Sunday, November 7, 2010

Fan Fiction.. Little Namja..

Tittle: Little Namja

Author: Anka 'bubu'

Lenght: Short One Shoot

Cast:


- Putri Annisa Kamila as Hwang Ni Mi as Uni

(Mian uni nama Koreanya jelek)

- Lee Minho

- Me as Choi Ahnka

- Kim Jaejoong



Cekidot.


>>>>>>>>>>>


-Ni Mi POV-


Kalian tau tidak? Kata umma cekolah itu menyenangkan. Apa benal cepelti itu? Tapi tetap caja aku takut. Habis kata teman-temanku, cekolah itu celam. Banyak anak nakal yang nanti akan menggangguku. Huhu. Aku takut.

"Nah Uni sayang, ini kelasmu. Jangan nakal ya.", kata umma cambil mengusap lembut lambutku. Aku takut, banyak cekali anak-anak yang tidak aku kenal. Aku peluk elat lengan ummaku. Aku tidak mau cekolah.

Benal cekali. Hali ini adalah hali peltama aku macuk TK. Bagaimana ini?

"Umma temani aku ya. Aku takut.", rajukku pada umma. Umma tercenyum padaku, ia beljongkok mencejajalkan dengan tinggiku. Aku halap umma mengabulkanku. Amien.

"Umma harus ke rumah sakit jagi. Ada pasien. Uni tidak boleh takut. Umma yakin, uni pasti akan punya banyak teman disini.", bujuk umma dengan wajah teduhnya. Terpaksa aku mengangguk, walaupun aku kecal pada umma. Lumah cakit lagi. Lumah cakit lagi. Pacien lagi. Pacien lagi. Kalau cudah besal aku tidak mau jadi doktel cepelti umma.*tapi pada kenyataannya sekarang anda adalah calon dokter dengan IP 3,9. Asoy.*

"Ne umma.", patuhku. Aku bellali macuk ke dalam kelas. Aku duduk dimana? Umma culang. Yang lain ditemani umma meleka. Aku tidak. Huh.

"Hei. Hei.", ceceolang menucuk-nucuk pipiku dengan telunjukknya. Aku menoleh dan telcenyum pada yeoja kecil di campingku.

"Annyeong.", capanya cambil memajukan bibilnya. Dia lucu, pipinya gendut, cepelti aku.*waktu TK gendutan uni daripada anka*

"Annyeong.", balasku. Dia tampak liang cekali mendengal balasanku.

"Duduk denganku ya.", pintanya mengeljap-ngeljapkan matanya. Aku mengangguk. Tentu caja aku mau.

"Ne. Aku cenang bica duduk denganmu.", kataku tak kalah liang. Aku dapat teman. Asik. Hihi.

"Eh?", dia menatapku helan.

"Waeyo?", tanyaku. Dia memilingkan kepalanya.

"Kau cadel?", tanyanya. Aku mengangguk, tapi cebal.

"Lucu.", cenangnya. Aku memajukan bibilku.

"Lucu kenapa?", cewotku. Wajal caja, aku kan balu empat tahun, tidak macalah kalau aku cadel.

"Aniya. Lucu saja. Hehe. Aku Choi Ahnka. Salam kenal.", katanya. Aku mengangguk. Lupakan, nanti dia tidak mau belteman denganku lagi.

"Aku Hwang Ni Mi.*aneh ya ni* Tapi pangggil Uni caja. Hehe.", balasku. Dia telcenyum.

"Arraseo.", katanya cambil mengangkat kedua ibu jalinya.


.....


-Author POV-


"Aduh.", ringis Ahnka saat tersungkur, ia ditabrak namja kecil dari belakang.

"Kalau jalan hati-hati dong.", galak Ni Mi saat itu. Dia tidak suka ada yang menyakiti temannya.

"Aish uni. Gwaenchana. Bukan salahnya.", bela Ahnka. Dia tidak mau Ni Mi bertengkar dengan namja yang hanya terus menunduk itu.

"Tidak bica begitu.", ngeyel Ni Mi. Wajahnya benar-benar kesal.

"Yaa Kim Jaejoong, jangan hanya diam.", hardik namja kecil lain yang adalah teman namja tadi yang bernama Jaejoong.

"Kau jangan marah-marah. Temanmu saja tidak marah.", marah namja kecil itu pada Ni Mi.

"Ciapa kau? Datang-datang malah.", kesal Ni Mi. Namja kecil itu tiba-tiba tertawa.

"Ih cadel.", ledeknya senang. Ni Mi mendengus dan menghentakan kakinya.

"Kenapa kalau cadel. Tidak cuka.", tantang Ni Mi keras. Ahnka dan Jaejoong hanya menunduk takut.

"Iya tidak suka. Kau yeoja galak. Cadel lagi. Berani sekali memarahi temanku.", tidak takut namja itu.

"Ani Minho sudah.", rajuk Jaejoong. Namja yang dipanggil Minho itu merengut.

"Tidak bisa aku tidak suka yeoja cadel ini.", ngeyel Minho. Ni Mi seperti dibakar kekesalan.

"Jangan mengataiku cadel, namja menyebalkan.", marah Ni Mi, ia mendekat dan menggigit tangan Minho kesal. Dia diambang kesalnya.

"Sakit cadel. Uuh.", Minho mendorong tubuh kecil Ni Mi sampai terjatuh.

"Kalian, kenapa bertengkar?", lerai ibu guru yang tak sengaja lewat.

"Hikz. Hikz", Ni Mi menangis karena sakit dan takut dimarahi ibu guru.

"Dia yang mulai congcaengnim. Hikz.", adu Ni Mi tersedu-sedu.

"Bohong. Dia gigit aku duluan. Liat songsaenim.", Minho memperlihatkan bekas gigitan Ni Mi. Ia tidak mau kalah pada yeoja itu.

"Sudah jangan bertengkar lagi. Ayo baikan.", bujuk ibu guru. Tapi dengan cepat keduanya menggeleng.

"Tidak mau.", serempak keduanya. Keduanya langsung menyembunyikan tangan mereka dibelakang tubuh mereka.

"Uni ayo baikan.", bujuk Ahnka juga.

"Ne. Ayo Minho.", bujuk Jaejoong tak kalah. Ahnka dan Jaejoong tersenyum malu ketika keduanya saling melihat.

"Maaf.", akhirnya Minho mengulurkan tangannya lebih dulu, yang pasti itu sangat tidak ikhlas.

"Ne.", balas Ni Mi meraih tangan Minho kesal.

"Begini lebih baik kan?", senang ibu guru. Tapi Ni Mi dan Minho malah mendengus kesal.


.....


-Ni Mi POV-


"Aniya ini aku mau mainkan.", teliaknya kelas di depan wajahku. Aku menalik kotak puzzle di tangannya. Namja jelek menyebalkan. Aku cebal.

"Tapi aku duluan yang ambil. Aku juga mau main. Cinikan.", tidak mau kalahku. Akhilnya kami talik-menalik mempelebutkan kotak itu.

"Ih kau ini.", kecalnya. Aku tidak peduli pada kekecalannya.


Bluukk..
Kotak mainannya jatuh. Belantakan deh.

"Uni kenapa?", tanya Ahnka. Dicebelahnya ada Jaejoong, meleka belpegangan tangan. Manis cekali.

"Itu jatuh. Gala-gala dia.", kecalku. Dia berkacak pinggang.

"Bukan salahku. Kau yang tidak mau melepaskannya. Sebal.", ketusnya. Dia ini. Karena kecal, aku memukul keningnya.

"Calahmu.", tidak telimaku. O.o wajahnya menyelamkan sekali.

"Salahmu.", teliaknya menalik kedua pipiku. Cakit cekali.

"Huah. Umma.", tangisku. Pipiku cakit. Umma. Dia malah puas teltawa.

"Emang enak.", cenangnya telus pelgi. Aku cebal padanya. Aku telus menangis.

"Uni jangan menangis. Kita main.", bujuk Ahnka mengelus lambutku. Aku mengelucutkan bibilku dan menghapus ail mataku.

"Ayo.", kataku akhilnya. Tapi tetap caja cebal.


.....



Umma dimana? Hikz. Ini cudah cole, kenapa umma belum datang menjemputku. Aku takut cendiri di cekolah.

"Hikz. Umma mana?", cayup-cayup aku mendengal tangis ceolang namja. Aku mencali di cekitalku. Ah itu dia. Ada namja menangis di bawah pohon, wajahnya ditekuk di lututnya.

"Kenapa?", tanyaku caat aku mendekatinya.

"Umma belum menjemput. Huhu.", katanya. Kacian, aku juga belum di jemput. Pasti dia takut cepeltiku.

"Jangan menangis ya. Kita tunggu beldua. Mau? Aku juga belum dijemput.", lajukku mengucap lambutnya. Tangisnya meleda, dia mendongakan kepalanya.

"Kau.", teliak kami beldua. Telnyata namja ini ci Lee Minho jelek. Ah kenapa aku tadi baik padanya.

"Apa?", kecalku. Dia menjauh daliku.

"Sana jangan dekat-dekat.", usilnya. Aku mendengus.

"Ciapa juga yang mau dekat-dekat denganmu. Week.", cewotku belanjak pelgi, tidak peduli padanya lagi. Cebal.

"Cadel.", panggilnya. Ih, aku tidak cuka dipanggil cepelti itu.

"Jangan panggil cadel.", malahku. Dia menghapus ingusnya dengan lengan bajunya. Jolok.

"Temani aku. Aku takut sendiri.", pintanya. Aku memandangnya. Kacian juga. Aku kembali duduk di campingnya.

"Ne. Aku juga takut.", kataku. Dia telcenyum. Manis cekali.

"Maafkan aku ya. Ternyata kau yeoja yang baik.", katanya. Aku mengeljapkan mataku, tidak pelcaya, kenapa dia jadi baik. Ia kembali telcenyum padaku.

"Aku juga deh. Kau namja cengeng telnyata. Hihi.", gulauku. Dia melengut. Aku tau dia kecal.

"Aku belcanda. Hehe.", timpalku cebelum dia malah. Kan kalau dia malah celem. Kaya cinga. Hehe.

"Tapi jangan bilang siapa-siapa ya aku menangis.", pintanya. Aku mengangguk.

"Tenang caja. Acal tidak mengataiku cadel lagi.", syaratku. Dia mengangguk cepat.

"Baiklah. Teman ya.", katanya menyodolkan kelingkingnya. Aku dengan cepat melaihnya.

"Teman.", liangku. Dia teltawa, mungkin kalena lucu melihat tingkahku.

"Hehe.", tawanya. Cup. Mwo? Dia mencium bibilku. Kok pipiku panas ya?

"Pipimu merah. Lucu.", katanya meledekku. Tapi aku kenapa jadi malu dia belkata cepelti itu.

"Minho.", lengekku. Eh dia malah menteltawakanku. Kumajukan bibilku.


Cup.

Dia mencium bibilku lagi.

"Bibilmu lucu. Aku gemas.", cenangnya dengan cuara yang dibuat cadel cepelti menyindilku.

"Ih Minho.", manjaku. Ah aku dibuatnya malu hali ini.


"Uni.", panggil ummaku yang akhirnya datang juga. Asik.

"Minho.", panggil ceorang ajjhuma pada Minho hampil belcamaan.

"Umma.", teliak kami belcamaan dan memeluk umma kami macing-macing.

"Anak umma manja.", ledek umma mengacak lambutku. Aku hanya teltawa kecil.

"Ayo Minho jagiyanya umma. Kita pulang.", ajak ajjhuma. Minho mengangguk-angguk cambil menggandeng jemali ummanya.

"Kami pulang duluan ya.", pamit ajjhuma pada umma. Umma mengangguk.

"Ne.", saut umma. Ajjhuma dan Minhopun pelgi. Akupun menggandeng umma macuk ke dalam mobil. Tapi.

"Uni.", teliak Minho yang bellali ke alahku. Aku belhenti.

"Waeyo?", tanyaku helan.


Cup.

Ia mencium pipi gembilku.

"Saranghae.", ucapnya. Dan langcung bellali lagi ke alah ummanya.

Mwo? Tadi dia bilang apa?








The End

No comments:

Post a Comment