Monday, November 8, 2010

Fan Fiction.. Complicated.. Part 21 - Part 25..

Fan Fiction.. Complicated.. Part 21

Ahnka menjadi lebih baik, ia mulai bisa mengatur emosinya saat di muka umum. Tapi tetap saja di saat sendiri, tidak bisa dipungkiri ia begitu merindukan Jaejoong.

Ia kini sedang duduk bersantai di kantin kampus. Tertawa karena meledek Hyoo Won.
"Onnie. Itu kan karena aku tidak enak denganmu. Kau jahat sekali.", kesal Hyoo Won. Ahnka tertawa.

"Kau tau kenapa aku tertawa? Karena aku merasa bodoh. Karena aku kalian begini. Aku menertawakan kebodohanku, Hyoo Won.", kata Ahnka berusaha biasa saja.

"Iya onnie. Kalau begitu, aku harus bagaimana?", tanya Hyoo Won polos. Ahnka kembali tertawa.

"Beri oppaku jawaban sesuai kata hatimu. Dalam artian, kau kalau mau pacaran, ya pacaran saja. Tidak usah memikirkanku. Kau ini.", Ahnka memukul gemas kepala Hyoo Won. Hyoo Won tersenyum.

"Sudah bisa melupakannya kan? Aku senang.", ujar Hyoo Won. Ahnka mengangkat bahunya sambil tersenyum masam.

"Annyeong.", sapa seorang pria. Hyoo Won yang sudah tau, langsung pamit.

"Onnie, aku pergi dulu ya. Heechul oppa aku pergi.", pamit Hyoo Won. Ahnka dan Heechul tersenyum. Hyoo Won segera pergi.

"Annyeong oppa.", balas Ahnka pada seniornya itu. Senior yang menyukainya.*asik* "Duduk oppa.", suruh Ahnka ramah. Heechul segera menempatkan dirinya di sebelah Ahnka.

"Kau belum memesan apa-apa?", tanya Heechul. Ahnka menggeleng.
"Kau mau apa? Biar aku pesankan.", tawar Heechul.

"Merepotkan oppa. Biar aku yang pesankan. Oppa mau apa?", Ahnka berdiri hendak memesan. Lalu tangannya ditahan Heechul.

"Kita pesan sama-sama.", kata Heechhul berbisik di telinga Ahnka. Ahnka tersenyum.

Sedangkan di sudut lain, ada pria yang kesal melihat itu. Ia segera mendatangi keduanya.
"Bubu.", panggil pria itu. Ahnka berbalik.

"Bebe.", kaget Ahnka dengan refleks, ia melepas tangan Heechul yang masih memegangnya.

"Pria ini siapa?", selidik Jaejoong. Ahnka menoleh ke arah Heechul yang tidak menyangka akan kedatangan Jaejoong.

"Ini sunbaeku. Namanya Kim Heechul.", saut Ahnka. Jaejoong memicingkan matanya pada Heechul.

"Ikut aku.", Jaejoong menarik tangan Ahnka. Ahnka jadi kesal.

"Lepaskan. Kau ini apa-apaan sih.", kesal Ahnka yang digeret ke mobil.

"Maafkan aku.", Jaejoong memeluk erat Ahnka di tepi mobil. Ahnka menghela nafas.

"Berapa kali kau ucapkan itu.", ketus Ahnka menahan isak tangisnya.

"Jangan gantikan aku dengan pria itu, maafkan aku.", lemah Jaejoong yang merasa cemburu. Ahnka memejamkan matanya. Ia membalas pelukan Jaejoong.

"Egois. Apa kau tidak pikirkan aku saat itu? Aku ingin mati waktu kau bilang kau mencintainya. Membayangkan kau berselingkuh dengan wanita saja aku bisa gila. Tapi ini, kau menduakanku dengan pria. Aku harus apa? Kau ingin aku benar mati. Kenapa kau jahat? Apa salahku?", tuntut Ahnka panjang lebar. Jaejoong mengeluarkan air matanya.

"Bukan salahmu. Semua salahku. Aku jahat. Aku bodoh. Maafkan aku.", kesal Jaejoong pada dirinya sendiri.

"Menyesal? Bagaimana dengannya? Bukankah kau tetap bersenang-senang dengannya. Aku membencimu.", raung Ahnka memukul-mukul dada Jaejoong. Jaejoong mendekap Ahnka, membiarkan Ahnka meledakan emosinya.

"Aku tidak akan melakukan kesalahan itu lagi. Aku janji. Aku mencintaimu.", ucap Jaejoong meyakinkan Ahnka. Ahnka menghapus air matanya.

"Kau pulanglah. Sebelum oppa datang.", suruh Ahnka. Ia melepas pelukan Jaejoong. Dan meninggalkan Jaejoong.

"AKU MENCINTAIMU.", teriak Jaejoong. Ahnka sempat berhenti melangkah, saat mendengarnya. Namun tak lama ia kembali melangkah. Jaejoong menghela nafas, dan masuk ke dalam mobilnya.

...
*aku demen bikin adegan mesum hyunkey*

Key memeluk Hyun In yang sedang memasak. Ia sibak rambut hitam panjang Hyun In agar memperlihatkan lehernya. Ia mengecupi leher itu, dijilatnya, digigitnya sesekali. Membuat Hyun In bergelinjang di pelukan Key.

"Kau tidak biasanya begini. Kau seperti bernafsu.", tegur Hyun In tetap fokus mengaduk masakannya. Key tidak menjawab. Ia menurunkan tali tangtop yang dikenakan Hyun In dengan mulutnya, membuat bahu kanan Hyun In terekspos bebas. Key menciumi bahu itu dengan mata yang terpejam. Menikmati setiap ciumannya.

"Jagi kau ini kenapa?", heran Hyun In. Key tetap diam. Tangannya semakin mendekap erat pinggang Hyun In. Hyun In berbalik menghadap Key, dia memicingkan mata.

"Kau kenapa?", kesal Hyun In. Key tersenyum. Ia merengkuh dagu Hyun In, lalu dikecupnya. Naik ke atas, dan menemukan bibir merah Hyun In. Bibir mereka saling berpagutan. Tangan kiri Key mematikan kompor yang menyala, dan tangan kanannya sudah ada di balik tangtop Hyun In. Ia membelai lembut punggung Hyun In.

Kini berbalik Hyun In yang mengecupi leher Key. Key tersenyum. Ia menggendong Hyun In ke kamar, dan direbahkannya di kasur.
"Aku ketagihan.", desah Key di telinga Hyun In.

"Jagiya, kau mau itu lagi?", kaget Hyun In. Key mengangguk. Untuk yang satu ini, anak kecil ini lebih berpengalaman dibanding kedua kakaknya.

"Malam ini saja jagiya.", bujuk Key. Hyun In menghela nafas.

"Kau janji, hanya malam ini.", tuntut Hyun In. Key tersenyum.

"Aku tidak bisa janji. Siapa tau aku ketagihan lagi.", gurau Key. Hyun In tertawa.

"Jagiyaku benar-benar mesum.", ledek Key. Key merengut.

"Jahat aku diledek seperti itu.", manja Key. Hyun In memeluk Key.

"Jangan marah, aku hanya bergurau.", rajuk Hyun In. Key berguling menindih Hyun In.

"Kalau begitu kau harus membayarnya, sekarang.", Key mengerling nakal.

"Aku pasrah.", saut Hyun In. Key tersenyum menang.

"Malam ini kau milikku.", senang Key. Dengan segera ia memanfaatkan malam itu untuk bercumbu ria dengan Hyun In.











Fan Fiction.. Complicated.. Part 22


Junsu mulai merenggangkan diri dengan Jaejoong, setelah pengakuan itu. Entah kenapa perbuatannya sebenarnya bertolak belakang dengan perasaannya yang tidak ingin menjarak dengan kakaknya itu.

Ditambah pertengkaran yang terjadi pada hubungannya dengan Younhee hanya karena satu alasan, yaitu GAY. Lama-lama Junsu bisa gila. Pernikahan yang tinggal sebulan lagi mulai terancam. Karena pertengkaran yang tak kunjung usai. Memang bodoh. Namun, bagaimanapun pikiran dangkal Junsu lebih mendominasi dibanding perasaannya.

"Oppa, kalau kau ingin menikahiku. Kau harus menerima kondisi oppaku.", Younhee mengecam keras Junsu dengan sorot mata yang terlampau tajam.

"Aku menerima kelainan oppamu. Tapi apa aku tidak boleh berpikir, kalau oppamu itu menjijikan.", balas Junsu begitu terasa memuakan. Pada kenyataannya, ia menutupi kelainan Jaejoong dari Younhee. Ia malu, selama ini ia menghina Younhee memiliki kakak yang Gay, sedangkan kakaknyapun tak jauh beda. Ia malu dengan kelainan Jaejoong.

Plaakk
Tamparan panas dari Younhee, saking sakit hatinya akan kata-kata Junsu.

"Kau selalu bilang menjijikan. Hentikan. Oppaku adalah yang terbaik. Dan kau tidak lebih baik darinya.", geram Younhee. Ia melepas cincin pertunangan yang bersemayam di jarinya. "Dan satu lagi, ini aku kembalikan.", kesal Younhee melempar cincin itu ke wajah Junsu.

Junsu menatap kepergian Younhee dengan perasaan tidak karuan. Ia mengejar Younhee.
"Yaa maksudmu apa?", teriak Junsu. Younhee mendelik.

"Aku tidak mau menikah denganmu, oppa.", air mata Younhee mulai mengalir dari ujung matanya.

"Jagiya, kau benar memutuskan itu?", tanya Junsu berharap tidak.

"Aku serius.", Younhee mantap menjawab. Lalu kembali meneruskan jalan langkahnya.

"Itu yang kau putuskan jagi.", gumam Junsu menendang tempat sampah dihadapannya.

...

Yunho tersenyum manis di hadapan Jaejoong, saat berpapasan di pintu masuk kantornya. Jaejoong serba salah akan membalas atau tidak. Dan akhirnya Jaejoong membalas dengan senyum kecut. Yunho langsung merangkul pundak Jaejoong seakan tidak ada apa-apa.

"Yun, lepaskan.", Jaejoong nampak tidak nyaman.

"Memangnya teman tidak boleh seperti ini. Kita kan teman Joonggie.", kata Yunho. Jaejoong menghela nafas.

"Teman. Iya kita teman.", saut Jaejoong. Yunho melihat wajah Jaejoong.

"Walau kita hanya teman, aku akan selalu mencintaimu Joonggie.", batin Yunho. Ia tersenyum manis. "Ayo masuk, ini sudah siang.", ajak Yunho. Jaejoong terus memperhatikan Yunho, saat mereka berjalan bersama.

"Yun, kau tidak marah padaku?", tanya Jaejoong heran. Yunho menolehkan kepalanya, memandang Jaejoong.

"Untuk apa aku marah. Asal kau tetap jadi temanku. Aku tidak akan marah.", jawab Yunho mantap. Jaejoong tersenyum.

"Terimakasih.", saut Jaejoong. Yunho mengacak rambut Jaejoong. Dan Jaejoong mengerucutkan bibirnya.

...

Hyoo Won mengacak rambutnya frustasi, karena bingung mau memulai pembicaraan bagaimana dengan Siwon.

"Kau ini kenapa sih? Katanya mau bicara.", tegur Siwon. Hyoo Won tersenyum malu.

"Oppa, aku mau jadi kekasihmu.", kata Hyoo Won cepat sambil menutup wajahnya malu. Siwon tertawa terbahak-bahak. Hyoo Won memukul lengan Siwon.
"Kenapa malah tertawa? Huh.", kesal Hyoo Won. Siwon membungkam mulutnya.

"Hehe. Tidak tertawa. Mianhae. Katanya tidak enak sama Ahnka. Kok sekarang mau.", sindir Siwon. Hyoo Won mengerucutkan bibirnya.

"Oppa, kenapa malah begitu. Aku kesal padamu. Huh. Menyebalkan.", kesal Hyoo Won. Siwon tertawa.

"Dasar jelek. Kau ini. Aku kan hanya bercanda. Suka sekali cemberut.", gurau Siwon. "Jagiyaku benar-benar lucu, kalau cemberut seperti ini.", ledek Siwon. Hyoo Won membelalakan matanya.

"Mwo? Jagiya?", kejut Hyoo Won. Siwon menyeringai.

"Tadi katanya mau jadi kekasihku. Yasudah. Sekarang aku memanggilmu Jagiya. Boleh kan?", kesal Siwon. Hyoo Won tersenyum lebar.

"Hehe. Aku lupa. Iya benar. Hoho. Oppa jangan marah.", rajuk Hyoo Won. Siwon mencubit pipi gembul Hyoo Won, saking gemasnya.

"Aku tidak marah jagiya.", goda Siwon. Hyoo Won tersenyum manis.

...

Key jarang bertemu dengan Hyun In, karena sekarang waktunya anak kuliah melaksanakan ujian akhir semester. Sampai, ia tidak tahu, kalau Hyun In sakit. Itu dikarenakan Hyun In yang menyembunyikan keadaannya. Ia tidak ingin, karena dia sakit. Key tidak fokus pada ujiannya. Tahukah sebenarnya Hyun In tidak sakit, melainkan ada bayi dalam kandungannya.

Hooeeks
Hyun In kembali muntah-muntah untuk kesekian kalinya.

"Aku ini kenapa sih? Seperti orang hamil saja.", eluh Hyun In memegangi perutnya. Tiba-tiba, dia mematung. "Tadi apa yang aku katakan? Hamil? Apa benar aku hamil?", pikir Hyun In. Ia langsung membersihkan mulutnya, mengenakan mantelnya. Lalu pergi ke apotik terdekat. Dia membeli test pack.

Sampai di apartementnya, ia langsung menggunakan test pack itu. Matanya terbelalak besar, melihat dua garis yang terpampang.

"Ah babo. Tuh kan, aku hamil. Bagaimana kalau Key tau, dia masih terlalu muda untuk jadi appa. Pasti dia tidak mau. Dan nanti dia akan.. Ahhhhh..", bingung Hyun In, dia tampak frustasi. Ia takut Key mengetahui kehamilannya dan akan marah besar. Pikiran jelek akan reaksi Key nanti terus berkecamuk. Ia mengelus perutnya.
"Jagiya, umma tidak berani bilang pada appamu. Bagaimana ini.", kata Hyun In pada mahluk lonjong seperti kacang dalam perutnya. Ia memutuskan merahasiakan kehamilannya dari Key, sampai ia berani mengatakannya. Keputusan yang baik menurut dirinya sendiri.











Fan Fiction.. Complicated.. Part 23


Ponsel Ahnka terus saja berdering, ia ragu untuk mengangkatnya. Karena telepon itu dari seseorang bernama Jaejoong.

"Kenapa tidak diangkat?", tanya Siwon yang juga terusik ringtone ponsel adiknya.

"Malas.", saut Ahnka singkat. Siwon menggelengkan kepalanya. Sementara Ahnka malah menarik selimutnya, karena sedang turun hujan, ia merasa begitu kedinginan. Siwon duduk di tepi ranjang Ahnka.

"Ahnka, apa Hyoo Won sudah bercerita?", tanya Siwon. Ahnka mengerenyitkan dahinya.

"Cerita apa?", bingung Ahnka. Siwon tersenyum.

"Mulai kemarin aku sudah menjadi kekasih Hyoo Won. Ah senangnya.", senang Siwon. Ahnka mengangguk.

"Haha. Oppa akhirnya. Sudah aku bilang, dia juga suka padamu. Kau ini payah.", ledek Ahnka bergurau. Siwon mengacak rambut Ahnka.

"Iya salahku. Tapi senang kan. Traktir. Aku akan traktir semua dongsaengku.", senang Siwon. Ahnka tertawa riang setuju.

"Harus oppaku sayang.", gurau Ahnka dan ia kemudian terdiam. "Oppa. Jae oppa. Sudah minta maaf. Bolehkah aku memaafkannya?", tanya Ahnka tiba-tiba walau takut. Siwon menggeleng cepat.

"Tidak. Cukup dia menyakitimu.", marah Siwon. Ahnka menelan ludah.

"Tapi aku masih mencintainya oppa.", rajuk Ahnka. Siwon memicingkan mata.

"Aku bilang tidak. Ya tidak.", kecam Siwon galak. Ahnka menunduk.

"Ne oppa.", saut Ahnka. Siwon tersenyum dan keluar dari kamar Ahnka.

You're my melody.*ponsel Ahnka.

From : Bebe

Bu aku di depan rumahmu. Aku mohon keluarlah. Maafkan aku.


Ahnka tersenyum miris. Ia berjalan ke arah jendela, mengintip prianya yang menunggunya di balik pagar.

To: Bebe

Pulang saja. Aku tidak akan keluar.

Air mata mengalir, setelah mengirim pesan itu.


From : Bebe

Terserahmu, tapi aku akan menunggu disini. Aku mencintaimu.


Ahnka menggenggam erat ponselnya. Ia duduk di bingkai jendela. Dan melihat Jaejoong melambaikan tangan padanya. Ahnka hanya tersenyum. Sebenarnya, dia ingin sekali pergi berlari memeluk kekasihnya itu.

"Bubuuu.", teriak Jaejoong di balik telepon. Akhirnya, setelah berkali-kali, teleponnya diangkat oleh Ahnka.

"Apa?", saut Ahnka lemas.

"Apa sudah memaafkanku?", tanya Jaejoong berharap.

"Sudah. Dan aku mencintaimu.", air mata Ahnka kembali turun. Jaejoong tersenyum.

"Terimakasih. Aku lebih mencintaimu. Bolehkah aku ke kamarmu? Aku ingin memelukmu.", tanya Jaejoong. Ahnka tertawa kecil.

"Tapi ini sudah malam dan hujan. Kapan-kapan saja.", gurau Ahnka yang menutupi ketakutan jika Siwon tau.

"Baiklah. Tapi aku akan tetap disini memandangmu. Kau bisa melihatku kan?", kukuh Jaejoong. Ahnka tersenyum.

"Aku bisa melihatmu. Bebeku yang sedang kedinginan di bawah payung, menanti maaf dariku.", gurau Ahnka. Jaejoong tertawa. Malam itu, mereka hanya bisa saling bicara dan bergurau melalui telepon dengan saling memandang dari kejauhan.

...

Younhee sedang menangis di pelukan Yunho. Dia menyesal, membatalkan pernikahannya. Tapi dia juga tidak suka dengan sikap Junsu terhadap kakaknya.

"Sudahlah. Jangan karena aku kalian seperti ini.", tenangkan Yunho. "Kau jadi membuatku benar-benar bersalah.", lanjut Yunho menyesal. Younhee menghapus air matanya.

"Maafkan aku oppa. Tapi aku juga tidak bisa terima dia merendahkanmu.", kukuh Younhee. Yunho tersenyum.

"Umma, appa. Semua memandangku rendah. Tapi aku tau, karena mereka belum terbiasa. Termasuk Junsu, yang terlebih belum menjadi keluarga. Itu masih membuatnya menilai berlebihan. Oppa yakin, sebenarnya dia tidak berniat merendahkan oppa.", jelas Yunho dengan bijaksana. Younhee mengangguk-angguk.

"Jadi maksud oppa, aku harus memaafkannya?", tebak Younhee. Yunho tersenyum.

"Bukan begitu yang kau inginkan?", tanya Yunho balik.

"Oppa, tau saja. Aku sayang oppa. Pokoknya, kau oppa yang terbaik.", senang Younhee. Yunho tertawa kecil dan memeluk Younhee erat.

...

Key merebahkan kepalanya di paha Hyun In dengan matanya yang terpejam. Setelah seminggu lebih otaknya diputar untuk ujian akhir.

"Sudah lama tidak berduaan seperti ini.", manja Key. Hyun In membelai rambut Key dan tersenyum kecut.

"Jadi kau senang berdua? Jika bertiga bagaimana?", sindir Hyun In. Key menggeleng.

"Tidak mau. Nanti ada pengganggu.", saut Key cepat. Yang tidak mengerti maksud Hyun In sebenarnya. Hyun In menelan ludah.

"Begitu ya?", kata Hyun In singkat.

"Heem. Memangnya kenapa?", bingung Key.

"Tidak apa. Tenang saja.", elak cepat Hyun In.

"Ooh aku kira, mau ada yang datang.", ujar Key. Lalu ia mencium perut Hyun In.

"Tidurlah jagiya. Kau lelah kan?", suruh Hyun In. Key mengangguk dan semakin merapatkan tubuhnya ke perut Hyun In.

...

Junsu pusing memikirkan sikapnya pada Younhee. Tidak adil jika dia terus memojokan Younhee. Lagipula, dia memang tidak bisa melepas jauh Younhee dari sisinya.

"Ah bodoh sekali. Jagiya. Kau harus memaafkanku. Ah aku bodoh.", umpat Junsu kesal bukan main.


To : Nae Younhee

Maafkan aku jagi. Aku salah. Jangan batalkan pernikahan kita. Jagiya. Maafkan aku.


Junsu membanting ponselnya ke kasur, setelah ia mengirim pesan pada Younhee. Ia menutup wajahnya dengan bantal. Berharap ada balasan dari Younhee, namun ia takut untuk menunggu kapan ponselnya berdering. Dan memang benar, tidak ada dering ponsel sampai Junsu tertidur lelah.

...

Hyoo Won tersenyum geli, selesai mendapat telepon dari Siwon.

"Saranghae Jagiku.", kata-kata Siwon tadi di telepon terngiang lagi. Hyoo Won mengambil foto Siwon di nakas sampingnya.

"Na do saranghae oppaku. Muah.", balas Hyoo Won dan mencium foto Siwon. Lalu bergegas tidur dengan memeluk erat foto Siwon.










Fan Fiction.. Complicated.. Part 24


Bruukk
Hyun In tidak sengaja menabrak seseorang tepat di pintu rumah sakit.

"Ahnka?", kaget Hyun In melihat siapa yang ia ditabrak.

"Huah onnie? Sedang apa disini?", tanya Ahnka kemudian.

"Ehm.. Aa.. Ku.. Ehm.. Habis periksa kandunganku.", jawab Hyun In gugup. Ahnka membelalakan matanya.

"Mwo! Onnie hamil? Iyakah?", Ahnka tidak percaya. Hyun In mengangguk.
"Chukkae onnie. Ternyata Key hebat juga. Traktir aku. Traktir.", gurau Ahnka menggoda Hyun In saat memeluknya.

"Hahahaha. Kau ini. Iya aku traktir. Kita makan siang bersama ya.", setuju Hyun In. Ahnka tersenyum sambil memainkan alisnya tanda setuju.

...

Saat mengambil tempat duduk menunggu makanan datang. Ahnka sering memegang tengkuk belakangnya, memijitnya perlahan. Rasanya pegal sekali, semalaman duduk di bingkai jendela dan terus berbicara.

"Kau kenapa? Sakit? Tadi kenapa kau ada di rumah sakit?", tanya Hyun In bertubi-tubi. Ahnka tertawa.

"Aniya. Kemarin aku tidur terduduk, jadi begini deh. Hehe. Tadi, aku habis periksa gigi onnie. Biasa, jadwalku enam bulan sekali.", saut Ahnka dengan alis yang dimainkan.

"Oh. Aku kira kau sakit.", saut Hyun In. Ahnka kembali tersenyum dengan kepala menggeleng.


"Oh iya, onnie benarkah hamil? Pasti Key senang sekali ya. Dia mau punya anak. Dan aku juga punya keponakan. Asik. Asik.", senang Ahnka dengan begitu bahagia, terpancar dari wajahnya. Tapi Hyun In malah memajukan bibirnya.

"Dia tidak tau. Aku belum memberitahunya.", lemas Hyun In. Ahnka menggaruk kepalanya.

"Mwo? Tapi kenapa begitu?", heran Ahnka. Hyun In membuang nafasnya.

"Aku takut dia marah. Dia kan masih muda. Pasti tidak suka dengan bayi.", jelas Hyun In. Terang saja, membuat Ahnka tertawa keras.

"Huah onnie. Kalau tidak mau bayi, tidak usah bikin. Onnie tenang saja. Seharusnya onnie yang marah, kalau nanti dia marah. Atau adukan saja pada Jae oppa. Biar Key dihajar. Hehe.", kata Ahnka menggebu-gebu dalam bergurau.

"Mwo. Kasihan Keyku. Tapi. Ah iya benar begitu. Haha. Babo. Iya kenapa aku takut dia yang marah. Babo kau Hyun In.", eluh Hyun In menepuk keningnya.

"Iya benar-benar. Memang dari dulu onnie babo. Kenapa baru sadar sekarang.", gurau Ahnka. Hyun In memajukan bibirnya kesal. Ahnka malah tertawa karenanya. Tapi Hyun In senang, karena dia tidak merasa takut lagi.

...

Junsu menemui Younhee. Pokoknya dia ingin dan harus berbaikan malam ini juga, apapun yang terjadi. Dia tidak ingin kehilangan kekasihnya itu.

"Jagiya. Maafkan aku. Aku akan diam. Tidak akan ngomong yang macam-macam lagi.", rajuk Junsu benar-benar. Ia menggenggam erat tangan Younhee. Tapi Younhee tetap saja diam, walau pandangannya lekat pada Junsu. Junsu mengeluarkan mata memelasnya di hadapan Younhee.
"Jagiya. Maafkan aku.", rengek Junsu. Ia mengambil cincin pertunangan mereka dari sakunya, lalu disematkan lagi di jari manis kiri Younhee.

"Oppa.", Younhee menaikan alisnya.

"Menikah denganku. Harus. Jahatnya, membatalkan pernikahan. Aku kan tidak setuju. Aku kan tidak mau. Aku maunya menikah denganmu. Jagiyaku. Maafkan aku. Aku mohon.", rengek Junsu lebih-lebih seperti anak kecil.

"Tapi kau jangan menghina oppaku lagi.", pinta Younhee menatap Junsu berharap.

"Iya-iya.", saut Junsu yakin.

"Harus menyayanginya seperti hyungmu sendiri.", pinta Younhee lagi.

"Iya jagiya.", setuju Junsu, kini senyum keberhasilan samar terlihat.

"Janji?", tegas Younhee. Junsu mengangguk.

"Iya janji. Janji. Janji. Janji.", berani Junsu mengìkrar janji.

"Kalau begitu. Aku mau. Menikah. Kita menikah.", senang Younhee. Junsu segera memeluk Younhee.

"Asik. Kita menikah. Jagiyaku saranghae.", senang Junsu. Akhirnya dia bisa tersenyum kembali karena lepas dari masalahnya dengan Younhee. Tapi ada satu lagi yang harus ia selesaikan. Masalah dengan Jaejoong. Lebih tepatnya hubungan yang berjarak akhir-akhir ini. Bukan salah siapapun jika mempunyai perbedaan seperti itu. Walau bagaimanapun, Jaejoong tetaplah kakaknya. Kakak satu-satunya.

...

Yunho mendatangi Jaejoong yang sedang menopang dagu di mejanya.

"Kau kenapa?", tanya Yunho. Jaejoong menggeleng.

"Tidak apa-apa.", jawab Jaejoong pelan.

"Ahnka? Sepertinya aku harus meminta maaf padanya.", kata Yunho agar Jaejoong bisa berbaikan dengan Ahnka.

"Bukan dia. Ini tentang Junsu. Dia menjauhiku.", akhirnya Jaejoong bicara tentang bimbangnya.

"Menjauhimu. Memangnya ada apa?", heran Yunho yang masih belum bisa percaya.

"Dia tidak bisa terima kalau aku mencintaimu. Maksudku, aku gay.", jelas Jaejoong. Yunho berlutut dan memandang Jaejoong. Hatinya benar-benar bahagia mendengar kata-kata Jaejoong.

"Nanti juga dia akan menyadari, kalau kau tetap saja hyungnya.", Yunho tersenyum manis. Lalu mengacak rambut Jaejoong. "Kau masih mencintaiku ya?", goda Yunho. Jaejoong mendongakan kepalanya menatap wajah Yunho yang memang sudah berdiri tegak lagi.

"Yun.", gumamnya.

"Apa Joonggie? Sudah lupakan saja kata-kataku. Aku tau apa yang mau kau katakan. Yang harus kau ingat. Jangan lagi sedih. Tenang saja Junsu pasti akan seperti biasanya lagi.", ujar Yunho. Kharisma seorang pria benar-benar terpancar dari dirinya.

"Ne Yun. Sudah sana kerja. Kau ini nakal, masih jam kerja, tapi berkeliaran.", gurau Jaejoong. Yunho tertawa kecil.

"Bukan salahku. Ini salahmu Joonggie. Melihat temanku bersedih. Aku kan harus menghiburnya.", kata Yunho. Jaejoong memajukan bibirnya kesal.

"Huh. Iya terimakasih menghiburku. Sudah sana.", usir Jaejoong bergurau. Yunho mengacak rambut Jaejoong, lalu berlalu pergi. Sedangkan Jaejoong sibuk merapihkan rambutnya yang berantakan.











Fan Fiction.. Complicated.. Part 25


Hyun In menatap mata Key dalam-dalam. Key merasa aneh dengan itu. Karena tidak biasanya, kecuali jika dia duluan yang menatap mata Hyun In.

"Kenapa?", tanya Key. Hyun In menghela nafasnya.

"Janji tidak akan marah padaku?", ucap Hyun In. Key mengerutkan keningnya.

"Mwo? Kau ini kenapa? Untuk apa aku marah?", heran Key. Ia menyentuh pipi Hyun In. Dengan cepat Hyun In memeluk Key.

"Jagiya. Aku hamil.", kata Hyun In takut-takut. Key melepas pelukan Hyun In cepat. Hyun In menunduk, memejamkan matanya dan hampir menangis mendapati Key yang melepas pelukannya.

"Benarkah hamil?", tanya Key keras. Hyun In mengangguk lemah.

"Jangan marah.", takut Hyun In. Seketika itu juga Key tertawa keras sekali.

"Yeay punya bayi. Aku jadi appa. Hahahahaha.", sorak Key dengan tawanya. Hyun In menatap heran tidak percaya.

"Kau senang? Tidak marah?", tegur Hyun In. Key tersenyum. Dan memeluk Hyun In.

"Punya anak, kenapa harus marah. Aku malah senang sekali. Tapi soal menikah.", Key tersenyum masam. Hyun In yang mengerti langsung mengecup bibir Key.

"Menikahnya, jika anak kita sudah lahir saja.", kata Hyun In. Key tersenyum.

"Aku akan beritahu keluargaku segera. Aku senang sekali. Mulai besok kau harus tinggal dirumahku. Jadi ada aku atau umma yang bisa mengawasimu dua puluh empat jam. Kalau sudah lahir, baru kita cari apartement untuk kita.", atur Key semaunya. Hyun In hanya tersenyum dan menggangguk pasti.

"Iya jagiya.", saut Hyun In. "Tapi kan ada apartementku. Kita bisa tinggal disini setelahnya.", usul Hyun In. Key menggeleng.

"Aku itu pria. Jadi aku tidak bisa bergantung padamu jagiya. Aku yang bertanggung jawab. Bukan begitu?", tolak halus Key. Ia mengedipkan sebelah matanya. Hyun In memajukan bibirnya.

"Iya priaku yang bertanggung jawab.", gurau Hyun In. Key mengeratkan pelukannya dan mengecup puncak kepala Hyun In. Akhirnya Hyun In bisa tenang, ketakutannya hanyalah perasaan berlebihannya. Nyatanya, Key dapat menerima semuanya, bahkan diluar dugaan.

...

Jaejoong dan Ahnka terus saja tidak mengeluarkan sepatah katapun. Padahal sudah hampir setengah jam mereka duduk saling berhadapan. Ahnka sibuk mengaduk chocolate dihadapannya. Sedangkan Jaejoong berpura-pura memandang ke arah lain.

"Sampai kapan akan diam?", tegur Ahnka yang mulai jengah. Jaejoong langsung menoleh ke arah Ahnka.

"Hehehe. Bubu. Aku tidak tau mau bicara apa.", saut Jaejoong cengengesan. Ahnka memukul lengan Jaejoong.

"Tau tidak aku merindukanmu. Kalau seperti ini percuma.", kesal Ahnka. Tapi Jaejoong malah tersenyum lebar. Ia mendekat ke arah Ahnka. Lalu memeluknya erat.

"Jangan marah. Maafkan aku.", pinta Jaejoong. Ahnka memajukan bibirnya.

"Aku tidak marah.", elak Ahnka. Jaejoong tertawa.

"Aku mencintaimu. Maafkan aku ya. Kemarin aku bodoh, bukan maksudku dan Yun---"

"Ssstt. Jangan sebut namanya lagi. Aku memang terdengar egois, tapi aku tidak mau.", potong Ahnka. Ia juga tidak menyelesaikan kata-katanya, karena air matanya sudah lebih dulu jatuh.

"Iya maafkan aku. Maafkan.", Jaejoong menghapus air mata Ahnka dengan jarinya. Ahnka menggeleng.

"Be. Lepaskan aku. Sesak sekali. Hehe.", gurau Ahnka yang menghentikan tangisnya. Jaejoong tertawa, lalu melepaskan pelukannya pada tubuh Ahnka. Ahnka menebar senyumnya, sebelum Jaejoong mendaratkan kecupan di bibir Ahnka.*asik*

...

"Oppa. Kita mau kemana?", tanya Hyoo Won yang bergelayut manja pada Siwon, saat Siwon menjemputnya di kampus.

"Kemana ya?", goda Siwon. "Aku lapar. Kita makan saja ya.", lanjut Siwon. Hyoo Won mengangguk pasti.

Siwon menjalankan mobilnya. Dan Hyoo Won dengan manis menyandarkan kepalanya di bahu Siwon.

"Ahnka kemana Jagiya?", tanya Siwon disela diamnya mereka.

"Aniya. Aku tidak melihatnya, selesai jam tadi dia buru-buru sekali.", terang Hyoo Won. Siwon menyipitkan matanya.

"Mwo? Buru-buru. Memangnya ada apa?", heran Siwon. Hyoo Won mengangkat bahunya.

"Molla.", saut Hyoo Won singkat. Siwon mengerucutkan bibirnya.

"Sudahlah, yang penting kita makan. Lapar. Hehehe.", gurau Siwon. Hyoo Won kembali mengangguk.

Mereka akhirnya sampai di sebuah restaurant. Dengan tangan yang saling bergandengan mesra. Mereka mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari meja yang kosong.

"Oppa, kita duduk disana saja yuk.", ajak Hyoo Won, yang menunjuk meja di depan pilar. Siwon mengangguk. Merekapun duduk disana.

"Jangan mencubitku seperti itu. Nanti pìpiku tambah besar.", terdengar protes seorang wanita di meja belakang pilar.

"Memang besar, jadinya menggemaskan.", saut seorang pria. Siwon tertawa kecil mendengarnya.

"Oppa kau jahat. Jangan tertawa seperti itu.", bisik Hyoo Won. Siwon menghentikan tawanya.

"Habis lucu.", ngeyel Siwon dengan senyum lebarnya. Hyoo Won menghela nafasnya.

"Huah. Pipiku bukan bakpau. Kenapa digigit. Sakit tau.", protes wanita tadi. Ia memajukan bibirnya, berpura-pura kesal. Siwon malah asik mendengarkan, obrolan sepasang kekasih itu.

"Dasar. Memang pipimu, pipi bakpau. Aku sudah lama tidak menggigit pipimu, jadi sekarang aku mau menggigit pipimu terus, bubuku.", senang pria itu. Siwon menaikan alisnya.

"Bubu?", pikirnya dalam hati.

"Tapi kan sakit, bebe.", manja wanita itu. Sontak Siwon berdiri dari duduknya, mendengar kata bebe, keluar dari mulut wanita tersebut. Ia melihat siapa orang yang ada dibelakangnya.

"Ahnka.", teriak Siwon, yang mendapati adiknya bersama Jaejoong. Kecurìgaannya benar, ketika nama 'bubu' dan 'bebe' menjadi panggìlan keduanya.

"Oppa.", kaget Ahnka. Wajahnya berubah menjadi sangat ketakutan, melihat Siwon ada di hadapannya.

No comments:

Post a Comment