Sunday, November 7, 2010

Fan Fiction.. Love is My Happiness

Author: Anka 'bubu'

Lenght: oneshoot

Cast:

- Kang Minhyuk

- Cheryani as Kim Ryu Chan

Cameo: pasangan paling romantis bube.*hahaha*








Cekidot..



...................................................


Apa kau tau apa arti CINTA. Aku tidak. Karena aku tidak pernah merasakannya. Jadi bagaimana aku bisa merangkai begitu banyak kata hanya dari lima huruf itu. Lima huruf sakral yang selalu diributkan oleh teman-temanku.

Aku memandang ke arah langit, langit sore benar-benar sangat indah. Samar warna oranye berpadu dengan langit biru yang mulai menggelap. Ditambah udara di taman ini yang begitu menyejukan. Ya tuhan ijinkan aku selalu menjadi pengagummu yang nomor satu. Ijinkan aku menjadi penikmat semua yang engkau berikan dengan rasa syukurku.


Duggg.
Kepalaku pusing sekali merasakan benda membentur kepalaku.

"Hei Gwaenchana?", tanya seorang menghampiriku. Kepalaku masih pusing, bayanganku masih kabur. Aku pejamkan mataku, saat sudah reda aku baru membuka mataku dan menatap wajah seorang tadi. Aku tersenyum.

"Gwaenchana.", kataku. Raut wajahnya masih merasa bersalah.

"Mianhae. Aku tidak sengaja membuat bola ini terlempar ke arahmu. Jeongmal Mianhaeyo.", sesalnya teramat sangat dengan bola basket dalam pelukannya.

"Gwaenchana. Aku tidak apa-apa. Tidak usah terlalu bersalah.", balasku mencoba menormalkan situasi.

"Gomawo.", katanya. Aku tersenyum. Aku baru sadar ini hampir malam.

"Hei, ini hampir malam. Aku pulang dulu ya.", pamitku. Dia tersenyum. Aish, senyumnya manis sekali. Aku baru sadar. Kalau dia mempunyai wajah yang sangat tampan.

"Hati-hati ya.", ramahnya. Aku membungkukan tubuhku.

"Annyeong.", pamitku dan meninggalkannya. Aku berjalan ke rumahku yang tak jauh dari taman. Entah, aku merasa perasaanku benar-benar bahagia.


....

Aku duduk di kursi taman yang menjadi tempat favoritku, karena view dari sini benar-benar indah. Memang hampir setiap hari aku selalu ke taman ini. Untuk menghirup udara segar. Lingkungan rumahku benar-benar lingkungan yang paling terbaik menurutku. Hehe.

"Hei. Kau lagi.", sapa seseorang menghampiriku. Namja dengan pakaian dan sepatu basket lengkap dengan bola basket di tangan kirinya. Aku tersenyum.

"Iya.", jawabku singkat.

"Namaku Minhyuk. Kang Minhyuk.", dia mengulurkan tangannya padaku. Aku meraihnya dan tersenyum.

"Kim Ryu Chan.", balasku. Dia tersenyum.

"Bolehkah aku duduk di sampingmu.", pintanya. Aku mengangguk.

"Duduk saja.", kataku. Dia segera duduk di sampingku. Kami diam, tidak tau mau bicara apa.

"Kau sering ke taman ini?", tanyanya. Akhirnya ada pembicaraan.

"Hampir setiap hari. Tapi sepertinya aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Apakah kau bukan orang sini?", tanyaku balik. Dia menggaruk kepalanya.

"Aku baru satu minggu pindah ke komplek ini. Rumahku di blok C.", jelasnya. Pantas saja aku baru melihatnya.

"Oh begitu kalau aku di blok B.", sautku. Dia tersenyum lagi.


Deg. Deg.
Jantungku berdebar, ada apa ini?

"Nanti kita pulang bersama. Apa kau mau? Aku belum punya teman disini.", rajuknya. Tentu saja dengan senang hati.

"Baiklah. Kita teman.", kataku. Dia nampak riang sekali.

"Hei, aku main basket dulu ya.", katanya. Aku mengangguk.

"Aku akan melihatmu dari sini.", kataku. Dia tertawa kecil.

"Dah.", dia berlari kecil.

Aku menunggunya, aish tidak ada cape-capenya manusia itu. Tapi dia sangat keren saat bermain basket. Ya tuhan, ijinkan aku melihat wajah tampan ciptaanmu itu terus.

'Aku bicara apa sih?', aku memukul pelan kepalaku.

"Hei, ayo pulang. Melamun saja.", ajaknya. Mwo. Dia sudah ada dihadapanku saja. Kenapa aku tidak sadar. Dasar Ryu Chan babo.

Aku segera bangkit dari dudukku. "Kkaja.", aku jalan lebih dahulu. Entah mengapa aku malu.

"Hei. Tunggu aku.", dia mengejarku. Dan, tangannya merangkul pundakku dari belakang. Tidak karuan rasanya. Aku seperti orang yang kehilangan kekuatan. Aku berjalan dengan jantungku yang berdetak sangat kencang.



.....


"Ryu-ah, kau kenapa sih?", tegur Ahnka onnie menepuk pundakku. Yupz, dia ini kakak iparku. Istri dari oppaku, Jaejoong. Dia itu cerewet sama seperti Jae oppa, tapi aku sayang padanya melebihi oppaku sendiri. Hehe. Bercanda.

"Tidak apa-apa. Memangnya ada apa?", heranku. Dia memicingkan matanya.

"Kau tau, akhir-akhir ini kerjamu hanya melamun. Apa yang kau pikirkan?", jelasnya. Aish, dia tau saja. Memang aku sering sekali melamun. Yang ada di pikiranku hanya namja itu. Namja yang sudah satu bulan ini menjadi temanku. Namja bernama Kang Minhyuk. Aku membenarkan posisi dudukku menghadapnya.

"Onnie, kenapa akhir-akhir ini aku sering membayangkan dia ya onnie. Wajahnya ada dimana-mana.", ceritaku padanya. Ia menaikan alisnya sebelah.

"Dia siapa?", tanyanya. Aish onnie babo.

"Itu namja yang suka mengantarku pulang dari taman.", jelasku. Dia tampak mengingat-ngingat.

"Ah ne, aku ingat. Namja yang tampan, lucu, imut-imut itu kan. Aish, aku suka padanya. Menggemaskan.", hebohnya. Dia ini kebiasaan sekali bertingkah aneh. Dasar onnie.

"Hei, siapa yang kau bilang lucu, tampan, imut.", tiba-tiba Jaejoong oppa muncul dengan wajah mengerikannya. Aku menarik nafas. Perang orang-orang setengah waras dimulai.*huah enak aja*

"Itu temannya Ryu Chan. Dia menggemaskan sekali be.", jawab Ahnka onnie dengan santainya.

"Jadi begitu. Lebih menggemaskan siapa daripada aku.", tanya Jae oppa sinis luar biasa.

"Dia. Sangat menggemaskan.", heboh Ahnka onnie lebih dahsyat.

"Aish, bubu. Kau hanya boleh gemas padaku.", marah Jae oppa.

"Ani, tidak mau. Terserahku.", ngeyel Ahnka onnie.

"Yasudah, terserahku juga jika aku gemas pada wanita lain.", ancam Jae oppa. Aish, oppa babo.

"Aniya tidak boleh.", teriak Ahnka onnie.

"Kau juga tidak boleh.", balas Jae oppa.

"Pelit.", kesal Ahnka onnie.

"Biarin.", tidak mau kalah Jae oppa. Aduh aku pusing, mereka seperti anak kecil sekali.

"Diam. Berisik. Aku kan mau cerita.", teriakku. Langsung keduanya membungkam mulutnya. Seperti ini kan lebih baik.

"Ah iya, mianhae. Soal itu. Aku mau tanya. Apa kau suka padanya?", tanya Ahnka onnie.

"Pastilah onnie, dia kan temanku.", jawabku pasti.

"Aish bukan itu. Begini saja. Apa saat bersamanya kau merasa senang?", tanyanya lagi. Aku mengangguk.

"Sangat senang.", jawabku. Dia tersenyum. Sementara Jae oppa terbengong dan aku yakin karena dia tidak mengerti.

"Apa jantungmu sering berdebar kencang jika di dekatnya.", tanyanya lagi. Dan lagi-lagi aku mengangguk.

"Bingo. Bebeku sayang. Dongsaengmu sedang jatuh cinta. Yeay.", teriaknya riang sambil memeluk Jae oppa. Tapi tadi apa katanya? Jatuh cinta?

"Jatuh cinta?", tanyaku heran. Dia mengangguk.

"Iya seperti aku dan oppamu. Jatuh cinta. Kau jatuh cinta padanya. Sedangkan aku jatuh cinta pada oppamu ini. Iya kan be?", katanya. Jae oppa tampak senang sekali. Entah karena apa. Dia mengecup puncak kepala onnie, lalu membelainya. Jatuh cinta? Seperti inikah rasanya? Tak sadar, bibirku mulai mengembangkan senyumnya. Bahagia teramat sangat rasanya perasaan ini.



....



Tidak terasa sudah satu tahun aku berteman dengannya, dan hampir satu tahun pula aku memendam rasa yang Ahnka onnie bilang adalah cinta padanya.

"Chanchan.", panggilnya. Aku tersenyum. Dia memang terbiasa memanggilku seperti itu. Panggilan sayangnya untukku, begitu katanya. Dan berhasil membuatku menjadi gadis yang sangat bahagia.

"Ne.", sautku. Dia tersenyum, lalu kembali menatap langit. Benar, aku dan dia sedang berada di taman. Dia menjadi namja yang memiliki hobi bukan hanya bermain basket tapi juga menikmati indahnya langit sore, karena terbawa kebiasaanku.

"Aku sedang jatuh cinta.", katanya. Jleeb. Seperti ada pisau yang menusuk tepat di jantungku. Sakit sekali.

"Pada siapa?", tanyaku mencoba biasa.

"Gadis manis yang sering aku perhatikan. Tapi aku takut.", jelasnya. Mataku panas. Ya tuhan, ijinkan aku untuk tidak menangis saat ini.

"Takut kenapa?", bibirku mulai bergetar.

"Takut dia tidak mencintaiku.", jawabnya dengan wajah sedihnya. Aku menjadi kasihan padanya. Tapi bukankah itu baik. Tidak Ryu Chan, kau tidak boleh egois.

"Jangan berpikir seperti itu. Aku yakin dia juga mencintaimu.", hiburku. Aku sok tahu sekali. Tapi ini cara agar dia tidak memasang wajah sedihnya lagi. Dia berbalik menghadapku. Aku menatapnya. Tuhan wajah ini, wajah orang yang aku cintai, jangan membutanya bersedih.

"Kau yakin?", tanyanya. Aku mengangguk.

"Sangat yakin.", tegasku. Dia tersenyum, sambil menatapku dalam. Perlahan tangannya membelai wajahku. Nyaman. Aku memejamkan mataku dan menggerakan kepalaku mengikuti gerakan tangannya. Tak lama ada sesuatu yang basah menempel dibibirku. Lama-lama melumat, menggigit, mengulum, menghisap bibirku dengan lembut. Tanpa membuka mataku, aku tau itu apa? Ya tuhan dia mencium bibirku. Apa? Mencium. Lebih tepatnya kami berciuman. Karena aku menikmati dan membalasnya.

"Aku mencintaimu.", bisiknya disela-sela ciuman kami. Sontak aku mendorong pelan tubuhnya.

"Mwo?", tidak percayaku.

"Kau. Kau gadis manis yang aku maksud. Aku mencintaimu.", katanya. Aku tidak percaya ini. Aku tidak bermimpi kan. Aku tepuk kedua pipiku. Tapi kedua tanganku tertahan oleh genggamannya pada pergelanganku.

"Jawab aku.", mohonnya. Aku mengerjapkan mata. Lalu tersenyum penuh arti dan mengangguk mantap. Wajahnya langsung berubah begitu sumringah. Ia menarikku ke dalam pelukannya.

"Chanchan nae jagiya. Yeay.", teriaknya begitu senang bukan main. Aku terkekeh dibuatnya. Ya tuhan inikah rasanya mencintai? Sekarang aku tau apa arti CINTA. Cinta adalah kebahagiaanku. Itu menurutku dan semoga tetap seperti itu.




The End

No comments:

Post a Comment