Monday, November 8, 2010

Fan Fiction.. My Crazy Wife..

Title: My Crazy Wife

Author: Anka 'bubu'

Cast :

- Yuni 'Youndul' as Jung Younhee

- Kim Junsu

- Kim Junho

- Lee Sungmin

- Lee Jinki

- Henry





Let's get the story.


+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++



Terlihat wanita yang sudah cukup umur. Ya kira-kira umurnya menjelang tiga puluh tahun sedang mengelus-elus perutnya yang sudah membesar. Bukan karena cacingan, busung lapar atau menelan bola basket. Tapi karena ada kehidupan baru yang beranjak bulan keenam di dalam perutnya.

Ia tampak bersungut mulut, melihat suami di hadapannya. Sedangkan sang suami hanya menghela nafas sabar. Mengetahui kebiasaan wanita hamil seperti itu.

"Oppa, aku membencimu. Benci. Benci. Benci.", teriak wanita yang diketahui bernama Jung Younhee yang sudah berganti marga menjadi Kim Younhee. Wanita dengan jenis suara yang imut-imut.

"Huh. Kau ini, iya aku tau, kau membenciku. Huh.", terima sang suami yang bernama Kim Junsu. Pria yang memegang paham. Jika wanita sedang hamil dan membenci seseorang. Kelak wajah sang bayi, akan mirip dengan seseorang yang dibenci itu. Dan Junsu senang, berarti anaknya akan tampan sepertinya. Itu yang ada dipikirannya.

"Hahaha. Suami yang baik.", Younhee mengamit lengan sang suami. "Oppa. Apa kau akan menuruti semua keinginanku?", tanya Younhee dengan wajah yang dipasang begitu manis. Ya walaupun aslinya tidak seperti itu.*digebok*

"Ne. Semua. Kau mau apa?", saut Junsu. Younhee tersenyum.

"Aku ingin menampar wajah hyungmu. Aku membencinya. Sama seperti membencimu. Iih.", pinta Younhee yang dalam sekejap wajahnya sudah kembali sangar. Dia memukul-mukul badan Junsu membabi buta. Junsu bingung dan menahan sakit di badannya.

"Apa tidak bisa yang lain. Jagiya dia hyungku. Lagipula masa kau berani menamparnya. Yang benarkah?", sangsi Junsu. Ia tidak tega jika kakak kembarnya harus menjadi korban keganasan Younhee.

"Oppa.", kesal Younhee. Ia menyipitkan matanya. Junsu tersenyum kecut.

"Iya jagi. Kita kerumah Junho hyung.", kata Junsu. Younhee tersenyum senang dan mengamit lengan Junsu. Junsu mengambil nafas dalam untuk kesekian kalinya.

__________________________________________________________

Younhee dan Junsu sudah berdiri di depan pintu rumah Junho, kakak kembar Junsu. Dengan tidak sabar Younhee menekan bel.

Ting. Tong.
Bel rumah Junhopun berbunyi. Tak lama Junho membuka pintu.

"Kali...", belum juga Junho bicara satu kata.

Plaaak. Plaaak. Plaak.
Tamparan-tamparan panas bersemayam di wajah mulus Junho.

"Aku benci oppa.", geram Younhee yang terus saja menampar Junho. "Kenapa wajahmu harus mirip dengan Junsu oppa. Aku benci oppa.", kesal Younhee. Sedangkan Junsu memegangi wajahnya. Membayangkan sakitnya tamparan yang bertubi-tubi. Setelah dirasa puas, Younhee tersenyum.
"Terimakasih ya oppa.", kata Younhee santai pada Junho. Sedangkan Junho menahan sakitnya tamparan-tamparan Younhee.

"Aduh. Sakit. Istrimu kenapa Su-ie? Sudah gila.", kesal Junho. Junsu tersenyum tampang bersalah.

"Mianhae hyung. Maklum orang hamil. Ngidamnya tanpa perasaan. Mian. Hehe.", jelas Junsu takut-takut. Junho terus saja mengusap wajahnya perih.

"Oppa. Kami pulang.", pamit Younhee. "Ayo oppa.", tanpa perasaan Younhee dengan kasar menarik Junsu pulang. Sementara Junho menahan kekesalannya.

"Kalau saja bukan karena ngidam, sudah kusuruh Su-ie menceraikan wanita gila itu.", gerutu Junho benar kesal.

______________________________________________________________

Memang mood wanita hamil tidak bisa ditebak. Kali ini Younhee begitu manja pada Junsu. Tidak ingin sedetikpun jauh dari Junsu.

"Jagiya kenapa kau membenci hyungku? Kalau orang hamil kan biasanya cuma benci satu orang.", tanya Junsu heran. Younhee menggeleng.

"Mana aku tahu. Pokoknya aku membenci kalian berdua.", jawab Younhee yang terus bergelayut manja di lengan Junsu. Junsu tersenyum saja mendengarnya.

"Haha. Kau ini. Jagiya, kau sedang manja padaku ya.", sindir Junsu. Younhee mengangguk.

"Oppa. Cium.", pinta Younhee, memajukan bibirnya. Junsu tersenyum dan mengecup bibir Younhee. Younhee tertawa riang setelahnya.

____________________________________________________________


Younhee sedang memeluk Junsu mesra. Ini biasa, karena ada maunya.

"Oppa aku punya permintaan.", kata Younhee. Junsu menghela nafas.

"Pasti aneh-aneh lagi.", pikir Junsu dalam hati. "Apa jagiya?", tanya Junsu dengan sabarnya.

"Aku mau mencium semua mantan kekasihku. Oke oppa.", beritahu Younhee santai, seakan tidak ada yang salah. Sedangkan Junsu menelan ludahnya dan hampir pingsan. Cemburunya naik ke ubun-ubun.

"Tidak ada. Aku tidak akan memberikanmu. Yang benar saja dong jagiya.", kesal Junsu. Younhee merengut.

"Oppa.", rengek Younhee. Ia menangis, berlari ke kamar dan keluar kamar dengan koper besar berisi pakaian.

"Jagiya mau kemana?", panik Junsu. Younhee membuang mukanya.

"Oppa sudah tidak cinta padaku. Tunggu saja surat cerai dariku. Aku mau pulang.", kesal Younhee melanjutkan langkahnya. Junsu dengan cepat menahan lengan Younhee.

"Jangan seperti itu jagiya. Iya kau boleh cium semua mantan kekasihmu. Terserahmu.", pasrah Junsu, walau sebenarnya itu menyakitkan untuknya. Younhee tersenyum.

"Terimakasih oppa. Aku mencintaimu. Muah. Muah. Muah.", karena senang Younhee mendaratkan ciuman bertubi-tubi di bibir Junsu.*maunya*

__________________________________________________________


Hari pertama Junsu harus mengantar Younhee kerumah Henry, pria keturunan Cina. Kekasih Younhee saat SMP. Menyebalkan memang. Tapi paling tidak ini untuk menghindari Junsu dari ancaman cerai Younhee.

"Oppa terimakasih. Pokoknya saat aku bersama Henry. Oppa tidak boleh dekat-dekat. Aku benci wajahmu.", kecam Younhee. Junsu menganggukan kepalanya.

"Bagus. Sekarang aku mau bertemu Henry oppa dulu. Asik.", senang Younhee. Ia turun dari mobil, sedangkan Junsu tetap di mobil, menahan cemburunya.

"Younhee-ah.", kaget Henry saat membuka pintu.

"Hai oppa. Oppa aku mau jalan-jalan. Temani aku jalan-jalan yuk.", kata Younhee langsung tanpa rasa malu.

"Memang suamimu?", tanya Henry. Younhee tersenyum.

"Itu, di mobil. Ayo oppa. Kita jalan.", Younhee langsung saja menarik Henry. Dia mengajak Henry ke taman, dengan Junsu yang membuntuti jauh di belakang. Ada cemburu disana.

"Oppa. Maukah kau menciumku.", tanya Younhee saat di taman. Henry membelalak kaget.

"Maksudmu?", heran Henry. Younhee tersenyum.

"Begini lho oppa.", Younhee mendekatkan wajahnya pada Henry, dengan begitu agresif.

"Tunggu.", teriak Junsu yang tidak siap melihat pemandangan indah itu. Younhee berdecak kesal.

"Oppa, sudah aku bilang jauh-jauh.", kesal Younhee. Junsu tersenyum dan menutup matanya.

"Sekarang baru boleh cium.", kata Junsu. Younhee merengut, namun tak lama.

"Oppa ayo kita berciuman.", ajak Younhee. Walau bingung, Henry menurut saja, lagipula dulu mereka suka melakukan ini.

"Hmmmm.", keduanya saling menikmati dengan memejamkan mata mereka. Younhee tersenyum setelahnya.

"Terimakasih oppa. Ayo kita pulang.", ajak Younhee. Merekapun bergandengan tangan, meninggalkan Junsu yang masih menutup matanya.

____________________________________________________________

Besoknya. Walau Junsu masih kesal. Mau tidak mau dia harus mengantar Younhee ke kantor Lee Jinki, kekasih Younhee saat SMA. Dengan berat hati, Junsu mengetuk pintu ruang kerja Jinki.

"Annyeong haseyo.", sapa Junsu. Jinki tersenyum.

"Ahh Junsu-ssi. Tumben sekali.", balas Jinki. Junsu langsung saja menyambar tempat duduk dan memegang tangan Jinki.

"Jinki-ssi. Maukah kau mencium istriku? Nanti aku yang akan jelaskan pada istrimu, Key*ceritanya disini Key cewek* jika dia marah. Aku mohon.", rajuk Junsu. Dia melakukan ini, karena pagi tadi Younhee ngamuk besar pada Junsu. Jadinya dia harus melakukan ini.

"Mwo? Kau bercanda kan?", kaget Jinki. Junsu menggeleng.

"Aniya. Cukup sekali saja menciumnya. Dia ngidam menciummu.", jelas Junsu. Jinki mengambil nafas kasarnya.

"Baiklah.", kata Jinki menerima. Junsu langsung menarik tangan Jinki menuju mobil.

"Jagiya ini Onewmu. Ciumlah.", suruh Junsu pasrah. Sampainya mereka di mobil. Jinki masuk ke dalam mobil. Younhee tersenyum, ia membasahi bibirnya sendiri dengan nakal. Dengan membabi buta, Younhee dengan segera melumat bibir Jinki. Sampai Jinki sendiri kaget dan merasakan sesak karena Younhee sama sekali tidak memberinya ruang untuk bernafas. Junsu yang melihatnya, hanya bisa meremas-remas ujung kemejanya kesal.

_____________________________________________________________


Kini Younhee tersenyum manis pada Junsu, menjelang tidurnya.
"Aku tidak sabar, akhirnya bisa berciuman lagi dengan Sungmin oppa besok.", senang Younhee. Junsu menelan ludahnya. Kali ini cemburunya benar-benar. Sungmin adalah mantan kekasih Younhee yang paling membuatnya cemburu. Karena sampai sekarang Sungmin masih menyukai Younhee. Dan Younhee masih terlalu dekat dengan Sungmin.

"Jagiya, apakah Sungmin-ssi bisa dihapus dari daftar.", pinta Junsu hati-hati. Younhee memicingkan matanya.
"Iya-iya, aku mengerti. Maafkan aku.", kata Junsu mengangguk. Younhee tersenyum manis karenanya. Sepertinya Junsu salah memilih istri.*betul*

____________________________________________________________


Hari terakhir, tinggal Sungmin satu-satunya mantan kekasih Younhee yang belum menjadi korban.

"Oppa. Terimakasih. Setelah ini, aku tidak akan meminta yang macam-macam lagi. Aku mencintaimu. Kau memang terbaik oppa.", ujar Younhee sebelum turun dari mobil.

Cuuppp
Kecupan dari Younhee untuk Junsu. Junsu yang tadinya cemburu merasa tenang sedikit untuk melepas istrinya mencium Sungmin.

"Oppa, sudah lama ya menunggu.", teriak Younhee memeluk Sungmin yang sudah menunggu di sebuah kafe taman.

"Tidak juga. Aku merindukanmu.", kata Sungmin merayu. Tak ayal, membuat wajah Younhee memerah.

"Oppa sebenarnya. Aku ingin minta kau menciumku.", jelas Younhee malu-malu. Sungmin tersenyum, itu merupakan berita terbaik. Ia segera meraih tengkuk Younhee dan segera mencium Younhee penuh nafsu. Lama-lama turun ke leher. Lalu kembali mencium bibir basah Younhee.

"Oppa. Sudah.", sergah Younhee mendorong pelan tubuh Sungmin.

"Mianhae. Aku terlalu bernafsu ya.", sesal Sungmin. Younhee menggeleng.

"Terimakasih ya oppa. Oh ya oppa, aku pergi lagi. Suamiku menunggu. Dah oppa.", pamit Younhee. Dengan segera, ia menghampiri Junsu di mobil.

"Ayo pulang oppa.", ajak Younhee. Tapi Junsu merengut dan hanya diam.

"Banyak sekali menciumnya. Sampai leher lagi.", sindir Junsu. Younhee tertawa.

"Cemburu ya. Asik. Aku senang.", riang Younhee. Junsu terus merengut.

Cuuppp
Younhee mencium pipi Junsu.

"Ayo pulang suamiku.", goda Younhee. Junsu tersenyum dan menancap gas dengan riang.

_________________________________________________________________


-Three Months Later-


Younhee sudah pada waktunya. Dia akan melahirkan.
"Songsaengnim, saya mau ditemani suami dan kakak ipar saya.", pinta Younhee berteriak, menahan sakitnya.

"Tapi, tidak..."

"Cepat mana suami dan kakak ipar saya.", marah Younhee. Dengan terpaksa sang dokter mengijinkan keduanya menemani Younhee di ruang bersalin.

"Tarik nafas, buang nafas. Ayo Younhee-ssi. Sedikit lagi.", suruh sang dokter.

"HUAH. AKU BENCI JUNHO OPPA. EEEE.", teriak Younhee yang menjambak rambut Junho dengan keras.

"Huah, sakit. Younhee-yah. Siapa suaminya. Kenapa aku yang kena.", gerutu Junho menahan sakit. Bukan hanya jambakan. Tapi hadiah cakaran. Juga Junho dapatkan. Junsu juga menatap heran, kenapa malah kakaknya yang tersiksa. Sedangkan dia hanya menonton saja.

"Owaa. Owaa.", tangis bayi pecah. Junho bisa menarik nafas leganya. Karena Younhee sudah melahirkan bayi laki-laki. Dan terlepas dari siksaan. Junsu tersenynyum senang. Younhee tampak kelelahan. Tapi tak lama.

"Oppa perutku sakit. Oppa. Iih.", eluh Younhee. Dia mencabik-cabik lengan Junsu.

"Sepertinya, Younhee-ssi akan melahirkan lagi. Ayo berjuang. Tarik nafas, buang.", suruh sang dokter.

"Huah. OPPA AKU INGIN MEMBUNUHMU. UUHH. HUUH. HOOH. EEEEE.", Younhee berusaha keras. Jambakan yang teramat sakit Junsu dapatkan. Sedangkan Junho tertawa.

"Rasakan kau Su-ie. Sakit kan.", senang Junho. Junsu meringis kesakitan.

"Owaa. Owaa.", bayi laki-laki kedua merekapun lahir. Junsu menjatuhkan dirinya ke lantai.

"Akhirnya.", lega Junsu. Setelah selesai dimandikan, suster memberikan bayi pertama pada Junho dan bayi kedua pada Junsu.

"Selamat tuan Kim. Anak kalian sehat.", kata sang dokter memberi selamat. Junsu tersenyum.

"Su-ie, anak pertamamu mirip sekali denganku.", kata Junho riang. Junsu segera melihatnya.

"Iya mirip sekali denganmu hyung. Yang ini mirip aku. Pantas saja. Younhee membenci kita berdua. Ternyata anak kami kembar seperti kita.", senang Junsu. Junho juga tak kalah senang.

"Oppa.", lemah Younhee. Dengan segera Junsu dan Junho mendekat pada Younhee dan meletakan kedua bayi itu di dekapan Younhee.

"Oppa. Aku menyayangi kalian. Terimakasih.", kata Younhee, yang kemudian mengecup puncak kepala kedua bayinya.

Dua bayi kembar laki-laki, kini hadir melengkapi kehidupan keluarga Kim.









The End

No comments:

Post a Comment