagiya. Kau ini marah-marah terus. Nanti cepat tua.", gurau Hyun In walaupun takut. Key menyeringai.

"Lebih baik aku tua. Daripada kalian kenapa-kenapa. Kau seharusnya sudah mau jadi umma, perhatikan kondisi kandunganmu kan bisa.", masih kesal Key. Hyun In menggaruk kepalanya.

"Iya appa. Kau belum jadi appa saja cerewet. Maafkan aku. Lagian suruh siapa kamarmu di lantai dua, kan harus lewat tangga.", ngeyel Hyun In. Key mencubit pipi Hyun In.

"Banyak alasan. Yasudah, mulai hari ini kita tidur di lantai bawah, di kamar tamu. Kalau perlu di kamar umma, appa biar tidak usah lewat tangga.", kesal Key. Memang kini Hyun In sudah tinggal di rumah Key. Seperti kata Key, agar banyak yang mengawasi Hyun In. Jadi ia tidak perlu was-was saat tidak di dekat Hyun In

"Iya cerewet. Terserahmu saja. Sekarang cepat antarkan aku ke kantor, sudah terlambat jagiya.", manja Hyun In. Key bertolak pinggang.

"Karena bangun siang. Kau jadi tidak ikut sarapan kan? Sarapan dulu, baru pergi.", tolak Key. Hyun In merengut.

"Maaf jagiya. Aku sarapan di kantor saja. Aku sudah telat. Kau ini, menyebalkan.", kesal Hyun In, ia terus saja melihat jam di tangannya.

"Benar ya, awas sampai aku tau kau tidak sarapan di kantor.", kecam keras Key.

"Iya-iya Jagiya. Ayo cepat.", patuh Hyun In. Ia menarik tangan Key cepat keluar. Dan akhirnya Key terpaksa melajukan kecepatan mobil diatas rata-rata. Karena cerewetnya Hyun In yang takut terlambat masuk kerja.

...

Kini pernikahan Junsu memang sudah tidak terancam lagi. Tapi ia tetap menutup kenyataan bahwa kakak satu-satunya adalah seorang gay. Ia masih malu untuk mengakuinya.

"Oppa apa sudah siap semuanya?", tanya Younhee memastikan seluruhnya untuk pernikahan mereka. Junsu tampak berpikir.

"Sepertinya sudah. Tinggal undangan saja jagiya. Baru selesai minggu depan.", saut Junsu. Younhee mengkerutkan keningnya.

"Apa cukup waktunya untuk menyebar oppa?", sangsi Younhee. Raut wajahnya tampak meragukan semuanya.

"Cukup jagiya. Saat selesai, kita langsung menyebarnya. Tenang saja. Kan ada Key dan Jaejoong hyung yang akan membantu kita.", tenangkan Junsu. Younhee tersenyum kecil.

"Benarkah?", ujar Younhee. 'Tapi mengapa perasaanku tidak enak ya. Sepertinya ada yang mengganjalku', batin Younhee. Wajahnya meredam sendunya.

"Iya. Tenang saja jagiya. Pokoknya, tiga minggu lagi. Kau akan jadi istriku.", senang Junsu, ia menarik Younhee kedalam pelukannya dan memeluknya sangat erat.

"Iya aku tau oppa. Aku tau.", saut Younhee walaupun tidak bersemangat. Ada perasaan aneh tiba-tiba dalam hatinya. Junsu meletakan dagunya di pundak Younhee. Ia tidak menyadari kejanggalan pada calon istrinya itu. Yang ia tau. Ia begitu bahagia saat ini dan sudah tak sabar menanti pernikahan itu datang.

"Lalu kita akan menyusul Key dan Hyun In secepatnya. Iya kan jagiya?", ujar Junsu dengan semangat.

"Mwo? Maksud oppa?", tidak mengerti Younhee. Junsu tertawa kecil.

"Punya anak jagiya. Masa kita kalah sama mereka. Sebentar lagi mereka kan punya anak.", jawabnya sambil mengelus-elus perut datar Younhee. Younhee memajukan bibirnya dan mendorong cepat pundak Junsu menjauh darinya.

"Aish oppa kau ini, yang dipikiranmu macam-macam terus.", kesalnya. Junsu ikut memajukan bibirnya.

"Memangnya kenapa? Kan nanti memang seperti itu.", ngeyel Junsu. Younhee mencubit hidung Junsu.

"Dasar kau ini oppa. Terserahmu saja.", akhirnya Younhee menyerah juga pada Junsu dan Junsu tersenyum senang.

"Bagus. Asik. Hahaha. Punya anak.", riang Junsu. Younhee hanya tertawa melihat tingkah aneh Junsu saat ini.

...

Jaejoong melihat Yunho sedang berdiri di halte bis dekat kantor mereka. Langsung saja ia berhentikan mobilnya tepat dihadapan Yunho.

"Yunho, sedang apa?", tanya Jaejoong dari dalam mobil. Yunho mendekat ke arah jendela mobil yang di buka Jaejoong.

"Sedang menunggu bis. Memangnya sedang apa lagi.", gurau Yunho dengan gaya menyebalkan.

"Aku juga tau. Maksudku kemana mobilmu. Dasar Yunho.", kesal Jaejoong. Yunho tertawa kecil.

"Begitu saja marah. Mobilku di rumah. Aku sengaja tidak membawanya.", jelas Yunho. Jaejoong membentuk mulutnya menjadi huruf O tanda mengerti.

"Yasudah cepat naik. Aku antar pulang.", suruh Jaejoong galak. Yunho menyipitkan mata, ia menuruti saja mau Jaejoong dan masuk ke dalam mobil.

"Kau ini galak sekali.", sindir Yunho. Jaejoong mendengus.

"Sengaja. Karena kalau aku tidak galak, pasti kau akan menolak.", jelas Jaejoong benar-benar dengan kepolosannya. Yunho tertawa kecil.

"Kau ini ada-ada saja.", gemas Yunho. Ia mengacak-acak rambut Jaejoong. Dan membuat bibir Jaejoong maju beberapa centi.

"Huh, rambutku berantakan.", protesnya pelan. "Tapi jangan senang dulu, sebagai ongkosnya, kau harus mentraktirku malam ini.", seenaknya Jaejoong mengatur. Yunho berdeham keras.

"Ehem. Tidak ikhlas.", sindirnya. Jaejoong tertawa.

"Oke kita ke Olala Coffe Shop. Berangkat.", senang Jaejoong. Yunho hanya menyeringai karena Jaejoong kembali seenaknya. Tapi dalam hati, ia juga begitu senang, melihat tingkah anak kecil Jaejoong di hadapannya. Senyum kecil lama-lama terkembang di bibir tebalnya itu.

...

Ahnka berlari mengarah ke mobil Siwon yang hendak pergi dari pelataran parkir rumahnya.

"Oppa tunggu.", teriak Ahnka. Siwon yang melihat Ahnka berlari mengurungkan niatnya. Dengan nafas yang tersengal, Ahnka membuka pintu mobil dengan senyum lebarnya.

"Oppa antarkan aku ya! Oke.", rajuk Ahnka. Siwon berdecak.

"Kau ini, aku mau menjemput Hyoo Won. Nanti kemalaman.", tolak Siwon. Ahnka merengut dan duduk di jok depan seenaknya.

"Antar sebentar. Pelit sekali. Hanya ke Olala Coffe Shop saja. Aku ada janji bertemu temanku. Yah oppa.", bujuk Ahnka menarik-narik lengan baju Siwon.

"Ah kau ini. Selalu saja mengganggu kencanku dengan Hyoo Won.", kesal Siwon. Ahnka tersenyum lebar tanpa rasa bersalah.

"Tidak apa kan? Aku kan dongsaengmu oppa.", ngeyel Ahnka. Siwon mulai menjalankan mobilnya sambil mencibir meledek kata-kata Ahnka.

"Cerewet sekali. Dosa apa punya dongsaeng sepertimu.", kesalnya lagi. Ahnka hanya memajukan bibirnya karena diledek. Tapi paling tidak, niatnya menumpang dengan Siwon tercapai dengan mudah. Ia tersenyum puas setelahnya.

...

Hyoo Won menggembungkan pipinya. Ia benar-benar kesal menunggu Siwon yang lama sekali datang menjemputnya. Rasanya ingin sekali marah. Ia sudah siap dan sudah berdiri menunggu di teras rumahnya dari dua puluh menit yang lalu.

"Ih oppa mana sih? Lama sekali.", gerutunya dengan tangan yang berlipat di dada. Wajahnya tampak sekali, kalau sedang kesal.

Tin. Tin
Klakson mobil Siwon terdengar keras di depan gerbang rumah Hyoo Won.

"Jagiya ayo naik.", suruh Siwon lembut. Hyoo Won dengan malas masuk ke dalam mobil Siwon.

"Lama sekali. Aku hampir mati berdiri menunggu oppa.", sindir Hyoo Won kesal. Siwon menangkupkan tangan di depan dadanya.

"Mianhae Jagiya, tadi aku mengantar Ahnka dulu. Jangan marah padaku. Marah padanya saja ya.", jelas Siwon sekaligus merajuk. Hyoo Won mendengus keras.

"Jangan suka menyalahkan onnie. Oppa ini, heuh. Menyebalkan sekali.", kesal Hyoo Won. Siwon menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

'Ah bocah menyebalkan itu bikin masalah saja untukku. Lihat saja kalau bertemu di rumah.', kesal Siwon dalam hati. Ingin sekali ia menjitak kepala Ahnka keras saat ini. "Jagiya kau tidak percaya sekali padaku. Ayolah jangan marah padaku.", rajuk Siwon. Hyoo Won membuang wajahnya.

"Sudah ah oppa cepat jalan. Berisik tau.", ketus Hyoo Won. Siwon menggeleng.

"Senyum dulu.", syarat Siwon. Hyoo Won menggeleng.

"Tidak mau, sudah cepat berangkat.", tolak Hyoo Won.

"Aish, berarti masih marah kan padaku.", lirih Siwon. Hyoo Won tersenyum terpaksa.

"Nih. Aku sudah tidak marah lagi.", dingin Hyoo Won menampilkan senyum terpaksanya.

"Begitu dong.", senang Siwon. Hyoo Won masih mengerucutkan bibirnya kesal.

Cup
Dengan cepat Siwon mengecup bibir merah Hyoo Won.

"Aish oppa genit sekali.", malu Hyoo Won. Siwon tersenyum lebar.

"Biar saja. Mau lagi? Sini aku cium lagi.", genit Siwon menggoda Hyoo Won.

"Aish oppa. Sudah ah jalan.", malu Hyoo Won berlebih, karena wajahnya semakin memerah.

"Hahaha. Iya jalan deh.", ujar Siwon, karena kasihan pada kekasihnya itu. Iapun menjalankan mobilnya ke tempat tujuan mereka.

...

Sesuai perkataan Jaejoong, Yunho harus mentraktirnya. Ia dan Yunho kini sedang berada di Olala Coffe Shop. Ya untuknya, Yunho kini adalah temannya. Jadi tidak apakan untuk sekedar minum kopi bersama sepulang kerja. Tapi sayang, situasi ini tidak bagus untuk malam ini.

"Joonggie bukankah itu Ahnka.", sangsi Yunho yang melihat Ahnka berdiri tak jauh dari meja mereka saat ini.

"Mwo?", kaget Jaejoong yang lalu mengikuti arah pandangan Yunho. Ia melihat Ahnka yang memandang dingin kearah mereka berdua. Sekarang ia bingung, ia takut Ahnka akan salah paham lagi dengan kondisi saat ini.

"BUBU!!", teriak Jaejoong saat Ahnka yang berlari keluar dengan terburu-buru. Yang jelas perasaan sakit hati, kembali bermuara dibenak Ahnka. Dengan segerapun Jaejoong mengejar kekasihnya itu. "Yun.. Mian aku harus mengejarnya. Aku tak ingin dia salah paham lagi padaku.", pamit Jaejoong sambil berlari mengejar Ahnka.

"Ne.", saut Yunho membiarkan Jaejoong pergi. Namun tak lama ia pun pergi menyusul Jaejoong keluar kafe.

Jaejoong mengitarkan pandangannya mencari sosok Ahnka. Ia sangat yakin Ahnka salah paham lagi, melihatnya dan Yunho dalam satu meja. Dan ia menemukan sosok Ahnka yang berlari sambil menangis di sebrang jalan sana.

"BUBU tunggu aku!", teriak Jaejoong lagi. Tanpa peduli, Ahnka tak menoleh sedikitpun. Dan tanpa pikir panjang lagi, Jaejoong segera berlari mengejar Ahnka, tanpa memperhatikan keadaan jalan.

"JOONGGIE AWAS!!", teriak Yunho tiba-tiba saat melihat ada sebuah mobil yang melaju kencang kearah Jaejoong. Ia pun berlari ke arah Jaejoong yang terkejut melihat mobil mengarah padanya. Jaejoong merasa tubuhnya terdorong dan dalam hitungan detik dan dalam hitungan detik ia terjatuh di aspal yang kasar. Tak lama..

BRAKK
Terdengar benturan yang begitu keras. Jaejoong menutup matanya saat mendengar suara itu. Namun suara kerumunan orang-orang menyadarkan Jaejoong, segera ia membuka matanya dan apa yang ia dapatkan. Ia melihat Yunho yang tergeletak ditanah dengan darah yang sudah mengalir deras dari beberapa bagian tubuhnya. Dan orang-orang yang semakin ramai mengerubungi sosok yang sudah tidak berdaya itu.

Jaejoong langsung bangkit dari tempatnya dan menembus kerumunan orang-orang itu. "Yunho.", panggilnya, ia genggam erat tangan Yunho yang sudah tak bertenaga. Mendengar suara malaikat memanggil namanya, Yunho membuka matanya perlahan.

"Joong..gie.. ppa...ppa..li.. kejar dia.. Un..tuk.. Ap..ppa disi..ni.. Cep..ppat..", suruh Yunho terbata-bata.

"Mwo? Kau bicara apa.", marah Jaejoong. Yunho tersenyum. Ia menarik nafasnya berat.

"Kejar Ahnka dan jelaskan semuanya.", suruh Yunho lagi.

"Aniyo. Bagaimana denganmu jika aku pergi?", tanya Jaejoong yang tanpa terasa telah menitikkan airmatanya. Yunho menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Cepat pergi. Disini banyak orang yang akan menolongku." ucap Yunho pelan.
Jaejoong menatap nanar kearah Yunho. Ia bingung mau berbuat apa.

"Ce..ce.pat.. sa..sa..na..", perintah Yunho sekali lagi.
Jaejoong mengangguk, ia melepas genggaman tangannya lalu meninggalkan Yunho dengan langkah yang memang terasa begitu berat. Sementara itu Yunho hanya dapat memandangi punggung Jaejoong melalui celah-celah orang yang mengerumuninya. Yang semakin lama berangsur-angsur menghilang dari jarak pandangnya. Ia tersenyum dengan setetes air mata yang tak terasa mengalir dari pelupuk matanya.

"Aku mencintaimu Joonggie.", ucap Yunho begitu pelan bahkan tak terdengar. Dengan perlahan ia menutup kedua matanya. Dan semuanya terasa gelap.






Fan Fiction.. Complicated.. Part 28

-Five Months Later-

Ahnka tersenyum manis ke arah Jaejoong, sedangkan Jaejoong mengusap lembut puncak kepala Ahnka. Mereka kini sedang melakukan foto bersama dengan para mempelai di pernikahan Junsu dan Younhee. Tidak hanya mereka, ada Hyoo Won, Siwon, Key dan Hyun In dengan perut yang sudah sangat besar, turut foto bersama. Tapi sepertinya ada yang kurang? Dimana Yunho?



--Flashback--

Ahnka terkejut mendengar suara benturan yang begitu keras di sebrang jalan. Detik itu juga, seluruh tubuhnya kaku seperti patung.

"Yunho oppa.", gumamnya pelan tidak percaya. Dan akhirnya menjatuhkan diri ke tanah. Sampai saat Jaejoong mendekapnya dengan erat.

"Bu maafkan aku.", ucap Jaejoong memelas. Ahnka tetap saja menangis bukan karena sakit hatinya, tapi karena melihat Yunho yang tergeletak tidak jauh di depan matanya.

"Itu Yunho oppaaa. Aniya...", lirih Ahnka dengan suara yang bergetar. Ia memejamkan mata dan menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia tidak ingin percaya akan ini semua. Namun suara ambulans mengharuskan ia meyakini kenyataan yang terjadi. Ahnka langsung berlari ke arah Yunho yang mulai dibawa masuk ke dalam ambulans, disusul Jaejoong dibelakangnya. Terlihat Ahnka seperti lebih terpuruk dibanding Jaejoong, padahal jauh didalam lubuk hati Jaejoong ia benar-benar terpuruk akan ini semua. Keduanya merasa begitu bersalah. Jaejoong meyakini semua yang terjadi karena Yunho telah menyelamatkan nyawanya, cinta Yunho padanya terlalu besar untuk pengorbanan ini. Sedangkan Ahnka meyakini ini terjadi, karena aksi penyelamatan Yunho untuk Jaejoong yang sedang mengejarnya, dan secara tidak langsung ini semua diakibatkan olehnya. Dan sudah sewajarnya untuk mereka bersedih karena semua ini.

"Maaf nona, korban harus segera dibawa pergi.", beritahu petugas ambulans dengan maksud agar Ahnka tidak menahan tubuh Yunho lagi.

"Bu.", Jaejoong menarik tubuh Ahnka ke dalam pelukannya. Tapi jauh di dalam hatinya, ingin sekali ia memeluk tubuh Yunho, menggenggam erat tangan Yunho, tepat berada di sisi Yunho, saat dibawa ke rumah sakit. Air mata akhirnya menitik jatuh perlahan dari matanya yang sudah terlihat memerah. Segera saja Yunho dilarikan ke rumah sakit.

"Maafkan aku be.", lirih Ahnka. Jaejoong menggeleng.

"Sudah. Ayo kita ke rumah sakit.", ajak Jaejoong. Ahnka mengangguk. Tak lamapun mereka menyusul Yunho ke rumah sakit dengan mobil Jaejoong.

...

Setiap pulang dari kantor, Jaejoong selalu saja menyempatkan diri untuk menjenguk Yunho yang sudah satu minggu ini belum sadar dari komanya. Dan disetiap harinya. Ia pasti mengeluarkan air mata, jika melihat kondisi Yunho. Tentu saja bukan hanya Jaejoong yang menangis, seluruh keluarga bahkan Ahnkapun ikut menangis saat berada disamping Yunho.

Kebetulan saat ia datang, tidak ada keluarga yang dapat menemani Yunho. Bukan disengaja, tapi mereka benar-benar tidak dapat menemaninya, mereka meminta Jaejoong untuk menemani Yunho untuk malam ini saja. Dan sudah pasti Jaejoong bersedia.

Jaejoong mematikan saklar lampu besar ruang rawat Yunho. Sehingga ruangan menjadi remang dan menambah keheningan di dalamnya. Hanya suara monitor detak jantung dan isak tangisnya yang menggema disetiap sudut ruangan. Tangannya perlahan meraih tangan Yunho, lalu digenggamnya erat jari-jemari Yunho dengan penuh cinta. Terkadang ia letakan di wajahnya, memaksa Yunho untuk membelai wajahnya seperti yang sering Yunho lakukan dulu. Namun yang ada, Jaejoong menggerakan wajahnya sendiri seakan tangan Yunhopun bergerak membelai wajahnya.

"Bangun Yun. Kau ini tidak bisa terus seperti ini. Kau harus berkerja Yun, teman-teman di kantor semua kehilanganmu. Dan terlebih aku.", rajukannya ia hentikan. Air matanya kembali mengalir membasahi pipi yang sudah basah akibat air mata sebelumnya. Ia kecup telapak tangan milik Yunho.

"Aku kehilanganmu. Di kantor tidak ada kau, sepi sekali Yun. Aku tidak ada teman. Tidak ada yang menggangguku lagi. Tidak ada yang menemaniku makan siang. Tidak ada yang memeluk dan menciumku dengan tiba-tiba.", Jaejoong tertawa dalam tangisnya menyadari kalimat terakhirnya, itu yang begitu ia rindukan.

"Yun bangunlah. Apa kau tidak merindukanku? Bangun Yun. Kau mendengarku kan?", Jaejoong mengguncang pelan tubuh Jaejoong. Namun Yunho tetap seperti tubuh yang kaku di atas tempat tidur. Jaejoong menghela nafasnya, ia bangkit dari duduknya, mendekatkan diri untuk membelai wajah Yunho.

"Kau tampan sekali Yun. Beruntung sekali aku kau cintai seperti ini.", bisik Jaejoong di telinga Yunho kini bukan dengan tangis. Tapi dengan sebuah senyuman yang begitu tulus dalam hatinya.

"Tidurlah, aku akan disini menemanimu.", lembut Jaejoong. Ia kembali duduk menggenggam jari-jemari Yunho dan mengecupnya sesekali dengan begitu mesra. Sampai ia ikut tertidur karena lelah terus menangis.

...

Junsu membelai lembut rambut Younhee yang sedang menangis di pelukannya. Ia sangat mengerti perasaan hati kekasihnya itu. Terkadang disaat Younhee tertawapun, ia dapat menangis jika tiba-tiba bayangan kondisi tentang kakaknya tersirat dalam pikirannya.

"Oppa maafkan aku.", lirih Younhee yang meminta pernikahan mereka diundur karena sampai saat ini, Yunho belum juga sadar. Terlihat egois? Bukankah itu wajar. Lagipula Junsu menyetujuinya. Ia juga tidak mungkin melangsungkan pernikahannya disaat keluarga pihak Younhee bahkan kakaknya sendiri bersedih akibat kondisi yang ada.

Junsu semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Younhee. Dikecupnya puncak kepala Younhee. "Gwaenchana jagiya. Aku mengerti.", saut Junsu lembut. Younhee malah semakin terisak.

"Seharusnya aku tau, hari itu perasaanku tidak enak oppa. Benar-benar tidak enak. Dan ternyata tentang Yunho oppa.", raung Younhee yang makin menambah beban tangisannya.

"Sudah jagiya. Jangan terus bersedih. Yunho hyung tidak akan mau melihatmu yang seperti ini.", bujuk Junsu mencoba menenangkan Younhee. Hatinya juga ikut teriris, jika Younhee terus seperti ini. Younhee menghapus air matanya.

"Maafkan aku lagi oppa.", ucapnya memasang wajah memelasnya. Junsu tersenyum dan mengecup bibir Younhee singkat. Younhee tersenyum tipis karenanya.

"Jika seperti ini, kau terlihat lebih cantik jagiya. Aku kan juga ingin melihatmu tersenyum seperti ini.", gurau Junsu, sepertinya berhasil untuk menggoda Younhee. Younhee mengerucutkan bibirnya.

"Oppa kau ini. Menyebalkan sekali.", malu Younhee wajahnya mulai memerah. Junsu tertawa keras. Ia kembali memeluk Younhee erat, begitupun dengan Younhee yang memeluk Junsu erat.

"Ne, tidak menggoda lagi jagiya.", ucap Junsu membuat Younhee tersenyum semampunya.

...

Priyanka 'Jaejoong' Adindanoor July 24 at 8:32am
"Jae oppa tidak pulang lagi jagiya?", tanya Hyun In. Key mengangguk.

"Sepertinya dia di rumah sakit lagi, menemani Yunho hyung.", jawab Key menerka keadaan yang ada. Memang Jaejoong sudah sering tidak pulang hanya untuk menemani Yunho.

"Aku benar tidak menyangka Yunho oppa seperti ini.", kata Hyun In dengan nada yang prihatin. Key mendekat ke arah Hyun In yang tengah bergelung di balik selimut.

"Aku juga. Dan aku berhutang banyak terimakasih padanya karena menyelamatkan nyawa hyungku.", timpal Key yang jadi turut bersedih akan Yunho di samping itu ada sedikit kebahagiaan.

"Iya jagi. Memang Yunho oppa terlihat begitu perhatian pada Jae oppa. Jae oppa juga begitu perhatian pada Yunho oppa. Seperti sekarang ini.", celetuk Hyun In dengan senyumnya. Key menghela nafasnya. Ia tersenyum takut-takut ke arah Hyun In.

"Jagi ada yang belum aku ceritakan padamu.", aku Key. Hyun In menautkan alisnya, bingung.

"Apa?", heran Hyun In.

"Jadi, sebenarnya Jae hyung dan Yunho hyung adalah sepasang kekasih.", cerita Key dengan ragu-ragu.

"Mwo?", Hyun In benar tidak percaya akan perkataan Key. Matanya terbelalak lebar.

"Itu benar.", tambah Key. Hyun In menaikan sebelah alisnya.

"Mereka Gay? Lalu bagaimana dengan Ahnka?", tanya Hyun In semakin tidak percaya.

"Nyatanya memang seperti itu. Ahnka? Ia tau semuanya jagi. Tapi aku tidak tau lagi. Hanya urusan mereka bertiga. Sekarang yang aku takut. Apa kau masih mau menjadi istriku?", tanya Key penuh harap. Hyun In tersenyum, ia menyentuh wajah Key dengan sebelah tangannya.

"Aku kan mau menikahnya denganmu bukan dengan hyungmu. Jadi tidak aku pikirkan. Lagipula kau tidak memikirkan anak kita. Dia butuh appanya.", jawab Hyun In dengan sebelah tangan yang mengusap-usap perutnya yang masih datar. Key menatap mata Hyun In dan tersenyum.

"Begitukah?", celetuk Key lagi. Hyun In tersenyum sebagai jawabannya. "Tapi kau tidak membenci hyungku kan? Mungkin kau merasa jijik padanya?", tanya Key lagi.

"Apa kau membenci hyungmu jagi?", tanya balik Hyun In. Key menggeleng.

"Tidak akan bisa.", jawab Key cepat. Hyun In tertawa kecil.

"Lalu apa hakku membencinya? Sedangkan kau yang notabene adalah adiknya sama sekali tidak bisa membencinya.", ujar Hyun In panjang lebar. Key tersenyum, ia dapat merasa lega dan merasa benar-benar beruntung dapat memiliki kekasih seperti Hyun In.

"Aku bahagia memilikimu.", senang Key. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Hyun In. Dan telak keduanya bergulat dalam tautan bibir mereka.

"Aish jagiya aku sedang hamil.", sergah Hyun In saat Key mulai melucuti pakaiannya. Key menghela nafas, ia menghentikan kegiatannya

"Anak appa cepatlah lahir. Appa mau bermain-main dengan umma.", gurau Key mengelus-elus perut Hyun In. Hyun In tertawa karenanya.

"Dasar kau ini.", geli Hyun In. Key hanya tersenyum lebar tanpa dosa.

Dengan desakan rasa rindunya, akhirnya Ahnka memutuskan menelepon Jaejoong. Dua minggu ini mereka tidak bertemu, bertemu itu juga saat Ahnka menjenguk Yunho di rumah sakit, disana akan ada Jaejoong. Masih bisakah dikatakan bertemu?

"Bebeeee, bisakah kita bertemu?", tanya Ahnka dengan semangat saat baru saja Jaejoong mengangkat teleponnya. Dan seperti biasa Jaejoong menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Berisik bu, kau ini.", ledek Jaejoong. Ahnka hanya terkikik. "Bertemu? Aku harus ke rumah sakit. Bagaimana ya? Tapi baiklah.", lanjut Jaejoong. Ahnka mengambil nafasnya, menghembuskan nafasnya berkali-kali.

"Tidak usah be, kau ke rumah sakit saja. Yunho oppa membutuhkan teman. Kita bertemu kapan-kapan saja ya.", sergah Ahnka cepat, nadanya berubah sendu. Ia mengerti Jaejoong cemas dengan keadaan Yunho. Dan dia tidak akan memaksa, karena hasilnya akan sama saja, jika Ahnka bertemu dengan Jaejoong, yang ada dalam pikiran Jaejoong tetap saja kekhawatirannya tentang kondisi Yunho yang tidak berada di sisinya.

"Ani, kita bertemu. Sudah dua minggu bukan. Aku rindu padamu.", rajuk Jaejoong yang mengerti Ahnka saat ini benar-benar ingin bersamanya. Ahnka tersenyum mendengarnya.

"Ne. Aku juga rindu padamu.", balas Ahnka dengan senyum mengembang.

"Aku akan ke rumahmu. Oke.", usul Jaejoong.

"Terserahmu be. Aku akan menunggumu. Sudah tidak sabar.", riang Ahnka yang cepat menyetujui usul Jaejoong. Jaejoong tertawa disana, membayangkan tingkah Ahnka yang seperti anak kecil yang tidak sabaran jika menginginkan sesuatu.

"Iya. Bu aku tutup ya. Aku harus berkerja. Aku mencintaimu.", ucap Jaejoong sebagai penutup pembicaraan mereka.

"Na do bebeku. Dah. Cklik.", Ahnka memutuskan sambungan teleponnya. Ia tersenyum-senyum sendiri. Hyoo Won yang sedaritadi memperhatikan tingkah sahabatnya itu, hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Onnie sudah gila ya?", tegur Hyoo Won. Ahnka menggangguk cepat.

"Betul sekali. Gila karena cinta.", saut Ahnka mantap. Ia segera merapihkan catatan-catatan yang tergeletak berantakan di meja tempat mereka menunggu di kantin kampus. Dan langsung ia masukan ke dalam tas.

"Aku pulang duluan ya kakak ipar.", pamit Ahnka dengan menggoda Hyoo Won.

"Lalu aku sendirian? Tidak pulang, dengan Siwon oppa?", tanya manja Hyoo Won yang mulai memprotes. Ahnka tersenyum jahil.

"Aku buru-buru, ini sudah sore. Sebentar lagi bebeku pulang kerja. Kalau pulang dengan kalian, baru sampai rumah nanti malam. Lagipula, Siwon oppa sudah datang tuh, jadi kau tidak sendirian.", jelas Ahnka menunjuk Siwon yang hendak mengejutkan Hyoo Won dari belakang. Hyoo Won berbalik.

"Oppa.", kesal Hyoo Won. Ahnka terkikik.

"Ketahuan deh. Kau memang tidak bisa diajak kerja sama. Dasar bocah menyebalkan.", kesal balik Siwon memicing tajam pada Ahnka. Ahnka menjulurkan lidahnya pada Siwon.

"Memang aku pikirkan. Week. Sudah ah. Aku mau pulang. Dah.", pamit Ahnka yang langsung berlari melesat pergi dari tempat mereka berada.

Bruukk
Ahnka tak sengaja menabrak seseorang, karena saking bersemangatnya.

"Oppa, mianhae. Aku buru-buru.", sesal Ahnka. Seseorang yang dipanggil oppa itu tak lain adalah Heechul.

"Gwaenchana. Buru-buru? Memangnya mau kemana?", heran Heechul. Ahnka tersenyum malu.

"Mau pulang.", jawabnya singkat. Heechul merasa ada celah bagus.

"Mau aku antar? Aku juga mau pulang.", tawar Heechul. Tapi Ahnka malah merasa tidak enak.

"Ani. Tidak usah oppa. Nanti merepotkanmu.", tolak halus Ahnka. Heechul menggeleng.

"Tidak merepotkan. Kkaja.", tanpa sadar Heechul menggenggam tangan Ahnka dan membawanya ke mobil. Tanpa pikiran apapun, Ahnka menurut saja. Heechulpun akhirnya mengantar Ahnka pulang.


Di tempat lain. Siwon mengecup pipi Hyoo Won sebagai sapaan pertemuan dan mengambil tempat duduk di samping Hyoo Won.

"Dia mau kemana sih? Buru-buru sekali?", heran Siwon. Hyoo Won menoleh ke arah Siwon.

"Mau pulang. Jae oppa mau ke rumah. Jadi dia semangat seperti itu.", jelas Hyoo Won. Siwon membulatkan bibirnya tanda mengerti.

"Dasar Ahnka. Merindukan Jae hyung sampai seperti itu.", ledek Siwon. Hyoo Won tersenyum kecil.

"Memangnya oppa tidak? Bukannya kalau oppa merindukanku. Oppa juga seperti itu.", sindir Hyoo Won penuh percaya diri. Siwon berpura-pura berpikir keras.

"Tidak seperti itu ah.", elak Siwon dengan gaya sok iya.*?*

"Aish tidak mau mengaku. Dasar oppa.", kesal Hyoo Won. Siwon tersenyum lebar.

"Aish, begitu saja marah. Iya aku mengaku. Habis aku kan tidak sabar bertemu denganmu, jadi ya seperti Ahnka itu.", aku Siwon. Hyoo Won tersenyum mendengarnya. Kata-kata yang manis.

"Dasar kakak-beradik tidak ada bedanya.", ledek Hyoo Won. Siwon cemberut.

"Ani, enak saja. Dia itu jelek, menyebalkan.*minta ditabok* Kalau aku kan tampan dan baik hati.", sangkal Siwon penuh percaya diri.

"Ish. Percaya diri sekali. Sudah ah. Ayo pulang.", geli Hyoo Wön. Ia menarik lengan Siwon dan membawanya pergi dari sana.

"Aish baru juga duduk.", dumel Siwon. Yang ada Hyoo Won malah tertawa keras karenanya.


...

Ahnka berlari dengan penuh semangat ke arah Jaejoong yang kini tepat berdiri di ambang pintu kamarnya. Memeluknya dengan begitu erat, sebagai pelepasan kerinduan yang ada dalam benaknya.

"Rindu ya padaku.", goda Jaejoong. Ahnka mengangguk pasti dengan senyum anak kecilnya.

Cup.
Jaejoong mengecup bibir Ahnka sekilas. Ahnka terkekeh kecil. Sudah lama Jaejoong tidak melakukan itu padanya.

"Aku suka yang tadi.", aku Ahnka. Jaejoong tersenyum, ia mengacak lembut rambut Ahnka.

"Nakal.", ledek Jaejoong.

"Biarkan. Ayo masuk.", Ahnka mendorong tubuh Jaejoong. Ia sama sekali tidak mau melepas pelukannya pada prianya itu.

Hampir satu jam lamanya mereka berbincang. Ahnka senang sekali. Mereka berbincang dari topik satu berganti dengan topik yang lain. Tapi tidak dengan Jaejoong, semakin lama ia mulai sering memperhatikan jam tangannya. Sudah semakin malam, pikirannya semakin tertuju pada Yunho di rumah sakit. Awalnya Ahnka tidak menyadari itu semua, namun lama kelamaan ia menyadari pikiran kekasihnya sudah tidak bersamanya.

"Hahahaha.", tawanya. Jaejoong tidak merespon. Ahnka menghentikan tawanya, ia memperhatikan tingkah Jaejoong yang menatap jam tangannya terus. "Kau mendengarkanku kan?", tegur Ahnka. Jaejoong menjadi gelagapan.

"Hah? Oh. Hahahaha.", keluarlah tawa Jaejoong yang terlambat. Ahnka menghela nafasnya.

"Hoamm. Be aku mengantuk.", alasannya yang mengerti pikiran Jaejoong.

"Baru juga jam segini?", heran Jaejoong. Ahnka kembali tersenyum.

"Tidak tau tiba-tiba saja aku mengantuk. Aku tidur ya.", bual Ahnka. Ia naik ke tempat tidur, bergelung di balik selimut dan memejamkan matanya. Jaejoong menatap heran pada Ahnka yang tertidur.

"Tidurlah. Bubu, aku pulang ya.", pamit Jaejoong, mengecup kening Ahnka. Lalu pergi dari rumah Keluarga Choi dengan tujuan ke rumah sakit. Ada senyum kecil disana.

Ahnka yang berbohong tertidur, membuka kembali matanya. Ada air mata disana yang sejak tadi ia tahan untuk tidak mengalir. "Aku tau kau memikirkannya.", gumamnya kecil. Ia eratkan pelukannya pada guling kesayangannya. Ia hapus air mata yang mengalir. Dan menatap kosong apapun yang ada di hadapannya.

...

Hari-hari Jaejoong habiskan untuk menemani Yunho di rumah sakit. Rasanya lelah juga menunggu Yunho yang tidak sadarkan diri selama satu bulan ini. Rencana pernikahan Younhee dan Junsu yang seharusnya satu minggu yang lalu mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri benar-benar tertunda. Younhe erat menggenggam jari-jemari Yunho. Ia menginginkan kakaknya itu segera terbangun. Jaejoong dan Junsu terbawa haru melihat keadaan ini.

Dirasa tepat untuk meninggalkan Younhee dengan Yunho. Jaejoong membawa Junsu keluar ruangan. Hubungan mereka yang renggang dirasa harus terselesaikan.

"Su masihkah kau marah padaku yang seperti ini?", tanya Jaejoong pada Junsu. Junsu diam sejenak kemudian menggeleng.

"Ani hyung. Sepertinya aku yang salah. Bukankah itu hak kalian. Cinta datang tidak memandang siapa orangnya kan hyung. Aku sudah merestui kalian. Tapi aku hanya takut mengakuinya saja.", kata Junsu terlihat begitu bijaksana. Jaejoong tersenyum, ia memeluk adiknya itu.

"Aku senang mendengarnya. Dan kau akan lega, karena aku akan tetap bersama Ahnka. Karena aku lebih mencintainya.", sambar Jaejoong, sepertinya akan begitu menyakitkan bagi Yunho jika mendengar semua ini.

"Terserahmu hyung. Karena aku menyayangimu.", balas Junsu. Jaejoong semakin mengeratkan pelukannya, dibalas oleh Junsu.

"Aku juga menyayangimu.", balas Jaejoong. Sepasang kakak beradik ini menemukan kembali kasih sayang mereka yang sudah seharusnya. Jaejoong tersenyum.

"Kita masuk Su.", ajak Jaejoong. Di dalam benak keduanya begitu merasa lega. Bersyukur hubungan mereka tidak renggang lagi seperti sebelumnya.

"Oppa. Bisakah temani Yunho oppa malam ini. Aku ada shift malam.", pinta Younhee dengan wajah yang sebenarnya terlihat begitu lelah, tapi mau bagaimana lagi. Tugasnya sebagai perawat juga harus dijalankan.

"Pasti aku akan menjaganya.", saut Jaejoong mantap.

"Terima kasih oppa. Aku tau dia aman ditanganmu.", lanjut Younhee. Seiring berjalannya waktu semua terkuak. Siapa yang jadi teman gay Yunho selama ini. Walau berat untuk keluarga dari kedua belah pihak mengetahui ini semua. Tapi nyatanya seperti itu bukan? Yunho dan Jaejoong terlanjur memiliki cinta walau hubungan mereka saat ini telah berakhir.

Tapi masih ada rasa canggung Junsu pada Younhee jika mengingat kakaknya juga seorang gay. Dan untungnya Younhee tidak pernah mengungkitnya. Ia tau kekasihnya malu akan kelakuannya dulu yang menghina Yunho. Jadi sudahlah. Tidak terlalu ia pikirkan.

"Kau ini.", geli Jaejoong. Younhee tertawa dan berlari menghindar keluar ruang rawat disusul Junsu di belakangnya. Jaejoong hanya tersenyum melihatnya.

Jaejoong berjalan mendekati Yunho. Ia tersenyum melihat wajah puca Yunho. "Hei, kau dengar kata dongsaengmu itu. Kau aman bersamaku. Benarkah? Kau disini kan karena aku?", tanyanya pada Yunho dengan tawa kecil. Ia menggenggam erat tangan Yunho seperti biasa. Ia letakan tangan itu di wajahnya dipaksanya untuk membelai wajah lembutnya.


Ahnka dengan keranjang penuh buah di tangannya berniat menjenguk Yunho, selain itu ia juga ingin bertemu Jaejoong. Ia tau kekasihnya itu berada di rumah sakit. Dengan sudah tidak sacr, ia berjalan penuh semangat. Namun yang ada, ia menghentikan langkahnya di pintu ruang rawat Yunho.

"Yun. Sampai kapan kau akan tidur? Aku lelah Yun. Lelah menunggumu bangun. Kau tau, aku begitu mencintaimu lebih dari apapun.", kata Jaejoong dengan nada yang dapat di dengar Ahnka. Ahnka tersenyum pilu mendengarnya, terlebih saat Jaejoong mendekatkan wajahnya dan telak mengecup bibir tebal Yunho. Air mata kembali mengalir dari mata sendunya.

"Seperti di dongeng. Sang putri tidur akan terbangun sesaat pangeran datang menciumnya. Tapi sekarang terbalik. Putrimu ini yang mencium pangeran tidur. Tapi kenapa kau tidak juga bangun. Yun, ayo bangun.", rajuk Jaejoong dengan air mata yang kembali mengalir. Sadarkah ia ada yang lebih terluka? Dia, gadis yang memperhatikan sebuah pemandangan yang amat menyakitkan. Ahnka menghembuskan nafasnya. Ia hapus air matanya yang ia rasa sia-sia. Sejak kapan gadis cengeng ini menjadi kuat. Sejak ia tau, kalau bukan dia seseorang yang dibutuhkan dalam kehidupan pria yang begitu ia cintai itu. Ia putuskan pergi dari sana. Ia titipkan keranjang buah itu pada meja resepsionis. Ia tidak mau mengganggu keduanya. Tidak bisa egois bukan? Keduanya saling membutuhkan. Sedangkan dia, hanya dia yang membutuhkan, tidak untuk Jaejoong yang lebih membutuhkan Yunho.

...

Sampai kapan Jaejoong harus menunggu? Semakin lelah saja Jaejoong menunggu Yunho untuk sadar. Apakah waktu 5 minggu tidak cukup untuk Yunho menunjukan tanda-tanda dia akan sadar? Ini sudah cukup. Hanya Yunho yang ada dalam pikirannya selama ini. Untuk memikirkan dirinya saja terkadang ia lupa.

"Yun aku lelah.", eluhnya berbisik di telinga Yunho. Tetap tidak ada respon berarti.

"Oppa sudah makan?", tanya Younhee yang tampak khawatir dengan kondisi Jaejoong yang semakin kurus.

"Makan? Belum. Ah biar aku makan dulu.", saut Jaejoong yang sudah tau apa yang akan dikatakan Younhee, menyuruhnya untuk makan.

"Ne oppa. Itu lebih baik.", timpal Younhee. Jaejoong tersenyum, iapun hendak beranjak keluar. Namun sebuah tangan, mencengkram erat jari-jemari Jaejoong yang tadi digunakan untuk mengenggam tangan Yunho. Jaejoong terbelalak, ia membalikan tubuhnya. Menyadari siapa yang menggenggam tangannya, air matanya langsung mengalir. Bukan karena kesedihan, tapi air mata kebahagiaan mendapati orang yang ditunggu sadar juga.

"Joonggie.", panggilnya lemah. Jaejoong kembali mendekat, masih belum percaya.

"Yun, kau sudah bangun. Aku merindukanmu.", tangis Jaejoong pecah akhirnya dipelukan Yunho. Younheepun tak kuasa untuk tidak memeluk kakaknya itu. Keduanya begitu merindukan Yunho.

"Aku sesak.", gurau Yunho. Dengan senyum kecil merasa bersalah, keduanya segera melepas pelukannya. Junsu turut merasa senang, segera saja ia menelepon seluruh keluarga, termasuk Ahnka yang juga menunggu kesadaran Yunho.

"Oppa.", panggil Younhee lembut.

"Ne.", saut Yunho singkat.

"Jangan seperti ini lagi. Aku takut.", lirih Younhee memasang wajah sendunya. Yunho tersenyum, tangannya menggapai puncak kepala Younhee dan diusapnya.

"Tidak akan lagi. Aku janji.", jawabnya. Younhee tersenyum dan kembali mendekap Yunho. Yunho tersenyum, ia tau adiknya begitu menyayanginya. Yunho menoleh ke arah Junsu yang berdiri tegak, iapun tersenyum. Junsu yang menyadari itu semua segera mendekat.

"Mianhae hyung.", ucapnya mantap.

"Aish, gwaenchana Su. Aku senang kau disini.", balas Yunho. Junsu tersenyum masih merasa tidak enak hati. Kini pandangan Yunho beralih ke arah Jaejoong yang terpaku. Younhee langsung saja memberi isyarat pada Junsu untuk meninggalkan mereka berdua. Dan kini hanya ada Yunho dan Jaejoong.

"Hei, jangan menangis.", tegur Yunho menghapus air mata Jaejoong dengan ibu jarinya.

"Aku senang kau bangun.", manja Jaejoong dengan bibir imut yang dimajukan.

"Aku tau itu. Memang berapa lama aku tidak bangun?", tanya Yunho dengan senyum kecil.

"Lima minggu. Dan itu menyebalkan. Aku menunggumu, bicara denganmu. Tapi kau diam saja. Kesal sekali.", gerutu Jaejoong sebagai caranya agar tidak menangis lagi.

"Mianhae Joonggie, jangan marah. Kita kan teman. Benar kan?", rajuk Yunho. Ia mengacungkan kelingkingnya. Jaejoong menggembungkan pipinya.

"Ne. Tapi aku kan kesal.", kesal Jaejoong namun dengan cepat menyambar kelingking Yunho. Keduanya akhirnya terjebak hening. Jaejoong terus memandang wajah pucat yang tersenyum itu.

"Aku...", ucap mereka bersamaan memecah keheningan.

"Kau ktakan lebih dulu.", suruh Jaejoong. Yunho mengambil nafasnya, lalu tersenyum.

"Apa Ahnka sudah tidak salah paham lagi?", tanya Yunho yang penasaran. Jaejoong mengangguk.

"Sudah. Aku tenang sekarang. Dan itu karenamu.", jawabnya menunduk. Yunho menggenggam erat tangan Jaejoong.

"Dia mencintaimu Joonggie. Apa ada gadis lain mau menerima kekasihnya yang adalah seorang...", kata-katanya terhenti. Jaejoong tersenyum, ia tau apa yang dimaksud Yunho. "Lalu dia tetap menerimamu apa adanya. Jangan sakiti dia lagi. Kau pasti bahagia bersamanya.", lanjut Yunho. Jaejoong memejamkan mata dan mengangguk.

"Aku memang akan bersamanya.", saut Jaejoong. Yunho tersenyum.

"Tapi aku tidak mau bersamamu.", seseorang menyambar pembicaraan mereka. Langsung saja keduanya menoleh ke arah suara.

"Ahnka.", kaget mereka serempak. Ya. Kini Ahnka ada di ambang pintu, dengan air mata yang sudah mengalir. Ia mulai mendekat ke ranjang pasien.

"Aku mau mundur. Jika dia bersamaku yang mempunyai cinta hanya aku. Sedangkan jika dia bersamamu oppa, kalian berdua punya cinta. Dan aku kalah.", katanya panjang lebar dengan senyum palsunya.

"Bubu kau bicara apa? Tidak seperti itu.", marah Jaejoong.

"Yang kau cintai bukan aku lagi be. Tapi Yunho oppa. Saat berada di dekatkupun, yang ada dipikiranmu hanya Yunho oppa. Apa kau tidak menyadarinya? Tanpa aku, kau akan baik-baik saja. Sedangkan tanpa dia, lihat keadaanmu sekarang. Apa kau baik-baik saja.", tekan Ahnka menghapus air matanya. Yunho dan Jaejoong terdiam. Ahnka tersenyum, ia menggenggam erat tangan Yunho.

"Oppa aku senang kau bangun. Terimakasih kau menyelamatkan bebeku. Sebagai gantinya aku lepas dia untukmu.", kata Ahnka, ia menarik tangan Jaejoong dan disatukan dengan tangan Yunho.

"Bubu.", tidak percaya Jaejoong.

"Tapi satu, kau tetap bebeku. Hanya aku yang memanggilmu bebe. Oppa jangan coba-coba pakai nama panggilan kami ya. Kalian cari sendiri.", kecam Ahnka dengan nada bergurau. Yunho tertawa, sedangkan Jaejoong masih diam.

"Bubu.", lirihnya. Ahnka beranjak memeluk Jaejoong.

"Aku masih bisa jadi dongsaengmu be. Aku ingin punya oppa. Oppaku yang asli itu menyebalkan jadinya aku mau ganti oppa. Boleh kan?", lirih Ahnka tangisnya kembali pecah. Jaejoong mengangguk.

"Terimakasih bu. Terimakasih.", tangis Jaejoong mendekap erat Ahnka. Yunho tersenyum melihat Jaejoong dan Ahnka yang cukup lama berpelukan. Ahnka akhirnya mendorong tubuh Jaejoong.

"Sudah ah nanti ada yang cemburu.", sindirnya melirik ke arah Yunho. Membuat tawa mereka bertiga terpecah tak tertahankan. Tapi jauh di dalam hati Ahnka, kini ia sedang mènangis. Pada akhirnya dia yang harus melepas. Melepas seseorang yang jauh lebih bahagia jika bersama orang lain, dibandingkan bersamanya. Tangìsan kesedihan sekaligus kebahagiaan yang tak terkira.


-End of Flashback-


"Tunggu dulu. Yunho oppa kemana?", tanya Younhee yang menyadari belum lengkapnya mereka.

"Aku disini. Jangan panik dongsaengku sayang.", gurau Yunho yang tiba-tiba muncul entah darimana. Ia langsung mengambil tempat untuk mengapit Ahnka yang berdiri disamping Jaejoong. Semuanya tersenyum manis untuk pengambil foto di acara pernikahan yang akhirnya terlaksana juga.

...

Resepsi pernikahan sudah berakhir. Para tamu undangan berangsur-angsur meninggalkan gedung resepsi. Tinggal kerabat terdekat yang masih tinggal.

"Pokoknya nonna harus menyusul Hyun In. Biar nanti anakku, ada temannya.", kata Key dengan serius. Junsu menyipitkan mata.

"Aku juga maunya begitu. Kalau bisa malam ini juga. Hahaha.", tawa Junsu menggelegar. Younhee mencubit perut Junsu karena kesal.

"Aish oppa. Jangan bicara macam-macam.", kesal Younhee. Hyun In malah tertawa melihat tingkah keduanya.

"Aish, Younhee payah sekali. Kalian kan sudah menikah. Begitu saja malu.", ledek Hyun In dengan riang. Yang ada Junsu tertawa puas.

"Aish Jagiya kau jangan membuat malu kakak iparku. Lihat saja dia pasti iri sama kita. Perutmu sudah besar ada bayi kita disini. Siapa yang tidak iri.", bela key membelai perut Hyun In yang sudah besar. Sebenarnya pembelaan Key lebih tepat dibilang semakin menyindir Younhee.

"Aish kalian ini menyebalkan sekali. Oppa.", kesal Younhee dengan muka di tekuk banyak. Terlihat bahagia bukan. Junsu dan Younhee kini sudah resmi menjadi sepasang suami, istri. Sedangkan Key dan Hyun In senang karena empat bulan lagi mereka akan menjadi orangtua. Dan semuanya sudah tidak sabar menunggu kedatangan malaikat kecil itu.



"Ahnka mau pulang bersama kami, atau?", tanya Siwon dengan Hyoo Won yang berada dalam rangkulannya.

"Dia bersamaku. Tadi kan aku yang mengantar. Jadi aku harus mengantarnya juga kan.", potong Heechul yang kini tengah erat menggenggam tangan Ahnka. Siwon menyipitkan mata.

"Antarkan dongsaengku sampai rumah. Jangan macam-macam kau.", kecam Siwon galak. Hyoo Won mencubit keras perut Siwon.

"Aish kalau kau galak begitu. Bagaimana onnie bisa dapat kekasih. Semua takut pada oppa yang ada.", tegur Hyoo Won. Ahnka dan Heechul wajahnya langsung berubah merah.

"Aish aku lupa.", ucap Siwon bermaksud menggoda dengan senyuman jahilnya.

"Ih kalian apa-apaan sih.", malu Ahnka. Hyoo Won dan Siwon tertawa keras.

"Aish oppa kesempatan untukmu. Cepat nyatakan. Onnie sudah malu-malu tuh.", goda Hyoo Wön pada Heechul. Heechul menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia gugup melihat ke arah Ahnka.

"Ahnka. Kau mau jadi kekasihku?", tanya Heechul dengan tatapan penuh harap. Dia tidak peduli ada dua pasang mata di hadapannya. Ahnka menggigit bibir bawahnya dan menganggukan kepalanya pelan.

"Oppa iya aku mau.", jawab Ahnka menundukan kepala karena malu. Heechul yang mendengarnya refleks memeluk Ahnka. Begitu juga Hyoo Won yang refleks memeluk Siwon. Ia begitu senang Ahnka kini bisa mendapatkan, lebih tepatnya mencoba membuka hati untuk orang lain. Siwon dan Hyoo Won sangat bahagia sebagai sepasang kekasih, walau Ahnka masih sering menjadi pengacau diantara mereka. Sedangkan Ahnka kini sudah memulai untuk menyatukan kepingan-kepingan hati yang telah hancur menjadi satu bersama Heechul. Perjalanan cinta yang baru, akan dimulai.


Jaejoong tersenyum antara senang dan tidak melihat Ahnka yang berpelukan dengan Heechul. Walau bagaimanapun, gadis itu pernah teramat ia cintai.

"Kau cemburu melihat mereka?", tegur Yunho yang menyadari pandangan kekasihnya tertuju pada satu titik.

"Sangat.", jawab Jaejoong singkat. Yunho tersenyum.

"Kalau aku yang bersama orang lain apa kau akan cemburu?", tanya Yunho menguji Jaejoong. Jaejoong tersenyum jahil.

"Tidak. Karena kau tidak akan bisa dengan orang lain. Kau kan hanya mencintaiku.", jawab Jaejoong penuh percaya diri.

"Kata siapa? Percaya diri sekali.", geli Yunho. Ia tertawa mendengar kata-kata Jaejoong.

"Memang iya kan. Namanya juga Kim Jaejoong.", ngeyel Jaejoong. Yunho menyipitkan matanya.

"Kekasih dari Jung Yunho. Aku mencintaimu honey.", kata Yunho dengan tatapan mesranya.

"Aku juga mencintaimu bunny.", balas Jaejoong. Yunho tersenyum. Keduanya mendekatkan wajah mereka dan telak mereka berciuman. Ciuman dengan penuh cinta. Keduanya sadar cinta mereka lebih besar dari apapun. Hanya mereka yang tau.




The End

No comments:

Post a Comment